NovelToon NovelToon

ALIRA.

Bab 1

Musik bersuara, sorak sorai sangat ramai di Aula Hotel yang terkenal tersebut.

Sanak saudara, keluarga, bahkan teman-teman nya pun hadir akan di adakan nya pesta tersebut.

Perayaan ulang tahun ke-22 ini sungguh meriah, dari dekorasi dan juga hiburan yang begitu memukau dari setiap sudut.

Tak ada yang tak berdecak kagum akan pesta kali ini dan yang punya acara pun sangat bangga.

Acara inti sudah di mulai, banyak nya ucapan serta kado yang merayakan ulangtahun saat ini.

Namun, ada seorang wanita cantik yang terlihat sangat tidak menikmati pesta ini.

Entah karena lelah, bosan ataupun pusing dengan musik dj yang menggema.

"Alira, ayo kita ucapkan selamat dan berikan kado pada sepupu mu" ajak pria paruh baya pada wanita yang tak lain adalah Putri nya, Alira.

"Baik Ayah"

Keduanya melangkah mendekati pada sang sepupu yang sedang tertawa bahagia bersama dengan para sahabat nya tersebut.

"Selamat ulangtahun, Fila" ucap Alira dengan memberikan kado yang cukup besar.

"Thanks, Ra" balas nya sambil menerima kado tersebut.

Setelah selesai memberikan kado, Alira kembali duduk di pojokan dengan menikmati hidangan yang ada disana.

Dan orangtua nya sendiri pun sedang berbincang hangat dengan sang Paman, Ayah Fila.

'Membosankan sekali'

Alira terus saja menggerutu karena memang dia tidak suka dengan acara seperti ini, dia bahkan jarang ikut serta dalam acara keluarga apapun itu.

Tanpa Alira sadari, ada beberapa orang yang memperhatikan dirinya dengan pandangan yang berbeda dan juga begitu sulit di artikan.

'Kau akan hancur malam ini juga, Alira'

Gumam seseorang yang memang tak suka akan pada sosok Alira.

Kenapa?

Iri.

Ya, dia sangat iri pada Alira dalam segala hal. Entah itu kecantikan, pintar, baik maupun di sukai banyak nya pria.

Dan puncak nya, saat Pria yang akan menjadi tunangan nya lebih tertarik pada Alira dari pada ke diri nya.

'Tunggu saja, Alira'

Lirih nya dengan tatapan begitu tajam dan dalam.

Acara demi acara pun terlewati, dan kini hanya tinggal acara untuk para anak muda saja tak terkecuali dengan Alira.

Meskipun bosan, dia akan turut serta karena paksaan dari Ayah dan Bunda nya.

Kalau tidak di paksa, dia sangat ogah dan memilih untuk menyiapkan diri agar wisuda minggu depan lancar.

Malam semakin larut, hiruk piruk musik dj semakin menggema di aula itu.

Para teman-teman Fila sudah begitu menikmati musik dengan minuman di tangannya.

Jus atau coffe?

Bukan, tetapi minuman memabukan dan sangat menyengat yang mereka minum.

Tak ada yang tau bahwa mereka meminta hal itu pada Fila, bahkan Fila pun tak memberitahukan hal ini pada kedua orangtua nya.

"Kita lakukan malam ini" ajak seorang wanita pada teman pria nya.

"Oke, aku juga sudah tak sabar untuk menghabiskan malam bersama nya" balas nya dengan begitu antusias.

Dan saat itu pula ada seseorang yang mendekati sang target, dimana mereka sangat bahagia karena target tersebut meminum minuman yang sudah mereka beri obat.

'Besok, adalah hari dimana kau akan hancur'

Kemudian, dia menikmati kembali acara tersebut dan ikut bergoyang bersama teman-teman nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Matahari menampakan diri dengan begitu indah nya, sang surya memberikan cahaya penuh kehangatan padahal waktu masih terbilang sangat pagi, jam 5 pagi.

Namun, di sebuah kamar yang cukup terang seseorang bangun dengan mengumpat penuh emosi.

