Wajah yang pucat, hati yang kalut dan pikiran yang berkecamuk, mengiringi langkah kaki Summer Lavigne saat gadis itu keluar dari ruangan seorang dokter kandungan. Bagaimana tidak, niat hati ingin memeriksakan asam lambungnya yang naik, ternyata dokter menduga dia sedang hamil muda.
Dia pun akhirnya menjalani serangkaian pemeriksaan, untuk memastikan usia kehamilannya. Bukan masalah hamilnya yang dia khawatirkan. Tapi gunjingan dari masyakarat, kalau sampai mereka tahu dia hamil di luar nikah.
Sudah pasti anaknya nanti akan menjadi bulan-bulanan orang di sekelilingnya dan dicap sebagai anak haram. Apalagi, kini dia hanya tinggal sendiri karena kedua orang tuanya meninggal setelah mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu.
Tidak! Aku harus secepatnya memberitahu Rain. Aku yakin, dia tidak akan menyangkalnya. Karena hanya dengan dia aku melakukan semua hal yang biasa pasangan suami istri lakukan, batin Summer.
Summer segera memesan taksi online agar bisa langsung ke rumah Rain. Namun, saat dia melewati rumah Yasmin sahabatnya, Summer melihat sebuah papan nama yang tertulis 'Pernikahan Rain Noviar dan Yasmin Taemin'.
Seketika Summer menghentikan taksi yang dinaikinya. Dia penasaran dengan praduganya sendiri. Summer pun berjalan menuju ke tenda biru langit yang terpasang indah di depan rumah Yasmin.
Summer tidak peduli dengan setiap pasang mata yang melihat aneh ke arahnya. Dia terus berjalan, mendekat ke arah suara yang terdengar sedang melaksanakan ijab kabul. Jantungnya seketika berdedak lebih kencang dari biasanya. Dunianya seakan runtuh seketika saat Summer mendengar jelas suara Rain yang sedang berbicara dengan penghulu menggunakan microphone.
Tanpa bisa dibendung, air matanya berjatuhan membasahi kedua pipinya. Namun, secepat kilat dia menghapus air matanya dengan kasar. Summer menengadah ke atas untuk menahan air mata yang memaksa ingin keluar.
Sesak, dadanya terasa sangat sesak, saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Rain duduk berdampingan dengan Yasmin di depan penghulu. Laki-laki itu sedang menjabat tangan ayahnya Yasmin untuk mengucapkan ijab kabul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Taemin binti Harahap dengan maskawin tersebut dibayar tunai."
Duarr!
Semua mimpi indah dan harapan Summer seakan hancur seketika, seperti kota Nagasaki dan Hirosima yang hancur luluh lantah. Saat mendengar kekasih hatinya mengucapkan ijab kabul dengan gadis lain. Summer sungguh tidak menyangka, Rain akan tega meninggalkannya.
Padahal, mereka sudah saling mengikat janji untuk selalu bersama. Bahkan Rain pun sudah menjanjikan sebuah pernikahan, setelah mereka berdua melakukan dosa besar itu. Namun, semuanya seperti menguap begitu saja tak berbekas.
Kamu tega Rain! Pantas saja, tadi pagi kamu tidak mengangkat telepon aku. Padahal aku sangat membutuhkanmu. Ternyata kamu sedang mempersiapkan pernikahanmu dengan Yasmin. Kamu juga, Yasmin! Tega sekali mengkhianati aku, padahal aku sudah menganggap kamu seperti saudara, tapi kamu malah mengkhianti aku.
Tuhan, kenapa mereka semua berubah setelah ayah dan ibu meninggal. Saudara yang dulu baik pun, sekarang menjauhi aku. Sahabat yang dulu sudah dianggap anak oleh orang tuaku pun sekarang mengkhianatiku. Bahkan, kekasih yang dulu setia padaku, sekarang berpaling dariku.
Summer terus saja meratapi hidupnya seraya menatap lekat Rain dan Yasmin yang sedang melaksanakan prosesi pernikahannya. Terlihat Yasmin mencium punggung tangan Rain dan Rain mengecup kening Yasmin.
Sementara Rain sangat terkejut, saat sudut matanya melihat keberadaan Summer yang sedang menangisi pernikahannya. Hatinya sangat sakit melihat tatapan penuh luka Summer. Dia ingin berlari memeluk Summer. Namun, sebisa mungkin dia menahannya karena Rain tidak mau membuat keluarganya malu.
