NovelToon NovelToon

Berawal Kontrak Jadi Cinta

kabur

"Nona Khanza riasan anda sudah selesai, kalau begitu saya pamit keluar dulu ya." Ucap wanita yang sudah merias wajah Khanza.

Setelah perias itu pergi, Khanza langsung menjalankan aksi nya untuk kabur, ia menyambungkan gorden dan tali kemudian membuka jendela dan mengikat nya di kaki ranjang tempat tidurnya.

Kamar Khanza terletak di bagian lantai dua rumah nya.

Sehingga harus menggunakan alat bantu untuk turun dari jendela kamar nya.

Beberapa saat kemudian Khanza berhasil turun, dan langsung berlari ke arah mobil yang sudah disiapkan oleh Weni sahabatnya.

sehari sebelum Khanza menjalankan aksinya, Weni datang ke kediaman Arthajaya, ia memberikan kunci mobil pada Khanza, dan memarkirkan mobil nya di pintu halaman belakang rumah Khanza.

Saat Khanza masuk ke dalam mobil, Pak Wira Arthajaya melihat nya dari jendela kamar Khanza.

Dada pak Wira sesak saat melihat putri nya kabur, ia langsung memerintahkan seluruh bawahannya untuk mengejar Khanza.

"Semua nya jangan kembali jika tidak membawa putri saya" Titah pak Wira sambil memegangi dada nya yang terasa sesak.

Raut wajah pak Wira sangat kesal, ia tak menyangka jika putrinya akan berbuat nekat seperti itu, Ia bingung harus bilang apa kepada calon besan nya.

"Papi gimana ini, calon besan kita sudah datang" Bisik Mami Clarisa.

"Ini semua gara gara mami, coba aja kalo anak itu gak selalu kamu manjain, pasti gak akan senekat ini dia" pekik pak Wira kesal. Mami Clarisa hanya terdiam dan menundukkan kepala nya.

"Pi, mi, bagai mana apakah Khanza sudah ditemukan" Tanya Kenzo Arthajaya, kakak Khanza.

Mami Clarisa hanya menggelengkan kepala nya, ia bingung harus bagai mana sekarang.

"Ayok kita kebawah" Ajak pak Wira.

Mami Clarisa dan Kenzo pun mengekor di belakang pak Wira.

Saat tiba di bawah, pak Wira mencoba menjelaskan apa yang sudah terjadi, dan benar dugaan pak Wira bahwa mereka tidak terima atas perbuatan Khanza yang kabur begitu saja, mereka merasa sangat dipermainkan oleh keluarga Arthajaya .

Suasana di rumah itu pun tiba tiba sangat mencekam, bisik demi bisikan yang keluar dari mulut para tamu yang terdengar oleh keluarga Arthajaya .

"mulai sekarang bisnis yang sedang bekerja sama dengan perusahaan Arthajaya, saya batalkan" Pekik Pak Juanda tegas. ia sangat kecewa pada keluarga Arthajaya,

"Tunggu dulu pak, kita bisa bicarakan ini baik baik, saya pastikan jika anak saya akan segera kembali" Ujar Pak Wira sambil menahan tangan pak Juanda yang akan segera pergi.

"Tidak ada yang harus dibicarakan lagi, mulai saat ini kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi" Pak Juanda pun pergi bersama para keluarga nya.

Pak Wira hanya menatap kepergian mereka, dadanya semakin terasa sesak karna terlalu emosi.

Tangannya mengepal sangat kuat, saat pak Juanda sudah tak terlihat lagi, ia pun langsung menumpahkan semua makanan yang ada di atas meja terdekatnya.

Para tamu pun mulai berhamburan pergi keluar, mami Clarisa mencoba menghentikan aksi pak Wira, tetapi ia malah di dorong hingga terjatuh dan tangannya mengenai pecahan piring.

"Ah Papi sakit" Mami Clarisa meringis kesakitan.

