"Pram! " panggil mom Sarah yang sudah berada di ranjang hotel tempat kami menginap.
Aku masih tidak percaya dengan kejadian hari ini. Kucubit tangan kekarku.
"Aaaauuh!" Ternyata sakit dan ini tidak mimpi.
Kupandangi wajahku yang terpias dari pantulan cermin kamar mandi hotel.
Ganteng, kumis tipis, potongan rambut cepak seperti artis- artis Korea.
Dengan hidung yang mancung dan bibir yang agak seksi menggoda semua wanita untuk **********.
Aku mondar mandir di dalam kamar mandi. Terus terang ada kegelisahan yang kurasakan dan sedikit grogi.
Sambil terus mengacak-ngacak rambutku dan tidak tahu harus bagaimana.
Malam ini adalah malam pertamaku dengan seorang wanita yang usianya lebih tua dariku
Siang tadi, kami menggelar pernikahan yang diselenggarakan di rumahnya. Pernikahan kami hanya pernikahan siri. Semua ini atas permintaan wanita cantik itu.
Pernikahan kami tidak dihadiri banyak orang. Hanya pamannya dan ustad yang dipanggil datang ke rumah. Wanita cantik itu menghendaki pernikahan yang tidak diketahui banyak orang.
Siangnya, kita berangkat ke pulau Bali untuk bulan madu. Terkesan sangat mendadak dan tidak direncanakan sebelumnya.
Bahkan semua karyawannya tidak megetahui kepergian kami ke pulau Bali. Dia ingin menjaga nama baikku agar tidak dihina di kantor. Wanita cantik itu adalah mom Sarah, istriku yang juga bosku. Aku bekerja sebagai cleaning service di restorannya.
Duuuh. Aku seperti tidak rela melepas keperjakaanku pada wanita yang sudah berada sekamar denganku.
Tidak tau ini merupakan musibah atau berkah dalam hidupku. Tapi memang ini sudah terjadi. Bahkan ibuku tidak mengetahui.
Dulu pas masih remaja, aku menghayalkan bisa melakukannya dengan pacarku, Santi.
Tetapi ketika sedang berdua dengan Santi selalu terngiang kata- kata pak ustad.
Jangan berduaan Pram, sebab yang ketiga adalah setan.
Ketika teringat pesan itu, aku langsung berdiri, malu dan mencari sesuatu. Aku mencari setan maksutnya, orang ketiga diantara kami. Akhirnya Santi tertawa ngikik.
Kupandangi badanku yang kekar dan senjataku yang belum pernah aku pakai.
Akankah aku rela semua ini disentuh wanita itu?
Aku ingin menangis, tapi malu sama cicak yang mengintipku di atap kamar mandi.
Eh ada cicak. Kupandangi atap kamar mandi. Heran di hotel kok ada cicak.
Yah, maklum kita menginap di Jimbaran hotel yang suasananya masih asri. Masih dengan suasana alam. Terdengar suara gemercik air dari pegunungan.
"Praaaam," suara lembut mom Sarah membuyarkan lamunanku.
Ternyata dia sudah berdiri di depan pintu toilet. Aku melompat kaget. Wanita cantik itu seperti hantu yang tiba-tiba hadir di depanku.
"Ayolah, " ajaknya tidak sabar.
Aku tersenyum kecut memandangi wanita itu. Dia memakai baju tidur warna biru muda tembus pandang nampak semua lekuk tubuhnya.
Aku menelan ludah. Baru pertama kali ini aku melihat wanita dengan busana seperti itu. Biasanya aku melihat dia memakai hijab yang rapi dan sopan.
Sekarang terlihat di depanku seorang wanita dengan rambut hitam panjang tergerai, polesan lipstick warna merah marun, serta harum minyak wangi yang menggoda jiwa laki lakiku .
"Sayang... lama banget. Aku sudah menunggu lo...," katanya manja.