Summer maafkan aku karena tidak menepati janjiku. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, cintaku tidak akan pernah berubah untukmu. Hanya kamu satu-satunya gadis yang aku cintai.
Berbeda dengan dengan Yasmin yang tersenyum penuh kemenangan. Karena akhirnya dia bisa menikah dengan laki-laki yang diam-diam dia sukai. Yasmin juga merasa senang karena akhirnya bisa mengalahkan Summer, meskipun bukan di bidang akademy seperti yang selalu dia harapkan, agar bisa mengalahkan prestasi Summer yang selalu lebih unggul darinya.
Selesai melaksanakan setiap prosesi pernikahannya, Rain dan Yasmin pun akhirnya duduk di pelaminan untuk mendapatkan ucapan selamat dari setiap tamu yang datang. Summer masih bertahan di tempatnya dengan mata yang tidak lepas dari Rain.
Sampai saat sudah terlihat longgar, barulah Summer bangun dari duduknya. Dia berjalan lunglai menuju ke arah pelaminan. Membuat Yasmin tersenyum miring menyambut kedatangan sahabatnya.
Summer memaksakan untuk tersenyum di depan Rain. Namun, secepat kilat Rain menarik Summer ke dalam pelukannya. Laki-laki tampan itu terlihat menitikkan air matanya. Sungguh, hatinya sangat sakit melihat wajah putus asa Summer yang datang ke hadapannya.
"Maafkan aku, Summer! Ku mohon, maafkan aku!" mohon Rain.
Summer tidak bisa berkata-kata, karena air mata yang sedari tadi ditahannya, akhirnya jatuh jua membasahi jas pengantin Rain. Rasa sesak itu semakin bertambah saat mendengar permintaan maaf dari Rain. Namun, secepatnya Yasmin melepaskan pelukan keduanya.
"Sudah cukup!" sentak Yasmin.
"Selamat Rain, Yasmin, semoga kalian bahagia," ucap Summer dengan suara yang bergetar.
"Maafkan aku Summer!" Lagi-lagi hanya kata maaf yang terucap dari bibir laki-laki tampan itu.
Berbeda dengan Yasmin yang merasa miliknya akan direbut kembali oleh Summer. "Summer, sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan Rain! Sekarang dia sudah menjadi suami aku. Kamu tidak mau 'kan kalau nanti di cap pelakor oleh orang lain? Menjauhlah dari kehidupan Rain, sejauh yang kamu bisa."
"Kamu jangan takut Yasmin, aku bukan kamu yang akan tega mengkhianati kepercayaan sahabatnya sendiri. Semoga kamu bahagia dengan pernikahan kalian."
Summer langsung turun dari pelaminan. Dia tidak melihat lagi ke belakang. Summer sudah bertekad untuk pergi jauh dari kehidupan Rain dan akan membesarkan anak yang ada di dalam kandungannya sendiri. Dia tidak akan memberitahu Rain tentang kehamilannya.
Sementara itu Rain melihat punggung ringkih itu sampai menghilang di tengah keramaian pesta. Dia sudah bertekad akan memperjuangkan Summer. Meskipun orang tuanya tidak pernah menyetujui hubungan dia dengan Summer. Tapi rasa cintanya yang besar pada gadis itu, membuat Rain tidak ingin melepaskannya.
"Rain, kamu jangan lupa kalau kita baru saja menikah. Summer hanya masa lalu kamu, sedangkan aku masa depan kamu. Lebih baik kamu mulai melepaskan perasaan kamu pada Summer dan bukalah hatimu untukku."
"Yasmin, selamanya aku tidak akan pernah melepaskan Summer. Kamu harus ingat, kita menikah karena perjodohan. Aku akan tetap menikah dengan Summer, dengan dan tanpa persetujuan kamu."
"Bagaimana bisa begitu, aku tidak akan mengijinkan kamu menikah dengan Summer."
"Kenapa tidak, bukankah orang tua kita hanya meminta kita untuk menikah, tidak meminta kita untuk sehidup semati. Kalau kamu masih ingin menjadi istriku, maka kamu harus mengijinkan aku menikah dengan Summer."
