Mentari bersinar terik siangan ini, dalam keramaian jalan raya nampak seorang gadis menggunakan motor sport berwarna merah sedang menunggu berakhirnya lampu merah dan sesekali ia beralih menatap arlojinya, Keysa, namanya adalah keysa Miranda Wijaya seorang gadis yang baru menginjak usia 20 tahun, Anak dari seorang pebisnis ternama di kota jakarta, Roby Wijaya pemilik properti dan beberapa perusahaan yang sudah memiliki banyak cabang di Indonesia bahkan di luar negri.
Waktu berjalan dengan cepat lampu merah sudah berlalu, ia segera memutar gas motornya untuk segera menyusuri jalan raya, tak butuh waktu lama hingga Motor sport miliknya akhirnya berhenti di sebuah rumah mewah yang di hiasi taman bunga yang begitu indah, ia tersenyum lebar saat melihat mobil milik sayang ayah yang sudah terparkir indah di garasi, dengan sedikit berlari langkah membawanya masuk ke rumah
"Street" Pintu perlahan terbuka dan menampilkan serang pria yang duduk di Sofa dengan begitu nyaman
"Papa" Ucapnya dengan sedikit berlari dan segera menghambur ke pelukan pria paruh baya yang berperan sebagai ayah dan ibu dalam ke kehidupannya.
Sejak keysa berusia 10 tahun ia sudah kehilangan sosok seorang mama, dan roby Wijaya memilih untuk mengurus keysa sendiri memberikan seluruh kasih sayang pada putri cantiknya ini, Roby tak ingin dan tak berniat mencari pengganti istri cantiknya yang telah meninggal sepuluh tahun yang lalu, ia bahkan terlalu mencintai sang istri hingga tidak ada ruang bagi wanita lain di hatinya, Roby tersenyum dan mengusap rambut hitam panjang milik putrinya dengan gemas.
"Kenapa papa ngak ngabarin key dulu" Ucapnya yang kini memasang wajah cemberut dan duduk di sofa dengan tangan yang terlipat di depan dada, "Bukannya papa bilang papa masih banyak urusan" Ucapnya lagi
"Kejutan sayang, oh iya ini" Ucap Roby menyerahkan paper bag ke arah putrinya "Selamat ulang tahun sayang" Ucapnya lagi senyuman indah kembali terukir di wajah tampannya,
"Jadi papa tidak lupa?" Ucap Keysa dengan lirih, mengangkat kepalanya pelan, dan setelahnya tersenyum lebar ke arah sang papa
"Bagai mana bisa papa melupakan ulang tahun putri cantik papa ini" Ucap Roby sembari mencium dahi putrinya kecilnya, waktu berjalan begitu cepat dan bahkan semua sudah berlalu dan putri kecilnya sudah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang sangat cantik
"Ayo di buka" Ucapnya dengan nada pelan, keysa tersenyum lebar segera mengambil paper bag yang berada di depannya, senyum indah itu kembali mengembang di wajah cantiknya, setelah membuka kado ulang tahun nya, 'Kunci Mobil,' nah itulah hadiah dari Roby untuk putri kesayangannya
"Tingg tong" Bel rumah tiba tiba berbunyi Keysa berjalan pelan menuju pintu utama dan membukanya.
Mobil sport berwarna putih kini sudah terparkir indah di depan rumah, mobil sport keluaran terbaru ya tentu saja harganya di atas 5 miliar.
"Untuk mu sayang" Ucap Roby
"Terima kasih pa" Ucapnya dengan semangat dan kembali memeluk erat tubuh papanya ia berjalan kembali ke sofa, sebenarnya hadiah mahal bukan lah satu satunya yang ia tunggu selama bertahun tahun, ia perlahan meraih paper bag dan perlahan membuka secarik kertas yang memang selalu ada bersama dengan setiap kado ulang tahunnya, ya itu ucapan selamat ulang tahun dari ibunya, sebelum meninggal dunia sang mama sudah menuliskan banyak ucapan selamat, mamanya meninggal di sebabkan oleh kangker hati dan sebelum pergi ia meninggalkan hal yang sampai saat ini selalu menjadi hal yang paling berharga dalam hidup keysa, perlahan air matanya menetes saat membaca isi surat dari sang mama, selalu seperti ini setiap tahunnya
"Key rindu sama mama" Ucapnya dengan nada nan begitu lirih, Roby mempererat pelukannya
"Ini surat terakhir sayang, waktu berjalan dengan sangat cepat, bahkan papa ngak nyangka kalo sekarang kamu tumbuh gadis yang sangat cantik, dan kamu juga sudah mulai dewasa sayang" Ucap roby dengan nada pelan, sembari mencium dahi putrinya, ini memang surat terakhir, istrinya pasti merasa senang jika melihat putri mereka yang sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik dan sangat menyayangi mereka
"Ngak pa, Key masih putri kecil papa, key masih tetap putri kecil papa yang sangat papa sayangi" Ucapnya menepis air matanya, ia memeluk surat itu,
"Hmm, pa kita jadi kan jenguk Mama" Ucap keysa kembali tersenyum lebar menatap papanya
"Tentu saja sayang" Ucap Roby dengan nada pelan melepaskan pelukannya, keduanya berjalan beriringan menuju garasi.
