NovelToon NovelToon

Mantan Istri Tercandu

Tertangkap Basah

Maya menatap nanar dua orang yang duduk dihadapannya, sepasang manusia yang menunduk malu kala ditatap oleh Maya dengan sorot mata menyelidik, membuat suasana siang itu terasa berbalik dingin.

Maya melipat kedua tangan di dada tanpa melakukan apapun selama hampir lima belas menit.

Masih tak menyangka rasanya kini Maya menangkap basah sang suami dengan wanita lain.

Wanita yang duduk di samping suaminya dengan memasang wajah datar tanpa dosa sedikit, memalingkan muka ke luar jendela besar tanpa peduli akan tatapan Maya yang menghunus. Sangat menjijikkan!

Sedangkan sang suami masih menunduk sambil meremass jari-jari yang terpangku di atas meja, seolah pasrah dengan keadaan yang sekarang, hanya menunggu kata-kata yang akan di ucapkan oleh wanita yang berstatus istrinya tersebut.

Maya berusaha menguatkan hatinya, jujur ia ingin menangis kencang. Akan tetapi Maya tak mau terlihat lemah di hadapan perempuan itu, ada yang lebih penting ketimbang menangis saat ini.

"Sudah berapa lama?"

Pertanyaan Maya seperti panah tajam yang menusuk langsung tepat di jantung pria yang tengah tertunduk itu, jari-jarinya makin membelit satu satu sama lain, tenggorokannya langsung tercekat detik itu juga.

Adhi, pria berjas hitam yang selalu menonjolkan kewibawaannya kini berubah drastis ketika dihadapkan dengan sang istri dalam situasi yang mencekam ini. Pria tersebut kini terlihat tak ada jati dirinya sama sekali, perbuatan hina yang telah ia lakukan tak mampu mengembalikan kharisma yang biasanya melekat.

Lidahnya kelu, berbeda ketika ia dihadapkan oleh para pesaing bisnis. Kini, mengangkat dagunya pun ia tak mampu.

Tak kunjung menjawab membuat Maya berasumsi sendiri.

"Pasti sudah lama" gumam Maya berlirih.

"Satu tahun!" Jawab Adhi cepat.

"Hanya satu tahun...." Tambahnya yang masih belum berani menatap wajah sang istri.

"Hanya?!" Maya tertawa miris, hanya katanya?! Maya makin tak menyangka dengan sifat suaminya. Satu tahun bukan waktu yang sebentar, tetapi bagi Adhi mungkin jangka waktu tersebut hanya seperti satu Minggu.

Adhi mengumpat dirinya sendiri, seharusnya ia tidak menambah kata di belakang kalimat. Jawabannya malah menambah permasalahan.

Maya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya, ternyata suaminya lebih brengsek dari yang ia kira, Adhi berubah menjadi lelaki yang suka meremehkan suatu kesalahan.

Maya berhenti tertawa sejenak, kembali terfokus pada sepasang kekasih yang tengah menjalin hubungan gelap.

Maya menegakkan posisi duduknya, kini matanya mencoba menatap intens sang suami.

"Bagaimana jika orang tua kita tau tentang kelakuan mu? Kira-kira apa tanggapan mereka semua?" Tanya Maya bernada santai namun terdengar menakutkan.

Adhi mencoba mendongak dan bersitatap dengan sang istri, jakunnya bergerak naik turun, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan.

"Bagaimana caramu menjelaskan mengenai tindakan menjijikan mu ini? Mungkin mudah menjelaskan pada orang tuamu, tapi bagaimana dengan orang tua ku? Tidakkah mereka akan meminta ku untuk berpisah denganmu?"

Deg!

Ucapan Maya begitu mengejutkan Adhi, ia tau betul bagaimana rasa sayang mertuanya terhadap Maya, sejak awal Adhi sudah berjanji untuk tidak mengkhianati sang istri dan juga berjanji untuk mengembalikan Maya secara baik-baik jika suatu saat pernikahan mereka tak bisa diteruskan.