"Eeeh iya sebentar ya saaa.." kataku gugup. Lidah ini seperti tercekat ketika mau mengucapkan kata sayang.
"Pramono sekarang kamu sudah menjadi suaminya ," kata cicak yang diatap.
"Stttttt. Cicak jangan ikut campur. Aku sedang menguasai detak jantungku yang berdegup kencang."
Aku belum mempunyai pengalaman soal ini. Jangan sampai terjadi sesuatu yang memalukan diatas ranjang.
Kubalut bagian bawah tubuhku dengan kain sarung pemberian ibuku. Tanpa menggunakan sesuatu. Mungkin lebih leluasa untuk bergerak. Seperti orang kampung saja.
Cicak di atas masih mengintipku seolah menertawakanku. Mungkin cicak tertawa geli dengan semua tingkah lakuku.
Namaku Agung Pramono. Biasa dipanggil Pram. Hobbyku memasak. Aku suka bercanda atau humoris. Sekarang aku kuliah di Fakultas Kuliner di Jakarta.
Umurku dua puluh lima tahun dan masih perjaka tulen. Mungkin orang mengira aku adalah playboy. Sebenarnya aku sangat takut pacaran. Hanya Santy yang mampu menaklukkan hatiku. Sekarang Aku tidak pernah tahu keberadaan Santy.
Perlahan aku keluar dari toilet menuju ranjang yang indah. Penampilanku memang keren seperti Riski Billar sang artis yang lagi terkenal namanya. Tapi sebenarnya aku itu orang kampung yang tidak tahu apa-apa.Terkesan lugu dan polos.
Apalagi liburan kelas mewah menginap di hotel yang masih berkenan asri dan alami. Seperti mimpi saja.
Mom Sarah duduk ditengah ranjang dengan posisi menantang. Aku kalut dan gugup. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Mom Sarah tersenyum manis. Semanis gulali yang selalu diberikan ibuku waktu kecil. Manis dan legit. Aku juga ikut tersenyum.
"Pram , " kata Mom Sarah memegang tanganku.
Tiba tiba keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku. Detak jantungku berdegup sangat kencang.
Deeg deg deg.
"Kita sudah sah menjadi suami istri. Walaupun kita menikah secara siri. Kamu boleh menyentuh bagian tubuhku yang kamu suka. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu suka, " desah nada mom Sarah manja.
"Aaaa....ku," kataku gugup.
"Ayo dong. Lakukan seperti di film romantis yang pernah kamu lihat." Sisi lain hatiku berkata.
Tapi badanku kok jadi gemetaran tidak karuan. Kakiku tiba-tiba menjadi dingin.
Aku tidak percaya dan seperti mimpi. Bosku yang selalu ramah, supel, baik hati dan tidak pernah marah sudah berada disampingku.
Mom Sarah mendekatiku, membelaiku dalam khayalan yang indah. Seakan membawaku ke nirwana.
Aku tidak berdaya. Bibirnya mulai mendekati bibirku. Mataku terpejam. Dan tangan lembutnya mulai bergerilya ke tempat yang dia suka.
"Pram," desah nafas Mom Sarah ditelingaku.
"Ayo dong. Jangan kaku seperti ini, " pintanya lagi.
"Iya sayang ," jawabku mencoba menenangkan perasaan yang bergejolak dan meletup-letup di hatiku.
Aku mulai terpancing dengan permainan Mom Sarah. Aku membalas setiap sentuhan tangannya.
Tapi tiba-tiba perutku mulas dan terdengar suara yang aneh di perutku. Aku berusaha menahan tetapi tidak bisa.
Akhirnya keluar juga. Duuuuut.
Terdengar keras keluar dari bagian bawah perutku.
Mom Sarah berjingkat dan melepaskan pelukannya ditubuhku.
"Pram. Kamu kentut ya? " tanya istriku sambil menutup hidungnya.
Senyumnya merekah bukannya marah. Nafas yang sudah memburu kembali normal.
