NovelToon NovelToon

SUARA SENJA

Bab 1 "Hidup harus tetap maju"

"Permisi, bapa dan ibu sekalian, mohon maaf bila kehadiran kami mengganggu waktu istirahat bapak dan ibu sekalian. Kami mohon izin untuk ngamen dan menyanyikan satu lagu dari Elcat yang berjudul Bentuk Cinta untuk menemani waktu istirahat bapa dan ibu semuanya.

..."Aku tak tau apa yang lain...

...Darimu hari ini...

...Apa itu karena sepatu flatmu...

...Atau kukumu yang baru kau warnai...

...Pernahkah kau bertanya...

...Seperti apa bentuk air tanpa wadah...

...Pernah pernahkah kau mengira...

...Seperti apa bentuk cinta...

...Rambut warna warni bagai gulali...

...Imut lucu walau tak terlalu tinggi...

...Pipi chuby dan kulit putih...

...Senyum manis gigi kelinci...

...Membuatku tersadar bentuk cinta itu...

...Ya kamu..."...

Aku bernyanyi dan memainkan gitar sambil kutatap lekat wajahnya. Nala, ialah gadis yang selalu kupuja dalam diam, yang kucintai walau tak tersampaikan. Entah kau menyadarinya atau tidak, tapi aku akan menjagamu walau kau tak tau.

...“Membuatku tersadar bentuk cinta itu...

...Ya kamu..."...

Suara Nala menyambung lirik.

Melihatmu berkata cinta sambil menatapku, membuat jantung ini semakin berdebar. Aku sangat ingin mendengar suaramu, lagi dan lagi, setiap saat, setiap waktu.

"Wa... Jawa!!! Ada POL-PP wa! Ayo cepet pergi dari sini..." ucap Nala sambil menarik bajuku.

"Ya entar dulu sih Nal, duitnya blom di tarikin ini."

"Wah, gila lo. Ayu turun dari bus cepet, gue ga mau ketangkep lagi." ucap Nala yang kemudian menarik merah bajuku.

Namaku Awan, tapi orang-orang disekitar memanggilku Jawa. Yang sedang menarik bajuku ini adalah Nala, pasangan duetku ketika mengamen di bus ataupun rumah makan. Kata orang suaraku dan Nala sangat bagus dan cocok banget kalo nyanyi bareng. Mulai saat itulah kami memutuskan u tuk ngamen sama-sama setiap hari.

Di setiap ada aku, pasti ada Nala. Setiap pulang sekolah, kita selalu janjian untuk ketemuan di terminal, buat ngamen bareng. Semuanya kita lakuin bareng-bareng, nyanyi bareng, makan bareng, dikejar-kejar POL-PP pun bareng. Nala adalah sosok yang terindah yang pernah ku temui, cantiknya, manisnya, suara indahnya, pokoknya dia sempurna.

Itulah kehidupanku sehari-hari bersama orang yang selalu ku kagumi, dari pagi hingga senja.

...****************...

Nala merupakan sesosok gadis periang, memiliki wajah yang manis dan cantik. Nala memiliki ambisi yang besar dalam hidupnya, yaitu ingin menjadi penyanyi yang terkenal duatusaat nanti. Awan adalah sosok laki-laki yang memiliki badan yang kurus dan tidak terlalu tinggi, dia memiliki suara yang khas ketika bernyanyi. Walaupun suara dengan wajahnya tidak singkron, kulit yang hitam beserta rambut yang memerah karena sering terbakar matahari, dan wajah yang cenderung suram.

Mereka berdua memiliki suara yang indah ketika menyanyikan sebuah lagu bersama. Bahkan mereka saling mengisi suara satu sama lain layaknya penyanyi profesional. Nala selalu jadi sorotan orang-orang saat mengamen, terutama para lelaki. Karena wajahnya yang sangat cantik ditambah dengan suara yang indah, ini menjadi paket lengkap untuk menjadi sebuah bintang.