Tapi bukan berarti ia sudah tak mencintai Maya, ia sangat mencintai istrinya ini, tak ada sedikitpun keinginan untuk berpisah. Namun, kedatangan wanita lain membuat Adhi melakukan kesalahan begitu saja tanpa rencana, tak pernah terpikir jika perselingkuhannya akan terciduk oleh Maya.

"A-aku tak mau berpisah... " Adhi menggeleng sembari meraih tangan Maya.

"Aku akan memutuskan hubungan dengannya" lanjut Adhi.

Sontak pernyataan Adhi membuat wanita di sebelahnya terbelalak ke arah pria tersebut, merasa kecewa dengan keputusan sepihak yang dilakukan oleh Adhi.

"Mas?!"

Maya melirik ke arah lawannya, sudah bisa ditebak jika perempuan itu tak terima.

"Dia tidak mau berpisah denganmu, mungkin dia masih ingin meneruskan hubungan gelap kalian. Bukankah hubungan kalian ini memiliki tujuan juga?" Ujar Maya menarik lengannya dari genggaman Adhi.

Buru-buru Adhi membantahnya, "Tidak! Hubungan kami adalah kesalahan, aku tak mau meneruskannya" ucap Adhi terdengar sungguh-sungguh.

Maya bergeming, ia begitu muak dengan sikap dua orang ini.

Sorot mata Dona beralih ke arah perempuan bermake-up tebal itu, melihat reaksi si wanita yang sangat tidak punya harga diri.

"Dari sekian banyaknya lelaki kenapa kau lebih memilih laki-laki yang sudah memilih keluarga? Tidakkah kau memikirkan bagaimana perasaan anak dan istrinya?" Suara Maya terdengar lebih kencang, membuat para pengunjung di kafe menatap ke arah meja mereka.

Sontak wanita berpakaian merah menyala tersebut panik dan tambah malu, ia memalingkan wajah ke sembarang arah. Begitupula dengan Adhi yang makin menundukkan kepala.

"Kenapa tidak menjawab? Malu? Untuk apa malu? Bukankah sejak awal hubungan kalian rasa malu mu sudah hilang?" Suara Dona makin mengeras membuat orang-orang yang berada disana jadi menguping pembicaraan ketiga orang itu.

"Aku tidak takut kehilangan lelaki yang sudah mengkhianati pernikahan kami, jika kau mampu mengambilnya maka ambillah, aku tidak rugi sama sekali...! Lanjutkan hubungan gelap kalian, aku tidak akan memaksa kalian untuk berhenti sampai disini" tanpa peduli dengan reaksi orang sekitar Dona terus mengeluarkan isi hatinya.

"May!" Adhi merasa tak terima dengan perkataan Maya, jelas ia tak mau Maya menyerah untuk melanjutkan pernikahan mereka.

Mendengar keributan yang membuat para pengunjung ikut emosi tak jarang beberapa orang ikut memaki kedua manusia yang terduduk tak jauh dari tempat mereka berada.

"HUUUHHHHHH...... DASAR PELAKOR! HOBINYA HANYA MERUSAK RUMAH TANGGA ORANG SAJA!!"

"DASAR LAKI-LAKI TIDAK TAU DIRI!! MAKAN TUH SILUMAN MERAH"

"PISAH SAJA MBAK!! CARI LAKI-LAKI YANG LEBIH BAIK"

"DASAR PELAKOR!! SUDAH VIRAL TAU RASA KAU!'

Suara bising itu membuat telinga dan muka si wanita memerah menahan malu bercampur marah, merasa tak tahan ia pun bangkit sambil menutup sebagian wajahnya.

Akan tetapi Maya lebih dulu menahan pergerakan wanita itu, ia menghadang selingkuhan sang suami yang berusaha keluar dari sini.

