NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Aurora

BAB 1

Di dalam sebuah Club malam terbesar dan terkenal di kota. Dentuman suara musik DJ yang mengalun memekakkan telinga. Pesta para gadis di salah satu meja yang ada.

“Ayoo tambah lagi Ra kita party sampai pagi” ajak Sandra.

“Naahh benar itu kita have fun malam ini guyyss.” timpal Nara.

“Cheeeeerrrsssss!!”ucap mereka serempak.

Tak berapa lagi Ara merasakan kepalanya berdenyut dan badannya yang mulai tak nyaman. Saat Ara hendak berdiri dan beranjak, tangan Ara ditarik temannya.

“Mau kemana kamu Ra?”

“Aku mau ke toilet dulu, mau buang air kecil” Jawab Ara beralasan karena dia merasa pusing dan mulai tak nyaman. Dengan susah payah berdiri dan berjalan menuju ke toilet, Ara masih berusaha berjalan.

Dari arah lain, seorang pria gagah dan tampan bersama beberapa rekannya sedang berbincang.

“Senang sekali bisa bekerjasama bersama Pak Devan, semoga kerja sama ini lancar dan saling menguntungkan kita.”

“Terima kasih juga karena bapak telah mempercayakan kerja sama ini dengan perusahaan kami.” Ucap Devan.

Sambil berbincang ringan mereka melewati lorong untuk menuju pintu keluar, tiba tiba dipersimpangan lorong.

“Bruuuuukk!!” Ara yang berjalan sempoyongan tak sengaja menabrak Devan.

“Hai nona perhatikan jalanmu!” ucap salah seorang pria.

“Aahh maaf maaf tuan, kepalaku sedikit pusing.” dan ara pun mendongak menatap wajah Devan.

“ Aaahh Tuan anda terlihat sangat tampan dan jugaaaa berotot yaa.” Ucap Ara tak sadar dan meraba perut Devan karena memang sudah mabuk dan di bawah pengaruh obat yang diberikan salah seorang temannya tanpa sepengetahuannya. Devan masih tak bergeming, tetapi dia memegang lengan Ara dengan satu tangan.

“Biar saya urus nona ini tuan.” tawar sang asisten.

“Sudah biar aku saja, tolong kamu carikan cardpas kamar VIP ku dan antar klien kita ke depan, akan ku urus gadis ini sepertinya dia di bawah pengaruh obat.”

“Baik Tuan.”

“Hai nona perhatikan gerakan tanganmu itu jangan sampai kelewatan.” Kata Devan.

“Aahhhh panas, dan ini dingin, nyaman.” ucap Ara masih dengan menempel di dada bidang Devan.

“Astaga untung aku lelaki baik baik jika bukan sudah pasti kubawa kamu ke kamar untuk bermain bersama.” Batin Devan

Sesampainya di kamar yang Devan pesan, dijatuhkannya Ara di bathtub yang berisi air dingin yang masih mengalir. Tak lupa tadi dia berpesan pada asistennya untuk memanggil salah satu karyawan cewek yang ada di Club itu untuk membantu membereskan gadis yang tak dikenalnya itu. Setelah efek obat mereda dengan bantuan karyawan tadi Devan meminta tolong untuk sekalian menggantikan pakaian basah gadis tadi dengan bathrobe yang ada.

“Permisi Tuan, nona di dalam sudah selesai saya pakaikan bathrobe, apakah saya juga bantu papah nona untuk ke tempat tidur?”

“Ahh tidak usah pasti berat, biar saya saja, terima kasih sudah membantu, dan ini untukmu.“ sambil memberikan 2 lembar seratus ribuan.

“Terima kasih Tuan, saya permisi.”

Digendongnya tubuh Ara ke tempat tidur, dan tak lupa dipakaikan selimut. Sambil menatap wajah Ara lekat-lekat, tanpa sadar Devan berucap.

“Eehh manis juga wajah gadis ini, tapi sayang mainnya di Club malam seperti ini, laahh apa siihh, terserah juga mau main dimana, paling tidak aku sudah membantu daripada dia dibawa sama lelaki hidung belang.”

