..."Mereka gak akan tau apa yang aku rasakan, karena mereka belum mengalaminya"...
Flashback :
Lixi seorang gadis kecil berusia 9 tahun yang baru menduduki bangku kelas 3 harus mengalami pelecehan secara sexsual, mengakibatkan trauma yang mendalam baginya.
"Ayo ikut kami sebentar"ucapnya lembut
"Kemana?"ucapnya polos
"Bermain, kau mau ikut kan?"ucapnya
"Mau-mau, aku mau ikut bermain"ucapnya penuh semangat
Mereka yang disana hanya menyeringai saling menatap satu sama lain. Yang terjadi selanjutnya adalah hal yang paling tidak bisa ia bayangkan, seharusnya ia tidak mengikuti perkataan mereka.
"Hiks, aku benci mereka!"ucapnya sesak
Walau begitu tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepadanya kecuali yang memang berada disitu saat kejadian tersebut terjadi.
Flashback of :
Bayang-bayang tentang kejadian tersebut terus menghantuinya hingga ia menginjak umur 16 tahun dan duduk di bangku kelas 10. Lixi gadis riang yang terus menerus berusaha agar terlepas sepenuhnya dari kejadian 7 tahun dimasalalunya. Umurnya yang hampir menginjak dewasa membuatnya sedikit lega, karena orang-orang yang melecehkannya sudah memiliki pasangan mereka masing-masing.
"Terima kasih Tuhan"batinnya
Ia tahu bahwa kesedihan tidak akan selamanya terjadi, pasti akan ada saat dimana kebahagiaan itu datang menghampirinya. Tidak, sudah saatnya bangkit dan melawan ketakutan itu. Cukup sampai disini trauma itu menghentikan langkahnya sejauh ini. Cukup sudah waktu yang terbuang sia-sia hanya karena menangisi hal itu.
Hari-hari terus berlalu, akhirnya trauma yang dialaminya sembuh total. Namun, sesuatu terjadi, ia melupakan hal yang paling penting. Bahwa ada satu kejadian saat ia duduk di bangku taman kanak-kanak, ia sempat dilecehkan, bahkan lebih parah daripada saat ia berusia 9 tahun oleh seorang laki-laki yang terobsesi dengannya.
"Halo semua kenalkan nama gue Lixi, senang bertemu dengan kalian"ucapnya sopan
Dengan kehadiran Lixi sebagai seorang yang ceria, membuat suasana dikelas terasa lebih hangat dan menyenangkan. Ditambah kecantikan yang terpancar dan otak yang cemerlang dalam dirinya, membuat siswa dikelas tak segan-segan dengannya.
"Ssssst, kepalaku pusing"batinnya
Tiba-tiba mendadak pandangannya buram dan menghitam.
Bruk
Ia pingsan saat upacara dilaksanakan. Bagaimana tidak, dengan cahaya terik matahari yang menyengat kulit, pengidap anemia pasti akan langsung pingsan karena silaunya. Datangnya anemia juga bukan tanpa sebab, dikarenakan ia yang tidak rutin meminum tablet penambah darah, serta mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi menyebabkannya anemia.
"Engg"ucapnya melenguh
"Bagaimana sudah mendingan?"
"Ya, terima kasih"ucapnya tersenyum tipis
Beruntung ada petugas UKS yang memang selalu bertugas menangani siswa yang sakit atau pingsan saat upacara. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Konsumsilah tablet dan makan makanan bergizi agar tubuhmu lebih sehat"ucap petugas UKS
Kemudian petugas UKS itu memberikan sebungkus tablet agar rutin meminumnya. Sebenarnya ia dirumah banyak tablet penambah darah, namun karena terkadang lupa meminumnya sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan, yang kini membuatnya harus mengidap anemia.
"Sekali lagi terima kasih"ucapnya membungkuk
Definisi kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda, seperti dirinya. Perhatian sekecil apapun membuatnya bahagia, karena hal itu ia merasa dihargai.
"Terima kasih kembali"ucap petugas UKS ramah
Setelahnya dari UKS ia segera kembali ke kelas, dan mengikuti kembali pembelajaran.
