NovelToon NovelToon

Khianat Cinta

Bab 1 Kesibukan Arsyaka

Samara Ananda Putri yang sedang memasak sarapan pagi untuk suami dan anaknya. Kini telah selesai memasak, tinggal menyajikan makanannya di meja makan di bantu oleh Bi Siti pembantunya. Samara yang melihat kedatangan ketiga anaknya, menyuruh anak-anaknya untuk makan terlebih dahulu. Karena Arsyaka suaminya, belum bangun dari tempat tidur.

"Kalian semua makan saja duluan. Bunda mau membangunkan ayah dulu yah." ucap Samara sambil tersenyum kearah ketiga anaknya.

"Iya bunda," ucap Candra dan Kirana secara bersamaan, ia adalah putra dan putri kembar Samara dan Arsyaka.

"Bi, sudah buatkan susu untuk anak-anak belum?" tanya Samara kepada Bi Siti pembantunya, sebelum meninggalkan ketiga anaknya yang sedang makan.

"Sudah Nyonya," sahut Bi Siti.

"Bunda pergi ke kamar dulu, makan dan minumannya di habiskan yah." Samara pun pergi meninggalkan ketiga anaknya, yang sedang makan di meja makan. Karena ia akan membangunkan suaminya, yang bernama Arsyaka Yudha Pratama.

Sesampainya di dalam kamar.

Samara melihat Arsyaka sudah bangun, dan sedang merapikan pakaian kerjanya.

"Sini Mas biar aku pakaikan dasinya." Samara menghampiri Arsyaka suaminya. Untuk membantu Arsyaka memakaikan dasi.

"Terima kasih sayang," ucap Arsyaka sambil mencium kening istrinya.

Samara membalas dengan sebuah senyuman yang manis.

"Yuk Mas, kita sarapan terlebih dahulu," ajak Samara kepada Arsyaka. Setelah ia selesai memakaikan dasi Arsyaka suaminya.

"Maaf sayang, sepertinya Mas sarapan di kantor saja. Karena hari ini ada jadwal meeting pagi, kamu yang antarkan anak-anak ke sekolah yah." Arsyaka pun berlalu pergi meninggalkan Samara.

"Tapi.... Mas," panggil Samara yang dihiraukan oleh Arsyaka. Tanpa mendengarkan apa yang akan Samara ucapkan.

Samara pun bergegas pergi menghampiri suaminya, yang sudah pergi meninggalkan kamar mereka berdua.

"Mas, Mas Syaka," panggil Samara kepada suaminya Arsyaka.

"Ada apa lagi sih," gerutu kesal Arsyaka pada istrinya.

"Mas aku cuman mau bilang, besok ada acara di sekolahannya si kembar. Apakah Mas bisa datang?" tanya Samara.

"Gimana besok saja. Mas gak bisa janji," jawab Arsyaka sambil melangkah pergi meninggalkan Samara.

"Mas!" panggil Samara lagi.

Arsyaka pun berbalik ke arah Samara, dengan wajah yang sangat kesal.

"Apa lagi?" Arsyaka menatap tajam ke arah istrinya.

Samara mengulurkan tangannya. Untuk bersalaman kepada suaminya, yang akan berangkat bekerja di kantor.

"Mas pergi kerja dulu," ucap Arsyaka dengan sedikit tersenyum.

Arsyaka pun melanjutkan kembali perjalanannya, yang akan pergi bekerja di kantor.

"Ayah," panggil Candra.

"Iya sayang. Ada apa?" Arsyaka berusaha berkata lembut di depan anaknya. Meski ia sedikit kesal. Karena saat ia akan pergi bekerja di ganggu oleh istri dan anaknya.

"Ayah besok ada acara hari ayah yang diadakan di sekolah. Candra dan Kirana sangat berharap ayah bisa datang ke sekolah," ujar Candra yang berharap kedatangan ayahnya di acara sekolahannya.

"Akan ayah usahakan ya sayang, kalau begitu ayah berangkat dulu yah." Arsyaka pun pergi meninggalkan anak dan istrinya di rumah.

"Kita sarapan dulu yuk sayang," ajak Samara kepada putranya Candra.

Samara dan ketiga anaknya pun sarapan pagi, sebelum berangkat mengantar anaknya pergi ke sekolahan mereka masing-masing.

