NovelToon NovelToon

Married With A Stranger

Niat baik menjadi malapetaka.

"Pokoknya kalian harus menikah sekarang ini juga, panggil orang tua kalian kesini," kata salah satu warga yang mendapati Raisa dan Bryan saling tumpang tindih di bawah pohon yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.

"Apa-apaan kalian, saya tadi hanya menolong pria ini karena kakinya terperosok masuk lubang bukannya sedang melakukan hal yang tidak senonoh seperti yang kalian tuduhkan," sahut Raisa tak terima.

"Betul lagipula kami tidak saling kenal," timpal Bryan.

Raisa dan Bryan terus saja menjelaskan kalau mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh namun warga seakan tidak percaya dan perduli apa yang mereka lihat itu lah yang mereka yakini.

Semua berawal dari Bryan yang ingin mencari udara segar diluar, dirinya yang sedari tadi debat dengan papanya merasa pusing.

Saat melintasi sebuah pohon kaki Bryan melah terperosok dan sulit sekali untuk mengangkatnya sehingga Bryan berteriak meminta tolong dan saat bersamaan lewatlah Raisa, dia keluar juga untuk mencari udah segar karena habis debat dengan papanya.

Raisa yang tergerak hatinya, mencoba menolong Bryan hingga tanpa sengaja tubuh Bryan malah menindih tubuh Raisa dan saat itulah beberapa warga lewat dan menangkap basah mereka.

Kini mereka semua meminta Raisa dan Bryan untuk memanggil orang tua masing-masing karena malam ini juga mereka akan dinikahkan, meskipun nantinya pernikahan tidak sah secara hukum.

"Kalau kami nggak mau bagaimana?" tantang Bryan.

Semua warga tertawa saling pandang, hukum asusila di daerah mereka sangat kental jadi kalau ada yang melanggar maka mereka harus diarak sepanjang kampung tanpa busana.

Raisa dan Bryan saling pandang dan membayangkan mereka diarak dengan telanjang bulat.

"OMG, oh no," kata Bryan.

"Baik-baik kami akan menghubungi orang tua kami," kata Raisa yang takut kalau dirinya diarak mengelilingi desa.

Tak kurang dari tiga puluh menit orang tua Raisa dan Bryan datang, tanpa terduga orang tua mereka sudah saling kenal.

"Loh David," sapa papa Raisa.

"Loh Anton," balas Papa Bryan.

Papa Raisa dan Papa Bryan malah asik mengobrol dan ini membuat Raisa, Bryan dan warga memijat pelipis mereka.

"Para bapak, tujuan kalian dipanggil kesini untuk menikahkan anak kalian yang telah tertangkap basah melakukan tindak asusila disini," kata warga.

"Silahkan saja nikahkan mereka," kata Papa Bryan dan Papa Raisa barengan.

Raisa dan Bryan yang shock menatap papa mereka masing-masing.

"Papa!" teriak mereka barengan.

"Kenapa?" tanya Papa Raisa.

"Papa kok setuju sih Raisa menikah dengan pria ini," jawab Raisa.

Belum sempat menyahut jawaban anaknya, pemuka agama telah datang, warga meminta Raisa dan Bryan untuk duduk karena prosesi pernikahan akan segera dilakukan.

"Pa, tolong dong, Bryan nggak mau nikah muda, kuliah saja belum lulus masa iya sudah nikah," protes Bryan.

Papa Bryan hanya tersenyum dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebenarnya, Pak David papa Bryan sangat mencemaskan anak semata wayangnya, oleh sebab itu dia meminta Bryan yang sebelumnya kuliah di luar negeri untuk kuliah di tanah air.

Baru sampai di tanah air, David diajak papanya untuk menemui sahabat lamanya yang tak lain adalah papa Raisa, rencannya mereka ingin membicarakan perjodohan diantara Raisa dan Bryan.

Pak Anton dan Pak David memutuskan pergi ke villa mereka, dan membicarakan hal ini keesokan paginya namun siapa sangka Raisa malah bertemu dan langsung ingin dinikahkan oleh warga karena hal tidak senonoh yang mereka lakukan.

**********

Sah

Sah

Sah

Semua warga bersautan mengucapkan kata sah yang artinya kini mereka sudah resmi menjadi suami istri.