Mencoba dan membuka lembaran baru sepertinya tidak terlalu buruk.Memperluas tali pertemanan juga pasti akan menambah wawasan seperti sekarang, ia sudah menemukan teman baru. Sebelumnya ia tidak berinisiatif untuk berteman, hal itu menyebabkan ia kesepian karena jarang bersosialisasi, kecuali tentang masalah tugas.
Dan sekarang ia ingin menjadi gadis friendly yang mempunyai banyak teman.
"Bagaimana apa makanan disini enak"ucap Theresa teman baru Lixi
"Iya, rasa baru yang pertamakali gue coba"balasnya
Melanjutkan makanan yang sempat tertunda, mereka menikmatinya bersama-sama sambil terkadang bersenda gurau. Bukankah indah menemukan teman yang sefrekuensi dan sejalan dengan kita?, itulah yang sekarang dirasakan oleh Lixi. Sifat dari teman barunya hampir sama dengannya, membuat ia lebih leluasa untuk bercerita dan bertukar pendapat secara seksama dengan Theresa.
Karena terlalu asik mengobrol, tidak terasa makanan pun habis.
Setelah makan ia ingin minum namun, baru saja dia akan mengambil minuman, ada tangan seseorang yang memegang pergelangan tangannya.
"Kenapa?"ucapnya menatap Theresa
"Ambilin buat gue juga ya?"ucapnya menampilkan deretan giginya yang rapi
"Iya, ini juga mau gue ambilin"balasnya tak habis pikir
Tanpa disuruh pun pasti ia akan mengambilkan minum untuknya dan juga Theresa. Karena memang Lixi sudah terbiasa minum setelah makan, agar tidak dehidrasi.
"Bay the way, setelah ini pelajaran apa ya?"ucap Theresa sambil meneguk air minum
"Sejarah mungkin..."ucapnya menggantungkan perkataan
"Hm"ucap Theresa menimpali
Sambil meneguk minuman, mereka menikmati semilir angin sejuk yang menerpa wajah mereka.
Kring-kring
Bel berbunyi menandakan istirahat telah usai, mereka segera kembali ke kelas. Ditengah tengah pelajaran, Theresa membisiki Lixi.
"Lixi temani gue ke toilet bentar yuk"ucap Theresa langsung menariknya
Lixi menunggu di depan kamar mandi, beberapa menit kemudian Theresa tidak kunjung keluar. Apa yang dia lakukan?, kenapa lama sekali. Karena penasaran ia mengetuk pintu di depan kamar mandi sambil memanggil Theresa.
"Theresa, Theresa lo masih didalam?"ucapnya mulai khawatir
Tidak ada jawaban namun, setelah beberapa detik kemudian akhirnya suara Theresa terdengar.
"Iya sebentar perut gue sakit, em Lixi bisa minta tolong gak?"ucapnya menahan sakit
Seakan paham apa yang dialami temannya ia segera menuju UKS untuk meminta sesuatu yang dibutuhkan Theresa. Karena toilet laki-laki jaraknya dekat di samping toilet perempuan, ia sempat melihat seorang siswa laki-laki dari arah lapangan menatapnya intens. Tanpa memperdulikannya, ia kembali menuju toilet tempat Theresa tadi berada. Setelah apa yang dilakukan Theresa selesai, Lixi ingin mencuci muka.
"Tungguin gue"ucapnya memperingati
"Iya"balasnya
Mencuci muka dan mencuci tangan yang ia lakukan, setelahnya segera keluar. Namun, setelah membuka pintu, ia dikejutkan dengan seseorang yang berada tepat di depannya.
Dia orang yang menatapnya dari arah lapangan tadi.
"Hai baby kita bertemu kembali"ucap lelaki itu penuh arti
"Hng, maaf"ucapnya bingung
"Melupakanku hm?"ucapnya menatap lekat mata Lixi
"Melupakan?, apa sebelumnya kita pernah bertemu?, tapi sepertinya..."batinnya
Diamatinya laki-laki didepannya, sambil mencoba mengingat. A, sekarang ia tahu ternyata dia.