"Mau kemana kamu?! Urusan kita belum selesai" cegah Maya.

"Minggir...!" Ia pun berusaha menyingkirkan Maya.

"Duduk!! Untuk apa kau menyembunyikan wajahmu seperti itu? Semua orang sudah tau kau jadi tidak usah menutup diri lagi"

Merasa semakin di permalukan akhirnya dia mendorong Maya hingga tersungkur ke arah meja, setelah itu barulah ia berjalan cepat keluar diiringi surakan dari pengunjung kafe.

"HUHHHHHHHH.....!!!"

"PERGI SANA JAUH-JAUH........!!"

Melihat Maya yang didorong dengan segera Adhi bangkit untuk menolong istrinya, tetapi tanpa di duga Maya justru menghempaskan lengan sang suami seolah tak sudi tubuhnya disentuh oleh lelaki tersebut.

"May, biar aku bantu"

"Menjauh dariku!" Titah Maya yang saat itu juga keluar dari kafe di susul oleh Adhi di belakangnya.

Hallo Semuanya 🤗

Selamat Datang Di Novel Terbaru Mamie😃

Semoga Kalian Suka Ya😘

Jangan Lupa Untuk Like, Komen, dan Vote Ya😁❤️

Pantengin Terus Episode Selanjutnya 😍

Selamat Membaca 🥰

Pergi

Maya memasuki mobilnya sebelum Adhi berhasil ikut masuk, ia langsung menyalakan mesin mobil sambil menghiraukan suaminya yang berusaha membujuk Maya untuk membuka pintu kendaraan.

"May buka pintunya May...! Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tolong May.... Izinkan aku masuk... May...." Adhi terus mengetuk kaca mobil sembari merayu istrinya untuk keluar.

Tetapi hati maya seolah sudah kebal dengan semua perkataan Adhi, kenapa tidak bicara sedari tadi ketika mereka masih di dalam kafe? Kenapa dia baru mengeluarkan suara ketika Maya hendak pergi. Benar-benar membuang waktu saja.

Usaha yang Adhi lakukan rupanya sia-sia, Maya tetap melajukan mobilnya meninggalkan ia yang berdiri di sana sambil menatap lesu kendaraan berwarna maroon yang kian menjauh.

Adhi menendang batu yang terkapar di atas tanah, memaki hari ini yang penuh kesialan.

"Arghhhhhh........ Siall Siall Siall......!!!" Adhi berteriak frustasi, mengacak-acak rambutnya hingga berantakan, rasa-rasanya ia sudah kehilangan rasa malu beberapa menit yang lalu.

"Dih... Makin gak jelas aja tuh cowok"

"Iya ya, tadi di dalem aja diem sekarang malah teriak-teriak gak jelas"

"Biasalah, udah di tinggal baru menyesal"

"Bener, rasain tuh karma"

Bisikan-bisikan dari para pengunjung yang baru keluar membuat Adhi tak bisa berlama-lama berada disana, ia memutuskan masuk ke dalam mobil miliknya menyusul Maya yang entah pergi kemana.

Adhi berharap sang istri pulang ke rumah, dengan begitu ia bisa menjelaskan semuanya tanpa gangguan apapun.

***

Di sisi lain Maya menghentikan mobilnya di sebuah jalanan sepi, disana wanita itu menangis sejadi-jadinya. Mengeluarkan semua rasa sakit yang ia tahan sejak tadi, lebih tepatnya beberapa Minggu ini semenjak ia mendapat kabar dari salah satu sahabat baiknya tentang kedekatan Adhi dan wanita tadi.

Maya tampak berubah menjadi wanita rapuh lainnya disaat pernikahan yang selama ini berjalan dengan lancar mendadak dihantam kenyataan mengejutkan.

Lelehan bening membasahi seluruh wajah cantik Maya, tak akan ada yang tau jika kini dirinya tengah menangis pilu, Maya bisa lebih leluasa menjerit sepuas tenaga.