Setelah acaranya usia, Raisa dan Bryan diajak pulang oleh Pak David ke rumahnya, awalnya Raisa menolak namun Papanya pak Anton memaksa Raisa untuk mengikuti papa mertuanya.

"Oh God, kenapa nasib aku gini amat, ini semua gara-gara kamu, niat baik jadi malapetaka ya ini," oceh Raisa.

Bryan yang kesal dengan Raisa yang terus mengoceh menatapnya dengan tatapan maut.

"Hey kamu pikir aku senang gitu menikah, lihatlah diri kamu sudah jelek, pendek, suka ngoceh pula," sahut Bryan dengan kesal.

"Kamu tuh yang jelek, kamu dapat aku tuh anugerah la aku dapat kamu itu musibah," timpal Raisa yang tidak mau kalah.

Berbeda dengan pasangan pengantin pada umumnya, mereka menghabiskan malam pertama dengan debat dan saling olok, hingga mereka lelah lalu memutuskan untuk tidur.

Pagi berlalu dengan cepat, Raisa perlahan membuka matanya, bola matanya memutar melihat sekelilingnya begitu pula dengan memorinya yang mengingat kejadian semalam.

"Aku tuh berharap kejadian semalam itu hanya mimpi," ucap Raisa lalu beranjak dari sofa, ya semalaman dirinya memang tidur di sofa sedangkan Bryan tidur di tempat tidurnya.

Dengan langkah malas Raisa menuju kamar mandi, dia langsung saja membuka pintu kamar mandi dan ternyata ada Bryan di dalam.

Aaaaaaaaaaaaa

Bryan dan Raisa sama-sama berteriak.

Brak

Kemudian Raisa menutup pintu dengan keras.

"OMG, OMG. Mata aku, mata aku," ucap Raisa dengan menutup matanya yang baru saja melihat milik Bryan suaminya.

Bryan yang sudah selesai mandi keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Ngapain kamu masuk ke dalam kamar mandi?" tanya Bryan.

Belum sempat Raisa menjawab Bryan sudah menjawab sendiri pertanyaannya.

"Ah aku tau kamu pasti ingin mandi bersama aku kan supaya bisa melihat anu aku," jawab Bryan.

"Idih, amit amit jabang bayi aku ingin lihat anu kamu, lagian anu burik dibanggakan," sahut Raisa yang tidak terima dengan jawaban Bryn.

Bryan menjadi kesal karena miliknya dibilang burik oleh Raisa.

"Brengsek, coba lihat lagi bila perlu pakai mikroskop milik aku nggak burik sama sekali," timpal Bryan.

"Ogah, nih mata aku sakit habis lihat yang burik

-burik," kata Raisa lalu berlari ke kamar mandi.

Bryan yang kesal membuka koper miliknya dengan kasar lalu dia memakai pakaian dan pergi keluar untuk sarapan.

Di meja makan sudah ada papanya yang asik menikmati sarapan yang tersedia.

"Morning pa," sapa Bryan lalu duduk.

"Morning my son," balas Papa Bryan.

"Gimana malam pertama kalian?" tanya Papa Bryan.

"Malam pertama apaan," jawab Bryan.

"Pa, Bryan ingin pisah dengan cewek itu, Bryan benci banget sama dia," sambungnya.

Pak David hanya tertawa, dari benci inilah akan tumbuh sebuah cinta, sama seperti dirinya dulu. Awal menikah dengan mama Bryan juga tidak ada cinta sama sekali.

"Pernikahan bukan sesuatu yang bisa dipermainkan jadi jangan berbicara tentang perpisahan," ungkap Papa David.

Bryan mencoba meyakinkan papanya kalau dirinya tidak mencintai Raisa, dia ingin pernikahan ini disudahi saja mengingat usianya yang masih muda.

"Sudahlah Bryan jangan membantah, kalau kamu nekad ingin perpisahan maka papa akan menarik semua fasilitas yang kamu gunakan saat ini biar jadi gembel kamu," ancam Papa David.

Satu Kampus

Bryan mendengus kesal, dia sungguh tak habis pikir dengan sang papa yang tega melakukan ini semua padanya.

Kekesalannya bertambah saat melihat Raisa turun dengan memakai kaosnya.