Roda terus berputar mobil mewah itu berhenti di sebuah pusat pemakaman yang terletak di jakarta pusat, keduanya turun berjalan pelan menuju sebuah makam yang nisannya bertuliskan Safira Andiani Wijaya, wanita yang selama ini membuatnya selalu menjaga hati dan cintanya,
"Mama, key rindu" Ucap Keysa dengan nada lirih, ia bergerak pelan sembari memeluk nisan itu dengan suara yang bahkan sudah serak karena menagis
"Maaf ya Ma ke jarang jenguk mama, oh iya ma sekarang ke kuliah di Fakultas hukum, seperti yang mama mau, mama senang kan? Key harap begitu, mama tau awalnya key kesulitan, dan bahkan bertanya tanya kenapa harus masuk ke fakultas hukum, karena key fikir key akan masuk ke fakultas bisnis untuk mengikuti jejak papa, tapi lama tenang aja walaupun awalnya key juga ngak minat namun lama kelamaan key udah terbiasa kok, oh iya ma di ulang tahun key yang kali ini,papa ngasih mobil buat key, tapi ini adalah surat terakhir dari mana, itu berarti tahun depan mama ngak ikut ngerayain ulang tahun key lagi, ah ya sudah lah mah, lagian key udah gede key cuma berharap semoga mama bahagia di sana, mama ngak usah mikirin key, ke udah bahagia kok papa juga" Ucap keysa dengan nada pelan air mata bahkan tak dapat ia hentikan dan terus saja mengalir di pipi mulusnya,
Tampa terasa hari bahkan sudah beranjak sore sudah hampir 3 jam ia memeluk makam mamanya dan menceritakan segala yang terjadi dalam kehidupannya.
"Sayang, lebih baik kita pulang, hari sudah gelap seperti akan turun hujan" Ucap Roby pelan sembari memegang pundak sang putri yang masih larut dalam kesedihan, sedangkan Keysa?, Ia bahkan hanya diam dan membalas Roby dengan anggukan pelan, dan setelahnya ia perlahan berdiri untuk segera berjalan menuju parkiran, hingga pada akhirnya Mobil kembali membawa keduanya ke rumah mewah yang terletak di perumahan mawar indah jakarta pusat itu, sesekali keysa menatap ponselnya yang sudah berdering sedari tadi.
"Kenapa tidak di angkat sayang?" Ucap Roby dengan nada pelan, sedari tadi bahkan ponsel putrinya berbunyi, namun?, Si pemilik bahkan tak menujukan niatnya
"Tidak penting juga pa" Ucapannya dengan nada malas dan setelahnya segera menon aktifkan ponselnya ia tak ingin ada yang menggangu momen bahagia bersama papanya, momen ini hanyalah waktu yang singkat, setelah ini ia yakin sang papa akan kembali sibuk dengan urusan pekerjaannya
"Pacar mu?, kalian ribut? Lalu kapan key memperkenalkannya ke papa" Ucap Roby dengan nada pelan, putrinya ini memang sedikit acuh mengenai pasangan, bahkan setelah lulus SMA Roby tak pernah tau jika Keysa menjalani hubungan dengan orang lain
"Aa tidak pa,tidak, teman kok teman" Ucap Keysa dengan nada malas, mahluk yang bahkan sangat tak penting kembali mengusiknya, sudah berapa lama mahluk ini menghilang?, Namun?, Ia kembali saat Kesya bahkan sudah sangat tak berminat lagi
"Key kamu ngak ahli dalam berbohong" Ucap Roby dengan nad pelan dan tak lupa dengan senyuman kecil kearah putrinya
Kesya menarik nafas dalam
"Mantan key pa, tapi itu udah lama banget waktu key masih SMA" Ucap nya dengan anda pelan
"Oo mantan" Ucap roby" Apa tidak ada yang ingin kamu ceritakan pada papa?" Ucap Roby, Keysa diam sejenak dan tak lama kemudian ia segera menggelengkan kepalanya
"Baiklah" Ucap roby, mobil kini sudah terparkir cantik di depan rumah, Kesya segera berjalan menuju pintu utama dan
"Sayang" Ucap Roby, Keysa menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ayahnya yang masih berdiri di samping mobil