"Sial, semalam aku sudah di jebak dan entah kenapa aku masuk kesini" geram nya penuh emosi.

Pria tersebut melirik sesosok wanita yang sudah dia nodai semalam, dan dia sangat ingat bahwa wanita itu masih suci.

Huh.

Pria tersebut membuang nafas dan langsung beranjak dari sana, dia akan pergi lebih dulu untuk mencari siapa dalang dari semua bencana ini.

Ceklek.

'Maafkan aku, nanti aku akan kembali lagi'

Ucap nya dengan begitu lirih, dia bisa saja membawa wanita itu pergi namun dia tak ingin mengundang media untuk hal itu.

Pria tersebut pergi dari sana dengan wajah penuh kemarahan, emosi terlihat jelas di sorot mata tajam nya.

Langkah kaki nya lebar dan segera masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"Tunggu aku di lobby dan kita akan tuntaskan ini hari ini juga"

Tegas, ucap nya dengan tegas dan penuh tekanan.

Tut.

Pria tersebut memasukan kembali ponsel nya pada saku jas yang dia kenakan.

Ting.

Pintu lift terbuka dan dia langsung melangkah menuju ke arah mobil yang sudah sangat dia kenali.

Lalu, melajulah mobil tersebut dengan segera dan meninggalkan Hotel tersebut.

*

Berbeda dengan sosok wanita yang masih tertinggal di dalam kamar, dia masih terlelap karena lelah dan juga pengaruh obat yang ada pada minuman tersebut.

Dia masih tertutup selimut putih yang cukup tebal dan hangat, dia belum juga sadar akan hari yang sudah beranjak siang dan juga malapetaka yang siap menghadang nya.

'Eunggh'

Dia melenguh tanpa membuka sedikitpun mata nya, dia bahkan tak bergerak karena merasakan sakit di sekujur tubuh nya.

Namun, lelap nya tidur itu terganggu saat ada nya dobrakan di pintu dan terbuka dengan begitu lebar.

Brak.

"Aliraaaa"

Sebuah teriakan yang menggema terdengar di kamar tersebut, dan ya wanita itu adalah Alira.

Alira seketika mengerjapkan mata dan menatap sekeliling nya yang sangat asing.

Kemudian dia mencoba bangun dan alangkah kaget nya saat dia menyadari bahwa dia tidak memakai sehelai benangpun di tubuh nya.

'Kenapa ini'

Gumaman Alira begitu lirih dan merasakan kepala yang amat teramat pusing.

Alira mencoba bangun dan dia juga tersentak kaget saat seluruh keluarga besar sang Ayah ada disana.

Bahkan sang Bunda menangis di pelukan Bibi nya.

"Ada apa ini, Ayah?" tanya Alira yang terlihat sangat bingung.

Tanpa mau menjawab, sang Ayah langsung melemparkan pakaian yang berserakan di lantai pada Alira.

"Ternyata hanya pura-pura polos"

"So, lugu"

Dan masih banyak lagi cibiran dari para sepupu maupun sang Bibi yang ada disana.

"Kau tanya ada apa, lihat dirimu Alira"

Sebuah bentakan keras Alira dapatkan, dia kemudian menunduk dan melihat tubuh nya yang penuh dengan tanda kissmark.

Tes.

Seketika air mata nya menetes saat akan menggerkan kaki nya.

Perih.

Linu.

Dan Nyeri, itulah yang Alira rasakan dan dia tau akibat apa hal itu.

'Tidak mungkin'

Lirih Alira dengan menatap Ayah dan Bunda nya bergantian.

"Aku tidak tau apa-apa Ayah" ucap Alira dengan suara bergetar.

"Cih, jangan so polos kau Alira. Kau semalam sudah menghabiskan malam dengan pria yang bukan Suami mu"

Celetukan sepupu nya begitu sengit dan membuat Alira kembali terisak.

"Kau sudah membuat noda di kehidupan Ayah, Alira. Kau tak pantas lagi menjadi Putri ku"

Deg.

Deg.

.

.

.

.

.

.

Bab 2

Setelah memakai kembali pakaiannya, Alira langsung menuju ke Rumah dengan menahan nyeri di bagian intim nya.

