Sunyi malam teredup suara pekikan kesakitan dari bibir yang sudah tidak berdaya. Tidak ada lagi yang tersisa untuk malam ini, semua hanya tentang kegelapan yang terlihat. Segala aroma busuk dan derasnya hujan menambah buruk keadaan
Tentang sunyi dan bau busuk, menjadi pengantar malam yang panjang bagi sekelompok orang berbaju hitam dengan topeng menghiasi wajah.
Malam gelap ini mengajari satu hal mengenai keburukan. Satu-satunya hal yang baik malam ini hanya tentang nafas yang masih bertahan di dalam diri. Meskipun paru-paru sudah pasrah dalam bekerja, tapi nyatanya nafas masih bertahan di ujung udara
Toronto menjadi tempat yang lusuh, banyak yang terkutuk disini. Jika ada yang berlalu lalang hanyalah tentang minimnya kendaraan di tengah malam yang sunyi. Bau anyir darah mulai menusuk indera penciuman, hingga mata tajam bak elang kelaparan kini menatap pada dua orang terakhir yang nyawanya masih terjaga
" Siapa kalian? Beraninya kalian menyiksa tuan Darrag?" tanya salah satu pria yang kini sudah tidak berdaya lagi, pria yang dikenali sebagai asisten dari pria paruh baya yang dipanggil tuan Darrag.
Tidak ada suara jawaban, semua bibir seakan terkunci untuk jawaban yang sia-sia itu. Pekatnya malam semakin membuat tubuh berbalut baju-baju hitam itu tertelan kegelapan, sedang tatapan penuh kepuasan tergambar dari mata- mata pemilik kemenangan malam ini
" Itu tidak penting, yang penting kalian harus mati malam ini" suara itu pecah dalam rintik hujan yang mulai mereda
" Bunuh mereka" perintah dari salah satu pria dalam gerombolan hitam itu, menyuruh mengakhiri hidup dari dua pria yang sudah tidak lagi berdaya diatas tanah becek, terbasahi oleh air hujan. Tubuh tegap dengan tinggi 187 cm itu tampak begitu mencolok dari gerombolan itu, menatap sangar pada tatapan memohon dua pria paruh baya dibawah kakinya
DOORR
Suara letupan senjata Desert eagle di tangan si pemilik kelam menembus dada kedua pria paruh baya yang kini menahan perih yang terasa begitu menyakitkan. Peluru yang keluar dari pistol buatan pabrik senjata Israel itu tidaklah memberinya jalan untuk tidak merasakan pedihnya kematian
Gang sempit yang minim cahaya di salah satu kota terbesar bagian Kanada itu, kini di penuhi oleh mayat-mayat orang-orang dari pria paruh baya yang baru saja dicabut nyawanya. Cairan kental berwarna merah tampak merembes, memberi warna lain pada sang kegelapan yang menyunggingkan senyum penuh kemenangan
" Urus semua mayat ini. Jangan sampai ada yang tahu! Toronto bukanlah tempat untuk sampah seperti mereka berpijak" perintah pria tinggi itu lagi yang kini berjongkok disamping mayat dari pria paruh baya yang baru saja dibunuhnya, lalu menarik rambutnya kasar hingga wajah mayat itu mendongak
" Albert Darrag, masa mu telah berakhir" ujaran dalam penuh kebanggaan tersemat di setiap nadanya
Albert Darrag, pria paruh paya yang terkenal sangatlah kaya raya. Memiliki perusahaan hampir diseluruh negara besar dunia, harus rela nyawanya tertikam dalam remasan iblis berwajah malaikat. Pria muda yang dipercayainya selama tiga tahun berjuang dalam naungan yang sama, ternyata tidaklah lebih dari Malaikat bersayap iblis, membantu, namun juga membawa pada petaka. Kepercayaannya dibaluri dengan pengkhianatan
" Bos! Kita apakan mayat-mayat ini?"