Kenzo langsung berlari kearah mami nya, dan langsung memapahnya untuk berdiri. pak Wira tak memperdulikan istrinya yang terjatuh dan mengenai pecahan beling.

ia pun langsung pergi ke kamarnya.

"Ayo mih, Duduk dulu Kenzo ambil obat dulu ya", Kenzo pun memapah mami nya sampai ke kursi, kemudian ia pergi untuk mengambil kotak obat.

"Khanza, kamu kemana nak" Batin mami Clarisa cemas.

......

Saat di perjalanan, Khanza mengemudi sangat cepat, sehingga para bawahan papi nya tak bisa mengejarnya lagi, saat ini ia sudah berada di jalanan yang sepi dan dikelilingi oleh gunung gunung tinggi.

"Duh ini dimana ya, gue belum pernah lewat sini nih" Ucap Khanza sambil melihat spion mobil nya, ia takut jika bawahan papinya masih mengejar di belakang.

Saat Khanza melihat lihat sekitar jalanan, tiba tiba ada laki laki yang lari keluar dari hutan dan menyetop mobil Khanza. Khanza pun bingung harus bagai mana.

jika ia turun bisa saja laki laki itu orang jahat yang ingin membegal nya.

Tetapi Khanza melebarkan pandangannya dan melihat bahwa laki laki itu penuh banyak luka.

dan dibelakangnya ada beberapa orang berseragam hitam sedang mengejarnya.

"Apa nasib dia sama ya sama gue, lagi di kejar kejar sama bawahan keluarganya juga, tapi kenapa banyak luka gitu, duh tolongin jangan ya" Khanza masih bingung ia harus bagai mana, akhirnya saat para gerombolan orang itu mulai mendekat, Khanza langsung membuka pintu mobilnya, dan laki laki itu langsung masuk dan mengunci pintu mobil nya.

Khanza langsung mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. konon katanya Juan Manuel Fangi pun memilih untuk pensiun dari dunia pembalap mobil, karna dikalahkan oleh Khanza.

Saat para gerombolan pria berseragam hitam sudah tak terlihat lagi, Khanza pun menstabilkan kecepatannya, dan melirik ke Laki laki yang duduk di samping nya.

"Terima kasih" Ucap Laki laki itu saat ia menyadari bahwa Khanza sedang melirik nya.

"ka kamu kenapa bisa sampai penuh luka begitu" Tanya Khanza penasaran.

Pria itu hanya meliriknya sekali kemudian meluruskan pandangannya ke depan, tanpa menjawab pertanyaan Khanza.

"Kamu sendiri kenapa, memakai baju pengantin tapi kebut kebutan di jalanan seperti ini" Pria itu malah balik bertanya pada Khanza.

Khanza menaikkan sebelah alisnya, tanpa melihat ke arah pria itu.

"Aku kabur dari rumah" Ujar Khanza sambil terus fokus menyetir.

mendengar jawaban dari Khanza, pria itu langsung meliriknya lagi.

"kabur kenapa" tanya pria itu lagi.

"Biasa lah, keluarga mau nikahin aku secara paksa, hanya karna bisnis, anak harus jadi korbannya" sahut Khanza sambil menggenggam setir mobilnya dengan kuat.

Mendengar penjelasan dari Khanza, pria itu pun tersenyum.

"Kenapa senyum senyum" ketus Khanza saat menyadari bahwa pria itu malah senyum senyum saat mendengarkan ucapannya.

"Kamu sendiri kenapa lari dari hutan dan di kejar kejar sama mereka, ha aku tau, kamu pasti banyak hutangnya ya dan mereka itu rentenir yang nagih hutang" Tuduh Khanza pada pria itu.

"Anggap saja seperti itu" Sahut pria itu sambil memejamkan mata nya dan menyandarkan tubuhnya.

"Duh jadi gue nolongin buronan rentenir nih" Batin Khanza sambil menggigit bibir bawahnya.

"Terus sekarang kamu mau kemana" Tanya Khanza pada pria itu.