Samara mengantarkan anak bungsunya terlebih dahulu, karena jarak dari tempat TK anak bungsunya.  Berada tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu barulah ia mengantarkan si kembar ke sekolah SD.

Sesampainya di sekolahan si kembar.

Candra dan Kirana membuat drama tidak mau masuk ke dalam kelas. Jika ayahnya tidak hadir ke acara yang akan diadakan di sekolahannya.

"Bunda! Candra tidak mau masuk ke dalam kelas." Candra merajuk kepada Samara.

"Kirana juga tidak mau," sahut putrinya Sambil melipatkan kedua tangannya di atas dadanya.

Samara bingung membujuk si kembar, yang sudah mengetahui kesibukan ayahnya akhir-akhir ini. Jarang bisa bermain dengan ketiga anaknya. Karena di saat Arsyaka pulang bekerja, ketiga anaknya sudah tidur.

"Tadi pagi kan, ayah sudah bilang sama Candra. Kalau ayah akan mengusahakan datang ke sini," ucap Samara mengingatkan kejadian tadi pagi, sebelum Arsyaka berangkat bekerja.

"Bunda kaya tidak tahu ayah saja. Minggu kemarin aja, katanya mau mengajak pergi main di mall. Tapi cuman janji-janji doang, ayah tuh sibuk terus," gerutu Candra yang mengingat kejadian minggu lalu. Saat Arsyaka berjanji kepada anak-anaknya, akan mengajak mereka semua ke mall dan bermain di wahana Timezone.

"Ayah sekarang nyebelin bunda," ucap Kirana sambil mengeluarkan air matanya. Karena Arsyaka selalu sibuk bekerja, tanpa memberikan perhatian kepada anak-anaknya lagi.

"Eeeh anak-anak bunda jangan marah, dan bersedih seperti ini dong sayang. Bunda akan menghubungi ayah terus. Agar ayah bisa datang ke acara besok." Samara mengusap air mata putrinya. Berusaha membujuk si kembar yang tidak mau masuk ke dalam kelas.

"Janji ya bun! Pokoknya aku mau ayah datang. Karena besok adalah acara hari ayah, masa ayah tidak datang." Kirana mengarahkan jari kelingking kepada Samara. Untuk membuat perjanjian, dan Candra juga mengarahkan jari kelingkingnya ke arah Samara.

"Iya sayang." Samara pun berjanji kelingking kepada si kembar.

Dan akhirnya drama si kembar, yang tidak mau masuk ke dalam kelas bisa Samara atasi. Meski ia juga tidak tahu, apakah suaminya bisa datang ke acara besok di sekolahannya si kembar.

Sepulang mengantarkan ketiga anaknya ke sekolah. Samara langsung masuk ke dalam kamarnya, ia benar-benar kecewa dengan sikap Arsyaka, yang akhir-akhir ini selalu sibuk bekerja hingga pulang sampai larut malam.

"Mas, kenapa? Sekarang ini. Sikapmu mudah sekali marah, tidak selembut dulu lagi. Bahkan ketiga anakmu merindukan, saat bermain bersama denganmu Mas," lirih Samar di dalam kamarnya. Lalu mengambil album foto keluarganya, dan mengingat saat kebersamaannya dengan suami serta anak-anaknya.

______

Flashback

Samara dan Arsyaka mengajak putra putrinya, pergi ke kampung halaman keluarga Samara. Dan mereka semua memutuskan. Untuk pergi piknik di perkebunan keluarga Samara yang sangat sejuk, karena berada di pedesaan Bukit Pelangi.

"Sayang, kalian semua ada di mana sih?" Arsyaka yang sedang bermain bersama ketiga anaknya. Mencari ketiga anaknya, karena mata Arsyaka di tutupi dengan kain, mengharuskan ia untuk bisa menemukan keberadaan putra putrinya.

"Ayo dong ayah, cari aku di sini!" ujar Kirana putrinya.

"Candra di sini ayah. Ayo tangkap aku dong yah, hahaha." Candra tertawa melihat ayahnya yang kesulitan mencari keberadaan anak-anaknya. Karena matanya di tutupi dengan kain.

"Ayah ayo cali asya di sini. Hehehe," ucap Arsya anak bungsunya Arsyaka dan Samara, yang tidak bisa mengucapkan huruf R.