"Papa harus kembali ke Paris, papa harap kamu tidak kecewa, papa masih banyak urusan di sana" Ucap Roby, perlahan ia berjalan mendekati papanya
"Papa ngak usah sedih, Key paham kok" Ucapnya dengan nada pelan, ia sudah bahagia saat ayahnya tak melupakan hari penting ini, dan ia bukan tak tau jika ayah yang memiliki pekerjaan yang begitu banyak
"Papa senang mendengarnya" Ucap Roby dengan nada pelan, ia sebenarnya sedih jika harus terus menerus meninggalkan sang putri, namun?, Ada banyak hal yang harus ia lakukan, ada banyak pekerjaan yang menantinya di sana hingga ia bahkan tak memiliki pilihan dan malah memilih
"Papa" Ucapnya dengan nada pelan dan setelahnya memeluk tubuh papanya
"Hati hati di jalan ya pa"
"Iya, kamu jaga diri ya, papa pergi,oh ia satu lagi pesan papa, mulai sekarang sebaiknya berpergian menggunakan mobil, papa takut terjadi sesuatu jika kamu terus terusan ngebut ngebut di jalan" Ucap Roby dengan nada pelan setelahnya melepaskan pelukannya dan kembali memasuki mobil, dan berjalan menuju bandara.
Keysa terdiam menatap mobil yang membawa papanya kini semakin menjauh dan padaa akhirnya hilang dari pandangannya. Keysa menghela nafas dan berbalik masuk ke rumah.
Hari kini beranjak gelap, keysa masih sibuk dengan segala tugas tugasnya, memang beberapa hari ini para dosen selalu membanjiri mahasiswanya dengan tugas tugas yang terkadang membosankan, ia menghela nafas pelan sembari beralih menatap sebuah makalah, ia berusaha keras untuk memahami isi makalah itu, besok ia harus presentasi dan setelahnya ia langsung di pinta wawan cara dan lain sebagai nya.
"Non" Ucap seorang pembantu meletakan segelas coklat panas di meja
"Terimakasih bik" Ucapnya dengan senyuman lebar, bik Asmi selalu mengerti, jika ia mengerjakan tugas maka bik Asmi dengan sigap membawakan coklat panas untuk menemaninya
"Tingg" Suara bel rumah ber bunyi menandakan ada tamu yang datang berkunjung
"Saya lihat dulu Non" Ucap Bi Asmi dengan nada pelan dan setelahnya segera menuju pint utama untuk mengetahui Siapakah gerangan tamu yang berkunjung, sedangkan kesya masih sibuk dengan segala tugas nya
"Selamat malam" Suara familiar terdengar dari depan pintu, seorang gadis dengan jins dan di baluti jaket kulit melangkah masuk mendekatinya
"Ah Kiki bikin gue kaget aja, kirain siapa" Ucap Kesya dengan nada pelan, Kiki sudah tak mendatangi rumahnya selama beberapa Minggu terakhir, ia berfikir jika Kiki sedang tak memiliki gangguan di rumah, mendengar itu ia cukup senang, Kiki dan mamanya bahkan selalu saja bertengkar, dua orang keras kepala jika di satukan dalam satu ruangan hanyalah akan membuat semua menjadi kacau
"Lagian lo sih tumben tumbenan ngak ikut kita nongkrong" Ucap Kiki dengan nada ringan, sudah beberapa hari ini Keysa tak mendatangi tempat tongkrongan ia merasa sedikit cemas, dan hal itu lah yang membuatnya datang hari ini
"Ya gimana lagi, ini kertas nyebelin ini, gue harus terus menerus tenggelam dalam semua ini" Ucap Kesya dengan nada kesal dan bahkan memperlihatkan tumpukan kertas, Kiki tersenyum kecil kearah Kesya yang masih sibuk dengan tugasnya
"Dari pak Rudi?" Ucapnya dengan nada pelan dan mengambil tempat untuk duduk dengan ringan di sisi sang sahabat
"Iya ni, sialan tu pak tua ngasih tugas banyak banget" Ucap kesya dengan nada malas