Dia mencubit pahaku dengan gemas. Aku nyengir kuda.
"Perutku sakit, Mom," kataku sambil memegang perut.
Ini pasti gara-gara tadi sebelum tidur makan bakso yang super pedas di hotel. Kuahnya yang pedas membuat mulutku seperti ikan lohan.
Sementara mom Sarah sampai tertawa ngakak, melihat tingkahku. Mungkin menurutnya aku adalah laki-laki yang lucu.
Penampilan dan wajah memang keren tetapi tingkah laku seperti anak kecil. Beruntung wanita dewasa di depanku seperti malaikat yang tidak pernah bisa marah melihatku.
Aku berjingkat menuju ke kamar mandi. Jangan sampai suasana yang romantis berubah tidak mengenakkan karena perutku.
Sekitar lima belas menit, aku berada di kamar mandi. Perutku rasanya lega setelah mengeluarkan isinya.
Mom Sarah masih menunggu di ranjang dengan sabar. Dia sibuk memainkan ponselnya. Rambutnya yang indah tergerai di pundaknya. Kini kelihatan dadanya yang hanya ditutup dengan selimut hotel.
Dag dig dug
Kembali hatiku berdegup kencang. Aku berjalan pelan-pelan menuju ranjang. Mom Sarah sudah menyambutku. Ketika dengan tiba-tiba tangan halusnya menarik tanganku ke dalam pelukannya. Ciuman mesra sudah mendarat di bibirku.
Aaaau.
Ibu.... tolong aku. Aku terjebak bersama singa yang sedang kelaparan.
Deet.....deet
Tiba tiba ponsel mom Sarah berbunyi. Bersambung..
Kira kira Pram sama mom Sarah sukses tidak ?
bab se
Bunyi ponsel mom Sarah menganggu kegiatan kami. Dia segera mengambil ponsel yang berada di meja sebelah ranjang.
Aku sedikit bisa bernafas lega. Segera kurapihkan sarung yang sudah dilempar wanitaku di samping ranjang.
Kesempatan ini kugunakan untuk membuka info di internet. Info tentang cara-cara yang dilakukan di saat malam pertama. Jari-jariku berselancar menyusuri situs-situs di internet.
"Atur saja mas! Nanti kalau tempatnya sudah cocok, saya akan meninjau," kata mom Sarah membalas telpon di ponselnya.
Setelah itu wanita yang lemah lembut itu terlihat jengkel dengan mematikan ponselnya. Sesekali dia meliriku dengan senyumnya yang indah. Apalagi melihat raut mukaku yang kadang terlihat lucu.
Mom Sarah menaruh kembali ponselnya di meja. Dia menghembuskan nafas lega.
Wanita itu berbaring di sampingku. Kepalanya di taruh dibawah ketiakku. Bau asam di tubuhku tidak membuatnya risi.
Kutaruh ponselku di meja samping ranjang. Aku juga mematikan ponselku agar tidak mengganggu. Siapa tahu ada sahabatku yang tiba-tiba menelpon.
"Pram..." katanya lembut.
Manik matanya yang sendu menatapku penuh harap. Bibirnya merekah seolah memintaku melakukan sesuatu.
Aku teringat situs yang kubaca di internet. Di sana diajarkan apa saja yang harus dilakukan di malam pertama. Apakah aku mau mempraktekan atau tidak.
Perlahan tanganku mulai membalas sentuhannya. Seperti singa yang sedang kelaparan, dia menyerangku tanpa ampun. Aku tidak berdaya melawannya.
☆☆☆
Pagi harinya.
"Ibu..."
Aku berteriak sekencangnya. Ketika bangun tidur aku mendapatkan tubuhku tanpa busana di samping wanita lembut yang masih memelukku tanpa busana juga. Apalagi tercium bau menyengat dari atas ranjang.