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukunganya ya Kakak untuk cerita terbaru Author. Akan ada GIVE AWAY yang dibagikan saat cerita ini tamat. Jadi selalu tinggalkan jejak dengan like, comment, rate, vote, gift dan juga tambahkan ke rak favorite....
...Terima kasih....
Setengah berlari Summer meninggalkan pesta pernikahan Rain. Namun, baru saja dia keluar dari tenda biru itu, tangannya tiba-tiba saja ada yang menariknya. Mau tidak mau, dia pun mengikuti tarikan tangan yang kokoh itu.
"Om Ata...," lirih Summer.
Sampai saat mereka di dalam rumah kakeknya Rain, barulah papanya Rain melepaskan cekalan tangannya pada gadis itu. Dia sengaja membawa Summer ke sana, karena ada hal yang harus dia bicarakan pada gadis itu.
"Summer, sekarang kamu sudah dia tahu kalau Rain sudah menikah dengan Yasmin. Om harap, kedepannya kamu tidak usah lagi mencari Rain. biarkan Rain bahagia dengan wanita yang sepadan dengannya. Hanya Yasmin, gadis yang cocok untuk mendampingi Rain karena dia memiliki bibit, bebet dan bobot yang jelas." Tuan Altair menghentikan sejenak ucapannya, dia menatap lekat Summer yang sedang menundukkan kepalanya dengan tangan saling bertautan.
"Om yakin kamu gadis yang baik dan tidak mungkin akan merusak kebahagiaan sahabatnya sendiri," sarkas Tuan Altair.
"Om jangan khawatir aku akan pergi jauh dari kehidupan Rain dan juga Yasmin. Selamat ya Om, semoga kebahagiaan selalu bersama Keluarga Om. Semoga keluarga Om, tidak pernah merasakan sakit hati saat harus ditinggalkan oleh kekasihnya dan dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Kalau tidak ada lagi yang harus dibicarakan, apakah saya sudah boleh pulang Om?" Summer berbicara dengan suara yang bergetar.
"Silakan! Ingat pesan Om, jauhi Rain dan jangan pernah lagi mengharapkan dia!"
Summer hanya tersenyum samar mendengar apa yang Pak Libra katakan. iya langsung pergi dari sana dengan hati yang hancur berkeping-keping. Seandainya saja tidak ada nyawa lain di dalam raganya dan seandainya saja bunuh diri itu bukanlah suatu dosa. Summer ingin sekali untuk mengakhiri hidupnya.
Tuhan, kenapa hidup ini tidak adil padaku? Engkau ambil kedua orang tuaku dan sekarang, aku harus merelakan laki-laki yang aku cintai dengan gadis lain. Kenapa, kenapa harus aku yang menanggung semua itu? Apa aku salah, karena mencintai laki-laki yang tidak sepadan denganku? Ayah Ibu, aku ingin ikut dengan kalian. Aku tidak mau hidup sendiri di sini, jerit hati Summer.
Summer terus saja berjalan seorang diri dengan sesekali melihat langit dan mengerjapkan matanya. Agar dia dapat menahan air mata yang memaksa ingin ke luar. Dia menyusuri jalanan kota kecil itu dengan langkah yang tertatih. Tanpa terasa, dia sudah sampai di depan rumahnya yang berjarak dua kilometer dari rumah Yasmin.
Summer langsung membersihkan dirinya karena badannya terasa sangat lengket. Terlihat wajah pucat itu sedikit segar karena guyuran air shower yang menerpa wajahnya. Saat acara bersih-bersihnya sudah selesai, Summer pun memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.
Berharap, dia tidak akan bangun lagi dari tidurnya. Agar tidak harus menghadapi kenyataan yang menyesakkan dadanya. Sungguh Summer berharap agar bisa berlari sejauh mungkin dari takdir yang mempermainkan hidupnya.
...***...
Siang pun sudah berganti malam. Matahari yang bersinar terang itu kini sudah tergantikan oleh sinar rembulan yang menyejukkan. Perlahan Summer membuka matanya saat dia merasakan ada sebuah tangan yang membelit di perutnya.
Summer menghela nafas dalam, saat dia menyadari kalau Rain, orang yang sedang memeluknya dari belakang. Bukan hal yang aneh, saat Rain tiba-tiba datang ke rumahnya dan langsung memeluknya ketika dia sedang tidur. Karena mereka sudah seperti sepasang suami istri yang sering berbagi dalam segala hal.