“Sudahlah mau mandi disini sekalian, sudah malam juga.”

“Pasti besok pagi kakek akan menceramahi ku, sudahlah bisa ku jelaskan besok pagi, yang penting sekarang mandi mandi mandi gerah sekali.”

Seusainya dengan ritual mandinya Devan meminta asistennya untuk membawa pekerjaan yang harus dikerjakan ke kamar dan meminta asistennya untuk segera pulang dan menjemputnya disini besok pagi dan membawa 2 stel baju untuknya dan untuk Ara.

“Jangan lupa pakaian untuk gadis itu ya Rud!” Devan mengingatkan lagi.

“Baik Tuan, saya permisi, selamat malam.”

Setelah kepergian asistennya, Devan lanjut mengerjakan berkas-berkas di depannya hingga larut dan tanpa sadar Devan tertidur di sofa yang dia gunakan bekerja tadi.

Fajar mulai menyingsing, Ara pun tersadar dan terbangun dari tidurnya. Ara terkejut dengan apa yang ada di hadapannya. Dia melihat selimut, pakaiannya, dan ada seorang lelaki di sofa.

“Astaga, apa yang terjadi dengan ku, aku pikir semalam aku hanya minum jus jeruk dan sedikit minuman dari Sandra. Aahhh... Mengapa aku bodoh sekali.”

“Aku harus segera pergi dari sini dan harus segera meminta penjelasan dari Sandra.” Monolog lirih Ara sebelum dia mencari baju yang dikenakan semalam.

Di dalam kamar mandi.

“Aahh sial mana bajuku basah, diapakan aku semalam dengan pria itu, bodoh mengapa aku tak mengingatnya sama sekali.”

“Aahhh pakai kemeja ini saja, toh besar pula kemeja ini, ini sepatuku, tasku, oke aku bisa pulang sekarang.”

“Eeehh wangi parfume mahal niih.”

Selesai berpakaian dan hendak meninggalkan kamar, Ara melihat pria yang tertidur di sofa, dan dia berhenti. Ara menuliskan sesuatu di selembar kertas kemudian dia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan diletakkan diatas kertas tadi.

“Terima kasih ya untuk semalam, semoga itu cukup membantumu. Dan sebagai ganti kemejamu yang kupakai.—Ara” tulis Ara di selembar kertas tanpa ragu.

BAB 2

Berlian Aurora gadis 22 tahun lulusan universitas luar negeri di usia yang tergolong masih muda dalam bidang ekonomi bisnis. Yang sering dipanggil Ara, tumbuh besar di keluarga konglomerat berkat sang kakek, meski dia tak memiliki kenangan bersama sang papa, tetapi dia selalu dimanjakan oleh kakeknya, bahkan saat mamanya memarahi Ara kakeknya lah yang selalu membela.

Hidup dengan nyaman tanpa pernah merasakan kesusahan, Ara bergaya hidup mewah dan sering berfoya-foya bersama teman-temannya. Berkali-kali kakek dan mamanya meminta Ara agar mau belajar mengurus perusahaan yang ditinggalkan almarhum papanya tetapi Ara selalu beralasan dan menolaknya. Ara tetap Auroranya kakek sang cucu tercinta.

Hingga suatu hari dia diberikan pilihan oleh kakeknya untuk mengurus perusahaan atau menikah muda dengan pria yang kakek pilihkan sejak dia masih kecil.

“Iiiisshhhh kenapa aku mengingat ucapan kakek lagi, masa iya aku harus menikah muda.”

“Belum lagi masalah dengan Sandra, oohh my god, masalah apa lagi ini?”

“Baik, pulang terlebih dahulu, dan menyusun Rencana Serangan Ara.” monolog Ara sambil berjalan melewati lorong yang ada di Club. Dan tidak menyadari bahwa dia berpapasan dengan Rudi asisten Devan.

“Bukankah itu gadis yang semalam bersama Tuan Devan?” batin Rudi sambil melihat Ara yang melewati dirinya.