Mom Sarah terbangun, melepaskan pelukannya. Wajahnya terlihat pias. Wajah tanpa polesan. Wanita itu mengucek matanya. Dia memandangi wajahku dengan cemas.
"Pram.."
"Ada apa? Apakah kamu mimpi buruk? " tanyanya sambil mengelus pipiku.
Kulepas pelukannya dari tubuhku. Aku bangkit dari tempat tidur. Sambil menyambar sarung yang tergeletak di lantai, aku berlari menuju ke kamar mandi.
Aku menangis di kamar mandi. Kok bisa?
Karena sesuatu yang paling kujaga sudah terenggut dengan seorang wanita yang telah menolongku.
Aku tidak berdaya. Aku terbawa dengan permainannya yang sangat liar dan menggoda. Wanita yang anggun, baik hati, dan ramah. Tiba tiba nampak berbeda ketika sudah berada di kamar.
Flashback 4 bulan yang lalu. Tok ..tok..
Aku mengetuk pintu ruang kerja bosku. Hari ini, aku pertama kali masuk kerja sebagai cleaning service di restoran besar di Jakarta.
Sebenarnya aku melamar sebagai Chef, tetapi tidak ada lowongan. Hanya lowongan cleaning service yang tersisa. Dengan terpaksa aku menerimanya. Baru pertama kali ini aku bekerja sebagai cleaning service.
"Masuk!" terdengar suara lembut seorang wanita dari dalam ruangan.
Aku membuka pintu dengan pelan. Tangan kananku membuka pintu. Sedangkan tangan kiriku membawa nampan berisi secangkir teh panas dan sepiring lumpia.
Mataku menatap ke depan . Seorang wanita berhijab merah duduk di meja kerjanya. Dia menatapku tajam.Tiba tiba aku sedikit grogi.
Pyaaar. Aduh..
Aku tersandung karpet yang ada di ruangan. Nampan yang kubawa terlepas. Secangkir kopi dan sepiring lumpia berantakan di karpet.
Aku gugup segera memberesi barang yang berserakan. Aku mengutuk diriku sendiri. Baru masuk kerja sudah membuat kesalahan.
Wanita itu melompat dari tempat duduknya. Tergesa-gesa dia menolongku dan melihat keadaanku. Pucat pasi wajahku dengan kejadian yang tidak terduga ini.
"Mas!"
" Mas tidak apa-apa?" tanyanya sambil memegangi tanganku yang tergores pecahan kaca.
Suaranya yang lembut. Wajahnya seperti kelihatan cemas. Refleks dia mengambil tissu yang ada di meja kerja. Dia dengan cekatan mengelap darah di tanganku.
"Maaf,Bu..," ucapku merasa bersalah.
Tatapanku tertunduk tak mampu memandang wajah bos baruku. Rasa malu dan bingung yang aku rasakan. Aku memang sedikit grogi.
"Sudah tidak apa-apa, Mas," sambungnya.
Tangannya terus memegangi tanganku yang terluka. Sementara tangan yang lain mengambil ponsel, dia menelpon seseorang.
" Reni, tolong cepat ke ruanganku!" perintahnya di telponnya.
Sesaat kemudian, seorang gadis berseragam sama denganku masuk ke ruangan. Gadis manis berkulit kulit langsat tergopoh-gopoh menghampiri kami.
"Ya, Mom, " kata gadis itu.
"Reni, tolong bersihkan ruangan ini. Dan tolong ambilkan obat merah buat mas ini!" perintah bosku.
Reni, gadis yang dipanggil bu bos, segera membersihkan ruangan yang kotor. Dia sangat cekatan membersihkan kotoran dan pecahan beling yang berserakan di karpet.
Sesekali dia melirikku. Sorot matanya terlihat aneh penuh misteri.
Setelah mengobati lukaku, wanita itu menyuruhku duduk di hadapannya.
Aku gemetar dan gugup. Nasib. Baru pertama masuk kerja sudah melakukan kesalahan. Aku pasrah kalau bosku memecatku.