"terserah kamu mau bawa saya kemana" Sahut pria itu sambil terus memejamkan mata nya.

Mendengar jawaban dari pria itu, Khanza mengerutkan Dahi nya, ia juga sebenarnya bingung harus kemana.

"Saya juga masih bingung mau kemana" Lirih Khanza sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

Mendengar ucapan Khanza, pria itu tersenyum geli.

"Kamu lurus aja, nanti setelah ada pertigaan kamu ambil kanan, nanti bakal nemu jalan menuju kota" Ucap pria itu tanpa membuka matanya.

Mendengar pria itu sedang memberitahunya, Khanza menaikkan sebelah alisnya seolah ia tak yakin dengan ucapan pria itu.

"Kenapa, gak yakin" Timpal pria itu lagi.

"Ih ni orang apa bisa melihat tanpa membuka matanya ya" Batin Khanza heran.

"Kamu serius kan gak bohong" Ucap Khanza memastikan.

"Hem" Jawab nya singkat.

Khanza pun mengikuti pengarahan dari pria itu, setelah beberapa waktu mereka pun benar tiba di jalan menuju arah kota besar. wajah Khanza sangat berbinar dan kegirangan akhirnya ia masih bisa melanjutkan masa hidupnya dengan tenang.

Khanza melirik ke arah pria yang duduk di sampingnya, ia sebenarnya masih penasaran pada pria itu, dengan penampilannya yang kucel dan penuh banyak luka, Khanza pun berinisiatif ingin membawanya ke rumah sakit terlebih dahulu.

"Kita ke rumah sakit dulu ya" Ajak Khanza pada pria itu.

"Jangan" Tolak pria itu kemudian ia menegakkan posisi duduknya.

"Kenapa" Tanya Khanza penasaran.

"Memangnya kamu punya uang buat biaya nya" Sindir pria itu sambil melirik ke arah Khanza.

Khanza pun menepuk keningnya kemudian ia menggelengkan kepala nya sambil cengengesan.

terpesona

"Terus sekarang kita mau kemana" Tanya Khanza dengan penuh ke putus asaan

pria itu hanya menaikkan kedua bahu nya.

Khanza bingung harus bagai mana, saat ia kabur ponselnya tertinggal di atas tempat tidur nya.

bahkan sepeser uang pun ia tak membawa nya.

Tiba tiba ia terfikir akan sahabatnya Weni.

"Kalo gitu kamu ikut aku dulu ya" Khanza pun melajukan mobil nya ke apartemen tempat Weni tinggal.

saat tiba di apartemen Weni, Khanza langsung mengetuk pintu kamar Weni dengan sangat tergesa.

"Wen buka pintunya" Ucap Khanza sambil mengetuk pintu apartemen milik Weni.

tak lama kemudian pintu itu terbuka dan Weni kaget saat melihat ada pria di samping Khanza dengan penuh luka.

"Khanza, dia siapa" Tanya Weni.

"Cerita nya panjang Wen, mending bawa kita masuk dulu deh" Pinta Khanza.

"Oh iya iya, ayo masuk" Weni pun melebarkan pintunya agar pria itu dan Khanza masuk.

Saat tiba di dalam Weni memberikan kotak obat pada Khanza. mereka pun membantu membersihkan luka yang ada di tangan pria itu.

"Khanza, dia siapa" Bisik Weni.

"Gue aja yang dari tadi sama dia belum tau juga nama nya siapa" Sahut Khanza dengan nada yang agak kuat, sehingga Pria itu bisa mendengarnya. Khanza sengaja membesarkan suara nya agar pria itu berinisiatif sendiri untuk memberi tahu nama nya.

"Memangnya kalian gak kenal sama saya" Tanya pria itu sambil menahan rasa sakit dari lukanya.

Khanza dan Weni saling bertatapan kemudian menggelengkan kepala nya dengan kompak.