"Kamu apa-apaan kenapa memakai kaos aku," protes Bryan.

"Ya mau gimana lagi daripada aku turun tanpa baju, lagian pelit amat sih! iya nanti aku kembalikan," sahut Raisa.

"Awas saja kalau sampai rusak," ancam Bryan.

"Lagian cuma dipake gini gak akan rusak," sahut Raisa bersungut kesal.

Papa Bryan hanya tersenyum melihat tingkah mantu dan anak semata wayangnya, dia yakin kalau bersama Raisa, Bryan akan menjadi lebih baik dan tidak terpengaruh para wanita diluar sana seperti kebiasannya di L.A Amerika serikat.

"Kamu mau makan apa Raisa?" tanya Papa Bryan mencoba menguraikan kekesalan Raisa.

"Roti saja om." Tangan Raisa mengambil roti dan juga selai.

Tanpa sengaja Raisa menjatuhkan selai coklat di baju Bryan dan ini membuat Bryan marah.

"Woy baju aku," teriak Bryan.

Raisa melirik Bryan lalu mengambil tisu.

"Slow napa sih, nggak usah ngegas. Lagian kan bisa dibersihkan, heran aku," gerutu Raisa.

Bryan melongo menatap Raisa, dia sungguh kesal dengan Raisa yang santai setelah mengotori kaos mahalnya.

"Itu kaos mahal, awas saja kalau rusak." Bryan lagi-lagi mengancam.

"Terus saja mengancam, berapa sih harganya heran aku," sahut Raisa yang tak terima.

"20.000 ribu dolar," ungkap Bryan.

Raisa yang memakan rotinya jadi tersedak mendengar harga kaos Bryan yang seharga rumah.

"Gila, beli kaos harganya mahal amat memang kaos kamu ada toiletnya," sahut Raisa dengan tertawa.

Papa Bryan juga ikut tertawa, inilah salah satu alasan kenapa papa Bryan meminta Bryan untuk pulang karena di L.A dia selalu menghamburkan uang untuk membeli barang yang nggak jelas.

Bryan hanya melirik tanpa merespon ucapan Raisa, menurutnya kaos itu tidak begitu mahal karena langsung ditandatangani oleh artis kesayangannya Justin Buber.

Seusai makan, Raisa pamit untuk kembali ke villa papanya tapi Papa Bryan melarangnya untuk pulang sendiri.

"Raisa pulang sendiri saja om," kata Raisa.

"Bryan sekarang itu suami kamu jadi sudah kewajibannya untuk mengantar kamu kemanapun kamu pergi," jelas Papa Bryan.

Bryan yang enggan mencoba menolak namun lagi-lagi papanya mengancam sehingga mau nggak mau dirinya pergi mengantar Raisa kembali ke vila orang tuanya.

"Halo pengantin baru," sapa papa Raisa setelah Raisa masuk ke dalam vila.

"Pengantin baru apaan, kita tuh bukan pengantin baru pa, lebih tepatnya dia tuh musuh aku sekarang," sahut Raisa dengan ketus sembari melirik Bryan sang suami.

"Lemes sekali mulut cewek ini, dia pikir aku mau apa menikah dengannya. Sudah pendek, jelek, hitam pula, heran sama papa ngebet banget jadikan dia mantu," batin Bryan.

Raisa mencoba protes dengan papanya dia ingin berpisah dengan Bryan namun sama seperti papa Bryan, kalau Raisa bersikeras untuk pisah maka semua fasilitas yang dia gunakan saat ini akan diambil.

Raisa hanya bisa pasrah dan mencoba menjalani hidupnya dengan Bryan dan mengatur strategi agar Bryan tidak betah dengannya.

Waktu terus berlalu, Bryan dan Raisa sudah kembali ke kota mereka, dan segala aktivitas akan di mulai.

Raisa adalah seorang mahasiswi semester tiga sedangkan Bryan mahasiswa semester tujuh yang sebelumnya sekolah di salah satu universitas di negara Amerika Serikat. Rencannya Bryan akan sekolah di satu kampus yang sama dengan Raisa.

"Pagi-pagi sudah rapi mau ke pasar ya," kata Bryan saat melihat Raisa sudah rapi dengan segala outfitnya.

Raisa menetap Bryan dengan kesal, pasalnya entah mengapa Bryan seakan cari gara-gara.