Bahkan, Rain yang selama ini menanggung hidup Summer. Setelah kedua orang tua gadis itu tiada. Makanya Summer tidak berpikir dua kali, saat tiba-tiba saja Rain datang dan langsung menyerangnya, mengajak Summer untuk menjelajahi dunia yang penuh dengan kenikmatan sesaat.
"Rain, kenapa kamu ke sini? Bukankah ini malam pertama kamu?" tanya Summer yang masih membelakangi kekasih hatinya.
"Malam pertamaku hanya dengan kamu. Entah itu dulu, sekarang ataupun nanti." Rain menciumi tengkuk Summer memancing hasrat gadis yang dicintainya.
"Rain, jangan lakukan! Sekarang kamu sudah menikah dengan Yasmin. Sebaiknya kamu pulang, kasian Yasmin."
"Kenapa kamu mengasihani dia, sedangkan dia tidak pernah peduli dengan perasaan kamu. Asal kamu tahu Summer, Yasmin yang terus cari muka di depan orang tuaku dan meminta ayahnya agar menjodohkan dia denganku. Aku sudah sering memberitahu kamu agar jangan terlalu dekat dengan dia. Tapi kamu tidak pernah mau mendengarkan apa yang aku katakan tentangnya."
"Karena hanya dia sahabat yang aku miliki."
"Summer, aku sudah bilang pada Yasmin untuk menikah denganmu. Mungkin kita bisa menikah minggu depan," ucap Rain dengan mengelus lembut rambut hitam Summer.
"Maksud kamu apa?" tanya Summer heran, Dia langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rain.
"Yasmin, memang istriku untuk saat ini. Tapi dia hanya istri di atas kertas karena aku sedikit pun tidak mencintainya. Aku menikah karena Papa memaksaku." Tangan Rain menyusuri wajah cantik kekasih hatinya yang selalu membayangi hidupnya.
"Minggu depan, kita akan menikah di kota lain. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Kita akan tinggal di sana, agar tidak ada yang mengganggu kebahagian kita. Yasmin pun sudah memberikan surat ijin poligami agar aku bisa menikah secara hukum dan agama denganmu. Bersabar ya!"
Bukannya senang dengan apa yang Rain katakan, Summer justru bingung dengan jalan pikiran kekasih hatinya. Bisa-bisanya lelaki itu memutuskan untuk menikahinya minggu depan. Padahal baru tadi siang dia melangsungkan pernikahan dengan sahabatnya.
"Rain, kalau aku menolak bagaimana? Aku tidak mau jadi istri kedua. Aku tidak mau berbagi suami dengan siapa pun," tolak Summer.
"Summer, please! Hanya itu yang bisa aku lakukan agar kita selalu bersama. Aku tidak mau kehilangan kamu dan aku pun tidak akan mengijinkan kamu bersama dengan laki-laki lain. Karena kamu hanya milikku, selamanya menjadi milikku."
Rain menatap iris mata Summer yang selalu bisa menghipnotisnya untuk terus mendekat ke arah gadis itu. Begitupun dengan Summer yang mencari kejujuran dari tatapan mata Rain. Sampai akhirnya, Rain semakin mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan meraup candunya yang selalu membuatnya tenang.
Malam pengantin yang seharusnya Rain habiskan bersama dengan Yasmin. Kini dia lakukan bersama dengan Summer. Gadis yang dicintainya, gadis yang sudah memberikan segalanya dan gadis yang menjadi sumber kebahagiaannya.
Sampai saat malam sudah sangat larut, barulah kedua insan itu saling melepaskan penyatuannya. Setelah keduanya mendapatkan pelepasan untuk yang kesekian kalinya. Keduanya tersenyum saat terdengar suara perut Summer yang berbunyi nyaring.
"Kamu lapar? Ayo kita makan! Tadi aku beli ayam bakar sebelum ke sini," ajak Rain. Dia mengecup kening gadis itu sebelum beranjak pergi ke kamar mandi dan membersihkan sisa-sisa percintaannya.