"Hiksss...... Teganya kamu mas"

"Apa salahku selama ini.... Hikssss"

Tangis itu mencerminkan betapa sakitnya hati seorang Maya, selama pernikahan tak pernah ia menangis karena suaminya. Adhi termasuk lelaki yang tergolong sempurna selama ini, laki-laki yang baik dan mampu mengubah hari-hari Maya dan sang putra terasa indah.

Namun hari ini, semua hancur tak tersisa. Semuanya berantakan! Hancur lebur! Maya seakan diremukkan dalam satu kali pukulan. Kasih sayang dan cinta yang ia beri ternyata tak bisa membuat Adhi tetap menatap ke arahnya.

Ada wanita lain...

Maya bukanlah satu-satunya, bahkan selama setahun ini Adhi begitu pintar menutup kebohongan yang dia perbuat dengan selalu menunjukkan sikap serta kasih sayang yang sempurna.

Maya memegang dadaa kirinya yang berdenyut nyeri, sesak rasanya sampai-sampai tangis Maya tak mampu mengeluarkan suara.

"Hiksss..... Sakit masss...... Sakittt...... Hiksss" suara Maya mulai terdengar serak, pita suaranya seolah hampir putus dan tak berfungsi. Tapi hatinya membuat Maya harus terus mengeluarkan air mata.

Cukup lama Maya merintih di dalam mobil sendirian, Maya sudah nampak lebih baik. Matanya merah sembab namun tak membuat kecantikan Maya sinar ditelan air mata.

Maya mencoba menormalkan suasana hatinya, ia ingin menghubungi seseorang, Maya tak boleh menunjukkan kondisinya yang sedang kacau ini, ia harus terdengar baik-baik saja.

Maya pun merogoh ponsel di dalam tas, ia mencari nomor seseorang. Tak menunggu lama maya langsung menelpon nomor tersebut.

Beberapa saat Maya menunggu hingga terdengar suara perempuan dari balik ponsel itu.

"Hallo May......"

"H-hallo... Din...." Meski sudah berusaha untuk terdengar biasa saja tetapi nyatanya Maya tak bisa menutupi hal ini dari sang sahabat.

"May.... Kamu baik-baik saja? Suaramu... Terdengar seperti habis menangis" terdengar intonasi panik yang ditunjukkan oleh lawan bicaranya, membuat Maya tak bisa menahan rasa emosional yang tengah mengelilingi jiwa rapuh itu, hingga ia pun kembali terisak.

"Maya....! Ada apa?!! Kenapa kau menangis???"

"Hikss.... A-aku... Aku sudah menemui mereka, Din"

"Tunggu, maksudmu.... Suamimu dan wanita itu" tebak Dini.

Maya mengangguk disana.

"Iya, kau benar Din. Suamiku berselingkuh... Mas Adhi punya wanita lain.... Hiksss...."

"Astaga!! Aku tidak menyangka suamimu bisa melakukan itu.... Lalu sekarang kau dimana? Apa kau mau kita bertemu? Aku ada di rumah... Kemarilah" Dini tau jika sahabatnya itu butuh teman curhat, ia tak akan membiarkan Maya menyimpan rasa sakitnya sendiri, Dini lantas menyuruh Maya untuk menemuinya.

"Aku tidak bisa kesana, Din. Tapi aku ingin minta bantuan mu" ujar Maya.

"Bantuan apa, May? Sebisa mungkin akan aku usahakan"

Maya menarik nafas dalam untuk menguatkan hatinya, setelah itu ia kembali berbicara.

"Aku minta tolong jemput shakeel di sekolah jam dua belas nanti, aku harus pergi ke suatu tempat. Antar dia ke rumah mertuaku jangan ke rumah ku atau rumah orang tua ku, aku tidak mau mereka curiga " pinta Maya pada Dini.