Dengan hati-hati dan mendengarkan suara tertawa ketiga anaknya, akhirnya Arsyaka berhasil menangkap putra bungsunya.

"Nah ke tangkap!" Arsyaka memeluk si bungsu Arsya sambil tertawa bersama anak-anaknya.

Sedangkan Samara dan kedua orang tuanya, hanya menyaksikan keseruan suami dan anaknya yang sedang bermain bersama. Dan Samara juga ikut tertawa bahagia, melihat kebahagiaan anaknya yang bermain bersama ayahnya.

Flashback off

________

Tok-tok suara ketukan pintu dari kamar Samara. Menyadarkan Samara, yang sedang mengingat kejadian kebersamaannya dengan Arsyaka dan anak-anaknya.

Samara pun bergegas membukakan pintu kamarnya.

"Ada apa Bi?" tanya Samara yang sudah membukakan pintu kamarnya.

"Di luar ada ibu dan bapaknya Nyonya," jawab Bi Siti memberitahukan kepada Samara.

"Oh iya Bi. Ibu dan bapak sudah masuk ke dalam ruang tamu belum?" kini Samara yang bertanya kepada Bi Siti pembantunya.

"Sudah Nyonya," sahutnya.

"Kalau begitu, tolong Bibi buatkan minuman, dan sekalian bawakan camilan juga yah Bi," titah Samara pada  pembantunya.

"Baik Nyonya." Bi Siti yang mendapatkan perintah dari Samara, segera melangkah pergi ke dapur. Untuk menyiapkan makanan dan minuman.

Sedangkan Samara pergi ke ruang tamu. Untuk datang menghampiri kedua orang tuanya, yang datang berkunjung ke rumahnya.

Samara bersalaman kepada kedua orang tuanya, dan melepaskan rasa rindu kepada kedua orang tuanya. Karena sudah beberapa bulan ini. Samara dan Arsyaka serta anak-anaknya, tidak berkunjung pergi ke rumah orang tuanya, yang berada di Desa Bukit Pelangi.

"Bapak, ibu sehat?" tanya Samara sambil melepaskan pelukan kepada ibunya.

"Alhamdulillah Bapak sama Ibu sehat, kamu dan Arsyaka serta anak-anak juga gimana kabarnya! Pada sehat?" giliran bapaknya Samara yang menanyakan, tentang kesehatan Samara dan suami serta anak-anaknya.

"Alhamdulillah sehat Pak, kenapa bapak sama ibu datang gak bilang dulu? Nantikan Samara bisa jemput ibu dan bapak di terminal bus," jawab Samara dengan raut wajah sedih. Karena bapak dan ibunya tidak memberitahukan kedatangan mereka berdua kepada Samara terlebih dahulu.

"Tidak apa-apa nak. Ibu dan bapak ingin segera sampai sini, sudah rindu kepada kalian semua," ujar ibunya Samara sambil mengusap rambut Samara.

"Semoga dengan kedatangan bapak dan ibu, membuat Candra dan Kirana tidak merasa bersedih. Jika ayahnya tidak bisa datang di acara besok. Tapi aku sangat berharap Mas Syaka besok bisa datang ke acara yang diadakan di sekolahannya si kembar," gumam Samara dalam hatinya.

Bersambung.

Mohon dukungannya yah 🤗

Salam kenal and love love you 😘

Jangan lupa like, vote dan tambahkan ke favorit yah😊

Biar tambah semangat💪 menulisnya✍️

Terima kasih 🙏

Bab 2 Uang Bulanan Berkurang

Di acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya Candra dan Kirana.

Samara tengah sibuk menghubungi Arsyaka suaminya. Agar Arsyaka bisa segera datang ke acara sekolahannya si kembar.

Acara yang belum di mulai, membuat si kembar terus menanyakan ayahnya kepada Samara.

"Bunda. Ayah pasti akan datang ke sini, iyakan?" tanya Candra dan Kirana kepada Samara secara bersamaan.

"Iya sayang, ini bunda lagi menghubungi ayah terus. Biar ayah bisa segera datang ke acara hari ayah, yang diadakan di sekolahan kalian berdua," jawab Samara mengarahkan hpnya ke arah si kembar.