" Kubur atau beri saja pada anjing liar" nada sumbang itu terucap tanpa ada rasa. Tidak ada ekspresi yang terpasang, hanya langkah yang menemani rintik air mata alam. Tangannya tergerak menghilangkan topeng penutup wajah, hingga netra yang menatap tidak lagi mampu menilai seberapa indah rupa yang dimiliki pria tinggi itu. Wajah yang terpahat dengan begitu apik, seakan-akan menjadi bukti kalau dewa itu membayangi langkah sang pria
Tampan wajah tidaklah memberikan nada indah bagi jalannya kehidupan sang pria, ada jarak jauh yang membentangi. Tidak ada wajah tersenyum, kendati pun sekali dia tersenyum mampu membuat puluhan wanita antri untuk naik keatas ranjangnya
Jangan berharap kisahnya akan sehebat kisah superhero atau
kisah cinta seromantis Romeo-Juliet, karena tidak ada kata cinta dalam kepuasan dirinya. Dia telah meruntuhkan ego, menunduk dibawah perintah Albert Darrag selama tiga tahun lebih, kepercayaan pria yang sudah menjadi mayat itu adalah bagian dari rencana. Hidup ini keras, banyak kerikil tajam yang menghalang langkah menggapai asa. Berharap kau bisa melewati jalan penuh dengan bunga yang menebar harum? Maka jangan pernah masuk dalam kehidupannya.
Pria ini, pemimpin dari salah satu kelompok mafia terbesar di bagian Amerika-Asia. Namanya menjadi rahasia sendiri yang tetap tersembunyi dibalik bayang-bayang redup tanpa cahaya. Dunia gelap mungkin akan gentar mendengar namanya disebutkan disetiap lisan yang terkutuk. Tapi tidak, jika dia sudah berada dibalik topeng pengecoh para manusia bodoh.
Mungkin kau berpikir, dia adalah pria tampan dengan sejuta pesona dan kekayaan yang tidak ada habisnya! Maka, teruskanlah khayalanmu. Pria ini tidak punya hati, hanya nyali yang membaluti diri, tidak ada penggalan masa lalu, karena itu sudah dimakan masa yang bertalu. Jangan tanyakan apakah dia pernah jatuh cinta? Karena kau tidak akan pernah mendapatkan jawabannya
Dering pengganggu mengalihkannya pada benda pipih persegi terbarunya, tercatat disana
******* FRIEND
" Say it" jangan berharap banyak sapaan, karena itu hanyalah kata tanpa makna
" Hei, dude..where are you?" nada ringan penuh candaan terdengar begitu nyaring diseberang
" Di selokan Toronto" kau ingin mendengar jawaban manis? Mimpi saja. Ini dunianya, dunia yang dipenuhi dengan kegelapan dan dosa. Berharap dia menjadi pemuda manis dengan kisah cinta masa remaja, teruslah bermimpi kawan!
" What!! Apa yang kau lakukan?" irama pekikan itu begitu mengusik gendang telinga, namun tidak sampai melukai pendengaran
" Membasmi tikus got!" ingatlah untuk memperkuat hati ketika kau sudah terlibat dalam hidupnya, dia adalah malaikat yang bisa ber tranmigrasi menjadi iblis. Dunianya hanya mengenal dua hal, blood and ambition
Darah sudah menjadi santapan jika kau terlibat dalam dunia mafia dan ambisi menjadi kekuatan bagimu jika ingin melanjutkan hidup walau tanpa nyawa
" Boleh aku tahu, siapa korbanmu sekarang?" nada di seberang terdengar santai walau nyata dia sudah menghilangkan nyawa
" Hanya tikus sampah yang berdasi. sekarang katakan!" malas berbasa basi dan merujuk langsung ke inti. Inilah dirinya, dia dingin tapi berselimut hangat dan tidak ada yang mampu menembus isi dalam hati
" Stop it! Can you going to here now? Kami sedang berkumpul"
" Not interested" nada dingin menyeruak dibalik wajah malas tanpa ekspresi
" Kau akan tertarik Daniel. Datang saja sekarang kesini"
