NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Waria Tampan

Pelecehan

“Aku sungguh mencintaimu, Amira,” ucap seorang lelaki tampan yang ada di hadapan wanita yang sangat cantik jelita.

Lelaki itu merengkuh pinggang wanita yang ada di hadapannya, kemudian memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Ia berusaha menekankan tubuhnya pada tubuh wanita itu, sehingga wanita itu menjadi sangat tertekan, tetapi ia harus tetap pada posisi tersebut.

“Cut!” pekik sang sutradara, yang menghentikan jalannya cerita.

Lelaki itu melepaskan tubuhnya dari wanita yang ia peluk, dengan tangan yang lebih dulu menggerayangi bokong wanita tersebut. Wanita cantik bernama Alya itu, sangat tidak menyukai apa yang lawan mainnya lakukan padanya.

Dengan sangat kasar, Alya mendorong tubuh lelaki itu sehingga tubuh mereka pun terpisah dengan cepat. Lelaki itu memandang Alya dengan dalam, karena tidak suka dengan apa yang Alya lakukan tersebut.

“Lo apa-apaan, sih? Kenapa dorong gue begitu?!” pekik lelaki itu, yang tak terima dengan apa yang Alya lakukan.

Alya mendelik kesal, saking kesalnya ia tidak takut dengan siapa pun juga saat ini.

“Lo yang apa-apaan?! Ngapain lo megang-megang pantat gue?!” pekik Alya membuat keributan, sehingga membuat mereka memandang ke arah sumber keributan.

Seorang lelaki yang diketahui adalah manajer sekaligus kekasih dari Alya pun, menghampiri mereka yang saat ini sedang cekcok.

“Udah-udah! Kalian jangan pada ribut!” lerai Dion sang manajer, membuat Alya menoleh ke arahnya dengan keadaan melotot kesal.

“Apa lo bilang? Udah? Dia udah ngelecehin gue, terus lo bilang udah?” tanya Alya dengan sinis, Dion tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Alya saat ini.

Lelaki hidung belang itu memandang remeh ke arah Alya, yang saat ini sedang marah-marah di hadapan kekasihnya.

“Ada apa, sih? Eh Dion, suruh cewek lo professional dikit, dong! Ini ‘kan adegan akting, kenapa dia repot banget? Cuma kena pegang sedikit, kenapa sampe nyolot gitu? Santai aja, kali!” ujar lelaki tersebut, yang malah bersikap santai terhadap kesalahan yang ia perbuat.

Alya tentu saja tidak bisa menerimanya. Semua orang hanya bisa memandang ke arah mereka, tanpa bisa berbuat banyak untuk mereka.

“Eh, mulut lo bau sampah tau gak! Tangan kotor lo udah bikin pantat gue jadi ternodai! Najis banget gue! Cih!” bentak Alya, yang lalu meludah ke arah wajah lelaki tersebut, sehingga lelaki tersebut pun terpancing kesal karena tindakan semena-mena Alya itu.

Lelaki itu mendelik kesal melihat ke arah Alya, “Cewek ******! Berani banget lo ludahin gue!” bentaknya yang langsung berusaha untuk menghampiri Alya, bermaksud ingin menghajar Alya secara laki-laki.

Dion yang melihatnya segera memasang badan di hadapan lelaki gila itu. Ia tidak bisa melihat ada orang yang melukai Alya, karena ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Alya.

“Kalo lo sentuh dia, lo bakal berhadapan sama gue!” ancam Dion yang terlihat sangat keren di mata Alya.

Lelaki hidung belang itu kesal, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Ia hanya bisa meludah ke arah sampingnya saja, tanpa bisa menyentuh Dion ataupun Alya. Ia pergi meninggalkan mereka, sehingga membuat Dion memandang ke arah Alya dengan tegas.

“Hampir aja lo kena masalah!” bentak Dion, tetapi Alya masih saja terpesona dengan apa yang Dion lakukan untuknya tadi.

“Lo belain gue tadi? So sweet banget,” ucap Alya, dengan nada yang sedikit rendah.