Entah kenapa dia sama sekali tidak ingat apapun tentang kejadian semalam.

Ah, bukan tidak ingat melainkan belum ingat karena kemelut nya kejadian ini.

Alira menangis dalam diam, dia ingat saat melihat tatapan jijik dari seluruh keluarga besar nya.

Bahkan, tatapan Ayah dan Bunda nya pun terlihat sangat penuh kekecewaan dan juga malu.

"Apa, kenapa dan bagaimana ini semua terjadi?" monolog Alira dengan penuh air mata.

Hingga taxi yang di tumpangi Alira pun sampai di Rumah mewah sang Ayah.

Dia melangkah dengan mantap dan melihat disana ada keluarga sang Paman.

"Ayah, Bunda"

Alira memanggil kedua orangtua nya dengan lirih.

Sang Ayah menatap nya penuh kecewa, lalu dia bangkit dari duduk nya dan menghampiri sang Putri.

"Kemasi barang-barang mu dan pergi dari sini, kamu ini aib dan noda yang ada di keluarga ku"

Deg.

Ucapan sang Ayah kembali membuat hati nya begitu sakit dan nyeri.

Dia menatap Ayah nya berkaca-kaca dan juga penuh kekecewaan.

Tanpa berkata apapun, Alira melangkah ke kamar nya di lantai atas.

Dia hanya membawa baju seadanya dan juga berkas penting milik dia.

Tak.

Tak.

Alira berhenti tepat di hadapan Ayah, Bunda, Fila dan kedua orang tua Fila.

"Ini kan yang kalian inginkan, baik aku akan pergi dan ingat satu hal ini. Siapapun dalang di balik ini, akan aku cari sampai ke akar nya dan akan merasakan dingin nya jeruji besi"

"Dan untuk Ayah, aku kecewa padamu! Tanpa mendengar penjelasan ataupun mencari bukti yang akurat, kau malah menuduh serta mengusir ku"

"Aku pergi dan jangan pernah mencari aku kembali"

Alira melangkah pergi setelah berucap dengan lantang dan tak gentar, dia berani karena dia tidak salah dan dia yakin bahwa ada jebakan semalam yang mana membuat nya sampai melakukan hal fatal.

'Kalian selalu menganggap aku lemah bukan, dan mulai saat ini kalian akan melihat sisi lain dari seorang Alira'

Ucap Alira dengan lirih sambil menatap bangunan mewah di hadapannya.

Ya, selama ini dia selalu di olok lemah dan tak gaul oleh keluarga sang Ayah.

Dan saat ini, dia akan menunjukan siapa dia sebenarnya.

Langkah pertama yang Alira tuju adalah, Hotel. Dia akan mencari bukti disana sekecil apapun itu.

Karena dia sudah menaruh curiga pada seseorang yang memang selalu bermasalah dengan nya.

Barang Alira dia titipkan di mobil taxi yang sudah Alira boking untuk beberapa saat.

Hampir 1 jam Alira berada di Hotel dan senyum nya surut karena tidak ada apapun dan petunjuk apapun.

"Sebelum pergi, aku akan ke kampus dulu" gumam Alira melangkah ke arah taxi.

*

Dan disinilah Alira sekarang, dia sudah berada di stasiun kereta api.

Entah akan kemana kaki dia melangkah, namun satu hal yang Alira lakukan.

'Tidak akan menyerah dan putus asa'

Alira akan buktikan pada seluruh keluarga nya, bahwa dia tidak salah dan juga bisa berdiri dengan kaki nya sendiri.

"Ayah, Bunda, aku pergi" gumam Alira setelah kereta yang di tumpangi nya melaju dengan kencang.

Selama perjalanan berlangsung, dia terus saja memikirkan apa yang sebelum nya terjadi dengan malam pesta itu.

Hingga dia ingat satu hal,

'Minuman dan pelayan'

Ya, Alira ingat setelah pelayan memberikan minuman dan setelah ia meminum nya dia tidak mengingat apapun kembali.