Mata itu menatap tapi tidak ada jiwa didalamnya, membunuh sudah jadi hobi di setiap detik nafasnya. Pria tinggi ini bernama Daniel Maverick, pria yang dianugrahi wajah tampan dengan sejuta masa yang terkubur kelam. Ada sebuah nama yang terlupa di masa lalu, ketika kepolosan masih melekat diri. Pria pemilik kelam itu menyunggingkan senyum dibalik kegelapan. Kata-kata dia akan tertarik memacu satu kata dalam diri, sebuah kata bernama penasaran
" Let's do it"
Langkahnya memberi nada untuk alam dari percikan air yang terhantam ujung sepatu mahalnya. Dia penguasa dan pengusaha, berharap tubuhnya dibaluti barang murah? Tidak akan terjadi bahkan dalam mimpi terindahmu sekalipun
Penguasa dunia kegelapan, membunuh di malamnya dan paginya menerima jabatan. Hebat bukan? Tentu saja akan banyak bibir yang menjawab iya, walau setelahnya banyak nada sumbang yang mendesis iri
🍀🍀🍀
Desau nafas beradu dengan desah angin yang berlalu. Sepuluh tahun bukan waktu yang sedikit baginya untuk melupakan, tapi kata itu tidak kunjung terlaksana. Nama itu masih terukir indah didalam hati walau ribuan luka sudah tertancap tanpa bisa dicabuti lagi
Mata gadis itu menelisik disetiap sudut hingga tertuju pada satu objek yang memantik luka dimasa lalu. Sudah sepuluh tahun berlalu, namun kenangan itu tidak mampu dihapusnya. Dia sudah terpisah ribuan mil jauhnya dari pemilik luka itu. Entah bagaimana takdir akan mempertemukan mereka kembali
Anna Madison, si pemilik mata bulat berbentuk Almond dengan luka sayatan pengkhianatan setelah hatinya tulus diberi. Dia pernah mencintai dan kini pun rasa itu tetap sama mendiami diri. Secarik gambar dari masa lalu membuat kenangan itu nyata walau fakta tidaklah seindah realita. Hanya karena sebuah kata bernama Cinta, dia dikhianati ketika rasa mulai ada. Miris bukan? Dia sudah begitu mendamba, namun sang pria yang digadang-gadang sebagai pangeran malah lari menjauh di depan mata
Anna menatap lama pada gambar ditangan, merasa bodoh dengan semua cerita masa lalunya. Keputusan meninggalkan negara kelahirannya adalah keputusan paling tepat yang diambilnya, meninggalkan semua termasuk luka masa lalunya
Toronto menjadi tempat dimana dia menghabiskan hari selama sepuluh tahun terakhir walau langkah pernah berpijak di berbagai benua dunia ini. Gadis ini bukanlah gadis manja yang bergantung pada kemurahan orang tua dan keluarga. Putus cinta tidak membuatnya menjadi putus asa.
Mungkin benar jikalau Wanita mengagungkan cinta dan kesetiaan tapi tetaplah rasa yang didepankan. Rasa mengikat tubuh pada satu tujuan. Manusia bebas berhubungan dengan siapapun atas nama cinta, tapi..! Sebuah rasa akan mengubahnya menjadi manusia yang sesungguhnya, bukan hanya binatang bertubuh manusia yang memanfaatkan kata bernama cinta
Dering ponsel menghantarnya pada masa sekarang dari lamunan masa lalu bertabur luka. Tangan anggun itu bergerak lincah menggapai ponsel yang menangis memanggilnya
" Anna, ayo kita clubbing. Semua teman kita sudah berkumpul disini" suara berisik langsung menyeruak menembus gendang telinganya, bahkan tidak menunggu waktu baginya membuka mulut
" Okay. Kirim lokasinya!" tidak perlu mengumbar kata yang berlebihan karena gadis ini benci untuk melakukannya. Pernah dikhianati secara terang-terangan membuatnya malas untuk bersikap munafik didepan makhluk bernama manusia. Dia melakukan apa yang disukainya dan menolak apa yang tidak disukai
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏
Suara hiruk pikuk memenuhi ruangan, banyak tubuh berlenggak lenggok dalam tampilan menggoda. Disini bukan tempat manusia suci untuk berkumpul, karena ini hanya tempat bagi manusia yang merasa imannya sudah tumpul. Sang gadis mendudukkan bokongnya tepat didepan meja bartender, mata bulatnya menelisik tiap gerakan dari manusia pemuja dosa yang memenuhi ruangan.