Melihat reaksi Khanza dan Weni, pria itu pun terkekeh kemudian berdiri ke arah jendela yang mengarah ke pemandangan laut dan jalan raya besar.

"Kalo opa Korea dijamin kita pasti tau semua, tapi kalo situ duh kita gak kenal, emang situ artis ya, atau pengusaha besar" Tanya Weni sembarangan.

"Eh tadi bilang sih kalau dia lagi di kejar kejar sama rentenir, dia ini buronan rentenir tau" ucap Khanza, mendengar mereka sedang menebak nebak dirinya, pria itu tersenyum geli, rasanya ingin ia mencubit pipi Khanza yang asal asalan menebak tentang dirinya sebagai buronan rentenir.

"Lo serius Khanza" Weni kaget dengan apa yang diucapkan oleh Khanza tentang pria itu.

Khanza menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Weni kembali melirik pria itu, ia pun mengamati dari atas sampai bawah. hingga matanya tertuju pada sepatu yang pria itu kenakan.

"Khanza, mending lo tarik balik deh ucapan lo tadi, liat tuh sepatu yang dia pake, Tom Ford Custom by Jason Arasheben" bisik Weni sambil menunjuk ke arah sepatu yang pria itu pakai.

Khanza membulatkan sempurna bola matanya, ia ternganga melihat sepatu yang seharga miliaran dikenakan oleh pria yang ia tuduh sebagai buronan Rentenir.

"Siapa sebenarnya dia ini" Batin Khanza sambil memperhatikan pria yang sedang berdiri memunggungi nya.

"Hem, kamu mending mandi dan ganti baju deh, ini aku kebetulan ada baju pria," Ucap Weni sambil memberikan satu set pakaian kepada pria itu.

"Baju siapa yang lo kasih wen" bisik Khanza.

"Baju Georgi hihi" Sahut Weni sambil tertawa geli.

Georgi adalah adik nya Weni, Georgi pernah menginap di apartemen Weni dan meninggalkan satu set pakaian nya, sekarang adik bungsu Weni itu sudah pergi sekolah ke luar negri. pantas saja jika Weni berani memberikan baju nya kepada pria misterius itu.

Kebetulan sekali Adik Weni gemar mengenakan pakaian yang lebih besar dari ukuran tubuhnya, sehingga baju itu bisa pas pada tubuh pria misterius itu.

Beberapa saat kemudian Pria itu pun keluar dari kamar mandi, mata Khanza langsung membulat sempurna, ia takjub pada penampilan pria yang mengenakan kaos oblong berwarna hitam, dan celana pendek di atas lutut.

"Ganteng banget" Batin Khanza dengan mata yang berbinar.

"Ini sih lebih ganteng dari opa opa Korea" bisik Weni pada Khanza yang sedang bengong memperhatikan pria itu.

"Kalian kenapa" Tanya Pria itu sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"E enggak kok" sahut Khanza dan Wina secara bersamaan.

Saat mereka sedang menikmati makan siang, tiba tiba suara ketukan pintu terdengar sangat kencang.

Wina pun mendekatkan bola matanya pada lubang intip, untuk memastikan siapa yang datang.

Wina kaget saat melihat Kenzo kakak Khanza ada di balik pintu itu.

"Khanza gawat, Itu yang datang Kak Kenzo" Ucap Weni tergesa gesa, mendengar bahwa itu kakaknya, Khanza langsung panik, ia kebingungan harus bersembunyi di mana.

"Kenzo Arthajaya?" Tanya pria itu pada Khanza dan Weni yang tengah panik itu.

"Kamu tau nama kakak aku" Khanza pun balik bertanya.

Pria itu menganggukkan kepala nya.

"Weni, buka pintunya" Pekik Kenzo dari Luar.

"Duh gimana ini za" Weni semakin panik.

"Kalian jangan panik, Weni kamu mau ikut saya berakting agar dia tidak lama disini" saran Pria itu pada Weni.