“Ahhh Tuaann!” Rudi yang teringat Tuannya segera bergegas menuju kamar Devan.

“Tok-tok-tok Tuan Devan ini saya Rudi.”

"Tuan Devan!" ulang Rudi karena belum ada jawaban dari Devan.

“Iyaa, iya Rud masuk saja.”

Belum sempat Rudi bertanya, Devan sudah mendahului berucap.

“Astaga!! lihatlah ini Rud, apa gadis itu pikir aku seorang pria panggilan yang sangat membutuhkan uang?”

“Itu dia Tuan yang..”

“Berani-beraninya dia meninggalkan beberapa lembar uang, semurah itu kah harga dari diriku Rud.” sela Devan yang memotong ucapan Rudi karena dibuat kesal pagi-pagi oleh Ara

“Maaf Tuan apa perlu saya selidiki gadis tersebut untuk Tuan?”

“Sudahlah tak perlu, lihat saja jika suatu saat nanti aku bertemu lagi dengan gadis itu, tak akan kulepas dengan mudah, harus ku perhitungkan kejadian ini. Mana baju untukku?”

“Baik Tuan, ini baju yang anda minta, lalu untuk baju wanita ini bagaimana Tuan?”

“Buatmu saja.” jawab Devan asal sambil berjalan menuju kamar mandi.

“Haaah untukku Tuan?” lirih Rudi tak menyangka dengan ucapan Devan.

Sambil berjalan dari kamar mandi, Devan berdiskusi kecil untuk rencana kerja hari ini dengan Rudi.

“Oohh iya Rud, nanti sebelum ke kantor, kita mampir ke rumah dulu ya, kita dengarkan dulu kultum pagi dari kakek karena aku tak pulang semalam tanpa kabar.”

“Baik Tuan.”

“Bukan kita, tapi hanya Tuan Devan saja yang akan mendengar kultum pagi kakek.” ucap Rudi dalam batinnya.

“Sarapan dan kopinya Tuan.” ucap Rudi sambil menaruh nampan berisi sarapan untuk Devan.

“Kita bagi dua Rud, aku tak akan mampu menghabiskan makanan itu.”

“Terima kasih Tuan.”

Mahendra Devan Sanders 29 tahun, CEO muda berbakat yang memiliki segudang prestasi, disiplin, tegas, tetapi tetap menjadi cucu nakal kesayangan kakek di rumah. Akibat insiden kecelakaan pesawat 22 tahun yang lalu, yang merenggut nyawa kedua orang tuanya beserta papa dari Ara, yang saat itu kebetulan sedang melakukan perjalanan bisnis bersama, karena mama Ara sedang mengandung dan mendekati hari untuk persalinan jadi mama Ara lolos dari insiden na'as tersebut. Devan yang saat itu masih berusia 7 tahun menjadi anak yatim piatu yang diasuh oleh sang kakek.

Devan yang sejak kecil diasuh kakeknya dia ajarkan untuk mandiri dan selalu menolong orang saat dibutuhkan.

“Tuan kita sudah sampai di rumah kakek.”

“Ya terima kasih Rud, yuk masuk.”

“Iya tuan silakan, saya akan menemui kepala pelayan Jhon terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi perekrutan pelayan baru.”

“Untuk apa kamu membutuhkannya Rud?”

“Untuk membantu ibu dari anak panti yang kemarin meminta diberi pekerjaan Tuan.” Jawab Rudi beralasan agar tidak ikut kena kultum pagi kakek bersama Devan.

Setelah puas dengan jawaban Rudi, Devan melanjutkan langkahnya untuk menemui kakeknya. Alangkah terkejutnya Devan saat melihat bahwa kakeknya telah duduk dan menantinya di ruang tamu.

“Se.. selamat pagi kakek.” Sapa Devan tergagap.

“Pagi juga Dev, darimana saja kamu semalaman tak pulang, tak memberi kabar kepada kakek, kakek tahu kamu memang sudah sangat dewasa bahkan berhak memiliki urusan kamu sendiri, tapi tahukah kamu, hanya kamu keluarga yang kakek miliki, jika terjadi sesuatu kepadamu bagaimana cara kakek menghadapi hidup kakek yang tak lama lagi ini Dev?”