Ini Toronto, kota yang dipenuhi nuansa gairah masa muda. Hampir 30% muda-mudi Toronto menghabiskan sabtu malam dengan clubbing. Adegan clubbing di Toronto berkembang pesat, bahkan ditengah musim dingin, ketika garis pemeriksaan mantel bisa lebih sibuk daripada lantai dansa. Klub Toronto bisa lebih berdenyut daripada kehidupan. Tidak perlu membatasi pesta binatang dalam diri di akhir pekan
Ini Toronto, kota bertabur kebebasan setingkat Las Vegas. Penghuninya bukanlah manusia yang toxic pada satu kepercayaan. Kalian mengharapkan hal yang bersih disini? Maka hanya satu jawaban untuk keinginan itu. Kau salah tempat!. Ini tempat dimana luka tidak akan terasa, namun juga tempat dimana jiwa dipenuhi dosa
Tangan halus itu bergerak lembut dengan gaya sensual. Memutar-mutar gelas berisi minuman bernama Vodka. Minuman yang dipercaya memiliki tingkat alkohol yang begitu tinggi, sekitar 35-60%. Setingkat tequilla bagi insan penikmat minuman penghilang akal tersebut. Mata si gadis menatap pada minuman Vodka itu, yang asal usulnya diyakini dari Russia. Hal ini ditandai dengan berdirinya museum Vodka terbesar di kota St. Petersburg, Rusia. Museum tersebut memajang berbagai benda yang berhubungan sejarah dengan pembuatan Vodka ini.
Erangan waktu menghentikan fantasi yang beriak dalam ingatan saat netra beradu nyata dalam pantulan, matanya melihat kearah pintu masuk dari kejauhan, dimana lautan manusia mulai menggerubungi si pelangkah masa lalu yang handal, tubuh-tubuh tegap sekekar atlet berjalan beriring dibelakangnya. Si gadis penikmat Vodka tertegun sejenak, ketika dia kembali dipertemukan dengan penoreh luka di masa lalu. Pria itu, masihlah sama seperti dulu. Wajah tampannya sangatlah mendominasi suasana klub bertajuk UNION tersebut.
Langkah tegas penuh percaya diri berderap tanpa peduli dengan suasana yang lagi melingkupi. Daniel Maverick berkunjung ke club malam Toronto malam ini hanya untuk melihat seperti apa rasa penasaran yang sedang di gelutinya. Penjagaan berupa bodyguard yang mengiringi hanyalah pertunjukan kecil untuk memberitahu kalau dia pria yang berkuasa. Mengabaikan tatapan-tatapan buas para pemain malam yang menatapnya lapar. Ingin menemaninya diatas ranjang? Sebaiknya tidak untuk malam ini. Jangan kalian berpikir dia pria yang anti pada pembawa kenikmatan seperti wanita, karena itu tidak akan kalian dapatkan di Toronto ini. Bermain ranjang sudah jadi bagian dari kehidupan para penguasa kegelapan, dan apakah mereka takut pada yang namanya HIV..tidak, dunia kegelapan lebihlah mengerikan daripada virus kelamin tersebut.
Langkah si pria terhenti didepan meja yang sudah terhuni oleh empat jiwa berbeda gender. Menatap satu persatu wajah insan yang tak serupa tersebut, membentuk keheningan dalam beberapa detik sebelum kemudian suara cempreng membuka awalan baru dalam bahasan
" Hei man, kau datang juga akhirnya" pria jangkung berambut blonde langsung menyambut hangat walau hawa dingin lebih mendominasi
" Can you say? Apa menariknya disini?" kata inti no basa-basi menjadi jawaban penusuk ulu hati bagi si pria blonde yang sudah berbaik diri mengundang sang sahabat sejati. Mereka sudah berteman lama, bahkan ketika dia masih berada lama di negara penelan masa lalu. Namun, bibir tajam itu tetap tidak akan pernah tersingkir walau menggunakan zikir dan ilmu penyihir
" Duduklah dahulu! Akan ku tunjukkan hal menariknya" lagi-lagi kata inti itu tidak berguna ditelinga si pria blonde. Menarik lengan itu menuju tempat duduk mereka walau tatapan penasaran dan kengerian lebih mendominasi dua wanita didalam kumpulan, sedang satu pria lainnya hanya mengumbar senyum ramah yang diabaikan