"Hahaha, lagian lo sih, sipa suruh telat dan bantah omongannya, udah tau pak tua itu dosen paling kiler di Fakultas,bisa bisa nilai lo yang jadi taruhan nya" Ucap Kiki dengan nada mengejek, Keysa bahkan selalu bernasib malang, bahkan dengan begitu mudah berurusan dengan segala spesies mahluk killer yang ada di fakultas ini, ia akui jika memang Keysa memiliki nasib yang malang dalam hal ini
"Ya gimana lagi, habisnya gue kesal sih sama dia" Ucap Kesya dengan nada malas, ia bahkan hanya mengatakan apa yang ada dalam pemikirannya, namun?, Mahluk itu bahkan dengan tak berperasaan langsung menyalahkan segala argumentasinya, jika tak ingin di komentari atau mendengar pendapat orang lain mengapa keluar rumah?, Bukankah lebih baik jika mengurung diri di kamar dan pikirkan apapun yang ingin di lakukan sesuka hati
"Oh iya gue nginap di sini ya" Ucap Kiki dengan nada pelan
"Ribut lagi sama mama lo?" Ucap Kesya beranjak mendekati sahabat nya
"Kayak biasa lah, gue kesal, dia selalu datang dan pergi, Gue ngak butuh tumpukan uang yang di berikannya gue cuma butuh kasih sayang, apa gue salah, dia bahkan lupa sama hari bokap gue meninggal, bahkan dia ngak nemanin gue buat ke kuburan bokap gue" Ucap Kiki, seketika wajah cerah Kiki menjadi sendu, Kesya bahkan tak bisa banyak berkomentar mengenai hal ini, ia hanya bisa menarik Kiki dalam pelukanya
"Gue boleh kan nginap di sini?" Ucap Kiki lagi
"Ya boleh dong, pintu rumah ini selalu terbuka lebar buat lo, Lo bisa ke sini kapanpun lo mau, udah ah ngak usah sedih lagi, jadi jelek kan" Ucap kesya menepis air mata yang mengalir di pipi sahabat nya,
"Ya udah lo istirahat gih, kayaknya lo capek banget, gue mau lanjutin bikin tugas dulu" Ucap Kesya berjalan pelan kembali ke meja belajar nya
"Gue heran sama lo key, lo sering telat, sering beradu argumen sama semua dosen tapi nilai lo selalu bagus, Lo selalu menjadi sasaran empuk si dosen, tapi?, Nilai Lo aman aman aja, ngak kayak gue, salah salah gue bahkan malah harus ngulang di semester depan" Ucap Kiki yang kini berjalan mendekati kesya, ia sudah melupakan segala masalahnya dan berusaha untuk terus menjalani hidup seperti biasanya, ia ingin seperti Keysa yang tetap ceria meskipun mereka memiliki nasib yang sama
"Gue telat karena gue sering bangun kesiangan, gue ribut sama dosen, karena dosennya pada nyebelin dan masalah nilai itu cuma kebetulan aja" Ucap Kesya dengan nada ringan, dan setelahnya segera menutup tumpukan kertas di hadapan nya dan berbalik menatap sahabatnya
"Sudah lah, ayo istirahat gue capek banget ni" Ucapnya pelan dan setelahnya merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk, jam sudah menunjukan angka 23:00
"Key" Ucap Kiki
"Hmm"
"Beneran lo mau ke Bandung?" Ucap Kiki dengan anda pelan
"Hmm, gue rindu sama nenek gue, dia udah tua dan sakit sakitan" Ucap Kesya
"Trus klo lo pergi gue gimana?"
"Lo bisa tinggal di sini. Kapan pun lo mau, lagian kan masih ada bayu Reno dino dan arka sama si neti," Ucap kesya
"Kapan?"
"Apanya?"
"Lo bengkat ke Bandung?"
"Hm mungkin lusa" Ucap kesya
"Berapa lama?"
"Satu bulanan atau lebih lah" Ucap kesya
"Kuliah lo?"
"Besok gue ngajuin surat ke akademik" Ucap Kesya dengan nada ringan
"Ngak kelamaan ya?, Gimana kalo permohonan Lo di tolak?"
"Ngak mungkin lah, Lo lupa?, Kalo 70% kampus ini duit bokap gue, ya sudah istirahat" Ucap Kesya dengan nada pelan sembari memejamkan matanya
"Hmm" Ucap Kiki, perlahan ia memejamkan mata, tak butuh waktu lama keduanya telah terlelap dan hanya dalam mimpi masing masing.
