Dera Ananda Putri, gadis manis dari keluarga sederhana yang kerap disapa dengan nama depannya bersiap menuju ke lingkungan yang baru. SMA Satya Pelita, sekolah baru yang akan dia jalani mulai saat ini. Dera sudah melupakan kenangan lama akan sekolah lamanya, SMK Jaya Pemuda.
Hari pertama MOS di SMA Satya Pelita pun tiba. Dalam hatinya, Dera selalu berdoa agar hari-harinya di sekolah barunya bisa berjalan baik, tentunya lebih baik daripada yang dulu.
Dan sepertinya perlahan doa Dera terkabul. Baru hari pertama ia sudah mendapatkan teman. Seorang siswa laki-laki mengajak Dera berkenalan.
"Hai, boleh kenalan? Aku Dika Mahendra. Panggil aja Dika. Nama kamu siapa?" Dika menjabat tangan Dera.
"Oh, aku Dera Ananda Putri. Panggil aja Dera."
Perkenalan mereka membawa Dera dan Dika menjadi sahabat. Dika menjadi sahabat Dera satu-satunya. Dika pun menjadi teman yang baik untuk Dera meskipun Dika tahu Dera lebih tua dua tahun darinya. Bahkan seumuran dengan kakak laki-laki Dika yang bernama Dimas Mahendra. Memang seharusnya Dera sudah menginjak kelas dua belas tapi karena dia murid pindahan dari jenis sekolah yang berbeda, jadi harus mengulang dari awal kelas sepuluh sesuai peraturan sekolah itu.
"Dera, nanti pulang bareng yaa. Aku dah putusin gak bawa motor atau mobil dulu. Mending naik angkot aja. Kan jadi bisa bareng sama kamu. Habisnya kamu selalu nolak tiap aku mau anter kamu pulang." kata Dika.
"Dika, aku cuma gak mau ngerepotin kamu. Lagi pula aku udah biasa naik angkot. Kamu yakin beneran mau pulang naik angkot?"
"Kenapa gak?"
"Di angkot itu sumpek banget, Dika. Mesti panas-panasan pula. Kamu kan gak biasa."
"Kalo gitu mulai sekarang aku bakal biasain. Sahabat aku aja bisa, kenapa aku gak? Lagi pula jadi ada untungnya juga buat aku, Ra."
"Untung?"
"Ya. Selain bisa sama kamu, aku juga bakal irit ongkos bensin. Ya kan?"
"Astaga, Dika. Kamu nih ada-ada aja!"
Mereka pun tertawa bersama.
Dika dan Dera sekarang selalu pulang bersama. Dika juga selalu perhatian pada Dera. Dera selalu menceritakan keluh kesahnya pada Dika. Dika sudah terbiasa menjadi tempat curahan hati Dera. Ketika Dera menghadapi masalah berat di rumah, seperti biasa Dika yang menghibur Dera.
---
Siang ini di aula sekolah sedang ada acara sosialisasi. Semua siswa dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas berkumpul di aula tersebut.
"Dik, liat deh. Cowok itu keren banget yah?" seru Dera pada Dika.
"Yang mana sih?" tanya Dika sambil celingukan mencari orang yang dimaksud Dera.
"Itu, yang ada di barisan kedua dari depan, yang lagi ngobrol sama temennya yang pake kacamata. Itu loh, Dik." sahut Dera sambil menunjuk-nunjuk ke arah seseorang di tengah kerumunan.
"Oh yang itu. Aku kayaknya tau dia, dia kalo gak salah anak kelas dua belas A, namanya Kak David. Dia temen baik kakak aku, ya meskipun mereka beda kelas. Yah itu artinya dia juga seumuran sama kamu. Kenapa? Kamu suka dia?"
"Ehh, kayaknya iya deh. Hehe. Aku pengin banget kenalan sama dia." jawab Dera malu-malu.
Beberapa waktu berlalu. Dera makin hari makin mengagumi sosok David. Dimas yang merupakan kakak Dika sekaligus teman baik David juga mencoba ikut membantu Dera agar bisa dekat dengan David karena Dika memintanya.
Tak disangka, Dera dan David dipersatukan dalam sebuah olimpiade matematika antar sekolah. David mewakili kelas dua belas dan Dera mewakili kelas sepuluh. Sementara wakil kelas sebelas adalah seorang gadis bernama Yoshita. Namun, ada kejadian yang membuat Dera benar-benar patah hati. Dera melihat dengan mata kepalanya sendiri, David menyatakan cinta pada Yoshita dan mereka berdua resmi pacaran.