" Tidak mengejutkan lagi" desisnya dalam hentakan keras musik yang menggema, menilai sikap teman yang diakuinya saudara
🍀🍀🍀
Senyum terkembang membuat garis indah di wajah cantiknya. Anna Madison menghabiskan tegukan terakhir dari Vodka yang tersaji. Jangan berpikir dia gadis lemah yang tidak mengerti dunia malam. Meneguk alkohol sudah bukan lagi hal luar biasa yang perlu dibanggakan. Dia bukan gadis malam yang nakal dan bukan pula gadis polos yang lugu, pertengahan keduanya lebihlah cocok untuk disematkan
Meninggalkan meja bar beserta bartender yang diam-diam meliriknya penuh minat dan Anna tidak perlu memperdulikan itu. Itu hak semua orang untuk memandangnya, jika tidak! Lalu apa gunanya mata yang dibubuhkan di wajah. Langkah jenjang itu terketuk anggun seiring waktu menuju kumpulan yang lama diperhatikan mata semenjak kaki memasuki ruang bising ini
" Oh Anna, kemarilah! Kau lama sekali menyendirinya" suara lembut itu terdengar dari salah satu wanita dalam kumpulan. Salah satu wanita dalam rumpun yang sama bersama Anna. Walau berbeda kewarganegaraan tapi tidak merusak budaya bangsa Asia tenggara yang menjadi tempat keduanya terlahir. Anna berkebangsaan Indonesia sedang Sheila, sang sahabat, berkebangsaan Malaysia. Wanita bernama Sheila itu menepuk tempat sebelahnya, menyuruh wanita penikmat Vodka untuk bergabung dalam kawanan
" Sorry! Aku terlalu lama menyendiri" hanya kata datar yang terucap namun mampu mengalihkan netra penguasa kelam. Mata tajam bak elang penguasa angkasa itu terhujam pada si pemilik mata almond yang kembali merasakan desir aneh pengobrak-abrik perasaan. Tidak menunggu lagi reaksi berubah dalam diri, gadis itu memutuskan tatapan lalu bersegera menjatuhkan bokong disamping Sheila
" Bagaimana bisa kau menampilkan wajah sedatar itu" ujaran protes bercampur nada canda tersemat dari bibir si pria blonde yang menamai diri Barbara levin
" Itulah kelebihanku" jawaban singkat beriring senyuman sinis menjadi lantunan yang biasa dalam kumpulan
" Ah! Kau dan Daniel sama-sama memiliki kepribadian yang unik" bibir itu kembali menyahut walau nada yang tersemat terdengar lesu. Bara menatap kedua insan tersebut bergantian, menanti reaksi yang akan terjadi. Namun, lensanya tidak mampu mengartikan apa-apa dari kedua insan yang pernah terlibat masa lalu
" Oh ya, Anna kenalkan! Ini Daniel, dan Daniel, ini Anna...Anna Madison" nada itu menjadi penghubung kembali masa lalu yang terputus. Dua lensa itu berpadu dalam satu garis dan menghadirkan getar dari timbunan luka yang telah usang. Sepuluh tahun kisah itu tercipta dimasa lalu, dan berakhir dalam petikan nada sumbang kehidupan. Sekarang, lagu baru mulai tercipta dari lirikan netra yang teiring senyum menawan
" Daniel Maverick" nada itu ringan dengan tangan yang terulur memperkenalkan. Anna melirik uluran itu dan menerbitkan senyum diwajah cantiknya, sembari tangan bergerak menggapai gelas dan air yang disebutnya Vodka kini dituang kedalamnya, lalu meletakkan gelas berisi itu pada tangan Daniel sebagai ganti uluran tangannya yang tidak menyentuh
" You know my name. Si jangkung menyebutkan namaku bukan?" demi apa! Jawaban itu bergema dengan lancar dari lisannya, dan jangan lupakan senyuman sinis yang masih kentara di wajah. Ini kisah masa lalu yang mencuat bukan pertemuan yang membuat cerita. Mungkin Daniel memanglah sudah lupa pada sosoknya, tapi tidak dengan gadis pemilik mata almond itu, hati yang pernah tulus diberi hanya menjadi candaan si laki-laki pemilik hati
Hembusan sang bayu tidak lagi terasa dalam ruang penuh insan pendosa. Anna dapat menangkap senyum berminat di wajah pria yang pernah menjadi miliknya, dan entah apa rencana takdir mempertemukan mereka kembali setelah sepuluh tahun tidak bersua.