Mentari pagi kembali menyapa, Kesya menguap pelan bari bergerak untuk segera ke kamar mandi, hari bahkan sudah hampir siang dan mereka harus kekampus kan hari ini?
"Ki, kiki" Ucapnya dengan nada pelan sembari menggoyangkan tubuh Kiki yang bahkan terlihat begitu menikmati acara tidurnya
"Hmm" Ucap Kiki dengan suara serak, sura khas bangun tidur
"Ayo bangun" Ucap kesya berjalan menuju kamar mandi, setelah beberpa menit berlalu kesya keluar dari kamar mandi,
"Hey ki, bangun udah siang" Ucap Keysa, perlahan Kiki duduk dan mengucek ngucek matanya
"Hmm" Ucapnya
"jam berapa?" Ucap Kiki
"08:30" Ucap Kesya
"Apa?" Ucap Kiki, matanya kini melebar dan melompat dari ranjang menuju kamar mandi, Kesya hanya tersenyum menatap Kiki yang terlihat panik itu, setelah bersiap siap kesya beranjak turun menuju meja makan, sarapan sudah di siapakan oleh bik siti
"Pagi bik" Ucap Kesya duduk di salah satu kursi dan menyantap roti yang sudah di oles dengan selai kacang kesukaan nya
"Pagi non" Ucap Bik Asmi
Kiki beranjak turun dan berjalan pelan mendekati kesya yang sibuk menyantap sarapan nya
"Pagi bik Asmi" Ucap Kiki mengambil
roti di depannya
"Pagi non kiki" Ucap bik Asmi tersenyum sambil meletakan susu untuk kesya dan kiki
"Makasih bik" Ucap kiki lagi
"Sama sama non, bibik ke dapur
Dulu" Ucap bik Asmi berjalan pelan menuju dapur.
Suasana di meja makan kembali hening, keduanya masih sibuk menikmati makanan nya, sela waktu beberapa menit keduanya berjalan meninggalkan meja makan
Dua gadis dengan menggunakan jins dan di padu jaket berwarna coklat berjalan pelan menuju bagasi,
Kedua motor sport itu melanju di jalan raya, beberpa menit kemudian keduanya sudah berada di depan kampus dengan setengah berlari kesya dan kiki menuju kelasnya
"Crakk" Gang pintu kini terbuka menampilkan seorang dosen gendut yang masih sibuk dengan materinya
"Selamat pagi" Ucap kesya, sang dosen beralih menatap kesya dan kiki yang masih berada di depan pintu
"Apa lagi alasan kamu hari ini?" Ucap pak yusuf dosen ilmu hukum
Kesya menarik nafas pelan
"Ahh bapak, jakarta macet" Ucap kesya tersenyum
"Sejak kapan jakarta tidak macet? Setelah pelajaran selesai temui saya di ruangan saya" Ucap pak yusuf dengan nada pelan
"Baik Pak"
"Lalu kamu menunggu apa, masuk" Ucap pak yusuf kembali menatap monitor dan kembali menjelaskan materi yang ia ajarkan
"Terimakasih pak" Ucap kesya berjalan pelan dan duduk di bangku yang kosong
"Telat lagi?" Ucap Fini
"Biasa lah, oh ia gimana dengan tugas gue?" Ucap Kiki setengah berbisik
"Udah selesai" Ucap Fini tersenyum
Keduanya masih sibuk dengan obrolan nya tampa sadar pak yusuf sudah berdiri tak jauh dari nya
"Ehemm" Pak yusuf berdehem, mengagetkan kiki dan fini
"Eh bapak" Ucap Kiki
"Tenag atau keluar?" Ucap pak yusuf
"Maaf Pak" Ucap kiki, pak yusuf berjalan kembali menuju mejanya, beberpa pertanyaan di lontarkan ke kiki, kiki menjawabnya dengan terbata bata, ia tak memperhatikan pelajaran ini sejak awal
"Lain kali jangan, ngobrol dalam jam pelajaran saya" Ucap pak yusuf merapikan leptop dan beranjak meninggalkan kelas
Waktu terus berlalu, kota jakarta masih tetap dengan segala keramaiannya, mobil sport berwarna merah melaju kencang dari arah bandung menuju Jakarta, tampa sadar dari kejauhan sebuah motor melaju dengan cepat hingga
"Sittttttkrkktkr" Mobil menjadi tak terkendali hingga kemudian menabrak trotoar jalan, untung saja ia dapat kembali memegang kendali mobil ini dan jika tidak maka mungkin yang tersisa hanya tinggal sebuah nama saja
"Tok tok" Kaca mobil di ketok oleh seorang yang menggunakan helem, perlahan kaca mobil menurun menampilkan seorang pemuda tampan yang di baluti stelan jas berwarna hitam.