Dalam situasi yang Dera alami sekarang ini, tentunya Dika jadi orang pertama yang berusaha menghibur Dera.
"Dera, udah jangan sedih terus ya. Mungkin Kak David bukan yang terbaik buat kamu. Kamu pasti bisa dapet cowok yang lebih dari dia. Kamu itu cantik, pinter. Cowok di dunia ini bukan cuma dia, Ra." Dika berusaha menghibur Dera.
"Dika, tapi aku beneran suka sama Kak David. Apa jatuh cinta itu harus sesakit ini?" sahut Dera sambil terisak.
"Ya udah, kalo memang kamu tetep kekeh kayak gitu, aku janji bakal bantuin kamu dapetin Kak David. Aku bakal coba minta bantuan lagi sama Kak Dimas."
Dika tetap membantu Dera untuk mendapatkan David meskipun kemungkinan itu sangat kecil karena jelas-jelas David sudah punya pacar. Dimas juga membantu. Namun, seiring waktu berlalu, kedekatan di antara Dera, Dika dan Dimas justru membuat Dika dan Dimas tertarik pada Dera.
Ketika Dera berkunjung ke rumah Dika, ketegangan itu pun dimulai. Saat mereka berdua tengah bicara di kamar Dika, keluarlah pengakuan dari mulut Dika.
"Dera... Kamu masih mau berusaha dapetin dia?"
"Entahlah, Dik. Apa mungkin bakal ada keajaiban yang bisa buat keadaannya berbalik dan akhirnya Kak David juga suka sama aku?"
"Kamu seharusnya bisa dapetin cowok yang bener-bener cinta sama kamu."
Dika tiba-tiba memeluk erat tubuh Dera.
"Dika--"
"Dera... Aku tau ini mungkin agak aneh buat kamu, tapi aku sayang sama kamu. Lebih dari sahabat. Kita... Apa bisa kalo persahabatan ini kita ubah jadi hubungan yang lain? Maaf, Ra. Aku udah jatuh cinta sama kamu."
Dera begitu terkejut, ia melepaskan pelukan Dika.
"Dika? Maksud kamu apa? Kamu sahabat terbaik aku."
"Aku juga gak tau, Ra. Kenapa perasaan ini tiba-tiba harus ada di diri aku. Tapi Dera, gak ada salahnya kan kalo kita coba? Kamu jadi pacar aku, kamu lupain aja Kak David." mohon Dika pada Dera.
"Aku gak bisa Dika. Maaf, tapi aku gak cinta sama kamu. Aku gak punya perasaan itu buat kamu. Aku lebih suka sahabatan sama kamu karena kamu bener-bener sahabat yang baik, Dik."
Hubungan Dika dan Dera jadi makin berjarak semenjak Dika menyatakan cinta pada Dera. Mereka jadi canggung dan status persahabatan mereka sekarang ini tidak jelas.
•••
Suatu hari Dimas berkesempatan mengantar Dera pulang.
"Kak Dimas, makasih buat semuanya."
"Dera, gak usah sungkan sama aku. Oh ya, di luar sekolah gak usah panggil 'Kak' yaa! Kita kan seumuran."
"Iya... Eee... Dimas."
"Dera, akhir-akhir ini hubungan David sama Yoshita gak berjalan baik. Mungkin kamu punya kesempatan. Tapi kalo David gak mau sama kamu, aku mau kok."
"Maksudnya?"
"Iyaa... Aku serius Dera. Aku suka kamu."
Dera terdiam.
"Kenapa? Lebih baik kamu sama aku yang udah jelas daripada sama David. Ya kan?"
"Maaf Dimas. Tapi aku gak bisa."
Semenjak itu hubungan Dika dan Dimas sebagai kakak adik tidak berjalan baik. Dera memutuskan untuk menjauh dari mereka berdua agar tidak memperburuk keadaan. Entah bagaimana nasib persahabatan Dera dan Dika serta cinta Dera kepada David.
Beberapa bulan telah berlalu, Yoshita dan David ternyata benar-benar putus. Itu artinya mungkin ada kesempatan bagi Dera untuk mendapatkan hati David.
Pada latihan olimpiade matematika di hari kesekian, Dera akhirnya punya kesempatan berbincang dengan David.
"Hai Dera. Apa kabar?"
"Baik Kak. Kakak sendiri??"
"Aku baik juga. Oh ya, aku baru tau dari Bu Sesil pembimbing kita kalo ternyata kamu seumuran sama aku."
"Oh itu, iya Kak David."
"By the way, kalo boleh tau, ada apa di sekolah lama kamu? Kenapa kamu putusin pindah ke sini? Terlebih harus ngulang lagi dari kelas sepuluh."