" Pagi, Mas!" sapanya manis.
Dia membetulkan hijab merah yang dikenakannya, duduk rileks di kursinya.
"Namanya siapa, Mas?"
"Agung Pramono," jawabku malu-malu. " Bisa dipanggil Pram?" katanya. "Iya,Bu," jawabku.
Matanya yang agak sipit, hidung mancung, muka bulat dengan lesung pipit dipipinya, nilai tujuh setengah kusematkan untuk kecantikan bosku.
Eh. Aku jadi serba salah. Aku mencuri pandang, melirik wajah bosku dengan sudut mataku. Dia masih menatapku dengan lembut.
" Bu, saya dipecat ya?" tanyaku polos.
Kembali bosku tersenyum. Senyum yang menggoda. Laki laki mana yang hatinya tidak akan meleleh dengan manis senyumannya. Walau sudah berumur, bosku kelihatan cantik, sumringah dan bahagia.
"Tidak Pram. Lain kali hati hati ya!" pesannya.
" Oh ya namaku Sarah, bos disini. Aku mohon bekerjalah yang rajin, sopan, jujur, dan amanah ya!"
"Karyawanku lebih suka memanggilku Mom Sarah," tambahnya dengan berdiri dan mengulurkan tangannya.
Dengan ragu aku menyambut tangannya.
Tanganku yang kasar memegang tangannya yang halus.
Sejak saat itu, bosku selalu menyuruhku ke ruangannya. Teman-teman sekantor sudah menggunjingku. Aku cuek saja. Tidak mendengarkan ocehan mereka.
Ternyata bosku adalah seorang janda yang mempunyai anak tiga. Dia bercerai dengan suaminya 3 tahun yang lalu karena suaminya menikah lagi.
Mom Sarah membuka usaha kuliner dan sukses hingga membuka beberapa cabang di Jakarta. Berkat kegigihannya, restorannya maju dan terkenal di kota ini. Selain rasanya yang enak, pelayanannya juga terkenal ramah dan tempatnya nyaman.
Sifatnya yang ramah dan supel membuat semua karyawan menyukainya. Bahkan dia tidak pernah memarahi karyawannya. Sehingga semua karyawannya salut dan hormat kepadanya.
Selama ini aku tak pernah menduga kalau bosku itu menyukaiku. Padahal kulihat banyak relasinya yang datang, mereka nampak kaya dan keren. Mengapa wanita cantik itu tidak menanggapinya.
Mom Sarah juga banyak membantuku. Dia dengan diam-diam telah membayar uang kuliahku dan membayar biaya praktek kuliahku.
Dia juga telah membayarkan biaya rumah sakit ketika ibuku sedang dirawat di rumah sakit. Ada perasaan yang tidak enak terhadap kebaikan bosku.
Sampai suatu hari.
Mom Sarah memintaku untuk menjadi supir pribadinya dan menemaninya makan malam. Aku memang bisa menyopir. Aku dulu pernah bekerja sebagai supir angkot. Tapi mengapa dia memilihku untuk menjalankan tugas malam ini? Entahlah..
Sebagai karyawan yang patuh dan taat, aku hanya menjalankan tugas. Aku mengantarkan bosku ke kawasan Jakarta Selatan.
Di sebuah restoran yang bernuansa romantis, mom Sarah mengajaku masuk ke dalam. Aku seperti ragu. Ada apakah gerangan?
Aku masih belum mengerti apa yang akan terjadi. Mengapa dia mengajakku masuk. Aku pikir dia ingin bertemu dengan orang spesial atau tamu penting.
Di pojok ruangan, si bos menyuruhku duduk. Aku agak kikuk dan serba salah.
Kutatap matanya meminta penjelasan. Tetapi dia hanya tersenyum manis.
"Duduklah Pram!" perintahnya lembut.
