Freya Garlfried.
Itulah nama wanita cantik yang kini sudah berusia sekitar 23 tahun. Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia sudah lulus kuliah dengan gelar terbaik.
Kepintarannya berada di atas rata-rata dari orang biasa, membuatnya seakan merasa jika dunia ini seperti mainan ditangannya.
Sayangnya, ia tidak sebebas itu, ia tetap harus patuh pada ayahnya, Antonio. Itu karena ia tidak memiliki pilihan lain selain menurut dan patuh.
Freya mempunyai adik perempuan yang bernama Greta garlfried, dan adik laki-laki bernama Rocky garlfried, ibu Freya bernama Camilla garlfried.
Garlfried adalah nama besar keluarga Freya, lebih tepatnya itu sebuah marga baginya. Freya sejak kecil telah dilatih untuk menjadi agen khusus oleh Ayahnya.
Dan, kini Freya harus patuh pada apa yang ayahnya perintahkan, Freya tidak pernah tahu jika selama ini keluarganya tidak pernah sekalipun menganggap dirinya sebagai anggota keluarga garlfried.
George Clooney
George, adalah laki-laki yang amat sangat tampan, memiliki bola mata berwarna hitam pekat, dalam sekali tatap orang-orang seakan takut terhanyut dalam pesonanya.
Clooney, rasanya marga itu sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang yang ada dinegaranya. Seorang pengusaha yang bahkan perusahaannya itu sudah menempati posisi pertama di dunia.
Selain menjadi pengusaha, ada identitas lain dari George yang tidak diketahui banyak orang, dan itu hanya diketahui oleh orang yang ia percayai.
Memiliki seorang tangan kanan bernama Blecky yang jarang muncul karena suatu tugas penting. Sertat seorang tangan kiri bernama Donald. Apa yang George pikiran itu, seakan bisa membuat siapa saja merasa penasaran dengan apa yang ia pikirkan.
Dan Freya tidak menyangka, jika ia akan menjadi tawanan dari laki-laki bernama George Clooney.
Mampukah Freya terlepas dari jeratan laki-laki itu? dan apakah Freya bisa menemukan alasan ayahnya yang menjebaknya?
...****************...
Pada saat itu
“Freya, hari ini ayah minta kamu untuk membunuh seseorang,” ungkap Antonio yang lalu menunjukkan sebuah foto pada Freya, foto itu juga berisi tentang siapa orang yang harus Freya bunuh.
“Ayah, siapa orang ini? aku tidak pernah melihat orang ini?” tanya Freya saat ia melihat seseorang yang tidak pernah ia lihat. Padahal jika selama ini, ayahnya selalu menugaskannya itu untuk menyiksa orang-orang penting, dan tentu setiap orang yang akan ia siksa memiliki identitas tidak biasa.
Karena itu sesuai dengan permintaan dari klien ayahnya. Dan prinsip Antonio, siapa yang bisa membayar mahal maka akan mereka kabulkan apapun yang klien mereka minta untuk dilakukan, termasuk membunuh bila perlu.
“Kamu tak perlu tahu dia Freya, cukup bunuh saja orang ini, maka tugas kamu ini akan selesai. Dan seperti yang waktu itu kamu bilang, kamu bebas dan tidak akan ayah perintahkan lagi membunuh. Tapi selesaikan tugas ini untuk terakhir kalinya.”
Agen cantik, atau biasa disebut si mawar berduri, dengan kecantikannya yang memikat siapa saja, misi apapun yang ia lakukan akan berhasil ia raih dengan sangat mudah.
“Kenapa harus Freya yang membunuh? kenapa tidak Greta atau Rocky saja?” tanya Freya yang menyebutkan nama kedua adiknya itu.
Sejak kecil, Freya sudah dilatih untuk menjadi seorang agen khusus yang mahir, tapi setiap ia melakukan tugas yang ayahnya berikan, ia tidak membunuh orang-orang itu, melainkan ia membuatnya lumpuh atau menjadikan mereka sebagai orang yang tak berguna.
Membunuh ataupun menjadi agen khusus seperti ini bukanlah keinginannya, melainkan paksaan dari ayahnya. Freya tidak memiliki pilihan lain selain ia harus mematuhi itu semua.
Freya tidak memiliki keberanian untuk menolak apapun yang ayahnya inginkan. Sekalipun ia kini tidak ada bedanya dengan seekor anjing galak, yang akan menurut pada majikannya.
