...Stella Vionaly....
"Ibu bakal pindahin kamu ke sekolah yang layak untuk kamu!"
"Maksud ibu apa? Kenapa harus aku yang di pindahin? Yang harusnya di salahin itu pihak sekolah lah, sekolah itu buat mendidik murid-muridnya. Ini malah angkat tangan, gak mau bertanggung jawab!"
"Yang salah kamu! Kamu terus bully anak-anak di sekolah, mau jadi apa kamu? Preman?!"
"Aku gak pernah ngebully, aku cuma kasih pelajaran aja sama tukang bully di sekolah aku. Gak ada salahnya kan?"
"Ibu tanya sekarang, apa bedanya kamu sama tukang bully?"
...Arumi Jeornali...
"Bu, tega banget yah. Masa Ibu tega buang anaknya sih? Rumi gak sudi pindah sekolah! Jangan paksa Rumi lagi!"
"Ibu seperti ini demi kebaikan kamu. Ibu gak mau merusak masa depan kamu, dengan kelakuan kamu ini yang semakin menggila!"
"Menggila? Harusnya Ayah intropeksi diri, malah nyalahin anaknya gitu aja!"
...Mutiara Naura...
"Jangan paksa aku buat masuk ke sekolah gila itu!"
"Kamu gimana sih? Ibu masukin kamu ke sekolah gila itu, karena kamu juga kan gila? Iya kan?!"
...Renila Vanila...
"Udahlah pindahin gue aja ke sekolah itu, gue udah gak kuat buat terus ngedenger omelan lo! Sakit telinga gue!"
"Gak bisa gitu Nila. Kamu harus tetap melanjutkan sekolah di tempat yang terbaik. Bukannya sekolah yang kumpulannya anak brandalan!"
...Yudistira...
"Mau kirim aku kemana lagi? Capek aku di oper sana sini"
"Mangkanya sekolah yang bener, ini malah jadi anak brandalan kayak begini!"
"Kalo gue brandal, gimana diri Ibu? Anak cerminan dari orang tuanya kan? Jangan salahin Yudis lah, salahin diri Ibu di masalalu. Kenapa dulu jadi anak berandal. Harusnya, Ibu itu ngerti lah kenapa aku jadi kayak gini? Kan Ibu juga pernah merasakan masa muda kaya aku ini"
...Suga Triotmojo...
"Hooaammm~"
"Ibu bakal pindahin kamu ke sekolah yang bisa buat pribadi kamu lebih baik lagi. Jangan nolak!"
"Hmmm~"
...Vixa Alexsandro...
"Mau apa sih kamu?! Bisanya cuma buat masalah terus di sekolah! Gaya udah gak jelas kaya gini, gak capek apa buat Ibu malu?!"
"Ibu ini gimana sih? Yang bikin malu itu bukan aku lah, tapi Ibu sendiri. Aku ini udah cakep, ngapain aku bikin malu Ibu. Harusnya, Ibu sadar. Ibu yang bikin malu aku, karena kelakuan Ibu yang murahan"
"Apa kamu bilang?!"
...Jimi Narata...
"Jimi. Sebenernya, mommy gak mau buat kamu pindah sekolah. Tapi, kali ini saja turuti Mommy yah"
"Mommy gimana sih? Mommy bilang kan aku ini udah gila yah? Terus kenapa Mommy pindahin aku ke sekolah gila itu? Aku nya tambah gila dong jadinya"
...Rami Jayasentosa...
"Oke, aku bakal pindah ke sekolah aneh itu. Aku tau kok maksud Ibu masukin aku kesana. Biar IQ aku ini tak tertandingi kan?"
"Nah, kan kamu tau tuh. Karena, kalo kamu sekolah di sekolahan terkenal kan kamu pasti banyak saingannya"
...Jije Hoperana...
"Capek aku denger terus permbacotan Ibu, meding kasih uang ke aku sekarang yang banyak. Aku bakal urus hidup aku sendiri sekarang!"
"Kamu!"
"Percaya kan sekarang kamu?! Dia tuh masih kesini makin buat aku kesal!"
"Ibu bakal kasih uang ke kamu, besok kamu pindah ke sekolah baru. Yang pasti sekolah itu bakal buat kamu lebih baik "
...Jinata...
"Oke oke! Gak usah ngomong, Nata udah tau!"
"Stella! Bangun! Nanti yang ada kamu telat ke sekolah baru kamu!"
"Stella bilang kan gak mau! Kenapa terus maksa sih?!"