Awan pun sangat mengagumi Nala, tanpa ia sadari, entah sejak kapan dirinya itu menyukai bahkan menyayangi Nala. Namun, dengan keterbatasan yang ia miliki, dirinya sangat sadar, bahwa Nala tidak mungkin mau menerima cintanya. Karena itulah Awan tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya pada Nala.

"Hari ini lumayan Wa. Lumayan cape, tapi hasilnya juga lumayan banyak." ucap Nala sambil menghitung hasil ngamen.

"Syukur deh. Nal, kita makan di caffe samping terminal yu..." ajak Awan.

"Gila... baru dapet hasil lumayan udah ngajak foya-foya." sahut Nala.

"Mesen kopi aja sama roti bakar. Gue mau liat, katanya disana ada live musiknya gitu. Nah, siapa tau kita bisa ikutan untuk nyanyi disana. Lumayan kerjaannya resmi." ujar Awan.

"Wah, bener juga. tapi kayanya gue ga bisa Wa. Gue ga akan di izinin keluar malem sama nyokap. Waktunya belajar, masih untung gue boleh ngamen. Hehehe..." jawab Nala.

"Ya udah, jangan bantah perintah orang tua. Lo enak masih ada yang ngelarang. Kalo gue udah harus bawa diri gue sendiri." ucap Awan dengan wajah yang murung.

"Iya, iya... Ya udah, gue balik dulu ya wa. Besok ketemu disekolah. Bye..." ucap Nala lalu pergi meninggalkan Awan.

"Bye..." ucap Awan.

'i lope yu' gumam Awan dalam hati, yang kemudian senyum-senyum sendiri.

Tidak lama setelah Nala pergi, datanglah segerombolan anak jalanan menghampiri Awan.

"Wah, wah... Ada yang lagi seneng nih. Lagi ngayal jadian ama Nala lo ya?" Ucap Angga salah satu anak jalanan yang mendekati Awan.

"Jangan ngayal ketinggian pak. Nanti kalo ga kesampean jatuhnya sakit. Nanti stres yang ada, Hahahaha..." sahut Boni salahsatu dari anak jalanan yang lain.

"Bon, kayanya hari ini dapetnya banyak dia. Bisa kali, makan enak malem ini." ujar Angga sambil mengangkat kedua alisnya.

Dengan segera Awan memasukkan uang hasil mengamennya kedalam saku miliknya.

"Wah, mulai pelit ni bocah. Enaknya di apain nih bon?" ucap Angga memprovokasi Boni.

Seketika Awan berlari untuk menghindari pemalakan dari Boni dan gank nya. Serempak anak jalanan itu pun mengejar Awan yang melarikan diri. Awan berlari menuju tempat keramaian agr dapat bersembunyi dari Boni dan kawan-kawannya. Namun, usaha Awan pun sia-sia, karena Boni dan teman-temannya berhasil mengejarnya.

Awan pun berlari kesebuah gang kecil untuk dapat lolos dari kejaran Boni dan teman-temannya tersebut. Hingga pada akhirnya, Awan mendapati jalan buntu dan tidak bisa lagi lari.

"Ok bang, gue nyerah bang. Gue bagi bang hasil ngamen gue bang." ucap Awan yang terpojok.

"Ngapain lo pake lari segala? Woy, hajar dan ambil duitnya semua." ucap Boni dan menyuruh keempat temannya untuk menghajar Awan.

Awan sama sekali tidak melawan, berbagai pukulan dan tendangan, mendarat di sekujur tubuh dan wajah Awan. Hal ini terjadi bukan hanya sekali, hampir setiap hari Awan mendapat peru dungan dari para anak-anak jalanan itu. Mereka mengambil semua uang hasil mengamen Awan hari ini.