Wanita itu duduk di depanku. Memang malam ini bosku terlihat beda sekali. Penampilannya sangat anggun. Dia mengenakan dress panjang dan hijab kekinian.Wajahnya yang putih dan bersih hanya memakai make up sekedarnya. Tetapi tidak mengurangi kecantikannya.
"Pram, malam ini saya mau berbicara padamu. Mungkin bagimu tidak masuk akal. Tapi saya mau mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa saya pendam. Setelah ini kamu bisa menjawabnya atau menolaknya. Saya tidak bisa memaksamu ," ungkapnya pelan pelan.
Matanya yang indah, menunduk malu. Bos yang aku hormati. Wanita tegas dan tegar serta dihormati begitu kelihatan lemah di hadapanku.
"Tapi Mom," potongku.
Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
Bersambung...
Kira kira apa yang ingin diperlihatkan mom Sarah?
Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Barang itu dibungkus dengan rapi dengan warna biru laut. Kotak itu berukuran kecil, entah apa isinya.
Dia memberikan kotak itu kepadaku. Aku tidak berani menyentuhnya. Sepertinya barang berharga. Untuk apa bosku memberikan hadiah padaku. Apa ada udang dibalik batu? Apa karena aku karyawan teladan? Hatiku bertanya tanya menanti jawaban.
"Terimalah, Pram. Itu hadiah dariku karena kamu sudah mengantarku," katanya dengan senyum yang tersungging di bibir.
Pram, kuasai dirimu. Kamu bukan laki-laki matre. Kamu laki-laki yang punya harga diri.
Aku menolak pemberiannya. Aku tidak bisa melakukan ini. Dia sudah terlalu baik kepadaku. Aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa kata dunia. Walaupun aku tidak punya harta tapi aku punya harga diri.
Bibirnya agak dimanyunkan,matanya sendu. Dia kelihatan marah. Mukanya tertunduk. Aku serba salah dihadapan bosku ini. Apa yang harus kulakukan? Mataku melihat ke atas dan kebawah. Mencari cari alasan yang tepat untuk menolaknya.
Aku tidak bisa membuat kecewa bos yang sudah terlalu baik kepadaku. Sudah berapa kali aku melakukan kesalahan, dia selalu memaafkanku. Mungkin teman-temanku ada perasaan iri kepadaku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Kubetulkan kaosku. Serba salah. Aku seperti anak kecil yang baru saja dimarahin ibunya.
Mom Sarah masih diam. Dia memainkan ponselnya. Wanita itu tidak menyapaku. Untung saja pelayan restoran segera datang membawa pesanan kami.
Segelas jus jeruk mampu melepaskan kegelisahanku. Membasahi tenggorokanku yang seakan tersekat karena suasana kaku dan dingin di meja kami.
Jangan-jangan aku dipecat. Aduh. Aku harus bergerak cepat. Jangan sampai bosku yang cantik ini memecatku gara-gara aku menolak hadiahnya.
"Baiklah, Mom," kataku memecah keheningan.
"Aku terima hadiah dari Mom Sarah. Tapi sepertinya ini terlalu berlebihan Mom. Aku tidak enak dengan teman-teman lain di kantor. Bagaimana nanti mereka memandangku. " Aku menatap wajahnya yang lembut.
Baru kali ini aku berani langsung menatap matanya yang sendu. Mata elangku langsung menukik di matanya. Ingin menaklukkan dan menundukkan wajah lembut di hadapanku.
Tiba-tiba senyumnya merekah. Bagai bunga mawar yang sedang mekar. Pipinya yang agak merah dan lesung pipitnya terlihat ranum. Nampak pemandangan wanita solekhah di depanku.
"Terimakasih ya, Pram," ujarnya lembut.
"Bukalah! Mudah-mudahan kamu suka," imbuhnya.
Kubuka kotak kecil warna biru di depanku. Otaku bergerilya. Apakah gerangan isinya?
Barang berharga atau sesuatu yang lucu.