"Ok deh!" sahut Candra dan Kirana sambil tersenyum. Dan berharap ayahnya bisa datang ke acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya hari ini.

"Candra. Kirana, ayo kita masuk ke dalam," ajak temannya Candra dan Kirana.

"Iya," sahut Candra dan Kirana secara bersamaan, dan melirik ke arah Samara.

"Bunda aku pergi ke dalam dulu yah," pamit Candra dan Kirana kepada Samara.

"Iya sayang." Samara berusaha tetap tenang, meski hatinya sangat gelisah memikirkan Arsyaka yang belum datang. Padahal Samara sudah mengingatkan Arsyaka, agar ia bisa datang ke acara sekolahannya si kembar.  Tapi Arsyaka belum juga datang, bahkan panggilan telepon dari Samara tidak di jawab oleh Arsyaka.

"Mas, ayo angkat dong!" lirih Samara penuh harap. Agar Arsyaka segera mengangkat panggilan telepon darinya.

"Nak ayo kita masuk ke dalam, sebentar lagi acaranya akan di mulai," ajak Santi ibunya Samara kepada Samara.

"Iya Bu," sahut Samara sambil melihat ke arah pintu masuk. Berharap Arsyaka bisa menghadiri acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.

"Kamu lihatin siapa sih?" Santi yang heran dengan sikap putrinya itu. Seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

"Ini aku lagi menunggu kedatangan Mas Syaka Bu." Samara menjawab pertanyaan dari ibunya, dengan raut wajah yang sedih.

"Pasti Arsyaka akan datang nak, mungkin saja Arsyaka terjebak macet di jalan. Sebaiknya kita menunggunya di dalam saja, biar si kembar bisa semangat nanti saat tampil di atas panggung." Santi mengajak Samara untuk pergi menuju ke tempat acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.

"Baik Bu." Samara dan ibunya bergegas masuk ke dalam acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.

Raut wajah Samara benar-benar gelisah menunggu kedatangan Arsyaka. Karena sampai Candra dan Kirana di panggil ke atas panggung. Arsyaka belum juga datang, panggilan telepon dari Samara juga tidak di angkat oleh Arsyaka.

"Mas kamu sungguh keterlaluan," geram Samara di dalam hatinya. Karena Arsyaka tidak menepati janjinya, untuk datang menghadiri acara hari ayah yang diadakan di sekolahannya si kembar.

"Adi Candra Pratama dan Adinda Kirana Putri, ayo maju ke depan," panggil gurunya Candra dan Kirana sekali lagi.

Candra dan Kirana merajuk tidak mau naik ke atas panggung. Meski Samara dan Santi serta Anton ayahnya Samara, mencoba membujuk si kembar. Agar mau naik ke atas panggung di acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.

"Pokoknya aku tidak mau naik ke atas panggung, kalau ayah tidak datang!" ucap Candra yang merajuk tidak mau naik ke atas panggung.

"Kirana juga gak mau, ayah pembohong!" Kirana pun menangis. Karena Arsyaka ayahnya tidak menepati janjinya, yang akan datang menghadiri acara di sekolahannya.

"Setelah Candra dan Kirana naik ke atas panggung, ayah pasti akan datang sayang. Ayah lagi di jalan menuju sekolahnya kalian berdua." Samara berusaha membujuk si kembar. Agar mereka berdua mau naik ke atas panggung.

"Tidak mau!" sahut si kembar berbarengan.

"Candra. Kirana, jangan marah dan bersedih. Meski ayah tidak bisa menghadiri acara hari ini. Tapi di sini ada Kakek dan Nenek yang bisa menghadiri acara kalian berdua." Anton pun mencoba membujuk cucunya. Agar tidak marah dan bersedih, karena ayahnya tidak bisa datang ke acara yang diadakan di sekolahan cucunya.

"Tapi ini acara hari ayah, bukan hari Kakek dan Nenek," jawab Candra sambil menggandeng tangan Kirana. Untuk pergi meninggalkan Samara dan kedua orang tuanya.

"Candra. Kirana," Samara manggil kedua anaknya.

Panggilan dari Samara di hiraukan begitu saja oleh Candra dan Kirana. Karena mereka berdua sudah terlanjur kecewa, dengan sikap ayahnya yang tidak bisa menepati janjinya.