Dengan langkah gontai dan wajah yang penuh lebam, Awan pulang kerumah kecilnya yng terbuat dari papan dan kardus, lebih pantas disebut gubuk daripada rumah. Meskipun terbuat dari kardus dan papan kayu yang tipis, rumahnya dapat terlindungi dari hujan dan panas matahari, karena terletak di kolong jembatan sebuah tol besar.

Sesampainya di rumah, Awan menaruh gitarnya dan segera membaringkan dirinya pada kasur yang terbuat dari tumpukan kardus. Sebelumnya Awan layak di sebuah perumahan, Setelah orang tua angkatnya meninggal sepuluh tahun lalu. Awan di buang oleh keluarga dari orangtua angkatnya, dipinggir jalan. Beruntungnya dia di temukan oleh seorang nenek tua pengemis yang dengan sukarela merawatnya.

Pada saat Awan berusia 15 tahun, nenek angkat yang merawat dirinya pun meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya dan tidak mampu berobat ke rumah sakit. Banyak para tetangga yang menyalahkan dirinya, mereka mengungkapkan bahwa dirinya hanya menjadi beban untuk sang nenek. Itulah sebabnya tidak ada yang menyukai dirinya di lingkungan tempatnya tinggal.

Tak banyak yang bisa ia lakukan, ia hanya beranggapan bila hidup ini harus terus berjalan, walaupun jalannya berliku, namun harus tetap maju.

Bersambung...

Bab 2 "Ungkapan Rasa"

Waktu menunjukan pukul 5 pagi, Awan terbangun dan bergegas menuju Wc umum. Karena mayoritas warga disana tidak memiliki kamar mandi sendiri di dalam rumahnya. Wc umum yang memiliki 8 kamar mandi tersebut selalu di padati oleh warga, mulai dari jam 5 pagi sampai jam 9 pagi.

Jika Awan terlambat untuk bangun pagi, kemungkinan dirinya akan berangkat kesekolah tanpa mandi. Selesai mandi, biasanya Awan membeli sebungkus nasi untuk sarapan. Mengingat bila uang hasil mengamen kemarin telah di ambil paksa oleh Boni beserta teman-temannya, Awan pun hanya bisa menahan lapar dengan meminum banyak air minum isi ulang.

Kini Awan bersiap untuk berangkat menuju sekolahnya. Tidak lupa ia menggunakan earphone yang tersambung dengan mini mp3 pemberian Nala. Dengan semangat Awan melangkah dengan pasti menuju sekolahnya.

...🎼RAN - Selamat Pagi🎼...

...Kurasakan hangat indahnya sang mentari...

...membangunkanku dari tidur yang lelap ini...

...Sinarmu yang terang mulai memasuki mata...

...dan mengusirku dari alam mimpi...

...Dan kini kubergegas tuk segera siapkan diriku...

...tuk mulai menjalani hari ini...

...Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum menyambut datangnya pagi ini...

...Dan kukatakan......

...Selamat pagi!!...

...Embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini...

...Dan kukatakan......

...Selamat pagi!!...

...Kicau burung bernyanyi dan kini ku siap tuk jalani hari ini. 🎶...

...****************...

Hal ini terulang lagi, hanya menatapnya dari jauh, namun sudah membuatku jatuh cinta lagi dan lagi. Entah kali keberapa aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Apapun akan kulakukan asalkan aku bisa menatapnya seperti ini.

Seperti biasa, aku hanya mampu menatapnya dan menunggu. Menunggu ia melihatku dan menyapaku terlebih dahulu. Setelah itu muncullah keberanianku untuk berjalan mendekatinya. Aku memang tipe laki-laki pengecut, penakut, bahkan pecundang. Aku sadar diri atas semua keterbatasan yang aku miliki.

kalo kata orang untuk mendekati seorang perempuan itu harus punya dua faktor. Pertama kekayaan, kedua ktampanan, atau minimal memiliki salah satunya. Mendengar statement tersebut aku hanya bisa tertawa, memertwai keadaan hidupku ini.