"Wow!" seruku kaget.
Saking senangnya kakiku menginjak kakinya yang duduk di depanku.
"Aauuu!" pekik mom Sarah.
""Maaf, Mom," ujarku menyadari kekonyolanku.
Mom Sarah hanya meringis kesakitan. Kakiku ini memang tidak punya mata. Seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah dari ibunya.
Setelah kubuka kotak kecil itu, ternyata isinya adalah sebuah jam tangan yang keren. Mungkin beberapa bulan gajiku belum bisa membeli jam tangan mewah itu.
Aku tidak percaya Mataku terbelalak memandangi barang itu. Seolah mimpi di siang hari. Kupegangi pipiku. Aku memang bermimpi mempunyai jam tangan seperti itu. Tapi apalah dayaku. Aku hanya karyawan biasa yang gajinya kecil.
"Ini buatku,Mom?" tanyaku tidak percaya.
Mom Sarah mengangguk pelan. Perlahan dia membuka arloji itu dan memakaikan di tanganku. Memang kelihatan keren. Penampilanku tambah ganteng dan keren.
"Bagaimana kamu suka tidak? Sengaja aku memilih ini buatmu. Dengan arloji ini semoga kamu bisa menghargai waktu," katanya.
Dia memang wanita hebat. Memang aku sering masuk kerja telat.Karena paginya aku harus nyambi jadi tukang ojek dulu.
Dia ternyata sangat memperhatikanku. Aku tidak menyadarinya.
Terkadang ada perasaan risih dan malu. Karena sering banget dia memanggilku hanya untuk mengerjakan sesuatu yang kurasa hanya sepele. Bahkan teman-temanku meledekku sebagai simpanan bos.
Duh kejam sekali tuduhan mereka. Aku tidak pernah berpikir untuk berbuat nekat seperti itu. Tujuanku hanya satu yaitu menyelesaikan kuliahku dan bisa menjadi seorang chef. Dengan mencari tambahan penghasilan, bekerja apa saja yang penting halal.
"Bagaimana?" tanyanya lagi membuyarkan lamunan kosongku.
"Eh iya Mom, aku suka banget. Thank you, Mom," jawabku tergagap.
"Pram..!" panggil mom Sarah dengan nada yang paling rendah.
"Yes, Bos ," jawabku sambil bercanda.
Sekarang aku mulai berani dengan bosku ini. Kedua telapak tanganku kuletakkan diatas meja sambil mukaku menatapnya serius.
Mom Sarah diam. Sepertinya dia ingin mengungkapkan sesuatu yang mengganjal hatinya tapi susah untuk mengatakannya. Apa ya?
Mom Sarah menunduk.Tangan kanannya memainkan sendok kecil yang ada di kelas minumannya. Sementara kanan kirinya mengetuk ngetuk meja.
"Mom..!" ujarku mengagetkannya.
"Ada apa? Apakah aku mau dinaikan jabatan? Masak ganteng kayak gini menjadi office boy," kelakarku.
Tanganku membetulkan rambut jambulku di depannya. Tak urung dia tersenyum melihat tingkahku yang lucu.
" Pram..Eeh.." kata mom Sarah ragu.
" Apa sih Mom. Bikin penasaran ," kataku.
"Kamu sudah punya pacar belum? " tanya Mom Sarah akhirnya.
Nampak mukanya merona dan matanya tertunduk. Dia tidak mampu memandangku. Ups. Aku jadi ikut malu. Mengapa bos menanyakan hal itu.
"Ehem...ehem...."
Aku hampir tersedak dengan ludahku sendiri mendengar pertanyaan bos. Aku menduga mau kemana arah pembicaraannya. Apakah dia mau menjadikanku mantu kesayangan, atau apa?
" Pacar?" tanyaku ulang sambil mengernyitkan dahi.