"Pergi? Kamu mau pergi ke mana, May?" Tanya Dini mulai tak enak perasaan.

"Ke suatu tempat, aku butuh waktu untuk sendiri, Din. Dan tolong jangan beritahu siapa-siapa"

"May kamu tidak sedang merencanakan sesuatu kan? Kau tidak akan mencelakai dirimu sendiri kan? May aku mohon, tetap berpikir jernih May"

"Justru karna itu aku mau menjernihkan pikiran ku dulu, sekali lagi aku minta tolong padamu Din. Aku harus pergi sekarang, terimakasih.... Maaf lagi-lagi aku merepotkan mu"

"Tidak apa-apa May, tapi...."

Tutttttttt..........

Sebelum dini melanjutkan perkataan Maya lebih dulu mematikan panggilan itu, saat hendak memasukan ponsel ke dalam tas tiba-tiba ponsel Maya berdering dan menampilkan panggilan masuk yang tak lain berasal dari nomor sang suami.

"Mas Adhi?"

Otomatis Maya pun mematikan ponselnya lalu melempar ponsel ke dalam tas, butiran bening meleleh untuk yang ke sekian kali.

"Hiksss...... "

Maya segera menyeka kedua pipinya yang berair, ia tak mau berlarut-larut dalam kesedihan, ia harus segera pergi dari sini mencari tempat ternyaman untuknya sampai beberapa hari ke depan.

Suara mobil pun terdengar, Maya melaju meninggal kawasan tersebut.

***

Di rumah Adhi yang tak menemukan keberadaan istrinya mencoba menelpon maya berulang kali, tetapi hasilnya nihil, Maya tak menjawab telponnya bahkan ponsel Maya tak aktif dan hanya suara operator yang muncul.

Adhi terlihat mondar-mandir di dalam kamar, ia takut istrinya itu pergi dan melakukan aksi nekat meski Adhi tau Maya bukanlah orang yang seperti itu.

Tetapi di situasi saat ini apapun bisa terjadi, Adhi mengkhawatirkan sang istri.

"May aku mohon angkat telpon ku May......"

Maaf nomor yang ada tuju....

Adhi seketika menekan tombol merah ketika nomor Maya masih tak kunjung bisa dihubungi, membuatnya melempar ponsel ke atas kasur dengan sangat amat keras.

"Arrrghhhh.......!!! Dimana kamu May......"

Keputusan

Sesuai janjinya, pukul dua belas Dini berangkat ke sekolah Shakeel yang tak lain adalah putra dari Maya dan Adhi, perempuan tersebut menunggu Shakeel di depan gerbang sekolah.

Hingga satpam membuka gerbang yang seketika itu para murid TK berlarian keluar membuat Dini harus mengedarkan pandangan mencari sosok yang sedari ia tunggu.

"Hati-hati anak-anak jangan lari-lari" para guru mengantar siswa-siswi nya sampai benar-benar ada yang menjemput.

Sampai dimana pandangannya tertuju pada seorang anak kecil yang memakai topi, bocah tersebut sepertinya sedang mencari keberadaan sang Ibu yang biasa menjemputnya sekolah.

"Shakeel......!" Dini berteriak memanggil anak itu, melambaikan tangannya agar lebih mudah terlihat.

Si pemilik nama seketika menoleh ke arah sumber suara, mendapati seseorang yang sangat ia kenal.

"Tante Dini...!" Shakeel lantas berlari ke arah wanita yang ia kenal adalah sahabat dari Maya, Ibunya.

"Hai sayang, gimana sekolahnya? Udah lama Tante gak bertemu shakeel" ujar Dini mensejajarkan tubuhnya agar sepantar dengan anak lelaki itu.

"Tante Dini sedang apa disini? Lagi nunggu seseorang?" Tanya Shakeel yang heran ketika pertama kali melihat Dini berada di taman kanak-kanak.