Samara berusaha mengejar langkah si kembar, yang akan pergi dari ruangan acara hari ayah, yang diadakan di sekolahannya si kembar.

"Sayang." Samara berhasil memegang tangan Candra dan Kirana.

"Kirana mau pulang saja bunda," lirih Kirana.

"Ya sudah, ayo kita semuanya pulang." Samara pun mengajak anak dan kedua orang tuanya, untuk pergi meninggalkan sekolahannya si kembar. Karena Candra dan Kirana susah di bujuk naik ke atas panggung.

*****

Sesampainya di rumah.

Arsyaka belum juga pulang ke rumah. Samara dan kedua orang tuanya, sudah lelah membujuk si kembar yang sedang marah kepada ayahnya. Bahkan Ibu dan Bapaknya Samara yang akan pulang, tidak bisa berpamitan dengan Arsyaka. Karena Arsyaka belum juga pulang ke rumahnya.

Dua hari kemudian.

Arsyaka baru pulang ke rumahnya, sambil membawakan mainan untuk putra dan putrinya.

"Sayang ayah sudah pulang," panggil Arsyaka kepada putra dan putrinya, yang sedang asyik bermain bersama di ruang tamu.

Tapi panggilan dari Arsyaka di hiraukan begitu saja oleh anak-anaknya. Arsyaka pun bergegas menghampiri ketiga anaknya.

"Sayang ayah sudah pulang, kok pada diam saja sih. Lihat nih, ayah bawa mainan yang baru. Untuk Candra dan Kirana serta Arsya." Arsyaka memperlihatkan mainan yang ia beli kepada anak-anaknya.

"Te..lima kasih ayah," ucap Arsya si bungsu yang tidak bisa mengucapkan huruf R, dan mengambil mainan yang Arsyaka belikan.

"Iya sayang." Arsyaka mengusap kepala si bungsu sambil tersenyum senang.

"Candra dan Kirana, kenapa? Tidak mengambil mainan yang ayah belikan untuk kalian berdua?" tanya Arsyaka kepada si kembar.

Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan dari Arsyaka. Mereka berdua bergegas pergi meninggalkan Ayah dan adiknya, yang berada di ruang tamu.

Samara yang sedang membawakan cemilan dan minuman, untuk anak-anaknya yang sedang bermain bersama di ruang tamu. Melihat Candra dan Kirana berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.

"Sayang ini Bunda sudah bawakan camilan dan minuman buat kalian, kenapa masuk ke dalam kamar?" tanya Samar kepada si kembar yang akan pergi ke dalam kamarnya.

Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan Samara, mereka berdua langsung masuk ke dalam kamarnya.

Sedangkan Samara pergi menghampiri putra bungsunya, yang kemungkinan sedang bermain seorang diri.

Sesampainya di ruang tamu. Samara melihat putra bungsunya sedang bermain bersama ayahnya.

"Jadi ini alasan Candra dan Kirana tidak menjawab pertanyaan dariku!" lirih Samara yang melihat Arsyaka sudah pulang.

"Mas sudah pulang?" tanya Samara sambil mengulurkan tangannya ke arah Arsyaka.

"Iya sayang, dan ini hadiah untukmu," jawab Arsyaka sambil mengambil hadiah untuk Samara.

"Terima kasih Mas." Samara mengambil hadiah yang di berikan oleh suaminya.

"Arsya main di dalam kamar sama kak Candra dan kak Kirana dulu yah." Samara menyuruh putra bungsunya. Untuk pergi bermain bersama kakaknya di dalam kamar.

"Iya bunda. Asya mau bawa mainan yang di belikan ayah ya bunda," ucap Arsya memperlihatkan mainan yang di belikan ayahnya kepada Samara. Sebelum Arsya pergi ke dalam kamarnya, untuk bermain bersama dengan kedua kakaknya.

"Iya sayang, sana bawa mainannya." Samara tersenyum kearah anak bungsunya itu.

"Iya Bun," sahutnya. Arsya pun segera pergi meninggalkan Samara dan Arsyaka di ruang tamu.

Setelah Arsya pergi masuk ke dalam kamar. Samara mulai mengintrogasi Arsyaka suaminya.