Toronto menjadi saksi pertemuan mereka kembali dan sekaligus menjadi kota indah yang kembali membuka kisah lama dari satu pihak. Wajah pria itu tidaklah banyak berubah, hanya kematangan fisik yang membuatnya begitu mempesona. Tampan dan bergairah, cukup untuk menggambarkan si pembuat luka masa lalu dengan baik
" Menarik" lisan itu menjawab dengan satu kata yang memantik rasa heran dari tiga manusia yang hanya berdiam sedari awal kata dibuka. Daniel tersenyum dengan iris tertancap pada satu objek yang membuatnya lain dari biasanya. Wanita! Daniel tidaklah suka dengan makhluk berjenis kelamin itu, selain dua orang kesayangan, Ibu dan adiknya. Baginya, wanita hanyalah boneka tempat sekali pakai sebagai pemenuhan nafsunya. Rendah bukan? Tapi, memang itulah nilai wanita di matanya ketika masa lalu berbicara dalam lipatan kisahnya. Dulu, dia anak lelaki yang manis sebelum kata bernama cinta membuatnya buta pada suatu yang nyata. Membuang sang pencinta dan memilih pada sang pendusta, kesalahan fatal yang berujung pada luka, dan semua itu terlupa bahkan disaat dirinya terjaga.
" Hmm, jadi apakah diantara kalian masih ada yang perawan or perjaka" suara yang hanya membisu semenjak pertama mulai terdengar, pria yang memiliki wajah khas asia itu angkat bicara, menatap bergiliran pada wanita dan pria dalam kumpulan dengan mata teduhnya. Pertanyaan itu mengundang semua atensi tertuju padanya. Siapa yang akan bertanya pertanyaan bodoh itu di kota seperti Toronto? Ketika kebebasan tidaklah merusak pandangan dan menjadi makanan keseharian. Well, kumpulan mereka memang kini dominan orang asia kecuali si pria jangkung blonde yang tulen eropa. Tapi, kini mereka tidak lagi berada dalam kawasan asia. Toronto merupakan kota terbesar dari negara bagian Kanada yang berwilayah dibenua Amerika utara, dan berbicara tentang hubungan intim, itu sudah terlalu lazim bagi kota besar ini. Tapi, pertanyaan pria asia yang menamai diri Connor yun itu cukup membuat mata terbelalak dan wajah memerah dari dua gadis selain Anna
Baru saja belahan bibir terbuka untuk menjawab, kesempatan diri dirusak dengan suatu ketidak sengajaan. Tidak, bukan tidak sengaja, tapi kekurang ajaran yang jelas-jelas memuakkan. See, pertemuan mereka setelah sepuluh tahun tetaplah menjadi cerita kejam, bahkan pada orang asing yang kini ditatap mata almond itu tajam.
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏
Iringan musik keras berbaur suara-suara tawa tidaklah berhenti, meski satu kesalahan telah menodai rasa di hati. Belahan bibir yang terbuka bermaksud menjawab harus terdiam saat sang perusuh membuat drama dalam kumpulan mereka
Benda yang terbentuk dari kaca, biasa dipakai sebagai wadah menikmati vodka, terjatuh, menghantam lantai tepat disamping gadis pemilik luka dalam balutan cinta. Suara yang diperdengarkan dari denting beling yang kini berserakan, membuat semua tatapan dalam kumpulan tertuju pada pertunjukan yang ditampilkan
" Ooppss sorry" ujaran wanita yang sedari awal sudah mengganggu mood Anna. Menyuarakan kata maaf tanpa nada penyesalan, dan itu benar-benar suatu kekurang ajaran yang tidak beretika dari seorang wanita yang disebutnya ' wanita murahan'
Tubuh ramping yang terbalut pakaian hitam ketat seksi itu kini berdiri dari duduk nyamannya, dan melabuhkan netra pada si wanita pembuat drama. Tersenyum sinis membalas nada dari wanita murahan yang memasang ekspresi tidak bersalah