"Gotcha, bagaimana kabarmu baby"ucapnya tersenyum penuh arti
"Gue bukan baby lo"ucapnya tegas
"Call me Lixi"lanjutnya penuh penekanan
Kemudian ia segera pergi menuju kelas, tanpa tahu siswa laki-laki itu terkekeh melihat tingkah lakunya. Bagaimana bisa ia tidak tahu jika siswa tersebut adalah orang yang pernah melecehkannya saat di taman kanak-kanak. Siapakah dia?, padahal Lixi sudah pindah jauh untuk tidak bertemu kembali dengannya.
...🖤_______________💖...
...Lixi Vionaliza:...
...Theresa:...
..."Semuanya akan baik-baik saja, tetap tenang dan jangan tergesa-gesa"...
Setelah kejadian yang tak sempat diduganya, Lixi benar-benar khawatir sekarang. Ditambah sepertinya siswa itu juga bersekolah disini, membuatnya harus sering bertemu dengannya.
"Lixi, siapa dia?"tanya Theresa penasaran
Ia hanya menatap siswa itu sekilas, karena dari tadi dia terus melihatnya. Membuat risih tau gak?, apa tidak ada hal lain yang siswa itu lakukan selain menatapnya.
"Gue gak tahu"balasnya
"Loh, katanya kalian deket?"lanjutnya bingung
Sudah diduga pasti ini akal-akalannya, dengan membuat Theresa percaya kalau ia dan dia dekat. Percaya diri sekali, sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi.
Dari raut wajah Lixi yang tidak bersahabat, sudah bisa ditebak kalau dia tidak suka siswa itu. Sebenarnya juga salah dia sih, ninggalin Lixi di toilet bareng siswa yang tidak dikenalnya. Laki-laki lagi, kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bagaimana coba?. Padahal Lixi sudah mengingatkan untuk menunggunya.
"Sok kenal dia"ucapnya cuek
"Oh..."ucap Theresa merasa bersalah
Kring-kring
Bel berbunyi menandakan pembelajaran telah usai, waktunya pulang dan berkemas-kemas.
"Baiklah semua hati-hati di jalan, dan selamat sore"ucap guru
"Sore"ucap para siswa serempak
Semua siswa berhamburan meninggalkan kelas kecuali yang hari ini piket, jadi pulangnya terakhir. Lixi bagian mengepel sementara Theresa bagian menyapu.
"Udah selesai nih, gue buang sampah dulu ya"ucap Theresa
"Iya"balasnya
Lixi sekarang sendirian dikelas, dengan kegiatannya mengepel lantai.
Kriet...klek
"Apa yang lo__"ucapnya terkejut dan menjatuhkan pelnya
Bruk
Belum sempat menyelesaikan perkataannya siswa itu langsung mendorong Lixi ke meja di kelas tersebut hingga terbaring di atasnya.
"Awww, lo"ucapnya tidak bisa berkata kata
"Ssst, diam baby"ucap siswa itu serak
Dengan tanpa aba-aba siswa itu mencium bibir Lixi dengan rakus seakan ingin memakannya. Lixi yang terus memberontak tidak bisa berbuat apa-apa, karena tubuh yang terkunci dibawah kukungan siswa itu.
Lama-kelamaan siswa itu semakin menindih, membuat tubuh mereka menempel tanpa jarak. Bahkan dengan lancang tangan itu meremas pinggangnya.
"Siapa pun tolong aku"batinnya berdoa
Mendadak suara Theresa terdengar dari luar kelas ke telinganya.
"Lixi, Lixi lo udah pulang?"ucap Theresa mencari keberadaaan Lixi
Karena tidak ada jawaban, ia berfikir mungkin Lixi sudah pulang, pintunya saja sudah dikunci.
Theresa pun segera pulang tidak sabar ingin mencicipi masakan mamanya, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada temannya Lixi.
"Theresa..."batin Lixi mendengar suara langkah kaki menjauh
Perlahan air matanya turun membasahi pipi, sesekali terisak dalam ciuman siswa laki-laki diatasnya.