"Mata kamu soek, masa iya cantik gini mau ke pasar," protes Raisa.

"Ya kan emak-emak kalau ke pasar juga cantik-cantik, bedakkan lapis tujuh, bibir merah semerah darah, alisnya seperti ekor kuda, bulu matanya cetar membahana," sahut Bryan dengan tertawa.

Mendengar ocehan sang suami membuat Raisa mendengus kesal, Bryan sungguh menyebalkan sekali.

"Lucu," kata Raisa.

"Sinting, makin kesini kamu semakin nggak waras," sambungnya.

"Gimana mau waras kalau aku harus hidup dengan wanita seperti kamu," sahut Bryan.

Raisa yang tidak ingin pusing lebih memilih pergi dan segera berangkat daripada debat dengan Bryan.

"Om Raisa berangkat dulu," pamit Raisa.

"Kenapa nggak bareng sama Bryan?" tanya Papa Bryan.

"Males Om," jawab Raisa lalu berangkat.

Sebenarnya hari ini hari pertama Bryan masuk kampus dimana Raisa kuliah tapi Raisa masih belum tau kalau Bryan akan kuliah disana juga.

Sesampainya di kampus Raisa duduk di bangku dia pusing memikirkan nasibnya yang menurutnya paling sial.

"Kenapa sih hanya aku yang dapat kesialan paling sempurna seperti ini, nikah dengan orang asing yang menyebalkan sekali, masa depan aku suram kalau sama dia." Raisa bermonolog dengan dirinya sendiri di dalam hati hingga suara temannya membuat dirinya kaget.

"Apaan sih, ngagetin aja gak lihat apa orang lagi melamun," protes Raisa.

Rea dan Lala saling pandang lalu tertawa, mereka kemudian duduk di samping Raisa.

"Pagi-pagi melamun kesambet Lo," kata Rea.

"Aku tuh lagi memikirkan nasib masa depan aku bestie," sahut Raisa dengan lemas.

"Kenapa emangnya, masa depan sudah jelas kenapa masih kamu pikir," timpal Lala.

Raisa yang tidak ingin teman-temannya tau kalau dirinya sudah menikah hanya mengusap rambutnya dengan kasar.

***********

"Eh tau nggak ada mahasiswa pindahan dari luar negeri," kata Rea.

"Masak sih," sahut Lala.

"Iya La, aku tadi lihat dia dikerumuni banyak mahasiswi," timpal Rea.

"Kamu tau nggak gantengnya ga ada obat, level up, maksimal pokoknya," imbuh Rea.

Raisa mengerutkan alisnya penasaran dengan mahasiswa pindahan yang dikatakan oleh Rea sahabatnya.

"Penasaran aku seganteng apa sih," sahut Raisa.

"Kalau bagi kamu sih ya ga ada yang lebih ganteng dari Devan," tukas Lala.

Devan adalah gebetan Raisa sejak pertama kali kuliah namun Devan tidak menyukai Raisa dia mau dekat dengan Raisa hanya untuk memanfaatkannya saja.

Papa Raisa, Pak Anton tau kalau Devan hanya ingin memanfaatkan Raisa tentu melarang putrinya untuk dekat-dekat dengan Devan namun Raisa enggan mengikuti nasehat sang papa.

Dari sinilah dia bercerita dengan sahabatnya Pak David yang merupakan partner bisnisnya.

Sudah lebih dari tiga tahun Papa Raisa tidak pernah bertemu dengan papa Bryan dan kini mereka dipertemukan dalam sebuah proyek yang mereka kerjakan bersama.

Siapa sangka Papa Bryan juga mengkhawatirkan anaknya sehingga timbul niatan untuk menjodohkan mereka namun ternyata Tuhan meridhoi niat mereka dan menjodohkan anak-anak mereka terlebih dahulu.

Bryan yang lelah dan lapar pergi ke kantin untuk makan dan minum dan betapa kagetnya dia melihat Raisa juga ada di sana.

Tatapan keduanya saling pandang namun mereka tidak saling menyapa.

Seolah tidak ingin semua tau kalau mereka ada hubungan.

"Itu Lo mahasiswa barunya, lihatlah langsung dikerubungi mahasiswi," kata Rea yang turut ikut mengerubungi Bryan.