“Kakeek, mengapa berkata demikian, kakek akan baik-baik saja, dan berumur panjang.”

“Jika kamu mau kakekmu ini baik-baik saja dan berumur panjang, bawalah calon cucu mantu untuk kakek, apa kamu tak akan memberikan kesempatan kepada kakek tua ini untuk bertemu dengan cucu mantunya?”

“Kakeeekk, kakek tahu sendiri kan Devan tak mau mengurus masalah seperti itu untuk saat ini, Devan hanya ingin sukses dengan perusahaan yang ditinggalkan papa dan terus bersama kakek.” Ucap Devan sambil memeluk kakeknya yang masih dalam posisi duduk itu.

“Nak keinginan mu itu memang bagus, tetapi kamu juga harus mulai menata masa depan untuk pernikahanmu, usiamu juga sudah pas untuk berkeluarga, kakek juga sudah ingin memiliki kesempatan menimang cucu buyut diusia pendek kakek ini.”

“Baiklah Devan akan memikirkannya tetapi kakek tak boleh berkata usia kakek pendek, kakek akan terus bersama Devan.”

“Baiklah jika begitu kakek mau secepatnya kamu bawa calon cucu mantu kakek.”

BAB 3

“Neng sudah sampai tujuan.”

“Ahh iya pak, terima kasih, ini pak ongkosnya, dan lebihnya untuk bapak.”

“Terima kasih neng, tapi ini lebihnya kebanyakan lo neng.”

“Tak apa pak, rezeki untuk bapak.”

"Terima kasih banyak neng."

Braakk!!(suara pintu taxi yang ditutup oleh Ara)

Sedari tadi di dalam taxi hingga telah turun pun, Ara masih berpikir bagaimana cara menghadapi kakek dan mamanya jika dia dimarahi nanti karena tak pulang semalam dan pulang mengenakan kemeja pria. Ara berpikir mungkin jika kakeknya tak akan sebegitu marah dibandingkan dengan mamanya. Mungkin mamanya akan seperti singa tidur yang akan mengamuk saat diusik.

Melihat anak majikannya turun dari taxi Pak Udin segera membukakan pagar dan juga berpikir ada apa dengan nonanya, tapi enggan untuk bertanya-tanya karena bukan urusan dia.

“Selamat pagi non!” sapa security yang membukakan gerbang untuknya.

“Hhmm iya Pak.” Jawab Ara singkat karena dia masih memikirkan omelan mamanya nanti.

Sambil terus berjalan menuju pintu rumah. “Sudahlah hadapi saja, setelah mama mengomel nanti baru rayu-rayu lagi saja.” Monolog enteng Ara sebelum memasuki rumah.

“Ahh aman mama tak ada, aku harus segera masuk kamar agar selamat sedikit.” batin Ara.

Ketika hendak menaiki tangga menuju kamarnya, dari arah meja makan ada mama yang kebetulan melihat Ara datang.

“Berlian Aurora! Berhenti disitu!! Dari mana saja anak gadis semalaman tak pulang dan memberi kabar orang rumah?”

Belum sempat Ara menjawab, mama masih melanjutkan pertanyaannya.

“Baju siapa yang kamu kenakan itu, diimana bajumu saat kamu berangkat dari rumah Araa?”

“Apakah itu kemeja pria yang kamu kenakan, astaga Araaaaa!!” omel mamanya sambil berjalan mendekati Ara.

“Mama satu-satu pertanyaannya, Ara bingung mau jawab yang mana dahulu.”

“Kok kamu malah yang ngomelin mama.”

Dari arah taman samping rumah kakek berjalan perlahan dan berbicara menengahi kedua ibu beranak.

“Ada apa ini May, Ara??” tanya kakek.

“Ini lo pa Ara, semalam tak pulang juga tak memberi kabar, HP juga tak bisa dihubungi, dan sekarang pulang mengenakan kemeja pria.”