"Mas kemana saja baru pulang?" Samara meminta penjelasan dari Arsyaka suaminya.

"Mas ada tugas di luar kota, dan di sana susah sinyalnya. Maafkan Mas tidak bilang terlebih dahulu sama kamu sayang." Arsyaka menggenggam erat tangan Samara. Agar ia tidak marah dan percaya dengan ucapannya.

"Mas, ingat tidak dengan janji kamu kepada si kembar?" tanya Samara yang mengingatkan janji Arsyaka kepada si kembar.

"Maaf Mas lupa sayang," sahut Arsyaka sambil menundukkan kepalanya.

"Oh iya yah! Aku berikan saja uang bulanan ini pada Samara. Pasti ia tidak akan marah lagi kepadaku," gumam Arsyaka dalam hatinya.

Arsyaka pun segera  mengambil uang gajinya, untuk di berikan kepada Samara. Agar Samara tidak marah lagi kepadanya.

Samara yang menerima uang bulanan dari suaminya, langsung membuka uang bulanannya. Akan tetapi saat Samara menghitung uang bulanannya, ia semakin kesal kepada Arsyaka suaminya.

"Mas ini kenapa uang bulanan ku berkurang?" Samara menanyakan tentang uang bulanannya yang berkurang.

"Itu sisanya Mas pakai. Karena Mas ada bisnis sama teman Mas, ya sudah Mas mau mandi dulu." Arsyaka memilih menghindar dari Samara, dan segera pergi meninggalkan istrinya. Karena ia tidak mau Samara mengintrogasi dirinya, tentang masalah uang bulanan yang berkurang.

Samara yang mendapatkan uang bulanan yang berkurang dari Arsyaka. Harus bisa menghemat pengeluaran keuangannya.

"Untung saja aku masih ada uang bulanan sisa bulan kemarin. Tapi semoga saja uang ini, bisa muat sampai bulan depan," lirih Samara yang menerima uang bulanan, yang berkurang dari Arsyaka suaminya.

Bab 3 Arsya Sakit

Keesokan paginya.

"Selamat pagi kesayangan ayah," ucap Arsyaka sambil mencium kening anak-anaknya.

Akan tetapi saat Arsyaka akan mencium kening Candra dan Kirana. Mereka berdua menghindar, dan langsung pergi menghampiri Samara, yang sedang menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.

"Candra. Kirana, kenapa terus menghindar dari ayah sayang?. Ayah kan semalam sudah meminta maaf pada kalian berdua." Arsyaka membujuk si kembar. Agar mereka berdua tidak marah lagi kepadanya.

"Sayang tidak boleh begitu, kalau ayah sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Candra dan Kirana harus memaafkannya, kalian masih ingat tidak apa yang di ajarkan oleh pak ustadz?." Samara membujuk si kembar, agar mau memaafkan kesalahan ayahnya. Dan mengingatkan mereka berdua, tentang pelajaran yang di ajarkan oleh ustadz Yusuf, guru mengaji anaknya Samara dan Arsyaka.

"Iya Bunda," sahut si kembar berbarengan.

"Kak Canda dan kak Kiana, kata pak ustadz juga. Kita halus saling memaafkan. Kalena Allah juga maha pemaaf," ujar Arsya menasehati kedua kakaknya. Meski ucapan Arsya yang tidak bisa mengucapkan huruf R.

"Iiikh pinter banget anak ayah." Arsyaka mencium pipi kiri dan kanan Arsya putra bungsunya.

Arsya tersenyum senang melihat ayahnya, yang sudah beberapa bulan ini. Tidak bermain dan bercanda dengannya, karena Arsyaka sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak memiliki waktu bersama dengan ketiga anaknya.

"Ayah aku minta maaf!." Candra dan Kirana menghampiri ayahnya yang sedang bersama adiknya.

"Iya sayang, ayah juga minta maaf. Karena ayah tidak bisa datang ke acara di sekolahan Candra dan Kirana." Arsyaka memeluk buah hatinya, yang beberapa bulan ini di abaikan olehnya. Karena sekarang Arsyaka sering pulang malam, dan sibuk bekerja di kantor.

Samara yang melihat itu, tersenyum bahagia.

"Semoga sikap kamu tetap sama seperti dulu Mas," gumam Samara dalam hatinya, yang berharap sikap Arsyaka tidak cuek dan tidak peduli lagi kepada anak-anaknya.