“Ayah hanya akan mempercayakan tugas ini pada kamu. Harus kamu ingat satu hal Freya! kamu harus membunuhnya jangan hanya sekedar membuatnya cacat, bunuh dia karena kamu sendiri yang nantinya akan menanggung akibatnya!” peringatan Antonio itu hanya Freya jawab dengan anggukan.
Selalu seperti itu, ayahnya akan selalu lebih menjaga kedua adiknya dibandingkan dirinya. Apakah itu karena dirinya yang paling tua jika dibandingkan kedua adiknya?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Flashback
Terlihat seorang anak kecil yang menatap polos pada jalanan. Ia tidak mengetahui jika dirinya itu akan dibuang oleh ayahnya sendiri.
“Turun!” perintah seorang laki-laki yang tak lain adalah ayah dari anak itu.
“Ayah kenapa?” tanya anak kecil itu dengan nada dan suara yang heran. Saat itu, anak kecil itu baru berumur sekitar 10 tahun.
“Kakek kamu sudah meninggal, jadi untuk apa ayah masih menampung kamu yang tidak berguna ini!”
“Ayah? apa maksudnya ini? apa ayah akan tega meninggalkan Freya sendiri di sini?” tanya Freya saat melihat ayahnya itu masuk ke dalam mobil begitu saja tanpa membukakan pintu untuknya.
Tanpa berkata apapun lagi, laki-laki yang tak lain adalah Antonio ayah dari Freya, ia langsung saja menancapkan gas. Seolah ia tidak peduli dengan tangisan anaknya sendiri.
“Ayah, jangan tinggalkan Freya ..., hiks Freya takut sendirian di sini. Tolong terima Freya lagi ayah ..., hiks ...,” Freya saat itu sangat takut, ia takut jika nanti ayahnya akan benar-benar meninggalkannya.
Karena kejadian saat itu, selama lebih dari tiga hari Freya bertahan hidup. Menjadi seorang pengemis, berlari ke tempat satu menuju tempat yang lain, itu ia lakukan demi menghindari para penjahat.
Freya memang anak yang pintar, tapi ia masih saja anak-anak. Di tengah hujan, Freya berusaha untuk bersembunyi dari sekelompok orang jahat yang akan menjadikannya seorang pengemis dan memerasnya, hingga ia akan diperlakukan layaknya ia seorang budak.
“Sudah tahu apa kesalahan kamu? apa kamu masih mau melanggar perintah ayah kamu sendiri? puas tinggal di tempat seperti ini?”
Freya menatap ke arah orang yang berbicara tadi, dan ternyata itu adalah ayahnya yang kembali.
Dengan semangat dan penuh rasa cemas, Freya langsung mendekati ayahnya. Ia meminta maaf serta mengakui kesalahannya.
“Ayah, Freya janji akan menuruti apa yang ayah mau, Freya tidak akan menolak perintah ayah.”
“Oke, karena kamu setuju, kamu harus terima jika aku latih menjadi seorang agen khusus untuk misi. Ingat satu hal, latihan yang kamu jalani nanti bukan hanya sebuah latihan untuk bertahan hidup biasa, tapi itu untuk persaingan antara hidup dan mati, tidak peduli jika kamu akan mati nanti, usahakan kamu selamat dalam pelatihan itu.”
Flashback end.
......................
Drttt
Bunyi ponsel Freya menyadarkan Freya dari mimpi buruknya itu. Ia lalu menatap ke arah ponselnya itu, dan ternyata kekasihnya Yoshua yang menelepon dirinya. “Iya ada apa Yoshua?” suara serak Freya terdengar karena ia baru saja bangun tidur.
“Aku ada di rumah kamu, ayo keluar! aku sudah menunggu kamu agar kita bisa makan secara bersama-sama.”
“Baiklah, aku akan turun,” Freya akhirnya langsung mematikan sambungan ponselnya itu.
“Kenapa harus mimpi itu sih?” tanya Freya pada dirinya sendiri.
Kenangan buruk yang mana berusaha untuk ia lupakan, kenangan itu juga yang menjadi alasan kenapa Freya menjadi agen khusus.
Meski setiap misi yang ia ambil tidak pernah merenggut nyawa targetnya, tapi kini justru ia diharuskan untuk membunuh targetnya.
Freya tak tahu, jika sebenarnya misi itu adalah hanya alasan untuk menyingkirkannya saja. Itu karena Antonia seolah merasa terancam dengan Freya karena suatu hal.
Malam harinya.