Weni pun menganggukkan kepala nya, ia merasa yakin jika pria itu bisa menyelesaikan masalah ini.

"Kalau begitu, mohon kerja sama nya, Khanza kamu duduk manis di kamar Weni oke" Pria itu pun membuka kaos oblongnya dan mengenakan handuk di pinggang nya, seolah ia baru saja selesai habis mandi.

Kemudian ia berjalan ke arah pintu, Weni yang perintahkan pria itu untuk menyala kan shower kamar mandi dan menyuruh Weni untuk bernyanyi nyanyi di kamar mandi.

Pria itu membuka pintu dengan sangat lebar, agar Kenzo dapat Mendengar suara Weni yang sedang di dalam Kamar mandi.

"Tuan Kenzo Arthajaya, ada apa anda mencari Weni" Ucap Pria itu pada Kenzo. Kenzo terbelalak saat melihat Pria yang ada di hadapannya sekarang.

"k kamu ngapain disini" tanya Kenzo dengan nada yang sangat penasaran.

"Seperti yang anda lihat," Sahut Pria itu sambil menaikkan bahu nya secara bersamaan.

"Gak mungkin Khanza kesini deh" Batin Kenzo sambil melihat ke arah dalam ruangan apartemen Weni.

"Tuan Kenzo, siapa yang sedang anda cari" Tanya pria itu menghentikan mata Kenzo yang sedang melirik ke arah dalam ruangan.

"Ah itu, saya sepertinya salah mengira, kalau begitu saya pergi dulu, Tuan Kelvin silahkan lanjutkan bersenang senang nya" Kenzo pun langsung berlalu pergi, ia tak ingin membuat pria itu tersinggung.

Kelvin Darius adalah ketua mafia terbesar di negara kekuasaannya.

orang tua nya adalah Crazy Rich terkenal, Papahnya Kelvin berasal dari Italia, dan mamah nya berasal dari indonesia.

Orang orang terkemuka sangat menakuti kelurga Darius, Sebab Keluarga Darius sangat berpengaruh pada perusahaan mereka, sekali membuat Darius Famili tersinggung, maka siap siap akan menikmati kebangkrutan.

Kelvin menutup pintu nya kembali, kemudian mengetuk pintu kamar mandi agar Weni berhenti untuk menyanyi.

"Udah pergi" Tanya Weni sambil mengeluarkan kepala nya dari dalam kamar mandi.

"Udah" Sahut Kelvin sambil memakai kembali kaos nya.

"Cepet banget, emang kamu ngomong apa hah" Weni penasaran dengan apa yang Kelvin bicarakan pada Kenzo.

Kelvin hanya menggelengkan kepala nya. dan merebahkan tubuhnya di sofa.

"Eh makan dulu, kan tadi belum selesai" Umpat Weni.

"Udah gak lapar, ajak Khanza aja sana" Titah Kelvin kemudian ia memejamkan mata nya.

Weni mengerutkan keningnya, kemudian ia menghampiri Khanza yang masih sembunyi di dalam kamar Weni.

"Khanza ayo makan lagi" Ajak Weni sambil menghampiri Khanza yang sedang duduk penuh kecemasan.

"Eh emang, kak Kenzo udah pulang" Tanya Khanza penasaran.

"Udah" Sahut Weni singkat.

"Serius lo"

"Iya Khanza, gak mungkin kan kalo kak Kenzo belum pergi gue mau manggil lo" Jelas Weni.

"Yasudah yuk, kita keluar" Khanza pun menarik lengan Weni untuk keluar bersama nya.

menangis di pelukan Kelvin

Saat mereka tiba di meja makan, Mata Khanza tertuju pada pria yang sedang terbaring di kursi sofa, ia memikirkan kembali siapa sebenarnya pria itu.

Khanza pun berjalan ke arah meja makan, dan melanjutkan makan siang nya yang sempat tertunda karena kedatangan Kenzo tadi.

