assalamualaikum..👋👋 pembacanya otor. ini otor punya novel baru...
dalam novel ini menceritakan, tentang salah satu kerajaan Nusantara. namun, disini otor hanya meminjam nama kerajaan nya saja, atau nama tempat..hehehe...
selebihnya, itu adalah karangan semata. di cerita ini juga, otor tidak akan membahas mengenai kerajaan itu sendiri. karena otot tidak tahu sejarah nya. hehehe... 😁😁
selamat membaca dear..😘😘😘
***
Disalah satu kerajaan di Nusantara yang dikenal dengan Kerajaan Maja pahit. Ada salah satu keluarga yang hidupnya terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Dahulu nya, mereka adalah keluarga dari golongan bangsawan.
Namun karena penyakit, yang dianggap adalah kutukan, atau kita kenal dengan penyakit kusta, yang dialami oleh anak-anak mereka, para warga mengusir mereka dari khalayak ramai. Sehingga mereka menetap di pinggir desa yang berdekatan dengan hutan.
Sementara, kehidupan di kerajaan Majapahit ini, masih mengandalkan hasil hutan bagi rakyat jelata, dan para bangsawan, mendapatkan hasil dari usaha-usaha berniaga dan juga lainnya.
Harta yang paling utama di kerajaan ini adalah, kereta kuda, pengusaha dan petani gandum. Karena, gandum merupakan makana pokok di kerajaan ini. Sementara daging juga merupakan harga paling mahal, kerena sulit di dapat.
Biasanya para warga akan pergi berburu ke hutan untuk mendapatkan daging dan menjualnya. Sementara para rakyat jelata, mereka bergantung pada hasil hutan dan alam sekitar. Walaupun para warga memiliki tanah ber hektar-hektar luasnya.
Namun, mereka hanya tau untuk menanam gandum.Walaupun Sementara untuk mendapatkan bibit gandum sangat sulit karena cukup mahal.
***
padahal, anak-anak ini sudah akan menikah. mengingat umur mereka sudah cukup untuk menikah. namun karena penyakit ini. tak ada satupun yang mau menikah dengan mereka.
saat ini.
terlihat seorang gadis yang bernama Gayatri Rumi. ia sedang terbaring lemah tak berdaya akibat terlalu tertekan dengan masalah keluarga nya ini. ia tertekan, karena para warga selalu menghina mereka, dan mengatai mereka dengan kasar. walaupun begitu, keluarga mereka tetap menyayangi satu sama lain.
saat Gayatri masih terbaring. tiba-tiba saja, ia membuka matanya dan melihat sekitar nya. ia langsung terkejut.
ya. seorang manusia dari zaman modern berpindah jiwa ke tubuh gayatri rumi setelah mengalami insiden kecelakaan kerja. namanya adalah Rumi Amelia . dari keluarga terpandang dan kaya raya. namun ia lebih memilih untuk menerapkan ilmu pertanian, karena begitu senang nya berbaur dengan alam.
"hah... dimana aku Sekarang ?. kenapa nuansa ini, seperti rakyat jelata." batin nya.
tiba-tiba, seorang anak laki-laki remaja masuk kedalam rumah itu dengan di penuhi oleh penyakit kustanya. ia melihat Gayatri telah siuman. dengan raut wajah senang, ia tidak mendekat. karena badan nya sangat bau.
"Gayatri, kamu sudah bangun. kakak sangat senang. kamu pasti mencari ayah dan ibu kan. mereka sedang pergi ke hutan untuk mencari beberapa tumbuhan yang bisa di makan." terang nya. sementara Rumi menjadi bingung sendiri. namun ia tidak merasa jijik melihat tubuh kakaknya badiran seperti itu.
"kamu masih lemah ya dek. kalau begitu, kakak siapkan makanan untuk mu." ucapnya langsung berlalu dari sana. selepas badiran keluar dari gubuk itu, Tiba-tiba, Rumi merasakan sakit di kepalanya. segelimpangan bayangan pemilik tubuh mulai berputar di kepalanya.