Freya yang terlihat hanya diam ditengah suasana makan malam keluarganya. Di sisi kanan seorang laki-laki tampan dengan wajah tegasnya bernama Youshua Farh, dari keluarga Farh, ia tengah makan dengan nyaman.
Youshua merupakan tunangan sekaligus kekasih yang Freya. Laki-laki itu juga termasuk anggota mafia Shadow.
“Kak Youshua, bagaimana misi Kakak hari ini?” tanya Greta Garfield, adik perempuan Freya, ia merupakan seorang adik yang memiliki rasa takut pada kakaknya, bukan karena hormat, tapi Greta justru memandang kakaknya sebagai monster.
“Ya semuanya itu berjalan dengan lancar, hanya ada sedikit halangan kecil,” jawab Youshua yang sepertinya hanya menganggap Greta itu sebagai adiknya sendiri.
Beda sekali dengan Greta yang berharap lebih pada seorang Youshua, ia yang sebenarnya juga seorang pemimpin perusahaan Farh, perusahaan keluarganya.
“Apa kamu mengharapkan jika Youshua mati?” pertanyaan menohok dari Freya karena tak suka dengan tatapan adiknya pada kekasihnya.
“Freya!” ibunya yang bernama Camilla Garfield mulai berkata dengan tegas.
“Saya hanya bertanya saja Bu, apa masalahnya dengan pertanyaan saya? haruskah saya hanya diam saja saat adik saya sendiri berniat untuk menggoda kekasih saya?”
Camilla diam saat mendengar ucapan Freya itu, tangan yang awalnya memegang garpu itu sedikit terkepal. “Dia adik kamu 'kan? tapi kenapa kamu justru sangat suka membuatnya takut?” Camilla menatap marah pada Freya.
“Saya juga anak Anda 'kan? jadi mengapa hanya Greta yang Anda sayang? lalu, kenapa Greta yang sebagai adik saya harus takut kepada saya yang merupakan Kakaknya?” nada datar dan acuh dari Freya mulai terdengar.
Meskipun Freya sangat menyayangi keluarganya tanpa mereka tahu, tapi keluarganya seolah selalu memperlakukan ia dengan berbeda, seakan dirinya tidak pernah dianggap dalam keluarga itu.
“Cukup!” Antonio yang dari tadi hanya diam mulai memperingati dengan tegas.
“Tidak bisakah acara makan ini berjalan dengan biasa? tanpa ada keributan ataupun hal yang menggangu? itu sangat membuat tak nyaman. Contohlah Rocky,” kata Antonio dengan nada tegasnya.
Sontak yang ada di ruang makan menatap ke arah Rocky semua kecuali Freya. Rocky memang anak pendiam dan tidak banyak bicara, ia selalu bersikap misterius dan terlalu pendiam.
Setelahnya acara makan kembali dilanjutkan.
...****************...
“Hey sayang, apa kamu akan menjalankan misi itu sendirian? membunuh seseorang yang tidak kamu ketahui dengan jelas identitasnya itu?” Youshua bertanya pada Freya yang kini sedang bersiap untuk melakukan misinya itu.
“Iya, tidak ada pilihan karena memang hanya aku yang dipilih untuk melakukan tugas ini,” kata Freya, ia lalu memoles bibirnya dengan warna yang gelap, seolah ia ikut berduka atas kematian dari korban yang akan ia bunuh malam ini.
“Kamu akan membunuhnya?” tanya Youshua yang langsung saja Freya jawab dengan anggukan tanpa berkata apa-apa.
“Sejak kapan kamu pernah membunuh? bukankah kamu hanya akan membuat mereka itu cacat atau hanya lumpuh saja?” aneh memang, padahal Freya adalah anggota terkuat dari semua anggota yang ada di mafia Shadow, sebagai laki-laki Youshua juga sedikit benci pada dirinya yang tidak bisa lebih baik dari kekasihnya sendiri.
“Iya, ini perintah ayahku. Setelah ini aku akan berhenti dari pekerjaan ini,” jelas Freya yang memang dari dulu tidak pernah ingin menjadi anggota dari mafia Shadow yang merupakan organisasi milik ayahnya sendiri.
“Kenapa? bukankah ini menyenangkan? kita bisa saja mendapat uang dengan jumlah fantastis hanya dalam sekejap.”
“Tidak Youshua, uang yang kita dapatkan tak akan pernah sebanding dengan nyawa kita,” jawab Freya yang kini memakai anting.
Entah kenapa, Freya yang tidak pernah memakai anting itu, justru kini memakai anting ditelinganya.