"Eee. Maaf Kak, aku gak bisa cerita banyak ke Kakak. Tapi intinya aku sengaja pindah ke sini dengan harapan masa depan aku lebih baik dan semuanya berjalan lebih baik. Gitu Kak."
"Oh, emm... Maaf ya kalo aku malah jadi--"
"Gapapa Kak!"
Keduanya kini terdiam. Entah apa yang merasuki pikiran Dera hingga ia berani mengungkapkan perasaannya pada David.
"Kak David, maaf kalo aku lancang. Tapi... Aku suka Kakak, aku jatuh cinta sama Kak David."
David pun melongo seketika. Ia sungguh terkejut dengan apa yang didengarnya dari Dera barusan. Baru kali pertama ini ada seorang gadis yang berani menyatakan perasaan suka duluan pada dirinya.
"Ra, ini kamu serius? Apa aku yang salah denger ya?" tanya David masih tak percaya.
"Aku serius kok Kak. Maaf kalo kesannya agak gimana gitu. Tapi aku beneran suka sama Kakak bahkan sejak pertama kali liat Kak David di aula waktu itu. Karena aku tau Kak David udah putus sama pacar Kakak, aku pikir gak masalah kalo aku coba bilang ini ke Kakak."
"Jadi, ehm ini maksudnya kamu mau kita--pacaran?"
"Ehh, iya Kak. Itu kalo Kak David gak keberatan."
Setelah diam sejenak, David pun memberikan jawabannya.
"Ehm, Dera. Gini ya. Maaf Dera aku gak bermaksud nyakitin kamu. Tapi aku belum bisa sekarang. Maaf Dera!"
Keberanian Dera menyatakan cinta duluan ternyata harus berakhir dengan penolakan.
Dera patah hati. Namun, sekarang ia tak bisa curhat lagi ke siapa pun, termasuk ke Dika. Dika kini semakin menjauh dari Dera. Dera harus berusaha sendiri untuk segera move on dari David.
---
Pulang sekolah, Dera masih tetap berlatih untuk olimpiade matematika. Ketika bertemu David, Dera makin merasa salah tingkah. Namun, Dera tetap berusaha tenang.
Pulang dari latihan olimpiade, Dera naik bus sendiri.
Di dalam bus, tak disangka ia justru bertemu seseorang yang ia kenal.
"Ehm, kamu Dera kan?"
"Pak Al?? Iya, gak nyangka bisa ketemu di sini."
"Iya, udah lama kita gak ketemu. Apa kabar kamu?"
"Baik Pak. Pak Al gimana?"
"Saya baik. Kamu baru pulang sekolah?"
"Iya Pak."
"Dera, kamu mau ngobrol sama saya bentar?"
Mereka memutuskan untuk bicara berdua di taman dekat rumah Dera.
"Ra, kamu sekolah di mana sekarang?"
"Di SMA Satya Pelita Pak."
"Oh, saya tau tempatnya. Hm, kamu gak kangen sama temen-temen kamu di sekolah yang lama?"
"Eh... Gak tau juga Pak. Bingung..."
"Saya rasa mereka udah banyak berubah. Mereka pasti kangen sama kamu."
Dera hanya terdiam.
"Dera, apa kamu gak kangen juga sama saya?"
"Pak Al..."
"Kamu pergi tiba-tiba. Bahkan kamu gak pamit sama saya."
"Maaf Pak Al. Saya cuma pamit sama beberapa guru aja. Lagian kan waktu itu hari Jumat, Pak Al kan gak ada di sana. Ehm, Pak saya pulang dulu ya."
"Iyaa, saya anter sampe rumah kamu ya. Tapi jalan kaki juga. Hehe... Maksudnya saya temenin kamu sampe ke rumah."
"Gak usah Pak. Saya pulang sendiri aja. Udah deket juga kok dari sini."
"Ya udah kalo gitu kamu hati-hati yaa!"
•••
Dera kembali memikirkan Al. Al adalah guru mata pelajaran sastra di sekolah Dera yang dulu. Pria tampan dengan usia yang masih terbilang muda, 26 tahun.
Sosok Al yang berkharisma serta sikap ramahnya membuat ia menjadi idola para siswi, tak dipungkiri termasuk Dera juga. Dulu Dera sempat tertarik dengan mantan guru sastra-nya itu.
Entah yang dirasakan Dera itu memang rasa yang serius atau sebatas kekaguman biasa, Dera hanya merasa sosok Al mampu mencerahkan harinya, membangkitkan semangatnya saat hari terburuk sekalipun, dan perhatian kecil dari Al mudah membuatnya nyaman. Mungkin itu bisa diartikan memang 'jatuh cinta'.