"Hey, Jawa..." ucap Nala menyapa.

"Hey..." jawabku sembil tersenyum semanis mungkin yang ku miliki, semoga saja Nala tidak muntah melihatku berusaha keras untuk terlihat manis.

...****************...

"Idih, lebar amat nyengrinya wa." ucap Nala sambil bergidig negri.

"Ya elah Nal, gue lagi senyum manis ini." ucap Awan sambil menggerutu.

"Hahahaha... Ia deh si paling manis." ucap Nala tertawa geli.

"Rese lo ya, jadi geli sendiri gue denger lo ngomong si paling manis hahahaha..."

"🔔🔔🔔"

Bel berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama dimulai.

"Wa, gue masuk kelas dulu ya." ucap Nala sambil melambaikan tangan pada Awan.

Awan terus memandang Nala yang pergi menjauh kearah kelasnya, bahkan dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri sampai Nala benar-benar menghilang dari pandangannya. Di sekolah Nala memiliki banyak teman dan sangat banyak yang menyukai dirinya. Berbeda dengan Awan, yang lebih pendiam dan lebih senang menyendiri mendengarkan mini mp3 yang selalu ia bawa.

Sepulang sekolah Awan dan Nala berjanji untuk saling bertemu di terminal seperti biasa. Nala telah sampai terminal terlebih dahulu. Dia melihat sekelilingnya mencari keberadaan Awan, karena tidak biasanya ia datang telat. Tiba-tiba timbul rasa khawatir Nala kepada Awan.

Nala pun mendatangi kediaman Awan. Sesampainya disana, apa yang telah Nala khawatirkan benar terjadi. Nala menemukan Awan yang tengah demam di rumahnya.

"Ya ampun, wa! Lo kenapa? Mana badan lo panas gini." tanya Nala khawatir.

Awan tidak menjawab pertanyaan Nala sepatah kata pun.

"Tungguin disini, gue cari makan dan obat buat lo." ucap Nala bergegas pergi kesebuah warung terdekat untuk membeli obat dan membeli nasi bungkus di warung nasi terdekat pula.

Sesampainya di kediaman Awan, Nala pun segera menyiapkan makanan yang telah ia beli sebelumnya. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang, Nala menyuapi Awan yang tengah lemas akibat demam yang ia derita saat ini. Setelah 30menit setelah makan dan minum obat, akhirnya kondisi Awan pun membaik dan mulai tersadar dari tidurnya.

...****************...

Aku melihat sosok bidadari penyelamat dihadapanku. sampai-sampai aku tidak tahu, apakah ini di surga, atau aku masih berada di dunia. Serabut wajah manis tak ingin kulewatkan. Nala, aku tak ingin berharap lebih padamu. Tapi, mohon izinkan aku untuk selalu mengagumimu.

"Loh, wa... Lo kenapa senyum-senyum gitu? Udah baikan?" tanya Nala.

"Lo yang bikin gue jadi baik-baik aja Nal." jawab Awan dengan senyuman lemas.

Kali ini aku sangat menyukai caranya menatapku. Aku dapat merasakan dengan jelas, ada kelembutan dan ketulusan. Dirinyalah bentuk sebuah kesempurnaan bagiku.

...****************...

"Hari ini kita ga dapet duit Wa. Tapi ga papa, yang penting lo udah mendingan sekarang. Gue khawatir banget kalo sampe lo kenapa-napa Wa." ucap Nala yang tanpa sengaja meneteskan air mata.

Dengan lembut Awan menghapus air mata yang membuat jejak di pipi lembut milik Nala.

"Maafin gue udah bikin lo khawatir Nal. Gue janji ga akan bikin lo khawatir lagi. Gue sayang banget sama lo Nal." ucap Awan yang tanpa sengaja mengungkapkan isi hatinya pada Nala.