“Hey, tapi itu bukankah sepadan? selain itu, kita bisa dengan mudah menyingkirkan saingan kita,” Youshua kembali berkata, ia seolah mengingat jika lima tahun yang lalu perusahaan keluarganya hampir bangkrut, dan setelah ia memasuki dunia hitam ini, perusahaan yang awalnya akan bangkrut kembali bangkit lagi.
“Tidak ada yang bisa digantikan dengan nyawa Youshua, sekalipun harta itu sangat banyak.”
“Tapi aku justru senang masuk ke dalam lingkaran hitam ini, itu hal yang sangat menyenangkan. Uang yang biasanya didapatkan dengan sulit, akan kita dapat dengan sangat mudah.”
Yoshua tidak tahu, jika sekalinya ia telah masuk ke dunia hitam, ia akan sulit keluar. Dan harga dari itu semua adalah penderitaan dan ketakutan yang tak berujung.
Dan Freya tidak ingin hal itu.
“Terserah kamu Youshua, yang terpenting aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu, dan aku harap kamu itu akan tetap baik-baik saja.” Karena di rasa jika Youshua tidak akan pernah mau berhenti membahas itu, maka Freya memilih untuk mengalah.
“Aku berangkat,” kata Freya yang mengusap rambut Youshua dengan sayang.
Setelah kepergian Freya itu, Youshua hanya diam. Ia menyentuh rambutnya yang sempat disentuh oleh Freya sebelum pergi.
“Wangi mawar yang khas seperti milikmu sayang,” kata Youshua dengan terus mencium tangannya itu.
”Andai saja jika kamu mengizinkan aku untuk bisa menyentuh kamu langsung, sayang sekali kamu itu memiliki prinsip yang basi bagiku.” batin Yoshua.
Wanita itu tidak akan melakukan hubungan diluar batas sebelum menikah, dan Youshua hanya bisa memegang tangan Freya saja.
“Membosankan! kenapa kamu sangat susah untuk didapatkan sayang,” kata Youshua memandang jauh. Tapi, saat ia mengingat jika banyak laki-laki yang memimpikan untuk bisa bersama dengan wanita itu, tiba-tiba Youshua tersenyum semangat saat ia ingat itu.
“Seingin apapun orang memiliki kamu, tapi hanya aku yang akan tetap memiliki kamu.”
......................
Sepanjang perjalan menuju lokasi, Freya terlihat diam dan berfikir. Entah kenapa ia justru mulai merasakan firasat buruk.
Seolah ia tidak boleh melakukan misi itu, ia seolah harus pergi dari ayahnya sebelum ia menyesalinya nanti, tapi Freya yang tak memiliki pilihan justru memilih untuk patuh pada ayahnya itu.
Tiba-tiba di tengah jalan, Freya melihat anak kecil yang sedang menangis. Ia entah kenapa merasa iba akan hal itu, meski berkali-kali ia menepis rasa iba yang ia rasakan itu.
“Freya, kamu bukan manusia berhati malaikat 'kan? jangan bilang kamu merasa kasihan pada anak kecil itu! dia yang bagai malaikat karena tak memiliki dosa, bahkan hanya untuk menyentuh tangannya saja kamu tidak pantas!”
Freya tahu jika anak kecil itu sangat bersih dan suci, mereka tidak memiliki dosa dan murni serta polos.
Freya tak sadar jika misi yang selama ini ia ambil adalah misi untuk bisa memberantas orang-orang yang penting yang tak bermoral. Dan kini, untuk pertama kalinya Freya tak menyelidiki lebih dulu latarbelakang dari orang yang akan ia bunuh.
Waktunya sangat terbatas.
Akhinya setelah hanya diam, Freya melihat jika ibu dari anak itu langsung memeluk anaknya seolah ia bahagia sudah menemukan anaknya yang sempat menghilang.
Melihat itu, Freya pun memilih untuk melanjutkan perjalanannya itu, ia pergi begitu saja.
Di tengah malam.
Saat ini waktu menunjukkan pukul dua dini hari, dan Freya yakin jika diwaktu saat ini, target yang akan ia bunuh sudah tertidur dengan pulas.
Dengan mengenakan pakaian hitam yang sangat tertutup, Freya berjalan mengendap-endap dengan pelan.
“Aman,” kata Freya yang berhasil melewati lorong yang satu ke lorong yang lain.
Di sepanjang lorong, banyak terdapat ruangan yang hampir sama, hal itu membuat Freya yang melihat sedikit pusing dan tidak tahu ia harus apa.