Dion memandangnya dengan tajam, “Gue belain lo tadi, karena gue gak mau terjadi sesuatu sama lo! Gue gak mau ribet ngurusin asuransi wajah lo, kalau seandainya si gila itu ngehajar lo! Lo juga gak akan bisa akting lagi buat sementara waktu, sampe memar lo sembuh. Gue gak mau itu terjadi, karena itu akan menghambat income kita!” ujarnya menjelaskan, sontak membuat Alya mendelik kaget mendengar penuturannya itu.

Alya mendelik, “Apa? Jadi, lo berbuat begitu bukan karena lo pacar yang harus ngelindungin gue? Lo berbuat begitu, karena masalah income?” tanyanya tak percaya, membuat Dion merasa sangat bingung harus menjelaskan seperti apa.

“Ya lo harusnya professional dikit, lah! Jangan karena masalah ini, lo jadi bikin kacau projek yang harusnya bisa 3 bulan ini!” ujarnya, yang benar-benar hanya memikirkan permasalahan projek, daripada harga diri Alya.

Alya semakin menajamkan matanya ke arah Dion, “Yon, lo ini apa sih? Pacar harusnya gak gini ke pacarnya! Manusia juga harusnya gak gini, cuma mentingin masalah income doang! Gue ini dilecehin, Yon! Kenapa lo malah nyuruh gue professional? Projek-projek, bulshit tau gak!!” teriaknya dengan sangat kencang, sehingga para crew masih saja memandang ke arahnya.

Alya membuang pandangannya, saking bencinya ia dengan keadaan ini. Sementara itu, Dion mencoba untuk memikirkan strategi yang cocok, agar bisa menggait kembali hati Alya yang sedang panas seperti ini.

“Gak ada cara lain selain professional, Al! Gue gak mau projek yang udah kita tanda tanganin jadi kacau, hanya karena masalah sepele begini!” ujarnya, membuat Alya semakin mendelik dan memandang kembali ke arah Dion dengan sinis.

“Masalah sepele kata lo?” tanya Alya yang tak terima dengan perkataan enteng manajernya tersebut, “gue akan tunjukin ke lo, apa itu masalah sepele yang lo maksud! Jangan cari gue!” bentaknya, yang lalu segera pergi meninggalkan Dion dan para crew di sana.

Dion mendelik kaget, karena ia tidak bisa menghentikan Alya dengan kaki yang masih sakit karena terlalu lelah melakukan aktivitas. Berkat kaki yang sakit itu pun, Alya jadi menyetir sendiri ke mana pun mereka pergi. Dion jadi tersadar, dengan kunci mobilnya yang masih dipegang oleh Alya.

“Kunci mobil!” pekik Dion, yang lalu bergegas menghampiri Alya yang sudah hampir memasuki mobil miliknya itu.

“Alya, tunggu!!” pekik Dion, yang sama sekali tidak digubris oleh Alya.

Alya masuk ke dalam mobilnya, kemudian memasang sabuk pengamannya. Ia bergegas membawa mobil tersebut, untuk meninggalkan lokasi syuting laknat tersebut.

Dion sampai di tempat parkir mobil, dan sudah melihat Alya yang pergi membawa mobil mereka. Ia merasa sangat bingung, karena ia yang mungkin saja tidak bisa pulang, di malam yang selarut ini.

“Alya!” teriak Dion, tetapi mobil tersebut tak kunjung berhenti.

Dion menepuk keningnya dengan keras, “Aduh, gimana caranya gue pulang kalau begini? Udah malem banget lagi! Mana ada taksi malem-malem begini?” gumamnya yang kebingungan cara untuk kembali ke apartemennya.

Bukannya kebingungan dengan ke mana Alya akan pergi, ia malah kebingungan bagaimana caranya dia bisa kembali ke apartemennya dengan cepat dan selamat.

Dion memang terlihat sangat tidak memedulikan Alya. Hubungannya dengan Alya terlihat hanya sebuah topeng, yang bisa membuatnya lebih dekat dengan Alya, dan bisa menjerat banyak tawaran syuting.