"Tante mau jemput Shakeel" Jawab dini jujur, ia memasang wajah ceria agar tak membuat Shakeel curiga.

Shakeel mengernyit bingung ketika mendengarnya, bukankah seharusnya Maya yang menjemput ia pulang dari sekolah?

"Memang mami kemana? Kok Tante yang jemput shakeel?"

Dini berpikir sejenak untuk memberikan jawaban yang masuk akal, tidak mungkin ia jujur jika Maya sedang pergi entah kemana karena baru saja bertengkar dengan Adhi.

"Emm.... Mami Shakeel tadi bilang mau nginep di rumah Oma Nani soalnya Oma lagi sakit jadi gak bisa jemput Shakeel. Terus mami minta Tante buat jemput Shakeel katanya Shakeel nginep dulu di rumah Oma Yasmin untuk beberapa hari, Shakeel mau kan?" Dini terpaksa berbohong, ia tak tau lagi harus mencari alasan seperti apa untuk membuat Shakeel percaya, Dini rasa apa yang ia katakan sudah menjadi alasan terbaik untuk Shakeel saat ini.

"Oma Nani sakit? Terus papah ikut ke rumah Oma enggak?"

"Kalau itu.... Tante juga kurang tau, makanya mamah suruh Shakeel sementara waktu untuk tinggal bersama Oma Yasmin" jelasnya lagi.

"Ya udah deh Shakeel ke rumah Oma Yasmin aja, ayo Tante" ajaknya menurut, Shakeel termasuk anak yang tak banyak merengek atau mengeluh, Shakeel sangat penurut dan pintar membuat siapa saja tak keberatan akan keberadaannya.

"Ayok, kita naik mobil Tante ya" Shakeel mengangguk, mereka pun masuk ke dalam kendaraan roda empat milik Dini.

***

Akhirnya Dini dan Shakeel sampai di rumah orang tua Adhi, mereka keluar dari mobil dengan tertib. Di teras rumah dini menekan bel sambil sesekali mengetuk pintu berharap seseorang keluar dari sana.

Ting Tong!

Dini menekan lagi bel rumah, sampai pemilik tempat membukakan pintu tersebut.

Ceklek...

"OMAAAAAAAA......!!"

Shakeel terlihat senang kala melihat neneknya yang membukakan pintu, wanita paruh baya itu ternganga saat melihat cucu kesayangan datang kemari.

"Shakeel??"

Mereka pun berpelukan saling melepas rindu, sudah lama juga Shakeel dan sang nenek tidak bertemu. Membuat keduanya dirundung kerinduan yang besar.

"Shakeel baru pulang sekolah ya, nak?"

"Iya, Oma. Tante Dini yang jemput Shakeel ke sekolah"

Menyadari keberadaan sosok lain, Yasmin lantas menatap ke arah wanita yang berdiri di antara mereka. Ia sendiri tidak mengenal siapa wanita tersebut.

"Selamat siang Nyonya" sapa Dini pada mertua sahabatnya, dini tersenyum ramah sedangkan yang di tatap tersenyum kaku karena jujur Yasmin sedang bertanya-tanya di dalam hatinya melihat kebersamaan Shakeel dan perempuan muda di depannya ini.

Paham akan kebingungan Yasmin Dini pun lantas memperkenalkan diri.

"Maaf sebelumya jika kedatangan kami begitu mendadak, perkenalkan saya Dini sahabat dari Maya, menantu Nyonya" ucapnya membuat Yasmin tambah dibuat kebingungan.

"Maya?" Gumam Yasmin.

"Lalu.... Dimana Maya? Kenapa Shakeel sampai diantar oleh kamu?" Tanya Yasmin yang sudah sangat penasaran, pasalnya sesibuk apapun Maya ia tak akan pernah menitipkan Shakeel pada siapapun kecuali dengan Adhi. Tapi tiba-tiba saja Shakeel datang bersama Dini yang diduga sahabat dari menantunya, tanpa ada Maya disisi mereka.