Beberapa menit kemudian siswa itu melepaskan ciumannya, lalu menatap lekat Lixi. Rambut yang berantakan, mata yang terlihat bersinar padahal berkaca-kaca akibat menahan tangis, dan bibir yang bengkak akibat ulahnya.
"Cantik hm"batin siswa tersebut
Tangan siswa laki-laki itu terangkat, lalu mengusap lembut pipinya. Tatapannya melembut seiring dengan isak tangis Lixi yang perlahan-lahan terhenti. Kemudian ia membantu Lixi bangkit untuk duduk. Setelahnya mengambil pel yang tadi dipegang Lixi, lalu melanjutkan mengepel kelas yang belum dipel Lixi.
Selesai lantainya bersih, ia mendekat ke Lixi, memeluknya erat dan mencium lembut puncuk kepalanya.
"Sehat-sehat ya baby"ucapnya menasehati
Keluar, satu kata yang ada dibenaknya sejak tadi. Kenapa tidak keluar dari tadi?, kenapa harus hal yang tidak senonoh itu yang dilakukan dia kepadanya. Kenapa dia harus datang kesini?. Lixi merasa harga dirinya diinjak-injak, bahkan nyaris merasa tidak ada harga dirinya.
Setelah kejadian dimana Theresa berfikir Lixi pulang meninggalkannya, Theresa sempat mendiami Lixi karena itu.
Bahkan ia tidak bicara ketika Lixi datang, biasanya ia akan menyapa Lixi ketika menghampirinya. Tetapi karena Lixi pandai membujuk Theresa, akhirnya ia mau bicara.
"Kemarin lo ninggalin gue sih"ucap Theresa kesal
"Ya sorry kemarin, gue ada urusan"ucapnya berusaha tersenyum
Sepenting apa sampai pulang ninggalin dia sendirian, tidak setia kawan sekali. Karena Theresa yang tetap kesal, ia memutuskan untuk mentraktirnya saja.
"Jadi, apa urusan lo?"tanyanya penasaran sambil mengunyah makanan
"Lo tahu?, privasi Theresa"balasnya tersenyum manis
"Ya ya ya"ucapnya mengejek
Greget memang kalau punya teman yang susah dibilangin, meladeni tidak akan ada habisnya. Pilihan yang tepat adalah diam tanpa berniat membalasnya. Lebih baik ia tidak menceritakan ke siapa pun. Karena pada dasarnya, walaupun Theresa temannya, tidak menutup kemungkinan hal itu akan terungkap. Jahat memang, tapi ia tidak ingin membebani Theresa akan hal itu. Cukup ia yang merasakannya, jangan sampai hal itu terjadi pada Theresa.
"Sudah Lixi, gue hanya bercanda"ucapnya terkikik geli akan ekspresi tertekan Lixi
Ya bercanda, Theresa kan hanya punya Lixi, satu-satunya teman dikelasnya. Dan Theresa adalah salah satu dari sekian teman Lixi yang selalu bersamanya.
Brak
"Aaaahk"teriak terkejut semua siswa yang berada di kantin
Entah apa yang terjadi mendadak datang segerombolan siswa. Salah satu siswa yang tadinya sedang makan dengan tenang, tanpa aba-aba langsung dibanting oleh salah satu dari mereka.
Kantin yang tadinya tenang mendadak riuh karena kedatangan mereka. Namun lain halnya dengan Lixi dan Theresa, mereka seakan tidak terganggu akan kedatangan mereka.
"Thanks traktirannya"ucap Theresa kenyang
"Iya sama-sama"balasnya
"Heh Lo berdua"ucap salah satu dari mereka
Lixi dan Theresa duduk membelakangi mereka agak jauh. Jadi, mereka tidak melihatnya.
"Habislah, sepertinya mereka berdua tidak tahu siapa mereka"batin semua siswa yang sudah tahu tentang mereka
"Hm ada apa?"ucap Theresa menoleh menatapnya
"Loh adik, ngapain lo disini"lanjutnya terkejut akan kehadiran adiknya ke sekolahnya
Adik Theresa juga sempat terkejut melihat kakaknya yang ternyata bersekolah di sekolah ini. Melihat tampilan adiknya yang urak-urakan, pasti akan tawuran. Dengan cekatan ia langsung berdiri mendekati dan menjewer sang adik sampai keluar kantin, bukannya sekolah malah tawuran.