“Di mana kamar itu?” tanya Freya yang untuk pertama kalinya ia sedikit kebingungan.
Bagaimana Freya tidak merasa kebingungan jika saja ia tidak tahu jelas siapa orang yang akan ia bunuh, dan Freya juga tidak mengenal jelas letak kamarnya. Ayahnya hanya mengatakan dimana tempatnya saja tanpa memberitahu detailnya.
“Seperti ada hal yang ganjil,” ungkap Freya yang merasa sedikit heran. Ia seperti merasa suasana ditempat itu sangat amatlah sepi.
Tempat yang harusnya ramai dengan pengunjung dari banyaknya para pengusaha elite, justru tempat itu kini sangat sepi sekali. Bukankah ini aneh?
Meskipun merasakan hal yang sangat ganjil, tapi Freya yang merasa jika ia tidak memiliki pilihan selain maju, karena ia tak mungkin untuk mundur meski ia merasa ada sesuatu hal yang tidak aman.
“Ingat! lakukan tugas kamu dengan benar! jangan buat kesalahan! tuan tidak akan pernah mentoleri kesalahan yang kamu lakukan, sekecil apapun itu.” Dua orang pelayan yang sepertinya bukan pelayan biasa. Dengan seorang kepala pelayan yang seolah sedang menasehati pelayan baru yang kini sedang membawa nampan ditangannya.
Freya yang kini sedang bersembunyi, ia tentu hanya diam, menunggu kepala pelayan itu pergi dari sana.
Setelah kepala pelayan itu pergi, Freya melihat jika pelayan baru tadi hanya diam di depan ruangan yang seolah berbeda dari ruangan yang lain yang ada di sana.
Freya melihat jika pelayan itu gemetaran ketakutan saat kepala pelayan sudah pergi entah kemana. Dengan berusaha tenang, pelayan itu pun masuk.
...****************...
Prangg
Prangg
Tapi tak lama terdengar suara piring pecah, dan juga terdengar suara teriakan dari pelayan tadi, yang sempat masuk ke kamar hotel khusus.
“Tuan ampun, ampuni saya, saya benar-benar tak sengaja melakukan itu,” teriakan pelayan itu terdengar memohon dengan ketakutan.
“Keluar!” satu kata yang seolah bisa dipastikan jika itu suara dari seorang laki-laki.
Tak lama, Freya melihat jika pelayan itu langsung keluar dengan gemetaran serta penuh air mata. Memang tidak ada tanda yang memastikan jika pelayan itu sudah di siksa atau dilecehkan oleh orang yang ada di dalam ruangan itu.
Tapi tetap saja, Freya yang sangat tidak menyukai jika ada seorang laki-laki yang seolah menggertak wanita, ia malah semakin ingin membunuh laki-laki itu.
“Selama ini, para klien yang aku buat lumpuh dan tidak berguna adalah orang-orang brengsek yang tidak tahu mengenai aturan,” kata Freya sedikit mengingat-ingat.
“Dan karena ini pertama kalinya aku bisa melihat secara langsung seorang yang menggertak wanita, sebagai gantinya bukankah kamu harus segera mendapatkan balasannya langsung,” kata Freya dengan senyum dingin.
Tanpa berkata apa-apa, saat dirasa aman, Freya mendekati ruangan itu. Beruntungnya ia memiliki sebuah ingatan yang sangat tajam, meski ia hanya melihatnya dari jauh dan hanya sekali, tapi ia bisa mengingat jelas kata sandi yang kepala pelayan itu tekankan pada tombol yang ia lihat.
Rumit sekali rasanya kata sandi itu, makanya, jika orang biasa mungkin tidak akan bisa mengingat itu dengan sangat jelas, dan karena tadi orang yang memencet sandi itu adalah kepala pelayan, wajar saja jika ia mengingatnya.
Sepertinya kepala pelayan itu telah bekerja sangat lama. Ia bahkan mengingat jelas sandi rumit itu.
...----------------...
Ting
Bunyi pintu yang terbuka.
Sedikit terkejut dengan bunyi itu, karena Freya yakin jika orang yang di dalam sadar akan kehadirannya.
“Ada apa lagi?” suara dingin yang bisa saja langsung membuat merinding, tapi di saat bersamaan suara itu terdengar bagai sebuah melodi.
Entah, seakan suara itu terdengar memiliki kekhasanya sendiri dari laki-laki itu.
Kini Freya hanya diam, ia tidak bergerak sama sekali, seolah sedang berfikir. Pantas saja jika pelayan tadi merasa ketakutan, jelas tuannya ini sedang marah.