Mungkin ini yang terakhir kalinya kita bersama, Rain. Karena aku akan pergi jauh dari hidupmu. Terima kasih untuk semua kenangan indah kita, untuk semua kebaikan kamu. Meskipun kita tidak bisa bersama tapi hatiku hanya akan tertuju padamu, cinta pertamaku.
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukungannya ya kawan! Klik like, comment, rate, vote, gift dan favorite....
...Terima kasih....
Pagi yang indah dengan sinar mentari yang bersinar terang. Memberikan harapan baru pada seorang gadis yang sedang mengemasi barang-barang penting miliknya. Setelah tadi Rain pulang dari rumahnya, Summer langsung bergegas membersihkan dirinya dan membereskan barang apa saja yang akan dia bawa.
"Aku harus pergi ke mana? Apa aku harus pergi dan mencari kerja di kota tempat aku kuliah? Pasti Rain akan mudah menemukan aku jika aku pergi ke sana dan menemui teman kampusku," gumam Summer.
Di tengah-tengah kebingungan gadis itu menentukan kota tujuannya, terdengar ada suara yang mengetuk pintu dari luar. Summer pun langsung beranjak pergi untuk membukakan pintu dan ternyata sepupunya yang dari ibu kota berkunjung ke rumahnya.
"Bang Radid, Mbak Hanna, kapan kalian datang?" tanya Summer kaget. Dia langsung mencium punggung tangan kakak sepupu dan istrinya.
"Sudah dua hari Abang pulang kampung, tapi pas kemarin ke rumah kamu, di rumah gak ada orang. Apa kabar kamu Summer? Kenapa matamu terlihat sembab? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Radid, kakak sepupu Summer.
"Duduklah dulu, Bang! Aku buatkan dulu minum ya," suruh Summer.
Radid dan Hanna hanya saling berpandangan melihat raut wajah Summer yang berubah sendu. Pasangan suami istri itu hanya mengikuti apa yang Summer katakan. Mereka pun dengan patuh duduk di sofa tanpa bicara lagi.
Tidak lama kemudian, Summer kembali dengan nampan di tangannya. Dia menyimpan dua cangkir teh manis dan cemilan untuk teman mereka ngobrol. Namun, tiba-tiba saja rasa mual itu datang saat bau rokok yang Radid keluarkan dari kantong bajunya.
Summer langsung berlari menuju ke kamar mandi. Membuat pasangan suami istri itu lagi-lagi saling berpandangan melihat hal yang berbeda pada diri Summer. Radid segera memasukkan kembali benda bernikotin itu dan langsung menghampiri Summer.
"Dek, kamu tidak apa-apa?" tanya Radid dengan memijat tengkuk adiknya. "Hanna, cepat ambilkan minyak kayu putih!"
"Summer, disimpan dimana minyak kayu putihnya?" tanya Hanna dengan terus mencari di kamar Summer. Sampai tanpa sengaja dia melihat alat test kehamilan di laci nakas Summer. Hanna pun segera mengambilnya dan memberikannya pada Radid, bersamaan dengan kayu putih yang sudah ditemukannya.
"Dek, apa kamu hamil?" tanya Radid dengan terus mengoleskan minyak kayu putih di area leher Summer.
Summer memejamkan matanya sesaat. Rasanya percuma juga jika dia berbohong pada sepupunya itu karena dia yakin pasti Mbak Hanna sudah melihat alat test kehamilan itu. Dia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pada mereka berdua.
"Kalau sudah selesai muntahnya, Abang tunggu di depan. Kita harus bicara serius," ucap Radid sebelum dia pergi meninggalkan Summer di kamar mandi.
Setelah Summer sudah merasa baikan, gadis itu pun menemui sepupunya yang sudah menunggu di ruang tamu. Terlihat Radid menatap tajam ke arahnya, saat Summer baru saja datang ke ruangan itu.
"Sudah berapa bulan?" tanya Radid dengan nada datar.
"Lima minggu, Bang."
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan kehamilan kamu itu. Sementara kamu belum menikah. Apa itu anaknya Rain? Pacar kamu yang dari jaman SMA itu," tanya Radid dengan terus menatap tajam adiknya.
"Iya, Bang. Aku memang salah, karena tidak bisa menjaga diriku. Abang boleh membenciku ataupun menjauhi aku, tapi Abang jangan pernah meminta untuk menggugurkan anakku. Karena aku tidak akan pernah melakukannya."