"Aduh sakit kak"ucap adik Theresa kesakitan
Karena tidak tega melihat adik Theresa yang kesakitan dengan telinga yang sudah memerah, Lixi segera menegur Theresa.
"Hentikan Theresa adik lo kesakitan"ucapnya sambil menunjuk telinga adik Theresa
"Eh"adik Theresa tertegun melihat Lixi
"Halo apa kabar adik kecil"lanjutnya menyapa adik Theresa dan tersenyum ramah
Adik Theresa hanya diam sambil memandang wajahnya. Bahkan kakaknya yang tidak lain adalah Theresa, kebingungan akan tingkah laku adiknya itu.
"Jangan membolos kasihan kakak kamu, dia aja disini belajar mati-matian buat kamu, masa kamu enggak?"ucapnya menasehati sambil mengusap rambut adik Theresa lembut
Kring kring
"Sudah sana kembali sekolah, kalau sampai mama tahu, nanti lo pasti akan dimarahi"ucap Theresa memperingati
"Heh, cepat"lanjutnya menepuk pundak sang adik yang sedari tadi diam
"Hati-hati adik kecil"ucap Lixi melambaikan tangan
Theresa terkekeh mendengar ucapan Lixi yang dari tadi memanggil adiknya dengan sebutan adik kecil.
"Aneh tau gak"ucapnya lalu tertawa
"Iya juga ya"ucap Lixi merasa aneh dengan dirinya
Pada akhirnya mereka tertawa bersama-sama dengan keanehan Lixi. Sepertinya sejenak ia melupakan hal itu.
Tak tak tak
"Sudah tertawanya, cepat masuk"ucap guru BK
Karena terlalu lama mereka tertawa sampai lupa kalau tadi bel masuk sudah berbunyi. Setelah berpamitan mereka berlari menuju kelas.
Bruk
"Emps"mulutnya dibekap dengan tangan seseorang
Orang itu langsung menariknya ke sebuah gudang.
"Lepas"ucap Lixi memberontak
"Diam baby"tekannya
Terlepas tangannya, Lixi langsung merapihkan pakaiannya yang berantakan.
"Bisa gak sih lo gak usah deket-deket gue"ucapnya emosi
"Kenapa, apa kau terganggu?"balas laki-laki itu
Bukan lagi terganggu, bahkan dia telah melecehkannya. Hal itu mengingatkan akan traumanya yang susah payah ia sembuhkan.
"Sangat, bahkan kita tidak saling mengenal"ucapnya sesak
"Siapa lo hah!"teriaknya emosi
Hening beberapa saat hanya terdengar suara deru nafas menggebu-gebu dari Lixi. Ya benar, laki-laki itu paham akan posisi yang dirasakan Lixi. Bukan siapa-siapa namun bertindak lebih. Bagaimana ya?, rasa ingin memiliki lebih besar daripada membuatnya jatuh ke tangan orang lain.
"Baiklah baby..."ucapnya mengantungkan perkataan sambil mendekatkan wajahnya membisiki telinga Lixi
"Panggil aku... Xander"ucapnya deep voice lalu mencium telinga Lixi
"Xa-Xander?"ucap Lixi terbata-bata
"Yes, baby"ucapnya menggigit telinga Lixi sensual
...🖤_______________💖...
...Xander:...
..."Jauh didalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku ingin mengulang"...
Bisakah katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang. Rasanya ingin sekali aku pergi jauh tanpa diketahuinya. Bahkan aku merasa di awasinya setiap hari, tidakkah memiliki wajah yang sangat cantik itu berbahaya?.
Aku takut, bak seorang boneka aku diperlakukannya.