"pergi kalian dari kampung ini.!! kalian hanya akan menyebarkan penyakit kutukan itu. entah apa yang sudah kalian lakukan, sampai Dewata mengutuk kalian." ucap salah seorang nenek di desa yang berdekatan dengan kerajaan itu.
dan masih banyak lagi ingatan-ingatan lain nya, yang terus berputar di kepalanya. bayangan itu memberikan ingatan pada Rumi Amelia yang saat ini sudah mengambil alih tubuh Gayatri Rumi.
ingatan itu berputar bagaikan film, dimana kejadian ia hidup menjadi bangsawan, sampai akhirnya di usir dan berakhir di tempat ini. namun ia cukup senang, karena keluarga mereka saling menyayangi. saat, ia sedang larut dalam bayangan itu yang sukses membuat kepalanya sakit. tiba-tiba badiran datang dengan membawa ubi kayu bakar di atas nampan.
"Gayatri. ini Kakak bawakan makanan untuk mu." ucap badiran sambil meletakkan nampan itu di atas parate yang sudah agak lapuk. Gayatri sedikit melupakan rasa sakit yang baru menyerang kepalanya barusan. ia mengarahkan pandangannya pada makanan yang di letakkan oleh saudara.
Rumi melihat makanan itu, dan ingatan pun kembali ia dapatkan. dimana, ubi kayu ini adalah makanan mereka setiap hari, yang mereka dapatkan di sekitar hutan itu. melihat Rumi bingung, badiran kembali bersuara.
"kenapa dek. apakah ada yang kamu butuhkan lagi.? biar kakak ambil kan." ucapnya lagi dengan penuh sayang. namun tidak berusaha untuk menyentuh nya. Rumi tersenyum melihat ketidak nyamanan kakaknya ini.
"tidak kak Diran. aku tidak membutuhkan apa-apa. hanya saja, aku tidak bisa bangun sendiri. berkenan kah kakak membantu ku untuk bangun..??" ucap Rumi dengan lembut.
badiran tersenyum. ia menatap dirinya yang dipenuhi dengan kusta itu. ia ragu, takut adiknya semakin tertular. melihat keraguan di mata kakaknya itu, Rumi pun tersenyum.
"kakak tidak perlu khawatir. aku tidak akan kenapa-kenapa. cepatlah kak. aku sudah sangat lapar." ucapnya lagi. mendengar penuturan adiknya. tanpa menunggu dan ragu, ia segera membantu adiknya bangun. setelah itu, Rumi pun memakan-makanannya.
***
saat Gayatri sedang makan, tiba-tiba kedua orang tuanya pulang. kembali dari hutan dengan membawa beberapa bawaan yang mereka dapatkan di dalam hutan itu. mereka masuk dan terkejut melihat putrinya sudah siuman dan dengan lahapnya ia memakan makanannya itu.
"Oh putriku !! kamu sudah bangun.."ucap Ibu mereka langsung berhambur untuk memeluk putrinya itu.
senyuman dan air mata mengiringi pelukannya karena sudah lama sekali putrinya tertidur dari sakitnya itu. Begitu juga dengan ayah mereka Senopati. yang sangat senang melihat putrinya sembuh.
"syukurlah putriku. ayah sangat senang.." ucap tuan seno membelai lembut kepala putrinya itu. tidak ada sesi pelukan antara laki-laki dan perempuan, karena adat istiadat disana masih di jaga dan di junjung tinggi.
laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan darah, tidak boleh bersentuhan. kecuali ayah atau saudara mereka, namun itupun hanya sebatas pegang tangan dan mengelus kepala. selebihnya, itu tidak dilakukan.
"iya, ayah ibu. terimakasih sudah merawat ku." ucap Rumi tulus.
***
beberapa hari Rumi melakukan pemulihan pada tubuhnya, akhirnya ia sudah bisa keluar dan melihat suasana di luar gubuk itu. walaupun tubuh ini sudah memberikan beberapa ingatan, namun ia tetap ingin melihat suasana di luar gubuk itu.
"wah... ternyata alam di sekitar sini masih sangat alami dan asri. tidak menyesal aku melakukan perjalanan waktu kesini. hihihi..." ucapnya dengan senang.
sementara itu, kakaknya badiran sedang mengumpulkan kayu bakar untuk di jual oleh ayahnya ke desa. sementara kedua orang tua mereka, kembali memasuki hutan.
melihat kakaknya sedang mengumpulkan kayu bakar. Rumi pun berjalan mendekat kearah Kakak yang tidak jauh dari gubuk itu.
Ia juga ingin jalan, agar otot tubuh nya tidak kaku.
"Kakak... " ucap Rumi sambil berjalan menghampiri Kakak nya itu. badiran melihat kearah sang adik yang sedang berlari kecil menghampiri nya.