"Orang kaya Turun lo" Ucap keysa sembari terus mengetok kaca mobil, kaca mobil kembali di naikan dan si pengemudi turun dari mobil dengan pelan
"Lain kali jangan ngebut ngebutan di jalan, bisa bisa orang yang akan celaka karena kecerobohan anda" Ucap si pria dengan nada datar dan tangan tegasnya perlahan mulai bergerak membuka kaca matanya, menyadarkan tubuhnya dengan angkuh, dengan tangan yang sudah menyilang di dada
"Lo ngak usah ceramahin gue, lagian lo yang salah mau sok soan mau nasehatin lagi, ini itu tikungan kenapa lo main ngambil jalan gue, dan satu lagi selama ini gue ngebut ngebut ngak ada tuh korban, seharusnya ucapan itu buat lo, kalo ngak bisa nyetir mendingan ngak usah bawa mobil, bobok aja tuh di dalam rumah" Ucap keysa menyilang akan kedua tangannya di dada berdiri dengan gaya tak kalah angkuhnya dengan pria tampan di depannya ini, enak saja, pria ini berani menujukan wajah angkuh itu, ia jelas tak mau kalah dengan pria menyebalkan ini
"Eh anda dapat melihat jika mobil saya lecet" Ucap pria itu menunjuk ke arah mobil yang menabrak trotoar
"Cuma lecet doang kan, ngak sampe benyok, ban nya aja masih di sana, belom jalan duluan, lagian trik lo itu terlalu murahan" Ucap Keysa dengan nada kesal, bagai mana tidak pria menyebalkan ini bahkan mementingkan mobilnya dari pada nyawa
"Saya tidak mau tau, anda telah membuat mobil saya lecet dan anda harus bertanggung jawab, apakah anda tau, perilaku anda yang ugal ugalan hampir saja membuat saya kehilangan nyawa" Ucap si pria dengan nada datar dan hanya mendapatkan decihan dari keysa
"Udah gue bilang, trik murahan lo itu ngak mempan sama gue, lebih baik lo belajar nyetir lagi ya, lagian gue juga ngak salah, Tampa ganteng malah suka gibulin orang" Ucap keysa beranjak menaiki motornya dan setelahnya segera meninggalkan tempat kejadian, untung sajak ia pembalap terhebat di geng motor yang di beri nama Black Roses. Selain sebagai pembalap terhebat ia juga ketua geng motor yang cukup memiliki reputasi di kota jakarta ini, sela waktu 2 jam akhirnya keysa sudah berada di depan pintu rumah nenek nya, seperti yang kalian ketahui keysa adalah pembalap hebat, jadi bandung jakarta tidak begitu jauh darinya.
"Teh keysa, masuk atuh teh" Ucap asih sambil membantu keysa membawa tasnya untuk segera memasuki rumah, sudah lama ia tak ke sini, sudah lama ia tak bermain ke Bandung
"Nenek mana" Ucap keysa meletakan tasnya di sofa dan setelahnya duduk dengan nyaman di sana
"Nenek masih di kebun teh, padahal sudah saya larang, tapi kata nenek ia ingin menghirup udara segar, oh iya atuh teh, teteh istirahat saja, saya mau ke kebun dulu" Ucap Asih dengan nada pelan sembari meletakan gelas dan air ke atas meja, dan setelahnya ia kembali menggunakan capingnya
"Lo mau kemana?" Ucap Keysa sembari menuangkan air kedalam gelas dan meneguknya secara perlahan
"Ah saya mau ke perkebunan teh" Ucap asih dengan nada pelan
"Gue ikut" Ucap keysa meletakan gelas dan dengan cepat kembali mengenakan jaket
"Bukan nya teteh capek, lebih baik teteh Istirahat saja dulu, setelah itu baru keliling keliling kampung, udah lama juga kan teteh ngak ke Bandung" Ucap asih dengan nada pelan, usianya dengan Keysa memang tak beranjak jauh, dan lagi keduanya sudah berteman sedari muda, hanya karena Keysa jarang ke bandung membuat mereka merasa sedikit canggung selama mengambil sikap
"Gue ngak capek, pokonya gue mau ikut" Ucap keysa pelan sembari mengenakan kembali jaketnya, Asih hanya diam tak kuasa menahan keinginan cucu pemilik kebun teh ini
"Ya sudah atuh teh, ayok" Ucap asih, kini keduanya berjalan beriringan menuju sebuah pengunungan, hamparan teh yang luas terlihat begitu indah di tambah dengan segarnya udara pedesaan.