"Lixi jangan melamun, nanti kesambet lo"ucap Theresa membuyarkan lamunannya
"Lo kali yang kesambet"balasnya tak terima menoleh menatap Theresa sekilas, kemudian kembali menatap luar jendela
"Lo dibilangin ngeyel ya?"ucap Theresa tak mau kalah
Sudahlah ia tidak ingin meladeninya, moodnya benar-benar sedang rusak sekarang. Seandainya seseorang berada diposisi Lixi, entah senang atau malah takut yang harus dirasakannya. Theresa hanya bisa menghela nafas, keras kepala pikirnya. Sampai seseorang menghentikan gerakan helaan nafasnya.
"Lixi"seru suara seseorang yang ia kenal
Theresa melihat siapa yang datang, tetapi Lixi tidak bergeming atau pun menoleh sama sekali. Dengan nafas yang terengah-engah gadis itu menghampiri Lixi. Gadis cantik dengan mata seperti mata kucing dan pipi yang bulat tembam seperti bakpao.
"Kau dicari kak Xander"ucap gadis itu menetralkan nafasnya
Terserah ia tidak peduli, mau apa lagi dia?. Biarkan, ia ingin sehari saja tidak melihatnya. Lagipula kenapa sih gadis itu mau saja disuruh-suruh. Suasana menjadi canggung akan keterdiaman Lixi.
"Lo dicariin Xander tuh, eh ngomong-ngomong Xander siapa?"ucap dan tanya Theresa mencairkan suasana lalu menatap gadis itu
"A Xander itu emps"mulut gadis itu segera dibekap oleh Lixi
"Sepupu ya, sepupu gue"ucap Lixi membekap mulut gadis itu
"Oh sepupu"ucap Theresa mengangguk-anggukan kepala
Untung percaya, kalau tidak bisa panjang nanti urusannya, dan ia tidak mau jika harus menjelaskan. Gadis yang dibekap Lixi pun memberontak dan melepaskan bekapannya. Merasa kesal akan perbuatan Lixi yang seenaknya, gadis itu berniat ingin membalasnya. Apalah daya jika ia dibawah perlindungan Xander dan juga, Lixi adalah orang terfavoritnya sekaligus teman yang menurutnya paling baik.
"Xixixi"batin gadis itu senang
"Kalau dia siapa?"tanya Theresa menatap gadis itu
"Kenalin dia Helen"balas singkat Lixi memperkenalkan Helen
"Adik kak Xander"lanjut Helen menambah perkataan Lixi
Bermain sambung kata atau apa?, mereka kelihatan akrab.
Ya tidaklah, sebenarnya Lixi tidak suka melakukan itu. Namun, karena melihat kepolosan Helen, Lixi harus bersikap seolah menyukai kakaknya. Iya, faktanya adalah benar kalau Helen adalah adik dari Xander, laki-laki yang melecehkannya. Waktu pertama kali Xander memperkenalkan adiknya padanya. Helen sangat menyukai Lixi, bahkan ia sempat membuat kue buah kesukaannya, yang entah tau darimana.
"Ayo cepat ke sana, sebelum kak Xander datang kesini"ucap Helen teringat akan apa yang diperintahkan Xander
"Tidak bisa, sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai, bilang saja padanya aku akan menemuinya di roftoop nanti"balasnya penekanan
"Tapi..."ucap Helen sedih menatap Lixi berkaca-kaca
Ahkkk, kalau Helen bukan adiknya Xander, ia tidak apa-apa dekat dengannya. Tetapi masalahnya disini adalah, jika Helen semakin nyaman dengannya, pasti ia akan menyuruhnya untuk terus bersama Xander.
"Udahlah Lixi gak apa-apa, nanti gue izinin kok"ucap Theresa menengahi tidak tega melihat Helen
"Huft, ya udah ayo"ajaknya pasrah
Senyum yang sempat memudar kembali dengan senyum yang manis, sebelum sedetik kemudian berganti dengan seringai dari bibirnya, tanpa diketahui siapa pun.
"Gue duluan ya?, Theresa"ucapnya pamit
"Iya, hati-hati"balas Theresa menasehati
"Sampai jumpa Theresa"ucap Helen tersenyum manis kepadanya
"Ya sampai jumpa"ucap Theresa melambaikan tangan melihat kepergian mereka
Akhirnya mereka menemui Xander, dengan Helen sebagai penunjuk arah menuju tempat Xander berada, lebih tepatnya parkiran.