"Gue juga sayang banget sama lo Wa. Lo satu-satunya orang yang paling ngerti gue. Cuma li tempat ternyan gue Wa. Gue ga mau pisah sama lo Wa. Dan jangan pernah jauh dari gue ya?" Ucap Nala yang ternyata selama ini juga menyayangi Awan.

Akhirnya mereka mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Walaupun kini Awan mengetahui isi hati Nala pada dirinya, Awan tetap saja tidak berani untuk mengikat Nala dalam suatu hubungan. Mereka hanya saling mengetahui perasaan satu sama lain tanpa adanya sebuah hubungan khusus.

Awan sangat sadar diri akan status hidupnya. Itulah yang membuatnya terbelenggu dengan perasaannya sendiri. Walaupun mereka tidak memiliki hubungan khusus, namun hati mereka saling menjaga satu sama lain.

Semakin hari hubungan mereka semakin dekat, bahkan mereka beranggapan jika mereka sedang menjalin sebuah hubungan diantara mereka berdua.

...----------------...

~Satu tahun kemudian~

Tak terasa kini satu tahun mereka lewati bersama. Awan pun sering sekali mendatang rumah milik Nala, untuk sekedar bercengkerama dengan saudara dari Nala, maupun Ibu Nala. Semua keluarga Nala menerima Awan dengan baik, walaupun sering sekali para tetangga disekitar rumah Nala yang sering membicarakan hubungan antara Awan dan Nala.

"Bu, kok di biarin sih anaknya pacaran sama gembel kaya si Awan itu?" ucap salah satu tetangga Nala yang tengah membeli sayur di warung dekat rumah Nala.

"Ah, biar aja bu. Yang penting Awan anaknya baik dan sangat menghargai wanita, jadi aku ngerasa anakku aman bareng sama dia." jawab ibu dari Nala yang juga sedang memilih sayuran di warung tersebut.

"Bu Ratih, Nala itu cantik, pinter, baik. Pasti dia bisa punya pasangan hidup yang sukses, jangan sama Awan bu, dia kan tinggal di kolong jembatan sana. Mau di bawa kemana Nala kalo emang menikah nanti. Pikirin baik-baik masa depan Nala bu." saran dari tetangganya pada ibu Ratih.

Sekejap bu Ratih pun terdiam, dia memikirkan nasib anaknya yang akan dibawa kemana oleh Awan. Di sisi lain, ibu Ratih sangat menyukai sopan santun serta kelembutan hati dari seorang Awan. Hal ini sungguh menjadi dilema pada diri bu Ratih.

Bersambung...

Bab 3 "Harmoni"

Nala :

..."Waktu pertama kali...

...Kulihat dirimu hadir...

...Rasa hati ini inginkan dirimu...

...Hati tenang mendengar...

...Suara indah menyapa...

...Geloranya hati ini tak ku sangka...

...Rasa ini tak tertahan...

...Hati ini selalu untukmu...

...Terimalah lagu ini dari orang biasa...

...Tapi cintaku padamu luar biasa...

...Aku tak punya bunga...

...Aku tak punya harta...

...Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu."...

Awan:

..."Hari hari berganti...

...Kini cintapun hadir...

...Melihatmu, memandangmu bagai bidadari...

...Lentik indah matamu...

...Manis senyum bibirmu...

...Hitam panjang rambutmu anggung terikat...

...Rasa ini tak tertahan...

...Hati ini slalu untukmu...

...Terimalah lagu ini dari orang biasa...

...Tapi cintaku padamu luar biasa...

...Aku tak punya bunga...

...Aku tak punya harta...

...Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu."...

"Satu lagu dari Andmesh Kamaleng yang berjudul Cinta Luar Biasa. Semoga bapa dan ibu sekalian dapat terhibur oleh kami, semoga selalu diberi kesehatan, rejeki yang berkah dan melimpah, dan semoga selamat sampai tujuan pastinya. Terimakasih." ucapku dan diiringi oleh tepukan tangan penumpang bus kota.