"Apa karena minuman itu" monolog Alira.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1 minggu sudah kepergian Alira dari Rumah orangtua nya, dan hari ini juga jadwal wisuda untuk Alira.

"Ayah, apa benar langkah yang kita ambil ini?"

Sebuah pertanyaan dari sang Istri yang mana membuat seorang pria tersebut menyimpan koran pagi nya.

"Sangat benar, dia itu sudah memberikan aib, noda dan kotoran pada wajah Ayah. Dia gak pantas menjadi penerus seorang Wira Sensen" tegas Ayah Alira, Wira.

Ya, Ayah Alira masih terus saja merutuki kelakuan Putri nya yang sangat mencoreng nama baik yang selalu dia jungjung tinggi.

"Biarkan saja, biar merasakan bagaimana sulitnya hidup tanpa kita dan kemewahan" tegas nya kembali dengan sorot mata tajam.

Selepas berbicara hal itu, Ayah Wira pergi dari sana dengan wajah penuh emosi.

Ya, dia selalu emosi kala membahas Alira yang sudah membuat aib bagi keluarga nya itu.

"Alira tidak akan kesusahan di luaran sana, Yah. Karena dia tak pernah merasa bahagia dengan kemewahan ini" lirih Bunda dengan tetesan air mata.

Sedangkan sang Suami , dia masuk ke dalam ruang kerja nya dan membuka beberapa berkas yang belum dia kerjakan.

"Anak tak tau diri, aku sudah menyekolahkan dan memfasilitasi nya dengan lengkap dan sekarang malah membuat malu. Dan aku yakin, dia pasti akan hamil dari perbuatan nya itu" gumam Ayah Wira dengan penuh emosi.

Ayah Wira sama sekali tak tau bagaimana gerak-gerik sang Putri selama ini, bahkan dia menyangka bahwa Alira sekolah dari biaya dia, namun semua nya salah.

Beasiswa.

Ya, Alira kuliah dari beasiswa yang dia ambil karena kepintarannya.

Dan semua uang dari sang Ayah, dia tabungkan untuk keperluan lainnya.

Fasilitas?

Dia tidak menikmati nya, dia hanya memakai mobil saja untuk kendaraan agar dia terhalang dari hujan dan panas nya Kota Surabaya.

Dan semua itu hanya Bunda nya saja yang tau, karena sang Ayah yang jarang di Rumah dan selalu saja kerja, kerja dan kerja tanpa ada waktu bersama dengan Alira.

**

Hening.

Hampa

Dan Sunyi.

Ya, itulah yang di rasakan Bunda Alira selama 1 minggu ini. Karena biasa nya Alira akan membantu memasak dan juga bercerita dengan riang nya setiap pagi.

Dan kini, hanya keheningan saja yang ada disana.

Tap.

Tap.

Ayah Wira melangkah ke arah meja makan, dia duduk dan langsung saja sang Istri dengan sigap mengambil beberapa makanan untuk sarapan.

Lalu keduanya sarapan dengan diam, bahkan para pelayan pun selalu menyingkir jika sang majikan sudah memulai acara makan.

Sampai beberapa saat, acara sarapan pun sudah selesai dan Bunda mengantar kepergian Suami nya sampai di depan Rumah.

"Hati-hati di Rumah, aku pergi dulu" pamit Ayah Wira.

Bunda mengangguk dan melambaikan tangan saat mobil sang Suami pergi dari jangkauan mata nya.

Huh.

Lagi dan lagi hanya helaan nafas yang bisa Bunda Nisa keluarkan dengan kasar.

"Apa sama sekali Ayah tidak khawatir akan keberadaan, Alira?" gumam nya penuh tanda tanya.

Ting.

Sebuah pesan masuk pada ponsel wanita paruh baya itu.

Dan, seketika tangis nya pecah dengan penuh haru.

"Kau memang hebat dan selalu hebat, Nak. Baik-baiklah di luaran sana" ucap Bunda Nisa saat tau bahwa Putri nya menjadi mahasiswi dengan nilai tertinggi tahun ini.

.

.

.

.

.