Laki-laki itu sangat amat tampan, dengan wajah yang tak tersentuh, walau terlihat hanya dari arah samping. Laki-laki itu kini terlihat sedang mengelap tangannya dengan tisu hingga beberapa kali, seolah laki-laki itu kini sedang membersihkan kuman yang bagi dirinya sangat menjijikkan.
“Apa pelayan tadi menyentuh tangan tuannya itu tanpa sengaja?” pikir Freya, entah karena pelayan tadi tak fokus atau karena gugup. Hingga dia bisa sampai menyentuh tangan tuannya.
Terbukti dari piring yang berceceran, seolah itu karena keteledoran pelayan tadi yang tidak fokus.
Merasa tak ada yang beres, laki-laki yang bernama George itu memilih untuk berbalik. Ia lalu menatap ke arah Freya yang terlihat masih terpaku.
“Apa ada tikus lagi yang masuk ke sini?” sinis lelaki itu, ia terlihat santai sekali padahal tahu jika orang itu adalah orang yang berbahaya untuk dirinya.
Freya yang dipanggil dengan sebutan tikus, tentu ia merasa kesal dan tidak terima. Tanpa berkata apa-apa, Freya langsung berjalan dengan langkah cepat.
Seolah Freya tidak menampakan kakinya langsung, hingga suara kakinya saja tidak terdengar.
“Tuan, apa Anda tidak merasa takut mati?” sinis Freya, ia kini menahan kedua tangan laki-laki itu dengan secepat kilat, pisau tajam yang ia bawa berada tepat dileher laki-laki itu.
“Sedikit saja Anda bergerak, Anda akan mati!” kata Freya yang terdengar mengancam. Ia semakin kuat mencengkram kedua tangan laki-laki itu seolah ia sedang menguncinya.
“Heh, rupanya pembunuh yang dikirim hari ini bukan orang biasa,” sinis George Clooney.
George yang seolah sudah terbiasa dengan ada banyaknya pembunuh yang ditempatkan untuk membunuhnya, hingga laki-laki itu merasa bosan dengan para musuh yang terus saja mengirim pembunuh bayar untuk bisa membunuhnya.
“Apa Anda benar-benar sedang menantang saya? Anda ingin agar saya membunuh Anda langsung?”
Freya terdengar mengeluarkan nada mengancam yang terdengar tak main-main. Hingga aura yang selalu ia sembunyikan itu muncul, aura itu adalah aura membunuh penuh ancaman.
Padahal Freya yakin, jika tanpa mengeluarkan aura membunuh itu, orang yang akan ia lumpuhkan itu akan merasa takut. Tapi di depannya kini, laki-laki yang terlihat amat sangat tampan itu, seolah tidak pernah memiliki rasa takut apapun.
“Apa kamu mengancam saya?”
Krekk
Akhh!!
Srettt
Gerakan itu terlalu tiba-tiba, hingga Freya yang tak sadar jika dirinya itu lengah. Kini laki-laki itu malah berhasil mengarahkan pisau miliknya ke arahnya, dan itu dengan tangannya sendiri yang sedang laki-laki itu pegang.
Ini terlalu gila bagi Freya!
Ia yang dijuluki si mawar berduri tak terkalahkan, dan untuk pertama kalinya ia berhasil dikalahkan, dan itu oleh laki-laki yang ada dihadapannya ini.
“Anda curang!” entah kenapa kata itu yang justru keluar dari mulut Freya yang tak pernah mengira akan kalah seperti ini.
“Curang? apakah ada hal yang namanya curang dalam mempertahankan nyawa?” ledek lelaki itu dengan nada sinisnya.
Padahal Freya yakin jika ia sudah memegang kedua tangan laki-laki itu dengan erat, ia juga mengunci gerakan laki-laki itu agar tidak bisa untuk melawan. Tapi nyatanya?
Freya justru kalah hanya dalam sekali gerakan.
“Aku akan melepaskan kamu, tapi dengan satu syarat.”
George menatap dalam ke arah Freya, seolah ia terlihat sedang menguliti Freya hanya dengan tatapannya saja.
Padahal Freya itu sangat yakin jika laki-laki itu memiliki penyakit OCD parah. Tapi ia tiba-tiba memegang tangan serta rambut panjang Freya, seolah ia sedang memastikan sesuatu dengan pasti.
George langsung menyentuh wajah Freya hingga wanita itu merasa risih dan tidak suka akan hal itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!