“Ini karena papa selalu memanjakan Ara dan terlalu memberi kebebasan kepadanya.” lanjut mama.

“Astaga Ara, apa betul yang dikatakan mamamu?”

“Iya benar kakek, tapi.. tapi Ara bisa menjelaskan apa yang terjadi kok kek, serius Ara enggak macam-macam kok, Ara masih menjaga nama baik keluarga.”

“Kakek, mama, coba yuk duduk dulu, akan Ara jelaskan selengkap lengkapnya.”

Kakek, mama, dan Ara akhirnya mereka duduk di sofa dekat meja makan dan Ara menjelaskan semuanya dengan ditambah bumbu-bumbu ala Ara agar dia tak kena marah mamanya.

“Lalu untuk kemeja yang kamu kenakan ini kamu ambil dari mana, masih ada bau parfum cowok juga ini Ara.”

“Ma, kan Ara belum selesai bercerita.” protes Ara.

“Dengarkan dulu Ara bercerita May!” sela kakek.

“Jadi begini ma, kek, setelah kejadian itu kan Ara jadi kayak orang mabuk, dan syukurnya Ara bertemu dengan pria baik disana, syukur juga dia meminjamkan Ara pakaian untuk berganti meski bekas dia pakai, Ara ganti uang kok kemeja ini, jadi bukan Ara tak tahu terima kasih kan kek.” Pungkas Ara meminta dukungan kakek.

“Tahu dari mana jika dia baik, kan kamu bilang kamu mabuk, apa sadar jika kamu tidak diapa-apakan pria itu??”

“A..Ara sadar kok ma.” Ucap Ara. berbohong, “Jangankan sadar, berbuat apa saja aku tak ingat. Maafkan Ara kek, ma.” batin Ara menyesal.

“Sudah-sudah May biarkan Ara masuk ke kamarnya dulu untuk membersihkan diri dan istirahat, dan kakek yang akan urus teman-teman Ara itu.” putus kakek.

“Terima kasih kakek, Ara sayang kakek.”

“Jangan terlampau senang dulu Ra, mulai sekarang kamu tidak mama ijin kan untuk keluar rumah tanpa persetujuan mama.”

“Dan untuk hukumanmu, mulai Senin depan kamu akan ikut mama ke perusahaan untuk belajar sedikit demi sedikit mengelola perusahaan, itu keputusan mama.”

“Baiklah May, jika itu maumu, papa akan dukung agar Ara menjadi wanita yang lebih baik lagi, bukan selalu menjadi gadis kecil yang suka pesta sana sini.”

“Kakeeeekk.” rengek Ara sambil menatap kakeknya.

“Kali ini kakek setuju dengan mamamu Ra, kali ini juga menurutlah, oke Ara cucu manis kesayangan kakek.”

“Baiklah, kakek mama Ara permisi ke kamar dulu.” pamit Ara.

Setelah kepergian Ara, kakek berdiskusi dengan Mayra, tentang bagaimana cara memberi pelajaran kepada para teman-teman Ara yang berani mempermainkan dan hampir merusak masa depan Ara.

Di dalam kamar Ara merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya, dan dalam pikiran yang berantakan. Dia merutuki kebodohannya dalam berteman, juga atas kejadian semalam.

“Mengapa aku sebodoh ini, mengapa aku tak sadar jika mereka baik denganku hanya untuk menjatuhkanku. Aku akan tetap membalas apa yang sudah mereka lakukan kepadaku dengan caraku tanpa sepengetahuan kakek dan mama.”

“Dan pria tadi siapa ya, mau-maunya dia membantuku padahal kesempatan untuk merusakku lebih besar, apa dia benar-benar kekurangan uang?”

“Aaahh sudahlah, lebih baik sekarang aku berendam air hangat dan melakukan ‘me time'-ku, naahh iya sambil menyiapkan mentalku untuk mulai ikut mama ke perusahaan.” Monolog Ara sambil berjalan menuju kamar mandi.

Untuk bidang akademi Ara memang pandai tapi untuk pergaulan Ara selalu dimanfaatkan oleh teman-temannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!