Emosi Yang Meluap

Sementara itu, Alya membawa mobil tersebut ke arah yang tidak ia ketahui. Ia hanya bertekad untuk tidak akan kembali untuk sementara waktu, sampai Dion benar-benar memintanya untuk kembali dan membuktikan, kalau Alya sangatlah penting dan berarti baginya.

Alya mengeluarkan handphone-nya dari dalam tasnya, dan meletakkannya di kursi samping kemudi. Ia berharap, Dion akan menghubunginya dan ia tidak perlu pergi dari sana dan langsung mengurungkan niatnya untuk menghindari Dion.

“Telepon gue, kek! Tunjukkin, kalau gue itu penting buat lo!” gumam Alya, sembari tetap menyetir kendaraannya dengan sangat baik.

Walaupun Alya sedang dalam situasi dan kondisi yang tidak baik, ia sama sekali tidak ingin membuat nyawanya hilang begitu saja. Masih banyak mimpi yang harus ia kejar, dan masih banyak orang yang ia benci, yang harus ia balas atas perlakuan mereka terhadapnya waktu dulu.

DRING!

Benar saja, beberapa waktu berselang handphone Alya pun berdering, sehingga membuat Alya seketika langsung sumringah karenanya. Ia sedikit melirik ke arah handphone-nya, yang ternyata benar tertera nama Dion di layar handphone miliknya itu.

“Nah, bagus lo tau diri!” gumamnya, yang langsung memeriksa suaranya agar lancar saat berbicara pertama kali dengan Dion.

“Ekhm ....” Alya mengangkat telepon dari Dion.

“Halo, Alya! Lo di mana? Balik cepetan!” suruhnya dengan sinis, membuat Alya menyeringai senang karena Dion yang ternyata masih peduli dengannya.

“Balik cepetan! Gue bingung pulangnya gimana! Gak akan ada taksi malem-malem begini! Orang-orang juga gak akan mau kalau gue tumpangin!” bentak Dion lagi.

Alya yang tadinya sangat senang karena Dion yang menghubunginya, mendadak senyuman itu luntur, saking kesalnya karena tujuan Dion menghubunginya hanya karena ia bingung harus pulang dengan siapa malam ini.

Hal itu sangat membuat Alya kecewa untuk yang kesekian kalinya pada Dion.

“Lo gila, ya? Cewek lo pergi gak tau ke mana, bukannya ditanyain disuruh pulang karena lo khawatir, malah disuruh pulang karena lo bingung mau pulang gimana nantinya!” bentak Alya, yang membuat Dion menghela napasnya dengan kasar.

“Udah deh, Al! Jangan bikin ulah sekarang! Gue gak bisa pulang, nih!” ujar Dion, yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

Seharian bekerja, membuat Dion sangat tidak fokus untuk membahas permasalahan yang terjadi pada wanita. Ia juga tidak bisa menebak-nebak, apa yang dirasakan wanita saat pikirannya tengah lelah.

Alya sangat tidak bisa menerimanya, kemudian merasa gejolak amarahnya semakin tinggi lagi dari semula. Ia benar-benar sudah membulatkan tekadnya, untuk sejenak mangkir dari dunia pertelevisian.

Terserah bagaimana nanti.

“Dengerin gue baik-baik, ya. Gue ... gak akan pernah muncul lagi di lokasi syuting! Jangan pernah lo cari gue! Gue gak akan mau balik!!” teriak Alya, yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

Ia berteriak, seakan menumpahkan seluruh kekesalan yang ada di hatinya. Ia merasa sedikit lega, ketika ia sudah mengeluarkan semua isi yang ada di dalam hatinya pada Dion.

Sambungan telepon terputus, sontak membuat Dion kelimpungan setelah mendengar ucapan dari Alya itu.

“Alya! Alya!! Jangan coba-coba, ya! Alya!!” pekik Dion yang percuma saja, karena sambungan telepon yang sudah terputus sejak Alya selesai berteriak tadi.

Dion menendang bebatuan yang ada di hadapannya secara spontan, “Sialan! Gimana bisa gue bujuk dia buat balik lagi ke lokasi syuting? Masih ada sisa 1 bulan lagi, sebelum filmnya tamat!” gumamnya dengan kesal, yang merasa dipermainkan oleh Alya saat ini.