Bab 3

2 bulan berlalu setelah ke pergian Alira dari Surabaya, lebih tepat nya dari lingkungan keluarga nya.

Dan hari ini, adalah hari dimana perayaan wisuda untuk Fila yang memang keluarga tersebut lebih suka pesta.

Ayah Wira dan Bunda Nisa pun datang kesana dengan membawa hadiah, namun entah kenapa pandangan Bunda Nisa selalu tertuju pada Fila yang seolah bahagia setelah kepergian Putri nya.

'Mungkin hanya perasaan ku saja'

Bunda Nisa mengsugesti diri nya agar tidak mempunyai pikiran kotor ataupun negative.

Hampir para tamu sudah kembali pulang, karena acara nya hanya sekedar makan-makan saja.

Disana hanya tinggal beberapa sanak saudara dan para sepupu Fila.

"Ehemm, katanya Fila lulusan terbaik? Tapi kenapa tidak ada berita nya dan malah berita Alira yang masih setia?" celetuk Fani, sepupu dekat Alira.

Fila menatap tak suka pada Fani, dia lalu menunjukan nilai nya yang tinggi menurut nya.

'Hahahha'

Dan, semakin geram lah Fila saat Fani dan yang lainnya menertawakan nilai Fila.

"Hei kenapa malah tertawa?"

Sebuah teguran dari Ayah Fila tak urung membuat mereka menghentikan tawa nya.

"Kau bilang itu nilai tinggi? Mimpi kau Fila, dimana-mana nilai tinggi itu dengan IPK 4,00 yang sama seperti Alira" celetuk salah satu dari keluarga Fila.

Brak.

"Diam kalian, ini juga sudah tinggi dengan IPK 2,99" bentak Ayah Fila tak terima.

Fani sama sekali tidak takut, dia malah menatap sang Paman dengan penuh tantangan.

"Wow amazing, berarti universitas terbaik di Kota ini begitu baik"

Bukan ucapan, melainkan ejekan yang Fani lontarkan akan Fila dan keluarga nya.

Sedangkan yang lain hanya memilih diam saja dan memperhatikan apa yang ada di hadapan mereka.

"Apa guna nya kau membela wanita kotor itu? Dia itu hanya aib bagi keluarga kita"

Deg.

Celetukan Fila mampu membuat Bunda Nisa dan Fani begitu marah, bahkan Bunda Nisa pun sampai berdiri dari duduk nya.

"Bun, ayo pulang" ajak Ayah Wira dengan sedikit menyeret lengan sang Istri.

Huh.

Bunda Nisa hanya mendengus dan pergi dengan mendahului sang Suami setelah menghentakan tangan nya.

Sedangkan Fina, dia menatap Fila dengan sengit.

"Kau Iri ya pada Alira?" tanya Fani dengan berusaha santai.

Heh.

"Cih, apa yang harus gue iriin sama dia. Bahkan dia itu sangat jijik" jawab Fila.

"Lalu untuk apa terus membahas Alira? Dan kenapa lo marah saat oranglain bandingin lo sama dia, so lo itu masih jauh di bawah dari Alira"

Ucapan Fani kali ini lebih tegas, lalu setelah nya dia pergi pulang bersama dengan kedua orangtua nya.

"Ingat Paman, jangan terlalu memanjakan anak karena nanti nya tak akan bisa apapun" celetuk Fani kembali sambil melangkah.

"Jaga mulutmu bocah"

Teriakan Ayah Fila begitu menggema, namun tak membuat Fani dan orangtua nya takut ataupun berhenti melangkah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

-Jakarta, Indonesia.

Malam ini, Alira pulang dengan membawa sekotak nasi dari sisa makan siang yang tak habis setelah acara rapat tadi siang.

Dan dia memutuskan akan membawa nya yang nanti nya bisa di makan di Rumah.

Alira berdiri di halte menunggu mobil taxi yang sudah di pesan sejak keluar dari gedung dimana dia bekerja.

Hingga pada akhir nya taxi tersebut pun tiba dan Alira ssgera pulang dari sana.

'Uh lelah sekali'

Alira bergumam seraya mengusap lembut perut nya yang sudah terlihat menyembul.