Aku minum jus yang masih tersisa. Sembari berpikir jawaban yang tepat untuk bosku yang cantik ini. Yah.. selama ini aku memang belum punya pacar. Tidak ada waktu untuk mencari pacar atau lebih tempatnya tidak ada yang mau denganku. Pemuda ganteng tetapi tidak kaya. Cewek sekarang maunya yang ganteng dan kaya. Hah...Nasib..
Mom Sarah masih memandangiku. Seakan mencoba memikat hatiku. Setiap pandangan sendunya mengandung arti yang aku tidak pernah tahu. Dia menunggu jawaban dariku dengan sabar.
"Belum punya Mom," jawabku malu.
"Tidak ada gadis yang mau menjadi pacarku Mom. Laki laki anak kuliahan yang nyambi sebagai seorang cleaning service. Wajahku si ganteng seperti Riski Billar tetapi aku tidak kaya mana ada yang mau menjadi pacarku Mom," tambahku.
"Ooo."
Hanya kata itu yang keluar dari mulut bosku. Senyumnya tambah merekah seperti bunga-bunga yang bermekaran. Lama lama aku duduk dihadapan bosku, aku bisa tergoda. Melihat sikap ramahnya, tutur sapanya, dan tertawanya yang sangat khas.
Ingat Pram! Dia bosmu yang harus kamu jaga.
Hah. Hatiku mulai tergoda. Mungkin bos mau menjadikanku mantu atau naik jabatan menjadi Chef di restorannya.
Pelayan datang membawa makanan yang kami pesan. Ada tiga jenis makanan yang dia pesan. Kita memang mempunyai persamaan dalam selera.
Pelayan menaruh semua pesanan diatas meja.
"Pram, coba kamu makan kuah ini!" kata Mom Sarah sambil menyuapiku kuah sup di mangkoknya.
"Kamu bisa menebak bahan-bahan yang ada di dalamnya."
Aku hanya menurut ketika wanita itu menyuapiku. Kuah sup ini memang rasanya khas dengan rempah-rempah. Rasanya pedas, asam dan manis yang seimbang.
Yah. Makanan yang kami pesan adalah semangkok sup iga bakar, nasi lemak dan semangkok bakso pedas buatku. Aku makan dengan lahap. Memang aku menahan lapar dari sore tadi.
Padahal mom Sarah sudah mempunyai restoran yang besar tetapi dia juga sering pergi ke restoran lainnya. Hanya untuk mencoba makanan baru.
Kami makan dengan santai. Bahkan dia sudah melupakan pertanyaan tentang pacarku. Aku menjadi penasaran dengannya. Mengapa dia menanyakan tentang pacarku?
Perutku rasanya kenyang sekali. Aku mengelap mulutku dengan tissu dan mencoba rileks.
"Mom," panggilku pada bosku.
Mom Sarah menatapku sebentar. Dia nampak sudah tenang sekarang. Tidak seperti tadi yang kelihatan gelisah.
"Sebenarnya apa yang mau Mom tanyakan tentang pacarku," tandasku.
Setelah selesai makan, wanita yang berlesung pilot itu membetulkan make up di wajahnya. Membubuhkan bedak tipis di pipinya, dan mengoleskan lipstick tipis di bibirnya. Setelah itu, dia menatapku dengan penuh arti. Sebelum berbicara nampak dia menghela nafas.
" Pram, aku mau bicara denganmu sangat penting. Ini menyangkut tentang kehidupanku dan masa depanmu. Memang kelihatan kurang etis ya. Tapi aku tidak mau menunggu terlalu lama. Tersiksa dalam perasaan yang selalu menggangguku. "
" Kamu boleh menolaknya atau menerimanya. Setidaknya aku megetahui dan aku tidak penasaran dengan perasaanku."
Aku mendengarkan arah pembicaraannya. Apa sebenarnya yang dimaksut dengan perasaannya. Duh. Kok hatiku menjadi tidak karuan ya.
Jangan ....jangan. Bersambung.... Jangan-jangan apa ya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!