"Ayo kita sarapan dulu, jangan pelukan terus!." Samara menyuruh anak dan suaminya untuk segera sarapan pagi.

"Bilang aja bunda cemburu, tidak di peluk ayah." Arsyaka menggoda Samara di depan anaknya.

Lalu Arsyaka mendaratkan kecupan manis di kening istrinya.

"Cie, cie!," ucap anak Samara dan Arsyaka yang tersenyum melihat kedekatan orang tuanya. Karena sudah beberapa bulan ini, mereka tidak melihat Arsyaka dan Samara seperti sekarang ini.

"Ayo kita semua sarapan dulu, nanti ayah yang akan mengantar kalian semua pergi ke sekolah." Arsyaka mengajak anak dan istrinya untuk sarapan pagi. Dan akan mengantar anak-anaknya pergi ke sekolah.

"Hore!," sorak bahagia anak Samara dan Arsyaka. Karena sudah lama Arsyaka tidak mengantar anaknya pergi ke sekolah.

Mereka semua pun sarapan pagi bersama-sama.

"Oh iya sayang. Mas pinjam mobil kamu dulu ya?, soalnya mobil Mas kemarin  masuk bengkel," ucap Arsyaka yang sudah selesai makan.

"Ya sudah, aku ambil kunci mobilnya dulu." Samara pergi mengambil kunci mobilnya.

"Anak-anak ayah yang tampan dan cantik, ayo cepat sarapannya di habiskan." Arsyaka menyuruh anak-anaknya untuk menghabiskan makanannya.

"Iya ayah," sahut mereka semua sambil mengangkat hormat kepada ayahnya.

Tidak lama kemudian.

Samara datang ke meja makan, untuk memberikan kunci mobilnya kepada Arsyaka suaminya.

"Ini Mas kunci mobilnya, tapi Mas harus jemput anak-anak saat pulang sekolah yah?," pinta Samara kepada suaminya, saat memberikan kunci mobilnya.

"Iya beres sayang." Arsyaka segera mengambil kunci mobil dari tangan Samara.

"Ayo anak-anak. Kita pergi," lanjut Arsyaka yang mengajak ketiga anaknya pergi ke sekolah. Karena Arsyaka melihat ketiga anaknya, yang sudah menghabiskan sarapan paginya.

Mereka semua pun berpamitan kepada Samara.

____________

Saat jam pulang sekolah.

Samara yang berada di dalam rumah, sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya yang belum pulang dari sekolahnya.

"Ini anak-anak kok belum pada pulang sekolah sih?," lirih Samara sambil melihat jam.

"Sebaiknya aku harus telepon Mas Syaka dulu." Samara pun segera menghubungi suaminya.

Tapi saat Samara menghubungi Arsyaka, no telepon Arsyaka tidak aktif.

"Ini Mas Syaka di hubungi tidak bisa. Apa jangan-jangan Mas Syaka dan anak-anak lagi di jalan arah pulang?." Samara mencoba berpikir positif kepada suaminya. Yang berjanji akan mengantar dan menjemput anak-anaknya.

Tidak lama kemudian.

Suara ketukan pintu dan panggilan dari si kembar mulai terdengar oleh Samara.

"Assalamu'alaikum. Bunda, bun. Tolong bukain pintunya!," suara salam dan panggilan dari si kembar.

Samara yang sedang menunggu kedatangan ketiga anaknya, yang pulang sekolah. Mendengar suara salam dan panggilan dari anaknya.

"Itu mereka baru pulang ternyata!." Samara menghembuskan nafas lega. Karena anaknya sudah pulang dari sekolah, ia pun segera pergi untuk membukakan pintu rumahnya.

Candra dan Kirana pun bersalaman kepada Samara.

"Bunda, kok ayah bohong lagi sih?," ucap Candra.

"Bohong kenapa sayang?," tanya Samara yang bingung dengan ucapan si kembar.

"Ayah tidak menjemput Candra dan Kirana, untung saja ada Mamanya Restu yang mengantar kami pulang," jawab Candra sambil melipatkan kedua tangannya, dan memanyunkan bibirnya.