Namun, dulu cintanya bertepuk sebelah tangan karena Al sudah punya pacar. Dera bahkan baru-baru ini melupakan semua tentang sang mantan gurunya itu.
Saat hari-H olimpiade matematika tiba, ternyata tempat acara itu di sekolah lama Dera. Di sana Dera bertemu Al lagi. Al dan Dera banyak mengobrol. Dera bahkan menceritakan tentang David pada Al. Al tampak kesal mendengar cerita Dera soal pria yang disukainya. Ada perasaan aneh yang bergejolak di hati Al. Obrolan mereka berakhir karena Dera harus meninggalkan tempat itu.
---
Al menyadari gejolak yang ia alami selama ini ternyata adalah rasa sayang yang begitu dalam pada Dera sehingga ia tak rela jika sampai Dera menyukai pria lain.
Al bertekad menyatakan perasaannya untuk Dera jika kelak mereka dipertemukan kembali.
•••
Takdir pun berbicara. Dera harus kembali ke sekolah lamanya untuk menyelesaikan babak olimpiade itu dan ia pun meraih penghargaan juara pertama.
Saat itu pun David memberi ucapan selamat pada Dera.
"Dera, selamat ya."
"Makasih Kak David."
"Ehm Dera, soal tawaran kamu yang waktu itu--aku, mungkin sekarang aku bisa terima permintaan kamu."
Dera terkejut.
"Eh, Kak David. Maaf, tapi aku gak bisa. Aku udah move on dari Kakak."
"Tapi Dera, aku... Dera tunggu!!"
Dera menolak David mentah-mentah. Ia sudah tak berminat mengejar cintanya lagi semenjak David menolaknya waktu itu.
Masih di tempat yang sama. Al bertemu lagi dengan Dera.
"Pak Al, kita ketemu lagi."
"Iya Dera. Oh ya, selamat ya buat kemenangan kamu tadi."
"Makasih Pak."
"Ehm Dera, kamu ikut saya bentar ya!"
Al mengajak Dera ke sisi gedung jurusan, tempat Al pertama kali bertemu Dera dulu.
"Pak Al, kita ngapain ke sini?"
Al menggenggam tangan Dera.
"Dera, saya mau tempat ini jadi saksi buat kita berdua. Dera, saya mau kita berdua bisa menjalin hubungan yang serius. Saya baru sadar ternyata saya jatuh cinta sama kamu. Apa kamu mau jadi kekasih saya?"
"Pak Al. Tapi kan Pak Al udah punya pacar."
"Saya dah lama putus sama dia. Gimana Dera?"
"Pak Al, sebenernya saya juga suka Pak Al dari dulu. Cuma saya gak berani ngomong karena saya tau dulu Pak Al udah punya pacar."
"Beneran Dera? Jadi?"
"Iya saya mau Pak. Saya juga sayang sama Pak Al."
"Dera... Makasih."
Al memeluk Dera dengan erat.
Dera dan Al berpacaran. Meski mereka jarang bertemu, mereka tetap bisa menjaga hati masing-masing. Mereka tetap menjaga komunikasi dan selalu memberi kabar kepada satu sama lain.
•••
Hari ini Al mengajak Dera berkunjung ke apartement-nya.
"Pak Al udah lama tinggal di sini?"
"Iya Sayang. Udah lumayan lama. Makasih ya, kamu udah mau mampir ke sini. Sering-sering aja. Biar bisa nemenin aku."
"Ah Pak Al, apaan sih? Aku kan gak mungkin tiap hari ke sini."
"Mau minum apa Ra?"
"Apa aja boleh Pak. Malah ngerepotin jadinya."
"Gapapa Dera. Santai aja kalo di sini. Ini minumnya..."
"Makasih Pak Al."
"Kamu sering-sering main ke sekolah lama kamu dong! Kita kan jarang-jarang bisa ketemu. Kalo perlu, gimana kalo aku jemput kamu tiap hari sepulang sekolah?"
"Aduh gimana ya Pak?"
"Sayang. Aku sayang banget sama kamu. Aku cinta sama kamu. Aku pengin kita bisa terus sama-sama selamanya. Jangan pernah pergi dari aku ya Sayang! I love you!"
Al tiba-tiba mencium bibir Dera.
"Pak Al...!!"
Dera terkejut sampai menjatuhkan gelas minumannya.
"Sayang, maaf yaa... Kamu pasti kaget ya?"
"Pak Al nih. Jadi tumpah kan minumnya."
"Iyaa, gapapa Sayang. Biar aku yang beresin."