" ada apa Gayatri.? Kenapa kamu di sini.? sebaiknya kamu kembali ke gubuk. kamu baru saja sehat.." ucap badiran. rumi tersenyum mendengar kekhawatiran kakaknya itu.
" kakak tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja" Ucapnya. " biar aku bantu ya kak" Ucapnya lagi.
badiran Pun menjadi senang melihat keceriaan Gayatri. ia rasa, seperti mimpi saja, padahal kemarin Gayatri terbaring lemah tak berdaya, sekarang ia sudah sembuh dan menjadi periang seperti ini.
(kita panggil Gayatri saja)
saat ini, Gayatri membantu kakaknya untuk mengumpulkan kayu bakar. Gayatri sangat bersemangat untuk melakukan hal itu.
"kakak.. kayu bakar ini mau di kemanakan..??" tanya Gayatri. sambil terus fokus mengumpulkan dan mengikat kayu bakar itu.
" ini nanti akan ayah jual ke desa. lumayan untuk menambah penghasilan kita. ya.. walaupun hanya di hargai dengan satu koin perunggu saja." ucapnya sambil matanya tetap fokus pada pekerjaan nya.
Gayatri sudah tau, bahwa ayahnya lah yang akan pergi menjual kayu ini. karena, Kakak nya pernah pergi menjual kayu itu, namun langsung di usir karena penyakit kustanya itu. sehingga ia di gantikan oleh ayahnya.
Gayatri sangat sedih melihat kehidupan mereka. dimana, saat mereka masih menjadi seorang bangsawan, mereka di agungkan dan di puja-puja. tapi, saat ia dan kakak nya terserang penyakit ini. tak ada lagi yang memuja dan membantu mereka, malahan mereka dihina dan di usir dari kampung itu.
memikirkan hal itu membuat gayatri semakin sedih dan prihatin. saat mereka sedang fokus mengikat kayu bakar Itu, tiba-tiba tangan Gayatri pun tergores. seketika darah keluar dengan derasnya mengalir sampai ke jari-jarinya serta telapak tangannya. melihat hal itu badiran pun menjadi sangat khawatir.
"Gayatri kamu tidak apa-apa,..!! sini coba biar kakak melihat lukamu."ucap badiran namun tiba-tiba mata Gayatri semakin berat dan menggelap akhirnya ia jatuh pingsan.
Gayatri terbangun di salah satu Padang rumput yang sangat luas dan sangat indah serta menyejukkan. Iya mengedarkan pandangannya ke sana kemari, sekali-sekali ia memanggil Ayah, Ibu dan kakaknya.
"aduh.. aku sedang ada di mana ini.? tapi pemandangannya cukup menyegarkan dan sangat indah."ucapnya lagi. tiba-tiba ada seorang anak kecil berlari ke arahnya sambil memanggil namanya.
"Tuan Rumi, Tuan Rumi. akhirnya kamu datang berkunjung kembali. Aku sangat merindukanmu."ucap anak kecil itu sambil memeluk kaki Gayatri Rumi.
Gayatri yang dipeluk seperti itu pun menjadi terkejut, sejenak ia menelisik wajah anak itu namun tidak menemukan kejanggalan apapun. hanya saja tentu Gayatri tidak mengenali anak kecil itu.
"hei adik kecil, siapakah kamu. Kenapa kamu sendirian di padang rumput yang luas ini. di mana kedua orang tuamu.?"tanya Gayatri kepada anak itu. anak tersebut pun memajukan bibirnya.
"aku bukan seorang anak. dan aku juga tidak punya orang tua kecuali junjungan. dan junjunganku adalah Anda tuan Gayatri Rumi."ucap anak itu sambil menunjuk-nunjuk Gayatri. Gayatri pun terkejut dengan apa yang telah disampaikan oleh anak itu.
"hah !! Aku adalah tuanmu. tapi aku hanyalah gadis desa biasa dan tinggal bersama dengan orang-orang yang berpenyakitan. mana mungkin aku menjadi tuanmu. kamu Yang benar saja jangan menggodaku seperti itu."ucap Gayatri sambil terkekeh dan mengelus lembut kepala anak kecil itu.
anak kecil itu pun memanyunkan bibirnya karena bisa-bisanya tuannya tidak mengenalinya dan bahkan menganggapnya anak kecil.
"ih tuan.. benar-benar tidak asik. Tuan perkenalkan namaku adalah Rion. dan aku sudah berada di tempat ini selama bertahun-tahun bahkan sebelum Kamu terlahir di dunia."ucap Rion lagi. Gayatri pun menjadi menganga tidak percaya.