Kurasakan sebuah Harmoni ketika bersamanya, adanya dirinya terkadang membuatku lupa siapa diriku sebenarnya. Dirinya selalu membuatku merasa hebat, merasa paling sempurna, kadang juga aku merasa sperti disurga. Nala, terimakasih telah menjadi kekuatan besar dihidupku.

...****************...

"Wah, kayanya kita bisa terkenal nih." ucap Awan.

"Hahaha... Ngayal terus lo Wa." sahut Nala menertawakan Awan.

"Gue liat tadi ada yang ngerekam kita pas nyanyi, siapa tau nanti di sebarin di internet, abis itu viral, terus kita jadi orang terkenal. Ga akan ngamen kaya gini lagi nih." ucap Awan penuh antusias.

"coba kita bayangin dulu ya kalo kita berdua sukses dan kaya. Sekali nyanyi kita dapet duit puluhan juta. Nah kalo udah dapet duit, duit lo buat gue, tapi duit gue ya tetep buat gue hahahah... Kita beli rumah yang besar, menikah, terus punya anak yang kita rawat sama-sama dan dia juga bakalan jadi bintang terkenal melebihi kita nantinya..." ucap Nala tanpa jeda.

"Aduh!!! Ih kenapa lo noyor gue Jawa?" ucap Nala yang kaget ketika kepalanya di dorong oleh Awan dengan ujung jarinya.

"Kejauhan Nal, kita lulus sekolah aja belum. Udah mikirin anak aja. Hahahaha..." ucap Awan.

"Ia, tapi itu harapan gue Wa, gue mau kita sama-sama terus selamanya." ucap Nala dengan sungguh-sungguh.

"Gue juga mau Nal." ucap Awan sambil tersenyum.

'Tapi gue ga bisa pastiin itu Nal, gue cukup sadar diri siapa gue. Untuk saat ini mungkin gue bisa ada buat lo untuk bikin lo bahagia, tapi di masa depan gue gak tau Nal, apa gue masih bikin lo senyum semanis ini atau tidak." gumam Awan dalam hati.

"Oh ia, apa langkah selanjutnya yang lo ambil setelah lulus nanti?" tanya Nala.

"Pastinya gue mau cari kerja Nal, kerja apa ajalah asalkan halal. Kalo bisa jadi CEO hahahah... Hadeeeh, kaya cerita nopel gitu." jawab Awan.

"Weh... Nanti aku kasih judul, pengamen kucel, dekil, kerempeng itu adalah CEO. Keren kan?" ujar Nala

"Anjrit, kenapa harus disebutin semua kucel, dekil, kerempengnya hahahaha..."

"Hahahaha..." Mereka pun berdua tertawa bersama.

Karena hari sudah mulai gelap, Awan dan Nala pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Awan mengantar pulang Nala sampai depan rumah Nala. Kembali tatapan sinis yang Awan terima dari warga sekitar rumah Nala. Entah kesalahan apa yang Awan perbuat, hingga orang-orang disekitar rumah Nala banyak yang tidak suka dengannya.

......................

Sementara itu~

"Permisi tuan, apa tuan memanggil saya?" Ucap Danu salah satu karyawan sebuah label music.

"Oh ia, silahkan duduk dulu pak." jawab Nico seorang CEO muda sebuah label music yang sudah terkenal di kalangan masyarakat luas.

"Pak, tadi bapak bilang kalo bapa nemuin talent baru yang punya bakat jadi bintang. Kalo boleh tau bisa saya liat orangnya?" Ucap Nico.

"Oh, ia pak. Betul itu, bahkan bukan cuma satu pak, ini dua sekaligus. Kayanya sih mereka ini pasangan" ucap Danu kemudian menunjukan hasil rekaman yang ia dapatkan saat di bus kota siang ini.

"Oh, cowo cewe? Coba saya lihat." ucap Nico.