"Maaf jika saya kurang sopan, tapi apa boleh saya masuk lebih dulu. Ada yang ingin saya sampaikan" nada bicara dini berubah dalam sekejap, ekspresinya menjadi serius membuat perasaan Yasmin jadi tidak tenang. Ia pun akhirnya mempersilahkan dini masuk ke dalam rumah.

***

Adhi masih berusaha menghubungi ponsel Maya, meski belum berhasil tapi Adhi tak menyerah begitu saja. Ia meminta bantuan teman untuk mencari tau GPS ponsel Maya. Tetapi karena ponsel Maya yang tak aktif membuat ia kesulitan untuk melacak lokasi.

Suara ponsel Adhi berdering nyaring, membuat pria itu buru-buru melihat siapa yang menelponnya.

"Ma..... Ya" antusiasme Adhi hilang tatkala yang menelpon bukanlah orang yang ia harapkan, melainkan berasal dari nomor ponsel lain.

Adhi tak berniat mengangkat telepon, ia pun membiarkan ponselnya sampai berhenti berbunyi. Ada juga pesan-pesan yang masuk dari nomor yang sama.

Adhi membukanya dengan malas.

"Mas kamu dimana?"

"Mari kita bertemu"

"Kita harus membicarakan masalah ini, kamu tidak bisa seenaknya memutuskan hubungan denganku"

"Mas....."

"Kamu bersama istrimu?"

Rentetan pesan dari selingkuhannya membuat Adhi menghembuskan nafas kasar, mood nya tambah rusak ketika mengingat wanita itu. Ia jadi pusing sendiri sekarang, kenapa ia harus terjerat ke dalam hubungan tak sehat seperti ini meski Adhi mengakui ialah pelakunya.

Tak lama ponsel Adhi berdering kembali, mau tak mau Adhi harus mengangkatnya, ia harus menyelesaikan masalah ini satu-persatu.

"Mas... Akhirnya kamu mengangkat telpon ku juga. Kamu dimana beb? Ayo kita bertemu" ajaknya dengan sangat gampang.

"Laura kita tak bisa bertemu lagi, aku sungguh-sungguh ingin memutuskan hubungan denganmu. Aku tak mau menyakiti istriku lebih dalam lagi, jadi tolong berhenti menghubungi ku"

"Apa yang kamu katakan, mas?!! Kamu dengan mudahnya memutuskan sesuatu secara sepihak. Bagaimana denganku?!! Aku mencintaimu mas... Aku tidak mau berpisah" tolak Laura mentah-mentah, walaupun sadar jika dirinya hanyalah orang ketiga, tetapi tak membuat Laura mau mundur meski hubungannya dengan Adhi sudah terkuak.

"Ini salah Laura, salah!! Mungkin kamu tak mau berpisah dariku dan aku juga tak mau jika harus bercerai dengan Maya. Aku mencintainya... Dia istriku" ucap Adhi dengan nada meninggi.

"Apa kau bilang? Istri?? Hahaha..... Lalu kenapa mas mau berselingkuh denganku? Apa sekarang Adhitama yang terkenal setia pada satu wanita sudah sadar terhadap kesalahannya? Kenapa baru sekarang, hah?!!" Emosi si wanita tak bisa dibendung, ia juga merasa jadi orang yang di rugikan saat ini. Dibuang begitu saja tanpa adanya kesepakatan.

Adhi memijat pelipis yang terasa pening, ia tahu dirinya salah. Maka dari itu Adhi ingin memperbaiki rumah tangga yang sudah ia hancurkan sedemikian rupa.

"Aku tetap pada pendirian ku, Laura. Aku akan memperbaiki rumah tangga ku dengan Maya. Aku juga minta maaf padamu, aku harap kita tidak bertemu lagi setelah ini"

Tutttttt.........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!