"memangnya di sini tempat apa?"tanya Gayatri mulai merasa penasaran.
"ini adalah ruang dimensi tuan. dan Tuan bisa menggunakannya kapanpun serta ruang dimensi ini sudah menyediakan semua kebutuhan Tuan apapun yang Tuhan inginkan akan Tuan dapatkan dan temukan di ruang dimensi ini."ucap Rion kepada Gayatri. Gayatri Rumi menjadi terkejut.
(apa dimensi. seperti di novel-novel Time travel saja. di mana jiwa itu diberikan kelebihan serta memiliki artefak dan bisa dimasuki. ah masa iya aku mengalami hal seperti itu.) batinnya tidak percaya.
"hm... kamu jangan membohongiku Rion. sebaiknya kamu jujur saja." ucap Gayatri memicingkan matanya kepada Rion.
"huh !! maaf tuan Gayatri Rumi. Tapi semua kata yang keluar dari mulut saya itu adalah kenyataan. jadi tuan Gayatri Rumi jangan takut. karena hamba tidak akan membohongi tuan." Ucap rion lagi membuat Gayatri lagi-lagi tercengang bukan main.
" Hah Kamu serius berarti aku memiliki harta yang banyak, terus memiliki mata air kehidupan dan hal-hal ajaib lainnya begitu?" ucap Gayatri dengan girang. Rion pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ke antusiasan tuannya itu.
"Ya Tuan, tentu saja. Oh ya tuan mari ikut aku, aku akan menunjukkan sebuah mata air yang bisa membuatmu dan keluargamu sembuh dari penyakit." ucap Rion lagi mengajak Gayatri ke sebuah sumber mata air.
***bersambung***
Gayatri pun langsung mengikuti si kecil Rion yang membawanya untuk melihat mata air kehidupan yang telah di ucapkan nya tadi. sesekali Gayatri mengedarkan pandangannya, menelisik tempat tersebut.
tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di sebuah mata air yang sangat jernih dan harum. mata air itu keluar dari sebuah batu yang ada disana, dibawah batu itu, sudah terdapat kolam yang menampung air tersebut. namun, yang membuat heran ialah, kolam itu tidak penuh-penuh, padahal airnya sangat deras.
"Nah, tuan, ini adalah air kehidupan. air ini dapat digunakan kepada apapun. baik itu untuk di minum, di campur dengan air mandi, bahkan untuk menyiram tanaman. semua nya bisa menggunakan air kehidupan ini tuan." jelas Rion lagi. Gayatri benar-benar takjub melihat kejernihan air itu.
"kalau tuan tidak percaya, tuan bisa mencobanya." ucap anak laki-laki itu kembali. Gayatri, tanpa mengatakan apapun, langsung meneguk air itu dengan tangannya. seketika, rasa segar melalui tenggorokan nya.
"mmm... ini airnya enak Rion. dan juga harum.." cicit Gayatri. ia kembali mengambil dan meneguk air itu.
"oh iya. apa aku boleh membawa air ini, untuk ku berikan pada keluarga ku." ucap Gayatri. Rion tertegun. untuk apa tuan nya meminta izin kepada nya, sementara ia adalah pemilik air itu.
"Tentu saja tuan. air itu adalah milik mu. tuan ingin memberikannya pada siapapun, itu adalah hak tuan. aku disini hanya menjaga milik tuan saja.." ucap Rion lagi. mendengar penuturan dari Rion. Gayatri sangat gembira.
"tapi tuan, jangan sampai ada orang lain yang mengetahui tentang dunia dimensi tuan. cukup tuan sendiri saja yang tau.." ucap Rion menasehati Gayatri. Gayatri pun paham, alasan supaya tidak ada yang tau mengenai ruang dimensi ini.
"kamu tenang saja Rion. aku juga tidak mau memberitahukannya kepada orang lain. tapi, bagaimana cara ku membawa air ini ya...??" ucap Gayatri mengelus dagunya sambil berpikir. Rion pun langsung bersuara.
"kenapa pusing tuan. ruang dimensi tuan menyediakan semua yang tuan butuhkan. semuanya ada di gudang itu." ucap Rion sambil menunjuk sebuah istana yang berdiri kokoh tak jauh dari mereka. mendengar Rion menyebut istana itu sebagai gudang. Gayatri langsung menjatuhkan rahangnya. memangnya ada, gudang yang berbentuk seperti istana..?? begitu lah pikirannya.