"Angkat!" Ucap Ibuku menyuruh pak Regan dan pak Abo membawaku ke mobil.
Stella terus menolak, dan terus berusaha untuk tidak dipindahkan ke sekolah itu. Namun, mau bagaimana pun perintah Ibu lah yang paling penting bagi mereka berdua. Mau sebagaimana pun Stella terus membacot, itu akan percuma saja.
Mereka sampai di sekolah itu, kedua mata Stella tiba-tiba terbelalak melihat gerbang yang amat besar dan tinggi. Terlihat juga tulisan nama sekolah itu terpangpang jelas di depan mata. Yaitu, SMA Tanah Air Harapan Bangsa.
Agak aneh saat membacanya. Namun, sekolah itu amat besar dan megah. Bak istana, bukan sekolah. Stella mulai bersemangat, jika seperti ini mungkin dirinya akan mulai nyaman sekolah di tempat ini.
"Ikut Ibu!" Ucap Ibundanya. Lalu, Stella berjalan di belakang Ibunya dengan harapan sekolah ini akan lebih baik dari rumah nya sendiri.
Kita berjalan ke ruang kepala sekolah, dan ternyata bukan hanya aku saja yang baru saja dipindahkan. Ada sembilan anak lagi disana. Dengan wajah sudah amat sangat kesal, sambil menatap ke arah Stella.
"Baiklah, karena sudah berkumpul semua di sini. Saya lebih dulu akan membagikan seragam sekolah ini" Ucap kepala sekolah sambil memberi seragam sekolah.
"Saya akan memberi peraturan di sekolah ini, mohon untuk dengarkan baik-baik"
"Pertama, kalian harus bangun sekitar pukul 5 pagi. Dan jangan lupa untuk membersihkan tempat tidur kalian lebih dulu"
"Apaan nih?!" Kesal Yudistira.
"Yudis!" Tegur Ibundanya.
"Baik saya lanjutkan. Yang kedua, kalian hanya diberi waktu membersihkan diri selama 30 menit"
"30 menit?! Bu, jangan bercanda dong! Saya biasa mandi 2 jam!" Ucap Stella tak terima.
"Stella! Bisa diem gak kamu?!" Kesal Ibunda Stella.
"Mandi 2 jam, ngapain aja lo?! Ngehalu sambil berak?" Ledek Yudistira.
"Mending lo diem! Dari pada nanti gue kesel, gue jambak rambut lo sampe botak kinclong!"
"Stella!!"
"Ketiga, saat pembelajaran berlangsung. Semua ponsel di kumpulkan di kotak dekat meja guru"
"Masa di kumpulin! Masih mending kalo ulangan, masa bodo mau dikumpulin juga!"
"Reni...la..." Kesal Ibundanya.
"Keempat, pukul 20.00 waktu tidur kalian. Tidak keluyuran, jika tertangkap. Kalian akan diberi hukuman"
"Selagi gak ketauan masih bisa keluyuran kan?" Celetuk lelaki di sebelah Stella, dia Suga.
"Aw!!!" Teriak kesakitannya, akibat cubitan dari Ibunya.
"Kelima, dilarang berkunjung ke asrama lawan jenis"
"Keenam, kalian bebas menggunakan aksesoris apapun ke sekolah. Juga di perbolehkan untuk bermakeup disini" Seketika mereka tersenyum senang.
"Ketujuh-"
"Bu, gak langsung kasih aja kertas peraturannya ke kita?"
"Rami~"
"Kesel abis nya aku ini, Bu"
"Harus sabar~" Ucap Ibunya dengan lembut.
"Anak mommy ternyata" Celetuk Jinata.
"Ya anak Mommy lah, dikira gue dilahirin sama bapak-bapak? Bukan anak Mommy lagi jadinya" Balas nyelekit Rami.
"Ketujuh, kalian tidak boleh membawa hal-hal tak pantas ke sekolah ini. Seperti, benda tajam, rokok, dan hal lainnya"
"******?" Tanya Yudistira, membuat semua orang disana menatapnya dengan tatapan gila.
"Itu juga tidak diperbolehkan!" Tekannya.
"Emang udah gila sih lo" Ucap Stella dengan jelas.
"Sama lo juga kan?" Seketika ucapannya membuat Stella benar-benar sangat kesal padanya.
"Baiklah hanya itu saja, kalian boleh mengganti baju kalian terlebih dahulu" Seketika ketujuh laki-laki itu membuka bajunya di ruangan itu, membuat mataku ternodai.