" Kau mengatakan sorry, tidak sesuai dengan ekspresi wajahmu" katanya langsung, malas untuk berbasa basi, dan wajah berhias senyum sinis Anna hadirkan. Dia tidak suka diusik, apalagi oleh kaum rendahan seperti si wanita perusak suasana hati
" Aku sudah mengatakan maaf, kurang cukupkah?" mendongakkan wajah dan membalas congkak, setiap nada yang terhatur berjalan lancar tidak tersendat, si wanita pembuat drama membalas berani setiap tatapan merendahkan dari si penikmat vodka. Ini bukan soal harga diri tapi keinginan hati yang sedang menari-nari. Lupakan tentang kerasnya musik yang sedang menggema, karena hati kini lebih sarat pada kemarahan
" Kau sengaja lewat disampingku dan kaki jelekmu menyenggol kakiku, lalu kau berakting tersandung hingga memecahkan botol minuman diatas meja. Apa kau sedang mencoba menarik perhatian pria didepanku?" seuntai kalimat panjang mengalir dalam pertanyaan. Mata itu bahkan terlalu indah hanya untuk menatap, walau nyata kisah tidaklah seapik drama romansa. Lima pasang mata lainnya hanya menatap pada drama yang disuguhkan tanpa berniat angkat bicara. Ingin melihat, sejauh mana drama akan disiarkan. Lupakan tentang musik, etika bahkan keadaan yang melanda karena itu hanyalah hiasan untuk si pemain kata. Dalam kumpulan tidak ada sang pujangga yang akan mengeluarkan pepatah bijak berbalut romansa. Mereka hanyalah kumpulan dewasa yang terlalu pengecut mengungkapkan realita
" Aku kan sudah meminta maaf" lantunan nada lemah nan lembut menjadi penghantar jawaban, seakan benar dia yang terluka, tertindas. Lupakan tentang pekatnya darah yang mulai mengalir dari luka yang terpahat oleh beling kaca. Nyatanya tidak ada satupun mata yang memperhatikannya
" Kau melakukannya dengan sengaja dan dengan santainya kau berkata sorry. Maaf saja! Aku ini wanita pendendam" singkarkan pemikiranmu tentang luka, ada kata yang lebih penting untuk dikeluarkan. Selangkah mendekat memberi rasa takut dalam tatapan intimidasi
" Kenapa memangnya? Apa peduliku kau itu pendendam. Aku tidak takut" hah! Kau tidak takut. Lalu, kenapa lutut itu bergetar. Kau sendirian dibawah tatapan bingung lima pasang mata. Tidak ada yang akan bicara membela disaat kau bahkan bukan kenalan dari salah satunya. Bibir itu terangkat, tersungging senyum mematikan
" Tidak takut ya? Eum..baiklah" tangan lentik itu bergerak elegan menggapai benda persegi yang memberi banyak informasi dan alat komunikasi terhebat untuk abad ini. Memencet sederet angkat yang akan menyeret si perusuh keadaan pada sesuatu yang tidak diinginkan
" Your name?" tidak perlu untuk bersikap formal disaat kau mencari masalah sendiri. Dan jangan pernah lupa kalau gadis ini benci kemunafikan yang dibaluti topeng seakan berbesar hati
" Donnita" walau getaran begitu kentara terasa, nama itu tetap terjawab demi harga diri yang tersisa. Alis sang penikmat vodka terangkat, menatap dengan pandangan mengejek kecewa lalu mulai beruntai kata memberi berita pada si penerima panggilan
" Halo, James. Can you meet the owner 'Union club' and tell him to fire the girl named Donnita. This is an Order" begitu mudah nada itu ter eja tanpa peduli dengan jiwa yang kini bergetar putus asa. Apa yang baru saja dilakukan? Dia telah salah menantang mangsa dan kini pekerjaannya tinggallah angan semata. Si wanita yang bergelar wanita murahan dari bibir mungil yang terbuka kini menatap tanpa jiwa setelah kata pemecatan terbawa dalam acara. Dia hanya mencoba bagian dari pekerjaan, tapi kenapa harus berakhir seperti sekarang?