Perjalanan yang entah ke mana tujuannya ia jalani, saking bingungnya ia harus berbuat apa. Ia tidak bisa kembali ke apartemen mereka, karena ia sudah terlalu kesal dan putus asa dengan sikap dan juga perlakuan Dion padanya itu.

Alya mengusap kepalanya dengan pelan, “Gue harus ke mana jadinya?” gumamnya, yang merasa tidak tahu harus pergi ke mana.

Alya teringat dengan kampung neneknya, yang cukup jauh dari tempatnya saat ini. Karena malam sudah terlalu larut, ia sampai ragu untuk pergi ke sana atau tidak.

“Ke sana gak, ya?” gumamnya, yang masih merasa sangat ragu.

Alya berpikir sejenak, tentang keputusannya untuk meninggalkan Dion tadi tidaklah salah. Ia merasa dirinya benar, dan harus menghindar sejenak dari Dion yang hanya bisa memanfaatkannya saja.

“Ya, gue harus ke sana!” gumamnya, yang kini membulatkan tekadnya untuk pergi ke rumah neneknya.

***

Perjalanan sudah ia tempuh selama kurang lebih 5 jam. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tak ada siapa pun yang melewati jalanan sepi dan terjal ini. Hujan turun dengan derasnya, membasahi jalanan perkampungan pinggir kota, yang jarang sekali dilewati orang lain.

Alya sudah berhasil menempuh jarak tersebut, hanya karena rasa sakit hatinya yang masih terasa di lubuk hatinya itu.

Alya adalah salah satu artis muda, yang baru beberapa tahun merintis di dunia hiburan tanah air. Ia sudah melewati segala macam tes dan juga audisi, untuk membuktikan bahwa ia layak untuk mendapatkan panggung di dunia hiburan ini.

Namun, perjalanannya sebagai artis baru tidak semudah yang ia bayangkan. Karena mereka selalu memandang rendah artis yang baru saja terbit, mereka yang gelap mata sering melakukan hal-hal yang tidak baik pada Alya.

Contohnya saja pada kasus kali ini, yang sampai membuat dirinya lari dari lokasi syuting, setelah ia menyelesaikan adegan yang akan ditayangkan. Lawan mainnya melakukan hal-hal yang tidak senonoh, yang bisa membuatnya tidak nyaman.

Alya menyetir mobilnya dengan kecepatan yang pelan, saking licinnya jalanan kampung tempat tinggal neneknya ini.

“Duh ... harus hati-hati, nih! Jalanannya licin banget!” gumamnya, yang masih bisa berpikir rasional, meskipun kesehatan mentalnya sedang terganggu.

Bukan hanya sekali ini saja ia dilecehkan oleh lawan mainnya. Ia juga sering mendapatkan perlakuan buruk, ketika ia tengah berada di lokasi syuting lainnya. Mereka mengejeknya, karena aktingnya yang tak terlalu bagus dari orang yang sedang meledeknya itu.

BRAK!

Alya kembali kesal, karena ia terbayang lagi setiap kejadian yang ada di lokasi syuting, sehingga ia menumpahkan amarahnya dengan cara menggebrak stir kemudi mobilnya yang sedang ia kendarai itu.

“Kenapa sih, jadi artis hebat itu gak semudah yang gue pikirin?! Kenapa mereka selalu ngelecehin gue begini? Entah megang bokong lah, megang dada lah! Gue ngerasa ternodai, dengan tindakan-tindakan mereka yang begitu! Mungkin bagi mereka itu bercanda, tapi kalau udah nyentuh fisik, itu namanya bukan bercanda!” teriak Alya, yang berusaha untuk meluapkan amarahnya di dalam mobilnya.

Hanya di dalam mobil, ia bisa meluapkan emosinya, saking tidak ada tempat untuk ia mengadu. Kekasihnya yang merupakan manajernya, sangat tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya. Yang ia pedulikan hanya pemasukan dan job, yang harus ia atur untuk Alya.