"Abang sebenarnya sangat kecewa dengan kamu Summer. Tapi anak itu tidak berdosa. Apa kamu sudah memberitahu Rain tentang kehamilan kamu?"
Summer tidak menjawab pertanyaan Radid, dia hanya menggelengkan kepalanya. Membuat Radid mendengus kasar melihat jawaban dari Summer. Sebenarnya dia sangat ingin memarahi adiknya itu, tetapi dia tidak pernah bisa setiap kali melihat wajah Summer yang memelas. Rasa sayangnya yang besar pada Summer, membuat hatinya selalu luluh di depan adiknya itu.
"Kenapa tidak memberitahu Rain?"
"Rain ... dia sudah menikah dengan Yasmin."
"Apa? Lalu bagaimana dengan anak kalian?"
"Bang, boleh aku ikut bersama dengan Abang ke kota? Kalau Abang malu karena aku hamil diluar nikah, Aku bisa mencari rumah kontrakan di sana."
"Summer, tinggal saja bersama kami. Kamu tidak perlu mencari rumah kontrakan. Mbak tidak keberatan jika kamu mau tinggal bersama dengan kita," sela Hanna yang sedari tadi diam.
Dia merasa kasihan dengan apa yang terjadi pada hidup Summer. Seorang gadis yang dulunya sangat dimanja dan disayangi oleh kedua orangnya, kini hidupnya terbalik seratus delapan puluh derajat.
"Abang juga tidak keberatan kamu tinggal dengan Abang. Tapi, kenapa kamu tidak mau memberitahu Rain? Meskipun dia sudah menikah, anak ini tetap anaknya," tanya Radid yang tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya.
"Abang, papanya Rain tidak pernah setuju aku berhubungan dengan putranya. Aku tidak mau anakku di tolak oleh mereka. Biarkan saja mereka tidak tahu tentang keberadaan anak ini, asalkan anakku tidak pernah mendapatkan penolakan dari lingkungan dan orang-orang terdekatnya."
"Kamu selalu saja keras kepala. Sekarang cepat bereskan barang-barang kamu. Abang mau pulang ke ibu kota. Tadi Abang mampir ke sini karena selama Abang pulang tidak bertemu dengan kamu."
"Bang, tolong jangan katakan pada siapa pun kalau aku ikut dengan Abang. Apa Om dan Tante bisa menjaga rahasia aku?"
"Kamu tenang saja, Mama dan Papa pasti akan merahasiakan kepergian kamu. Nanti kunci rumahmu biar titip saja pada Mama, agar ada orang yang membersihkannya.
"Iya, Bang! Terima kasih," ucap Summer.
"Gadis bodoh! Kalau ada masalah, seharusnya kamu bilang pada keluargamu. Bukan berusaha menyelesaikannya sendiri tapi kamu sendiri tidak punya solusinya." Radid mengacak-acak rambut Summer. Rasa kasian, kesal, dan ingin marah bercampur jadi satu karena kebodohan Summer, yang mau memberikan segalanya pada laki-laki yang hanya berstatus sebagai kekasihnya itu.
Summer pun kembali membereskan barang-barangnya dibantu oleh Hanna. Sementara Radid memilih pergi ke rumahnya untuk membicarakan masalah Summer pada kedua orang tuanya. Dia meminta agar kedua orang tuanya merahasiakan kepergian Summer yang ikut dengannya pada siapa pun terutama pada Rain.
Setelah semuanya siap, mereka pun langsung berangkat ke ibu kota. Tanpa sengaja Summer melihat Rain yang sedang membonceng Yasmin, entah mereka mau pergi ke mana. Gadis itu hanya tersenyum kecut saat melihat tangan mungil Yasmin melingkar di perut Rain. Dia langsung menyembunyikan dirinya ketika kendaraan yang mereka tumpangi terjebak di lampu merah.
Selamat tinggal Rain! Aku tidak akan pernah menyesal telah memberikan semuanya padamu. Karena aku tahu, kamu laki-laki baik yang pernah aku kenal. Laki-laki yang selalu memberikan kehangatan padaku. Meskipun kini aku tidak akan bisa memiliki kamu lagi, tapi aku memiliki kenangan indah itu bersamamu.
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukungannya ya kawan! Klik like, comment, rate, vote, gift dan favorite....
...Terima kasih....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!