"Bisa tinggalkan kami berdua Helen?"tanyanya sekaligus perintah sambil terus menatap gerak-gerik Lixi
"Baik, kak"ucapnya sebelum pergi meninggalkan mereka berdua
"Masuk mobil"perintah Xander menyuruh Lixi memasuki mobil disampingnya
Tanpa menjawab ia langsung memasuki mobil.
Keadaan di mobil mendadak sepi karena mereka yang saling berdiam diri.
"Sini"ucap Xander tiba-tiba menyuruh mendekatinya
Lixi menoleh melihat Xander menepuk pahanya, pertanda ia ingin Lixi agar duduk di pangkuannya.
"Bagaimana harimu baby?"tanya Xander mengelus puncuk kepala Lixi sembari menatapnya
"Seperti biasa"balasnya santai memandang luar jendela
Perlahan tangan Xander menangkup pipinya, ia ingin saling bertatapan dengan Lixi. Tapi apa yang ia dapat?, Lixi hanya menatapnya datar. Tanpa ba-bi-bu Xander mencium seluruh wajahnya. Dilanjut dengan sedikit kasar ia menyerang bibir Lixi. Lixi yang mendapatkan serangan bertubi-tubi itu hanya diam mencengkram erat roknya. Jika melawan, ia takut hal lebih akan terjadi padanya.
Beberapa saat kemudian...
Dengan pelan Xander melepas ciumannya, sedangkan Lixi menyandarkan kepalanya di perpotongan leher Xander. Pipi yang memerah dengan nafas yang tidak beraturan, dan sedikit bekas darah di bibirnya. Manis, ingin sekali Xander tanpa henti menciumnya.
"Baby?"tanyanya memastikan
Hanya nafas yang beraturan yang ia dengar, Lixi tertidur di pangkuannya. Lelah?, iya Lixi sangat lelah sampai tertidur tidak tahan matanya ingin terpejam.
"Gadis manis"ucap Xander melihatnya lalu mencium keningnya lembut
Karena Lixi yang tertidur Xander memutuskan untuk membawa ke apartemennya, tempat yang belum pernah Lixi datangi. Jika saja Lixi tidak tidur, dia akan menghindari untuk dibawa ke apartemennya. Tempat yang paling menakutkan bagi Lixi, sebab mungkin hal-hal diluar nalar akan terjadi.
"Baby, ayo bangun"perintahnya mengelus punggung Lixi
Sedikit terusik akan hal itu Lixi agak menjauh darinya.
Tanpa Lixi tahu, itu sedikit melukai hati Xander. Dengan lancang tangannya menelusup ke bajunya dan mengelus perut Lixi pelan. Merasakan pergerakan disekitar perutnya, Lixi membuka matanya dan mencoba menyingkirkan tangan itu.
"Hm bagaimana ya, jika perut ini membesar?"ucapnya penuh arti sembari terus mengelus, tanpa terganggu akan tangan Lixi yang mencoba menyingkirkannya
Mendengar hal itu sontak pergerakan Lixi terhenti, ia tahu Xander sedang tidak main-main dengan ucapannya. Melihat sekelilingnya adalah sebuah apartemen, hal itu memudahkan apa yang akan dilakukan Xander padanya.
"Gadis penurut"pujinya mencium belakang leher Lixi pelan
Tentu itu membuat siapa pun meremang karenanya. Termasuk Lixi yang sekarang menahan geli karena apa yang dilakukan Xander. Lalu dengan cekatan, Xander menggendongnya ala koala menuju ruang makan.
"Mau apa hm?"tanyanya terkekeh gemas akan tingkah Lixi yang kebingungan
Bukan tanpa sebab ia kebingungan, hal yang membuat ia kebingungan adalah makanan yang tersaji, bukan makanan keseharian orang di kotanya.
"Jangan-jangan..."batinnya panik menatap Xander
"Yes baby"balasnya seakan tahu apa yang dipikirkan Lixi
...🖤_______________💖...
...Helen:...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!