Menolong Wanita Asing

“Shit! Kenapa Dion malah gak ngelakuin apa-apa sih tadi? Dia malah nyuruh gue bersikap professional, saat gue dilecehin begini!” bentaknya, yang mulai kehilangan kendali atas emosinya.

DUAR!

Petir menyambar dengan kencangnya, sehingga membuat dahan pohon tumbang di hadapan mobil Alya. Dengan keadaan setengah sadar, ia memandang dahan pohon yang jatuh di hadapannya itu, kemudian setelah menyadarinya ia segera mendelik dan menginjak pedal remnya dengan sekuat tenaganya.

“Ah!!” teriaknya, yang baru saja menyadari tentang dahan pohon yang ada di hadapannya itu.

Ketika ia menginjak pedal rem dengan sekuat tenaga, ternyata yang terjadi adalah slip ban, sehingga walaupun ia menginjak pedal rem dengan sangat kuat, ia masih tetap menabrak dahan pohon yang tumbang itu.

Alya menabrak dahan tumbang itu dengan cukup kuat, sehingga dahan tersebut tersangkut di bawah mobilnya. Ia mendelik kaget, sembari menahan kepalanya yang juga ikut terbentur akibat menabrak dahan pohon yang tumbang tadi.

“Aww ....” Kepalanya terasa sangat sakit, karena benturan yang mengenai keningnya tersebut.

Alya berusaha untuk mengatur napasnya yang sudah memburu, dan memandang ke arah kaca spion untuk memeriksa keadaan dahinya itu.

“Aduh, jidat gue gak apa-apa, ‘kan? Nanti gue gak bisa syuting lagi!” gumam Alya, sembari berusaha memeriksa keningnya melalui kaca spion yang ada di hadapannya.

Perlahan, ia menyadari bahwa ia tidak harus bersikap seperti itu. Ia terpaku sejenak, karena dirinya yang ternyata masih memikirkan tanggung jawabnya tentang syuting yang harus dijalani satu bulan ke depan.

“Ngapain gue mikir begitu, ya? Gue gak harus mikir gitu! Gue ‘kan emang udah niat buat mangkir!” gumamnya yang merasa sangat terbebani dengan tanggung jawabnya itu.

Di hati Alya yang lainnya, ia berpikir untuk tidak memedulikan semua tanggung jawabnya, yang hanya membuat Dion senang. Ia merasa bahwa dirinya pantas melakukan hal ini, agar Dion menjadi jera, dan lebih mementingkan dirinya daripada job yang harus ia jalani.

“Lebih baik begini! Biar dia ngerti, apa yang harus dia lakukan!” gumamnya yang sudah sangat membenci keadaan ini.

BRAK!!

Alya kembali mendelik, ketika ia merasa ada sesuatu yang menabrak mobilnya dari arah belakangnya. Ia kembali melihat ke arah spion, untuk memastikan keadaan yang ada di belakang mobilnya.

“Apaan, tuh?!” gumamnya yang penasaran, dan langsung memandang ke arah spion mobilnya.

Karena tidak terlalu jelas, Alya segera menoleh ke arah kursi belakang, untuk memeriksa keadaan yang ada.

Di sana, terlihat beberapa orang preman, yang sedang menghardik seorang wanita. Mereka menabrakkan wanita itu pada mobil Alya, sehingga membuat Alya mendelik kaget saat mengetahuinya.

“Wah, kurang ajar! Mereka nge-bully cewek di tengah malem begini! Gak bisa dibiarin, nih!” gumamnya yang bertekad untuk menolong wanita yang sedang dihardik itu.

Karena dirinya yang selalu dihardik oleh lawan mainnya, dan tidak bisa melakukan apa pun setelahnya, ia merasa kali ini ia harus menolong wanita itu. Ia harus membuat para lelaki itu jera, karena sudah membuat wanita seperti dirinya terhardik.

Alya memeriksa kursi belakangnya, dan melihat ada sebuah stik baseball yang memang selalu ia bawa ke mana pun mobil itu pergi. Hal itu untuk berjaga-jaga, agar dirinya bisa menjaga diri dari mereka yang hendak bersikap tidak baik padanya.