"Tunggu, maksud saya ganti bajunya di ruang ganti. Bukan di ruangan saya"
"Lagian Ibu gak bilang, bukan salah kita dong"
Stella langsung menuju ke ruang kelas, dan ternyata ke sembilan dari anak tadi juga ada disana. Sudah duduk dibangku pilihannya. Hanya bangku barisan depan yang tersisa, dia benar-benar sangat tak beruntung. "Aishhh!!" Ucap Stella, sambil menyimpan tas nya di meja.
"Gimana kita tukeran bangku?" Ucap Stella pada laki-laki bernama Rami.
"Untung apa gue pindah ke tempat lo?"
"Lo kan pinter, lo gak mau kan terganggu dengan gue yang duduk di depan lo?"
"Tapi, gue ogah" Sudah tak ada harapan, aku harus menerimanya dengan lapang dada.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Selamat pagi bu!"
"Kelihatannya, banyak anak baru di kelas ini. Bagaimana kalian satu persatu memperkenalkan diri? Dimulai dari kamu" Ucapnya lalu menunjuk ke arah Stella.
"Nama gue Stella Vionaly, semoga kita gak akur yah" Sorakan bergemuruh terus terlontarkan ke arah Stella.
"Nama gue Arumi Jeornali, gue juga gak minat buat kenal sama lo pada"
"Nama gue Mutiara Naura, kalo lo mau jadi temen gue boleh. Tapi, gue gak sudi buat temenan sama anak miskin"
"Gue Renila Vanila, lo juga boleh temanan sama gue. Tapi, lo harus sanggup keluarin duit lo pada demi gue. Karena, gue suka duit"
"Gue Yudistira. Atlet basket, taekwondo, voli, juga renang. Tapi gue udah sold out. Karena, gue udah punya cewek"
"Gue males nih kaya beginian, lo pada punya mata kan? Liat aja name tag gue" Ucapnya sambil menunjuk name tag di seragamnya.
"Gue Vixa Alexsandro. Tipe cewek gue terlalu berat untuk kalian kaum wanita. Karena, tipe cewek gue jenny black pink"
"Gue Jimi Narata. Lo pada termasuk tipe gue, jadi lo bisa daftar untuk jadi pacar gue. Tenang aja, kita pacaran diem-diem karena sekolah ini punya peraturan aneh dan gak masuk akal, yang memang harus dilanggar"
"Rami Jayasentosa itu nama gue. Gue gak suka dengan suasana bising! Siap-siap lo pada abis di tangan gue"
"Gue Jije Hoperana, panggil gue Jije. Kalo lo butuh ke gue, jangan dateng ke gue. Karena, gue orangnya risihan"
"Gue Jinata. Udah itu aja, cukup, sekian, terimakasih"
"Baiklah, kelas ini sudah dipenuhi berbagai macam spesies murid yang luar biasa. Dan sekarang ditambah pula 10 murid yang amat masyaAllah sekali. Alangkah baiknya, saya memulai pelajaran saya bagaimana?" Ucapnya dengan gereget.
Satu setengah jam mereka melewati masa sulit mereka, belajar matematika. Yang memang sangat syulit sekali, untuk dimengerti. "Aaaa! Kepala gue pening banget. Lo bisa jelasin gak nomor ini ke gue?" Ucap Stella pada Rami.
"Yang mana?"
"Ini loh yang X Y X Y. Gue udah cari, kenapa hasil gue sampe 20 han yah? Sementara, di pilihannya cuma ada -1,1,0, sama 3. Lo jawabannya apa?"
"Jadi, lo mau tau jawabannya. Atau mau tau caranya?"
"Langsung jawabannya aja gimana?"
"Pikir sendiri"
"Yaudah, kasih tau caranya. Kesananya nanti gue yang cari, tapi lo jangan kemana-mana dulu sampe gue selesai kerjainnya" Rami hanya mengangguk-ngangguk.
"Awas aja lo kalo mabur!"
"Yaudah kasih tau gue gimana caranya?!"
Rami langsung memberi cara demi cara kepada Stella. Dengan sabarnya dia terus mengajari Stella dengan perlahan, hingga Stella mengerti. "Baik banget loh, makasih yah. Gue bakal teraktir lo nanti di kantin"
"Gak perlu, gue banyak duit"
"Idih! Sombong banget loh! Yaudah, lo traktir gue"
"Idih! Gak sudi"
"Pelit banget anjir! Jajanan kantin gak seberapa bagi anak horang kaya kayak lo"
"Kagak!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!