Al sangat menyayangi Dera. Ia merasa telah menemukan separuh jiwanya yang selama ini ia cari-cari. Al tidak merasakan hal seperti ini saat bersama kekasihnya yang dulu.
---
Akhir-akhir ini Dera mengalami masa-masa sulit. Di rumah, Dera menjadi korban atas perkelahian orang tuanya. Dera makin frustrasi dan terpuruk. Permasalahan dalam keluarganya membuat Dera jadi berpikiran pendek. Ia pergi menemui Al di apartement-nya.
"Sayang, kamu kenapa? Apa semua baik-baik aja? Ya udah, sini masuk dulu yuk! Cerita sama aku, ada apa Sayang?"
Al mengajak Dera masuk ke kamar apartement. Saat itu Dera tak bisa berpikir panjang. Setelah menceritakan semuanya pada Al, Dera memaksa Al untuk melakukan hal yang tak seharusnya dengan dirinya agar ia bisa segera terlepas dari orang tuanya dan hidup bersama Al selamanya.
"Dera, apa yang kamu lakuin Sayang?"
"Ayo Pak. Pak Al sayang sama aku kan? Kenapa Pak Al gak mau lakuin 'ini'? Tolong Pak Al, biarin aku tinggal sama Pak Al. Aku capek. Bantu aku lepas dari semua itu Pak!"
"Dera Sayang. Sayang... Stop!! Sstt, dengerin aku dulu! Aku sayang kamu, iyaa Sayang. Aku mau lakuin 'itu' tapi gak sekarang. Nanti Sayang, setelah kita menikah dan resmi jadi suami-istri. Kamu gak boleh kayak gini. Kamu harus berpikir positif. Aku gak mungkin nyakitin kamu dan rusak masa depan kamu sekarang Sayang!"
"Pak Al, maafin aku Pak..." tangisan Dera semakin pecah.
"Iyaa Sayang, gapapa. Semua akan baik-baik aja. Udah ya. Kamu harus kuat. Aku akan selalu ada di sisi kamu."
Al memeluk erat Dera.
Jika ditanya, sebenarnya Al juga sangat menginginkan Dera. Selama ini ia harus sangat bekerja keras menahan hasratnya pada Dera karena mau bagaimanapun Al juga pria normal. Bahkan ia tak sabar ingin segera mengalami moment pernikahan yang indah bersama Dera. Namun, ia pun memikirkan bagaimana sedihnya Dera nanti jika ia merusak hidupnya sekarang sementara Dera pasti mengimpikan masa depan yang indah dengan segala pencapaian yang ingin diwujudkannya.
---
Waktu berlalu dengan cepat, Dera lulus dari SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Akhirnya ia punya ijazah SMA setelah melewati waktu bertahun-tahun. Dera ingin sekali melanjutkan kuliah di bidang sastra. Namun, sepertinya Dera harus mengubur dalam-dalam mimpinya itu.
"Pak Al..."
"Dera Sayang. Selamat ya buat kelulusannya. Kamu mau hadiah apa Sayang? Oh ya, habis ini mau kuliah di mana? Kuliah di kampus aku aja gimana?"
"Pak Al, aku gak akan kuliah sekarang ini."
"Loh, maksud kamu apa Sayang? Tapi dari dulu kamu pengin kuliah sastra kan? Sayang, aku bisa bantu, aku akan biayain kuliah kamu sampe selesai."
"Gak mungkin Pak Al. Aku gak bisa. Pak Al belum jadi siapa-siapa aku. Pak Al cuma pacar aku. Aku gak bisa terima apa pun dari Pak Al."
"Ya udah, kalo gitu kamu nikah sama aku sekarang! Setelah itu kamu berhak terima apa pun dari aku kan?!"
"Gak segampang itu Pak. Pak Al pikir aku cewek macem apa? Aku akan cari kerja. Aku akan kabarin Pak Al kalo aku udah dapet kerjaan. Pak Al gak perlu khawatirin aku."
"Dera... DERA TUNGGU!!"
Dera meninggalkan Al.
Al begitu bingung dengan sikap Dera. Niat Al sebenarnya baik, ia hanya ingin membantu Dera agar Dera bisa kuliah dan menggapai impiannya. Namun, niat Al itu justru akhirnya menciptakan kesalahpahaman antara mereka berdua.
Mungkin cara Al menyampaikan niatnya itu membuat Dera tersinggung atau merasa direndahkan. Kini Al membiarkan Dera sendiri untuk menenangkan pikirannya. Dera pasti butuh waktu untuk sendiri saat ini. Al tak mau membuat semua makin berantakan dan menjadikan hubungan mereka makin runyam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!