Tentu saja itu juga ia gunakan untuk Dion, jika Dion sampai macam-macam padanya, ia tidak akan segan-segan untuk memukul Dion menggunakan stik baseball yang ia sembunyikan itu.

Alya keluar dengan gagahnya. Walaupun hujan tengah turun dengan derasnya, ia sama sekali tidak takut, demi menolong wanita yang sedang dilecehkan oleh para brandalan itu.

Sementara itu, para berandalan itu menyudutkan tubuh wanita itu ke mobil Alya, sehingga wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

“Eh, serahin semua duit lo!” bentak kepala preman itu, membuat tubuh sang wanita menggigil karena ketakutan.

“Saya gak punya uang, Bang!” tolak wanita itu dengan nada yang sangat ketakutan, membuat mereka sangat tidak peduli dengan apa yang ia katakan.

Yang mereka inginkan, hanyalah wanita itu yang menyerahkan semua uang yang ia miliki, untuk keperluan mereka dalam berjudi dan mabuk seperti biasanya.

Itulah manusia. Jika tidak ada yang bisa dipakai untuk berjudi dan mabuk, mereka akan melakukan segala cara demi bisa melakukan kebiasaan buruk mereka, yang sudah mendarahdaging pada diri mereka.

“Gak usah bohong lo! Cepetan kasih, atau enggak gue habisin lo!” ancamnya, sontak membuat wanita itu ketakutan.

Alya datang dengan sangat berani, memukul pundak preman yang sedang menyudutkan wanita malang itu, dengan menggunakan stik baseball miliknya. Hal itu sontak membuat mereka terkejut, dan kepala preman itu menjadi sangat kesakitan karena pukulan dari Alya.

“Aduh! Siapa ini yang mukul gue?!” pekiknya, yang langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakangnya.

Terlihat Alya yang dengan gagah berani, memandang sinis dan tegas ke arah mereka. Hal itu membuat mereka mendelik kaget, karena melihat seorang wanita yang sangat berani menghadapi mereka.

“Eh, lo jangan beraninya sama cewek, ya! Hadapin gue kalau berani!” tantang Alya, yang benar-benar tidak ada takutnya sama sekali dengan mereka.

Di tengah hujan yang sudah mulai rintik dan tidak deras lagi, Alya muncul sebagai sosok pahlawan bagi wanita itu.

“Apaan, tuh? Lo nantang kita, cewek tengik!” bentak sang kepala preman, membuat Alya mendelik kesal karena sudah dipanggil cewek tengik olehnya.

Secara tidak langsung, itu adalah tindakan pelecehan secara verbal. Alya sama sekali tidak menyukai hal itu.

“Sialan lo, botak! Jangan ngatain gue yang gak sesuai kenyataan!” bentak Alya, yang mulai melakukan body shamming kepada sang berandal itu.

Mendengar Alya yang mengatakan dirinya botak, sontak kepala brandal itu pun terpacu untuk berbuat yang tidak-tidak kepada Alya.

“Cewek tengik, beraninya ngatain gue botak!” bentaknya, yang tak terima dikatakan seperti itu oleh Alya.

Alya memandangnya dengan sinis, “Emang lo botak! Kenapa lo marah, hah? Justru lo harusnya marah, kalo gue panggil lo gondrong!” bentaknya balik, membuat semua anak buahnya menahan tawanya ketika mendengar Alya mengatakan hal yang benar itu.

Tak terima dengan perkataan Alya, si botak pun langsung menyerang Alya dengan cara mencekik leher Alya menggunakan kedua tangannya. Hal itu membuat wanita itu terkejut, karena orang yang sudah menolongnya sedang dihardik saat ini oleh orang yang menghardiknya tadi.

“Jangan macem-macem lo, cewek tengik! Emangnya, gue peduli kalau lo mati di sini, hah?!” pekiknya kesal, yang berusaha untuk mencekik Alya dengan lebih kencang lagi.

Alya merasa hampir saja kehabisan napas, karena tangan si botak yang sangat keras mencengkeram lehernya. Napasnya sangat berat, sampai tidak bisa merasakannya dengan benar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!