Keysa tersenyum melihat ke arah sebuah pohon besar yang terdapat ayunan di bawahnya, dan entah kenapa ia malah kembali teringat tentang seorang teman di masa lalu, saat seorang bocah laki laki yang menolongnya karena di jahili oleh anak anak desa, seorang bocah laki laki yang berhasil menguatkannya di saat ia berada di titik paling rapuh, sosok yang bahkan selalu menjadi penyelamatnya dalam setiap masalah, Sayang sekali saat itu keysa terlalu kecil untuk mengingat nama bahkan wajah teman masa kecilnya itu.
"Aaaaa" Ucap Keysa menarik nafas lega, udara pedesaan sangat segar, berbeda dengan jakarta yang selalu di penuhi oleh polusi
"Nenek" Ucap Keysa memeluk tubuh nek tantri dengan begitu erat
"Kamu siapa?" Ucap nek Tantri dengan nada pelan
"Nenek, masak ia nenek lupa sama cucu sendiri" rengek Keysa pelan
"Sudah berapa lama kau tak menjenguk nenek bocah kecil" Ucap nek tantri dengan kekehan pelan
"Maafkan key nek, begitu banyak hal yang ahrus di lakukan membuat Keysa bahkan haru menghabiskan waktu dengan buku buku itu" Ucap Keysa pelan
"Jadi maafkan key ya nek"
"Cucu nenek udah tumbuh dewasa, dan begitu cantik, mana mungkin nenek tega marah terlalu lama dengan mu cantik" Ucap nek tantri mencium pucuk kepala cucunya yang sudah hampir 2 tahun ini tak mengunjungi nya
"Ah nenek, kenapa nenek masih di luar, tante Mimi bilang nenek ngak boleh kecapean" Ucap Keysa yang kini berjalan pelan kembali ke rumah
"Nenek bosan di rumah trus, lagi pula nenek cuma ngeliatin aja" Ucap nek tantri "hm ya sudah kamu istirahat dulu, perjalanan mu pasti melelahkan, nenek ke dapur dulu masakin makanan kesukaan kamu" Ucap wanita tua itu tersenyum lebar pada cucunya.
Keysa hanya menggunakan kepalanya, mengambil ransel yang di tinggalkan nya di sofa, kini langkah kembali membawa keduanya sibuk dengan aktifitas masing masing
"Ckrek kk" Gang Pintu kini perlahan terbuka menampilkan kamar minimalis yang di terlihat rapi dan terawat itu, keysa merebahkan tabuhnya di kasur yang empuk, walau jakarta dan bandung tak terlalu jauh, namun bohong jika keysa merasa tidak lelah, belum lagi tugas yang harus ia selesaikan agar dapat izin dari pihak kampus.
Setelah memejamkan mata kurang lebih 15 menit, keysa beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Nenek" Ucap keysa memeluk nek tantri yang kini terlihat sibuk menata makanan di meja
"Makan dulu, setelah itu temani asih ke pasar" Ucap nek tantri dengan pelan, beberapa belanja sudah habis, dan bukankah akan lebih baik menyuruh Keysa ke pasar, setidaknya ia dapat berkeliling dan menikmati udara pedesaan yang begitu Astri, bagai mana pun ia tau bahwa hidup di kota bukanlah hal yang mudah, terlebih begitu banyak polusi dan padatnya manusia yang beraktivitas di sana
"Hmm siap nek, nanti kasih list nya aja biar ngak kelupaan" Ucap keysa sembari duduk di salah satu kursi di meja makan, dan perlahan menatap makanan enak yang sudah di buat neneknya
"Enak? " Ucap nek tantri tersenyum dan perlahan menyantap makanannya yang di makan dengan begitu lahap oleh keysa
"Masakan nenek selalu enak sama persis dengan masakan.." Ucapan keysa terhenti wajah ceria itu seketika menjadi sendu
"Ahhh keysa jadi rindu sama mama" Ucap Keysa kembali tersenyum menatap neneknya dan melanjutkan acara makannya.