Ya, Alira hamil akibat malam kelam tersebut. Namun, Alira tak menyalahkan janin nya karena memang tidak salah.

"Kita berjuang bersam ya, Nak" gumam Alira.

Tak berapa lama, Alira sampai di depan Rumah fasilitas dari Perusahaan dia bekerja.

*

"Ah untung tadi aku bawa pulang nasi Box ini, jadi gak perlu masak" lirih Alira sambil membuka nasi nya.

Malam ini dia makan alakadar nya karena memang sedang malas untuk masak.

Badannya cukup lelah karena pekerjaan yang cukup banyak hari ini.

Ya, Alira pergi dari Surabaya langsung ke Kota Jakarta.

Nasib baik berpihak padanya saat baru satu hari disana sudah mendapat panggilan kerja yang memang dia sendiri sudah mengirimkan lamaran kerja nya lewat email.

-Flashback.

Alira menapakan kaki nya di Kota Jakarta, Kota yang sangat asing dan baru dia temui selama hidup nya.

Namun, hal itu tak membuat dia takut ataupun putus asa.

'Selamat datang dan semoga di Kota ini aku bisa mewujudkan cita-cita ku, yaitu sukses dengan berada di atas kaki sendiri'

Alira bermonolog dengan pandangan yang dia edarkan di stasiun.

Kaki Alira melangkah kembali untuk pergi ke tujuan awal nya, yaitu perusahaan Lexi-Group.

Dia akan mencari kost'an di sekitaran sana, karena Alira sudah mengirimkan lamaran kerja ke perusahaan besar itu.

Hingga langkah nya terhenti saat dering ponsel yang di bawa dan sudah mengganti nomor nya.

"Siapa ini" lirih Alira.

Alira langsung saja menjawab panggilan tersebut.

"............"

"Baik Bu" balas Alira dengan penuh semangat.

'Ya Allah terimakasih'

Lirih Alira dengan penuh syukur dan bahagia, baru saja dia mendapatkan kemulutan dan sekarang Allah ganti dengan di terima nya kerja dia di perusahaan yang selalu dia impikan.

Alira tidak jadi mencari kost, dia akan menginap di Hotel untuk malam ini karena esok pagi dia harus sudah ada di perusahaan Lexi.

Langkah Alira seperti ringan, dengan penuh semangat dan bahagia dia pergi ke Hotel yang tak jauh dari perusahaan Lexi.

*

Pagi hari nya, Alira sudah siap dan segera pergi ke perusahaan tersebut.

Dia melupakan segala kemelut, sakit dan kecewa nya untuk menata sebuah masa depan dengan bahagia dan versi nya ssndiri.

Langkah demi langkas Alira selesaikan dan hari itu juga dia di terima menjadi Sekertaris CEO karena berkat kepintarannya.

Hari demi hari Alira lewati dengan penuh semangat, dia tidak memikirkan lagi bagaimana beberapa saat kebelakang dia pernah hancur.

Hingga 3 minggu kemudian Alira merasakan perubahan di sekujur tubuh nya, dan ternyata benar.

Hamil.

Alira sudah menduga hal ini akan terjadi, namun dia tak menyalahkan anak tersebut karena yang salah adalah orang yang telah menjebak nya.

Dan mulai saat itu, Alira membiasakan diri dengan gaya ibu hamil pada umum nya.

Bagaimana dengan oranglain?

Dia mengaku sudah menikah namun sang Suami meninggal dunia 1 bulan setelah mereka melangsungkan pernikahan.

-FlashOff.

Malam ini, Alira begitu merasa rindu akan orangtua nya.

Namun, sampai saat ini dia juga tak menemukan tanda-tanda bahwa orangtua nya mencari akan keberadaan diri nya.

"Sebenci itukah kalian padaku" gumam Alira dengan tatapan begitu kecewa.

"Aku juga tak tau apa yang terjadi, namun kalian tak mau mendengarkan penjelasan apapun dari ku"

Ya, Alira kecewa karena orangtua nya tak mau mendengarkan penjelasan dia terlebih dulu.

.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!