Kemudian Nico memperhatikan sebuah rekaman video yang memperlihatkan dua remaja yang tengah bernyanyi di sebuah bus. Nico terlihat sangat serius memperhatikan sebuah rekaman video tersebut.

"Coba bapa kirimkan video itu ke saya." ucap Nico pada Danu.

"Ok, siap tuan." jawab Danu.

"Bapa boleh lanjut sama pekerjaan bapa, makasih banyak ya pak." Ucap Nico kemudian tersenyum pada Danu.

"Baik pak, sama-sama." ucap Danu dan pergi meninggalkan ruangan Nico.

Setelah Danu telah pergi meninggalkan ruangan Nico, kemudian Nico kembali memperhatikan rekaman video itu dan memutar video itu berulang-ulang. Nico mengakui jika suara pengamen jalanan tersebut sangat merdu, namun yang membuat Nico tertarik dengan video tersebut adalah Nala. Kali ini ia mengakui, bila dirinya kali ini benar-benar takluk kepada seorang wanita yang belum pernah ia temui tersebut.

'Suara yang sangat indah, paras yang sangat cantik, bukan hanya cantik, kau juga sangat manis. Baru kali ini aku merasakan nyaman ketika hanya melihat dan mendengar suara seorang wanita.' gumam Nico dalam hati yang terus menerus menatap Nala dalam video tersebut.

......................

"Nal, gue balik dulu ya, udah gelap ni." ucap Awan yang akan segera kembali kerumahnya.

"Ok... Makasih ya udah nganterin." ucap Nala dengan senyuman manis.

"Bye..." ucap Awan melambaikan tangan dan berkata sesuatu tanpa mengeluarkan suara.

Gerakan mulut Awan pun terbaca oleh Nala yang berarti "I love you". Nala pun membalas ucapan Awan dengan isyarat yang sama yang berarti "I love you too". Menyadari hal konyol yang mereka lakukan mereka berdua pun tertawa bersamaan walau jarak mereka sudah jauh.

Awan melangkah pulang dengan senyuman terukir di wajahnya. Seperti biasanya, ia menggunakan earphone di telinganya dan memutar sebuah lagu melalui mini MP3 kesayangannya.

...Andra and the backbone - Sempurna...

...Kau begitu sempurna,...

...dimata ku kau begitu indah...

...Kau membuat diri ku,...

...akan s'lalu memuja mu...

...Disetiap langkah ku,...

...ku 'kan s'lalu memikirkan, diri mu...

...Tak bisa ku bayangkan,...

...hidup ku tanpa cinta mu...

...Janganlah kau tinggalkan diri ku...

...Tak 'kan mampu menghadapi semua...

...Hanya bersama mu ku akan bisa...

...Kau adalah darah ku...

...Kau adalah jantung ku...

...Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku...

...Oh sayangku kau begitu...

...Sempurna, sempurna...

...Kau genggam tangan ku,...

...saat diri ku lemah dan terjatuh...

...Kau bisikkan kata,...

...dan hapus semua sesal ku...

...Janganlah kau tinggalkan diri ku...

...Tak 'kan mampu menghadapi semua......

Saat Awan tengah mendengarkan sebuah lagu, tiba-tiba ada yang melepas earphonenya secara paksa.

"Wee... Ada yang senyum-senyum sendiri, kayanya abis dapet duit banyak nih. Udah dua hari kita ga ketemu ni anak Bon." ucap Angga sambil memegang pundak Awan.

"Ini bang, udah gue siapin,tolong kepasin gue." ucap Awan

"Apaan nih, 100k doang? Udah 3 hari kita ga ketemu loh, masa segini doang. Bon, ambil gitarnya." ucap Angga.

Boni pun mengambil gitar milik Awan dengan kasar. Tidak sampai di situ, Angga juga menarik paksa earphone yang masih menggantung pada leher Awan hingga jatuh dan pecah menjadi beberapa bagian.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!