Raisa memegangi kepalnya yang tiba-tiba pening.

"Astaga burik gitu kenapa dibilang ganteng tanpa obat," batin Raisa.

Rumah baru

Bryan berjalan melewati Raisa, dia seolah tidak mengenal Raisa begitu pula dengan Raisa yang memalingkan wajah.

"Astaga, ganteng banget sih senior kita," kata Lala dengan tatapan yang terus menatap Bryan.

"Ganteng apaan sih La, burik gitu," sahut Raisa dengan ekspresi muak tak terima kalau Lala mengatakan kalau Bryan ganteng.

Lala mengerutkan alisnya, heran dengan Raisa yang mengatakan kalau Bryan burik, padahal dilihat dari manapun Bryan tetap tampan.

"Mata kamu soek Sa, dilihat dari manapun Bryan itu cakep," timpal Lala tidak terima Raisa mengatai Bryan burik.

"Mata aku normal mata kalian-kalian ini yang gak normal orang burik gitu dibilang cakep," pungkas Raisa.

Lala hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan temannya yang matanya tiba-tiba rabun sehingga tidak bisa membedakan mana yang ganteng dan burik.

Setelah makan Raisa dan teman-temannya masuk kelas karena hari ini ada jam kuliah.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa waktu pulang telah datang. Raisa, Rea dan Lala pulang barengan saat di parkiran mereka melihat Bryan sedang berbincang dengan Gilang yang merupakan senior di kampus.

"Lihatlah duo ganteng lagi ngobrol," kata Lala.

"Kalau kak Gilang memang ganteng tapi kalau sampingnya gak sama sekali," sahut Raisa.

"Kelihatannya kamu perlu periksa ke dokter mata deh, biar mata kamu normal sehingga bisa melihat orang ganteng dengan bijak," timpal Rea sambil terkekeh.

Lala tertawa keras sehingga menyita perhatian Gilang dan juga Bryan.

"Pelan napa La, lihat tuh mereka melihat kita," kata Bryan.

Bryan menatap Raisa dengan tatapan tak biasa, entah mengapa dia setiap melihat Raisa bawaannya pengen marah terus.

"Ayo kita pulang Gilang, males aku lihat cewek jelek, item dan pendek seperti Raisa," kata Bryan.

Gilang nampak heran, sejak kapan Bryan kenal dengan Raisa? perasan baru hari ini dia datang ke kampus.

"Kamu kenal Raisa?" tanya Gilang.

Bryan nampak kikuk, kelihatannya dia salah menyebut nama.

"Iya tadi dia nabrak aku dan tanpa rasa malu memperkenalkan dirinya padaku," jawab Bryan.

Tidak ada cara lain selain mengarang cerita untuk menutupi kalau memang dirinya kenal dengan Raisa bahkan tak hanya sebatas kenal.

Gilang adalah teman Bryan waktu SMP, dulu mereka sangat dekat kebetulan Gilang dan Bryan dalam fakultas yang sama.

Setelah mengantar Gilang, Bryan langsung pulang ke rumahnya dan saat masuk rumah papanya sudah menunggunya di ruang tamu.

"Mana Raisa?" tanya Papa Bryan.

"Mana Bryan tau pa, Bryan ini bukan baby sitter nya yang harus selalu menjaganya," jawab Bryan.

"Tapi dia adalah tanggung jawab kamu Bryan, dia itu istri kamu," sahut Papa Bryan

"Lebih tepatnya istri bohongan, mana mau Bryan sama Raisa pa, papa apa nggak lihat kalau Raisa itu jelek, pendek, item, ga kebayang gimana reputasi Bryan kalau jalan bersama dengannya," timpal Bryan.

Papa Bryan cuma bisa memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, entah bagaimana membuat Bryan mau menerima Raisa.

Di sisi lain, Raisa pulang ke rumahnya dan ini membuat pak Anton papanya kesal.

"Kamu kenapa pulang?" tanya Papanya.

"Apa papa ingin Raisa menginap di kampus?" tanya Raisa balik.

"Ya bukan di kampus sayang, kamu kan sudah memiliki suami ya seharusnya pulang ke rumah suami kamu," jawab papa Raisa.

"Suami jadi-jadian," sahut Raisa.