"Menurut lo, dia itu siapa sih" bisik Weni sambil melirik ke arah Kelvin.

"Ya Gak tau lah," Sahut Khanza sambil ikut melirik ke arah Kelvin.

Mereka pun bersama sama saling memikirkan hal yang sama mengenai Kelvin. hingga makanan sudah habis mereka pun masih masih bertanya tanya pada diri mereka sendiri.

kring kring kring!!!

dering telfon berbunyi di ponsel milik Weni

"Bentar ya gue angkat telfon dulu" Weni pun pergi ke kamarnya untuk menerima panggilan.

Khanza beranjak dari tempat duduk nya, kemudian ia berdiri di depan jendela yang mengarah ke pemandangan jalan raya yang dipadati oleh kendaraan.

Matanya berkaca kaca saat mengingat kedua orang tua nya, ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya, ia mengkhawatirkan mami nya, sebab jika pak Wira sedang emosi ia akan melampiaskan emosi nya pada orang orang uang ada di dekat nya.

Khanza pun duduk di Sofa. tepat disebelah tempat Kelvin berbaring.

Mata nya sayu sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Sehingga Khanza tak menyadari bahwa Kelvin sudah terbangun dari tidurnya dan sedang memperhatikan Khanza yang sedang melamun.

"Kamu kenapa" Tanya Kelvin memecahkan lamunan Khanza.

"Eh kamu udah bangun ya," Ujar Khanza sambil mengusap mata nya yang hampir menjatuhkan air mata.

"Kamu nangis" Tanya Kelvin sambil mengamati Khanza dengan serius.

"Iya" Lirih Khanza kemudian ia memeluk Kelvin dan menangis sejadinya.

Kelvin sempat kaget karna Khanza memeluknya secara tiba tiba, akhirnya Kelvin pun merangkul Khanza dan mengusap punggung Khanza.

"Menangis lah, jika bisa membuat kamu lebih tenang" Ucap Kelvin sambil terus mengusap usap punggung Khanza.

Khanza pun menangis tanpa ragu ragu, setelah beberapa detik, Khanza menghentikan tangisannya. dan menyeka air mata nya.

"Terima kasih" Lirih Khanza sambil kembali duduk di tempat semula.

"Sudah tenang" tanya Kelvin.

"Lumayan" Sahut Khanza kemudian ia menarik nafas dan membuangnya pelan pelan.

"Hal apa yang membuat kamu menangis" Tanya Kelvin saat melihat kondisi Khanza sudah mulai tenang.

Khanza pun hanya terdiam, sangat berat untuk mengatakan yang sesungguhnya, ia pun memejamkan mata nya dan tiba tiba Kelvin memeluk Khanza dengan sangat lembut.

Khanza merasa nyaman dengan pelukan Kelvin, tanpa ia sadari mulutnya terbuka dan mulai membicarakan semua unek unek yang ada di hati Khanza, setelah beberapa saat kemudian pelukannya terlepas karna Weni tiba tiba datang menghampiri mereka.

"Gue gak salah lihat kan, tadi mereka pelukan" Batin Weni sambil menggigit jari telunjuknya.

"We Weni" Ucap Khanza terbata bata, ia takut jika Weni salah sangka.

Kelvin hanya diam seolah ia tak habis melakukan sesuatu, dan fokus melihat berita yang ada di tv.

Berita itu menyiarkan tentang salah satu keluarga mafia yang tiba tiba hilang tanpa jejak.

Khanza dan Weni pun ikut Fokus melihat berita tersebut.

Kelvin dengan raut wajah yang menahan kesal ia pun memalingkan wajahnya dari layar Tv berukuran sedang itu.

"Eh kok bisa ya, yang bener aja bisa sampe hilang gitu, mereka kan orang yang paling berkuasa di kota itu, kenapa anak nya bisa hilang," Ujar Weni pada Khanza dan Kelvin.

"Iya, padahal kan keluarga Darius sangat kuat, ko bisa sampe kehilangan jejak begitu" tutur Khanza sambil tetap Fokus melihat siaran berita.