" Kenapa masih disini? Pergilah! Aku mengusirmu" lihatlah lepasan suara itu. Bertingkah seakan dia seorang ratu yang perintahnya selalu menjadi nomor satu. Tapi memanglah itu kenyataannya, dia memiliki kemampuan dengan segala nada arogannya
Tingkah dalam sikap yang tersemat, memantik hasrat dalam diri penguasa kelam, iris tajam yang membungkam kini terulur penuh minat pada si penikmat vodka. Tidak ada masa lalu yang tersisa tentang dia yang pernah membuat rasa itu ada. Semua kenangan penuh luka itu terlupa dengan sendirinya, hanya menyisakan sebagian memori yang menjadi dasar dari kehidupan
Decak kagum akan kata dan sikap yang disuguhkan membuat drama tanpa skrip itu menarik sebagai tontonan. Daniel tidak akan menyangkal fakta bahwa dia tertarik untuk memiliki si gadis penikmat vodka. Jika keduanya bersama maka kolaborasi itu akanlah sangat memukau
"Pergilah! Sebelum aku lepas kontrol dan wajahmu tidak akan terselamatkan" kembali buncahan nada itu tersemat, menilik tajam wajah yang sudah tidak lagi kuasa menahan kata-kata. Si pembuat drama memilih angkat kaki sebelum nada itu kembali mencincang mental. Lakukan apapun yang kau inginkan, asal jangan pernah mengusik si gadis pembenci kemunafikan walau nyata itu tidak akan musnah dalam kehidupan
Bukan cuma si pembuat drama, kebanyakan dari wanita bergelar murahan itu memilih menghindar dari hantaman nada pedas yang mungkin akan kembali terhantar. Percuma bagi mereka untuk mencoba mendekati pria pemikat hati, karena langkah bahkan hanya terhenti di kaki, tidak lagi sanggup menjajakkan langkah untuk menguji setelah rentetan drama yang telah terjadi
" Anna! Kakimu berdarah!" seruan dari suara lembut memecah atensi. Cindy Yotashi, wanita berkebangsaan jepang memekik keras ketika netra menangkap janggal aliran pekat yang merembesi kaki. Luka itu sudah terjadi sedari tadi, ketika beling memecah diri dan mengenai kaki
Anna menatap kearah luka dimana darah mulai mengotori kulitnya yang kontras. Tidak ada ringisan yang terdengar apalagi mengaduh dalam keperihan luka yang tertimpa, seperti kebanyakan wanita diluaran sana. Alih-alih meringis, wajah Anna malah timbul senyuman menatap pada luka yang terbuka. Bohong! Jika rasa sakit itu tidak terasa, karena faktanya tubuhnya tetaplah mengeluarkan pekatnya darah saat terluka dan rasa sakit akan selalu mengiringi cairan pekat itu
Kaki itu terangkat santai seakan tanpa luka. Percayalah! Perih luka yang kini dirasa tidaklah sesakit luka di dada, dimana hati yang menjadi dasar perambah luka dan rasa. Berharap dia akan mengaduh dalam ringisan kesakitan? Say sorry for that. Hatinya bukanlah hati hello kitty, dimana kelembutan memenuhi dimensi dan mentalnya tidaklah seperti Barbie, yang selalu ingin ditangisi. Ingatlah pada sosok boneka pembunuh bernama chucky. Boneka tapi sadis dalam tindakan walau nyata tidak memiliki hati. Dan Anna suka menyamakan diri sosok itu, kendatipun terlalu jauh dari bersikap. Dia tidak membunuh dan tidak pula bersikap sadis, hanya mental yang terisi miris
Raga yang tersentak dalam pemberitahuan, langsung membungkuk menyentuh kaki dimana darah masih keluar. Tanpa sadar, tubuh itu bergerak dengan sendirinya, mengabaikan tatapan penuh kebingungan dari empat insan lainnya. Ingatkan lagi akan fakta masa lalu yang terlupa. Pria pemangsa kelam ini pernah menghempas hati yang tulus diberi dan kini malah bersimpuh memeluk kaki yang pernah ditinggali tanpa berbalik walau hanya untuk sekali
" Serpihan kacanya tertancap di kakimu! Diamlah sebentar" geraman itu tertuai dalam nada penuh kekhawatiran. Merangkul kaki yang terus digerakkan oleh si empunya. Oh! Come on...itu hanya luka kecil dari serpihan beling, bukan tancapan benda tajam yang akan merobek tubuh dalam hitungan detik. Tapi, pria tampan dengan nama belakang Maverick itu terlalu berlebihan dalam menanggapi luka. Lupakan kebingungan yang tergambar dari beberapa wajah yang memandang. Termasuk gadis yang kakinya terluka
Tangan itu bergerak lincah menyingkirkan pecahan kecil yang menusuk kulit bagian kaki, menggapai tisu lalu menyapu darah yang masih terlihat mata. Dengan tanggap mengambil es batu yang sudah dibaluti sapu tangannya dan meletakkannya pada luka untuk menghentikan cairan pekat yang masih mengalir
" Berikan obat merah dan perban" uluran tangan seiring dengan permintaan anehnya. Luka yang tidak seberapa itu menjadi pertolongan paling utama seakan itu kecelakaan. Dan dimana dia bisa mendapatkan perban? Ini bukan rumah sakit tapi club untuk bersenang-senang dari penatnya dunia dan perban bukanlah bahan utamanya disini, karena jelas hentakan musik dan aroma minuman keras lebihlah kentara daripada obat untuk luka yang tidak seberapa
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!