Hari sudah beranjak sore keysa masih sibuk dengan dunianya sendiri, sejak selesai makan keysa kembali ke kamar dan menatap album dimana, keysa kecil tersenyum dengan gembira dengan papa yang mengajar nya bermain bola dan mama yang selalu menyemangatinya, bocah yang bahkan meninggalkan begitu banyak pertanyaan di hatinya, mengapa bocah laki laki itu tiba tiba meninggalkan desa, bahkan menghilang begitu saja, namun sedari seulas Senyum bahkan tak pernah pergi dari wajah cantik keysa, dan di selingi dengan air mata yang masih setia mengalir di pipi halus nya,
"Tok tok" Suara ketukan pintu mengejutkan keysa, keysa menepis air mata nya dan berjalan pelan menuju pintu
"Kamu nangis key?, Kenapa?, Apa yang salah, siapa tahu nenek bisa mengurangi beban mu" Ucap nek tantri saat pintu terbuka, ia sudah di suguhi wajah sembab cucu cantiknya ini
"Ngak kok nek, keysa cuma liat liat poto lama" Ucap keysa
"Hmm ya sudah, lebih baik kamu cuci muka dulu, habis itu turun asih udah di bawah noh" Ucap nek tantri, berjalan pelan meninggalkan kamar keysa
Setelah kepergian neneknya, keysa berjalan pelan menuju kamar mandi, tak lama kemudian keysa keluar, mengambil jaket coklat kesayangan nya dan berjalan pelan turun menemui asih
"Ayo, tapi habis ke pasar kita Jalan jalan dulu ya" Ucap keysa tersenyum ke arah asih, sebenarnya asih bukan hanya seorang anak pembantu di rumah ini tapi asih adalah teman keysa dari kecil, keduanya tumbuh bersama
"Baik atuh teh" Ucap asih tersenyum, keduanya berjalan pelan meninggal aja rumah,
"Gimana, kerjaan lo,?" Ucap keysa memulai pembicaraan setelah hening cukup lama,
"Ya saya di angkat jadi karyawan di pabrik teh nya nek tantri" Ucap asih langkah keduanya masih terus menyusuri pedesaan, keduanya sengaja tidak menggunakan motor atau pun mobil, keysa beralasan kalo ia rindu dengan suasana pedesaan dan memilih untuk berjalan kaki
"Oo, lo kuliah?" Ucap keysa
Sebelum menjawab asih tersenyum kecil "Tamat SMA pun saya sudah sangat bersyukur atuh teh, saya cukup tau diri"
"Lo masih aja canggung sama gue" Ucap keysa tersenyum, dari kejauhan keramaian sudah terlihat pertanda sebentar lagi keduanya sampai di pasar.
Beberapa jam sudah berlalu, proses pembelanjaan pun sudah selesai keduanya berjalan dengan riang kembali ke rumah, tak jarang keduanya tertawa lepas mengingat masa lalu mereka. Keduanya terhenti saat berada tak jauh dari sebuah pohon.
"Ah asih jadi ingat sama akang kasep, setiap liat pohon itu" Ucap asih dengan nada ringan
"Hmm, kira kira kita bisa main bareng lagi ngak ya?" Ucap keysa tampa sadar keduanya mendekati pohon itu
"Lihat, ayunan dan rumah pohon ini masih berdiri kokoh, sama persis waktu kita masih kecil dulu" Ucap asih perlahan duduk di ayunan
"Yah, sayang kan kalo tempat sebagus ini di sia sia ini, lagian kalo saya kesal pusing, ribut sama abah asih selalu nenangin diri di sini" Ucap asih lagi
Kini keysa beranjak menuju tangga dan perlahan menaiki tangga dan kini keduanya sudah berada di rumah pohon, kebun teh terlihat begitu luas dengan hamparan teh di segala sisi, para pekerja kini sudah bejalan beriringan meninggalkan kebun pertanda jam kerja sudah berlalu, langit kini berubah menjadi kejinggan mata hari pun kini terlihat mulai bersembunyi di balik bukit.
"Ayok kita pulang atuh teh" Ucap asih
Keysa hanya menggunakan kepalanya, seketika ia tidak menjadi diri nya di sini, suasana pedesaan begitu tentram untuk hati keysa yang sepertinya sudah terbiasa dengan kerasnya kehidupan di kota, keysa melepaskan segala beban yang ia pikul, melupakan segala kesedihan di balik harta yang berlimpah, walaupun papa nya selalu memberikan kasih sayang yang cukup tapi tetap saja keysa butuh seorang papa di sampingnya, tapi itu tidak akan pernah di dapatinya, sejak kecil keysa hidup dengan pembantu, Roby Wijaya hanya pulang beberapa hari dalam dua sampe tiga bulan, terkadang Roby hanya tinggal beberapa jam untuk merayakan ulang tahun keysa, setelah itu ia akan kembali ke luar negri dan kembali sibuk dengan segala urusan bisnisnya....
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!