"Kirana benci ayah." Kirana berlari pergi meninggalkan Samara dan Candra, yang masih berada di depan pintu masuk rumahnya.

"Candra kecewa sama ayah bun, kenapa sih ayah sekarang nyebelin banget?." Candra pergi meninggalkan Samara.

"Candra. Kirana," panggil Samara kepada si kembar.

Tapi mereka berdua tetap pergi ke dalam kamarnya.

"Bi, bi Siti." Samara memanggil pembantunya.

"Iya Nyonya?," sahutnya.

"Bi, tolong ajak Candra dan Kirana makan siang yah. Aku mau pergi menjemput Arsya di sekolahnya dulu." Samara pamit pergi kepada pembantunya. Karena ia mengkhawatirkan putra bungsunya, yang pasti menunggu jemputan dari ayahnya.

Saat Samara yang akan pergi ke sekolahannya Arsya, ia melihat Arsya telah pulang ke rumah. Karena di antar oleh gurunya Arsya yang bernama Ranti.

" Bunda," panggil Arsya berlari pergi menghampiri Samara sambil memeluknya.

"Bu, tadi Arsya di sekolah menunggu jemputan dari ayahnya. Tapi ayahnya tidak datang menjemputnya, dan semua murid di sekolahan juga sudah pada pulang. Maka dari itu, saya mengantarkan Arsya pulang ke rumahnya," ucap guru Arsya yang bernama Ranti.

"Iya Bu, terima kasih telah mengantarkan anak saya pulang, baru saja saya akan pergi menjemputnya," sahut Samara.

"Oh begitu, ya sudah saya pamit pergi ya Bu." Ranti pun pamit pergi meninggalkan rumah Samara.

Samara mengajak Arsya masuk ke dalam rumah, dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Samara menyuruh ketiga anaknya untuk makan siang. Meski si kembar banyak drama, karena Arsyaka, yang lagi-lagi membohongi ketiga anaknya.

Samara yang menunggu kedatangan Arsyaka hingga sampai malam hari, belum juga pulang kerumahnya. Bahkan no telepon Arsyaka dari siang, sampai malam masih tidak aktif.

"Bun, bunda!," teriak Kirana yang berlari pergi menghampirinya.

"Ada apa sayang?," tanya Samara sambil tersenyum.

"Bun, itu Arsya badannya panas bun," jawab Kirana yang mengkhawatirkan adik bungsunya yang sedang sakit.

Samara yang mendengar itu, langsung berlari pergi masuk ke dalam kamar Arsya. Untuk mengecek keadaan putra bungsunya itu.

"Sayang," lirih Samara yang melihat putranya sakit.

Samara segera mengambil obat penurun panas dan mengompres Arsya. Sambil menunggu kedatangan Arsyaka pulang, agar ia bisa membawa Arsya pergi berobat ke rumah sakit.

Panas Arsya yang tidak turun, meski Samara sudah memberikan Arsya obat penurun panas dan mengompresnya. Membuat Samara memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

"Bunda pergi bawa adik ke rumah sakit dulu. Candra dan Kirana di rumah saja ya?," ucap Samara sambil menggendong Arsya.

"Aku mau ikut bunda," sahut si kembar yang tidak mau berada di dalam rumah yang hanya berdua saja. Karena Bi Siti pembantunya, hanya bekerja sampai sore dan tidak tinggal bersamanya.

"Ya sudah ayo kita pergi sekarang," ajak Samara kepada si kembar.

"Kita tidak menunggu ayah pulang bun?, " tanya Candra saat mereka semua sudah berada di depan pintu rumahnya.

" Tidak nak, ayah masih sibuk bekerja. Sebaiknya kita pergi mencari taksi." Samara membawa ketiga anaknya mencari taksi, untuk mengantarkan mereka semua pergi ke rumah sakit.

"Mas kamu kemana sih?," gumam Samara dalam hatinya yang sedih. Karena Arsyaka tidak bisa di hubungi dari siang, apalagi dengan kondisi si bungsu yang sedang sakit seperti ini.

Kendaraan mobil yang biasa Samara gunakan, sedang di pakai oleh Arsyaka suaminya. Samara yang hendak memesan taksi online tidak bisa, karena jaringan sinyalnya tidak ada. Maka dari itu ia memutuskan untuk pergi mencari taksi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!