"Eh za, kalau sampe lo yang ketemu sama anaknya Darius, mau lo apakan tu anak" Tanya Weni asal.

"Gue ajak kawin kali ya haha" Jawab Khanza asal sambil tertawa geli.

"Haha bisa aja lo ini, gimana kalo sampe pas ketemu lo, dia langsung nembak lo terus mati deh, keluarga mafia kan terkenal sangat kejam" Timpal Weni sambil mendelik kan matanya.

"Ya elah, sebelum dia nembak gue, ya gue tembak dia dulu lah pake hati" sahut Khanza sambil melirik ke arah Kelvin.

"Ya ampun Khanza, tingkat kepedean lo tinggi banget sih" Wina pun menjetikan jarinya pada kening Khanza.

"Eh tapi lo kayak suka gitu sih sama anak nya Darius, emang lo udah pernah liat dia" Tanya Wina penasaran.

"Belum pernah sih, tapi kak Kenzo pernah cerita tentang Kelvin Darius, katanya dia itu ganteng, tinggi, pokoknya idaman para cewek cewek deh, terus sifatnya dingin dan kejam, gue jadi penasaran deh, makanya suka berkhayal pengen jadi istri nya haha" Khanza pun menghentikan tawa nya karna melihat Kelvin sedang meliriknya.

"Eh kamu dari tadi diem aja sih, gak mau gabung nih sama kita" Ucap Khanza pada Kelvin yang sedari tadi hanya mendengarkan mereka yang sedang membicarakan dirinya.

"Kalian lanjut aja menghayal nya," Kelvin pun berbaring kembali dan memejamkan mata nya.

"Ih aneh banget sih, dari tadi tidur mulu perasaan" Bisik Wina pada Khanza.

"Mungkin dia lagi cari jalan keluar supaya bisa lunasi hutang hutangnya" Balas Khanza berbisik pada Wina.

Kelvin hanya mengulum senyuman saat mendengar mereka sedang membicarakan nya.

Saat mereka sedang fokus pada berita itu lagi, Khanza dan Wina di kaget kan oleh Foto yang ada di dalam siaran berita itu, mereka pun segera menoleh ke arah Kelvin secara bersamaan, kemudian menoleh kembali ke arah Tv.

"What? I itu beneran Kelvin Darius" ucap Khanza dengan suara keras, sehingga Kelvin membuka matanya dan melihat ke arah Khanza.

"Ja jadi orang bersama kita ini, di dia adalah Kelvin Darius" Lirih Weni sambil mencengkram ujung baju yang dipakai Khanza.

Khanza masih bengong seolah ia tak percaya, mengingat perkataannya tadi pada Weni mengenai Kelvin, Khanza menggigit bibir nya sambil memejamkan mata, ia bingung harus berbuat apa sekarang, minta maaf pada Kelvin atau kabur.

"Kamu kenapa gak kasih tau kita, jika kamu ini adalah Kelvin Darius" Ujar Weni sambil berbalik badan menghampiri Kelvin yang masih berbaring di Sofa.

"Memang nya kalian pernah bertanya pada saya" Sahut Kelvin sambil memejamkan matanya kembali.

Khanza dan Weni pun kembali saling bertatapan.

"Duh Khanza gimana nih" Bisik Weni.

Khanza hanya menggelengkan kepala nya, ia juga tak tau harus bagai mana.

"Kamu jangan anggap serius soal perkataan kita tadi ya" pinta Khanza sambil mendekat ke arah Kelvin.

"Santai aja" Kelvin pun membuka mata nya dan kembali duduk di sofa.

mendengar jawaban dari Kelvin. Khanza bernafas lega.

Suasana di ruangan itu tiba tiba menjadi sunyi, Khanza dan Weni yang tadinya terdengar sangat bising kini mereka hanya terdiam dan sesekali melirik ke arah Kelvin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!