"Raisa ga mau pa sama si burik itu," sambung Raisa.

Papa Raisa hanya menggelengkan sungguh bingung dengan putri semata wayangnya.

Karena Raisa dan Bryan bersikeras untuk tidak mau mengakui pasangannya masing-masing dan menolak untuk tinggal bersama akhrinya Papa Raisa dan papa Bryan melakukan rapat paripurna untuk membahas anak mereka masing-masing.

Akhirnya papa Bryan dan papa Raisa membelikan rumah untuk Raisa dan Bryan, mungkin dengan begitu mereka bisa menumbuhkan rasa cinta di hati mereka masing-masing.

"Ya sudah besok aku akan ke rumah kamu untuk membahas hasil rapat kita kepada mereka berdua," kata Papa Raisa.

"Ok, kita harus buat mereka berdua saling jatuh cinta," sahut papa Bryan.

Keeoskannya sepulang dari kampus semua berkumpul di rumah papa Bryan, ada yang harus mereka sampaikan.

"Untuk Bryan dan Raisa kalian kan sudah menikah alangkah baiknya kalau kalian tinggal sendiri, nanti papa akan siapkan sebuah rumah untuk kalian," kata Papa Bryan.

"OMG, tinggal berdua dengan si burik om, eh Bryan," kata Raisa dengan kaget.

Mendengar Raisa memanggilnya burik membuat Bryan kesal.

"Burak burik, kamu tuh yang burik jelek, pendek dan hitam pula. Sebelum ngatain orang ngaca dulu," sahut Bryan.

Raisa juga tidak terima kalau dirinya dikatai Jelek, pendek dan hitam oleh Bryan.

"Sembarangan, kamu nggak lihat kalau body aku aduhai. Asal kamu tau ya, kulit aku tuh eksotis ciri khas wanita Indonesia," timpal Raisa.

Debat lagi debat lagi ya itulah yang dilakukan Raisa dan Bryan hingga para mengancam mereka.

"Pokoknya kalian akan tinggal bersama di rumah pemberian papa, siapa yang membantah fasilitas dicabut.

Seketika Raisa dan Bryan terdiam keduanya protes namun mereka tidak memiliki opsi untuk protes, opsi mereka hanya menerima keputusan dari sang papa.

"Baiklah, baiklah," kata Raisa dan Bryan dengan terpaksa.

***********

Seminggu telah berlalu hubungan Raisa dan Bryan masih sama, tidak ada peningkatan hubungan di antara mereka.

"Ini kunci rumah baru kalian, nanti sore kalian bisa pindah kesana," kata Papa Bryan.

"Besok saja pa," sahut Bryan.

"Ok tapi fasilitas kamu berkurang satu," sahut papa Bryan.

"OMG papa," ucap Bryan dengan frustasi.

Papa Raisa juga melarang Raisa untuk membawa mobil, menurutnya mobil Bryan sudah cukup karena dengan begitu mereka bisa berangkat dan pulang bersama.

Sore hari telah datang mereka semua pergi ke rumah baru Raisa dan Bryan.

Saat masuk rumah, Raisa protes karena tidak ada art namun Bryan segera menyahut kalau memang seharusnya mereka tidak menggunakan jasa art.

"Woy sembarangan terus kalau nggak ada art bagaimana?" protes Raisa.

"Ya kamulah kan kamu seorang istri," sahut Bryan.

Papa Raisa dan Bryan akhrinya menyetujui keinginan Bryan untuk tidak menggunakan jasa Art.

"Sepertinya yang dikatakan Bryan benar, dengan begitu kalian bisa kompak untuk melakukan pekerjaan rumah," kata Papa Bryan.

"Dan untuk kamu Raisa, mengabdi dan menurut pada suami ya, mulai sekarang kurangi debat antara kalian," sahut papa Raysa.

"Ya ya ya, baiklah," timpal Raisa.

"Tapi bohong," sambungnya dalam hati.

Selepas kepulangan Papa mereka, kini Raisa dan Bryan debat lagi untuk membahas art, memang sedari awal Bryan ingin membuat Raisa merasa tidak betah hingga akhirnya dia yang pulang dan menerima hukuman dari papanya.

"Oh Bryan kamu pintar sekali," batin Bryan dengan tersenyum licik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!