"ayo tuan. aku ajak kesana.." ucap Rion lagi. Gayatri pun tidak menolak, ia masih syok dengan penuturan Rion. mereka berdua pun, jalan mendekat kearah istana megah itu. Setelah itu mereka berdua pun langsung masuk ke dalam istana yang megah yang tadi Rion disebut sebagai gudang.
"ayo Tuan lihat semua yang ada di sini. Apakah ada benda yang dapat digunakan untuk menampung air kehidupan itu agar tuan bisa membawanya."ucap Rion sambil menunjuk-nunjuk benda-benda tersebut.
Gayatri yang melihat semua benda-benda yang berasal dari zaman modern itu kembali terkejut. menurutnya Ini adalah benar-benar sebuah anugerah.
"wah Apa bener semua ini asli Rion..?" tanya Gayatri tidak percaya. Rion pun menganggukkan kepalanya tanda apa yang Gayatri lihat itu adalah kebenaran dan bukan hau semata.
"benar tuan, semua benda-benda yang ada di zaman tuan dulu ada di sini. Jadi jika Tuan menginginkan apapun tuan bisa mendapatkannya di sini."tutur rion lagi. tanpa pikir panjang, Gayatri pun langsung mengambil sebuah botol yang ukurannya tidak terlalu besar dengan botol Aqua.
setelah itu Gayatri berlari menuju mata air kehidupan itu. Iya pun langsung mengisi mata air kehidupan itu di botol tersebut.
blubuk blubuk blubuk
setelah botol kecil itu penuh. Gayatri pun langsung mengangkatnya. kemudian menatap takjub air yang sangat jernih ini. saat Gayatri sedang fokus menatap air itu, si kecil Rion kembali bersuara.
"Tuan air itu memiliki banyak khasiat. Satu tetes air itu saja sudah membuat air biasa menjadi berguna. air itu bisa Tuan campurkan dengan air biasa untuk minum, bisa juga dengan air yang dijadikan untuk menyiram tanaman atau untuk minuman hewan. itu bisa juga digunakan jika seandainya tuan memiliki kosmetik atau sebagainya. air itu juga dapat menyembuhkan segala jenis penyakit. jangan sampai ada orang yang tahu jika Tuan memiliki air kehidupan ini. karena, orang-orang yang serakah pasti akan mengincarnya ya walaupun mereka tidak akan dapat menemukannya." tutur Rion lagi dengan sombongnya. Gayatri yang mendengar penuturan Rion itu pun mengangguk mengerti.
"lalu bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini. dan Apakah ada cara, jika aku menginginkan sebuah barang yang ada di tempat ini dapat ku ambil tanpa harus memasuki ruang dimensi ini..??" tanya Gayatri kepada Rion. Rion pun mengganggukan kepalanya.
"tentu saja tuan, jika Tuan ingin keluar dari ruang dimensi dan ingin masuk, Tuan hanya perlu memusatkan pikiran dan memikirkannya saja. kemudian, jika Tuan menginginkan benda-benda atau barang-barang yang terdapat di ruang dimensi tuan, tuan pun bisa memilikinya hanya dengan memikirkannya saja." jelas Rion kepada Gayatri. Gayatri pun kembali menganggukkan kepalanya.
"Baiklah terima kasih Rion. kalau begitu aku harus segera pulang, rasanya aku sudah sangat lama berada di sini. aku takut kakak dan kedua orang tuaku mencariku dan mencemaskanku."tutur Gayatri lagi.
"Tuan tenang saja, satu hari Tuan berada di ruang dimensi ini sama halnya satu jam di dunia nyata. jadi tidak perlu khawatir."ucap Rion lagi.
"mmm... Baiklah kalau begitu aku pamit ya. Oh iya Rion.. besok-besok jangan memanggilku tuan, panggil saja aku Gayatri atau rumi. kalau mau panggil kakak juga boleh, yang penting jangan memanggilku dengan sebutan tuan." ucap Gayatri kepada Rion. tanpa menunggu respon dari si kecil Rion, Gayatri pun langsung memusatkan pikirannya dan keluar dari tempat itu.
***
di dunia nyata. pada saat Gayatri pingsan, badiran langsung mengangkut tubuh adiknya dan merebahkannya di atas parate yang hampir lapuk itu. pertama-tama badiran menepuk-nepuk pipi sang adik agar terbangun dari pingsannya. wajah Diran pun sudah memasang ekspresi cemas dan takut. Iya takut adiknya kembali sakit dan tertidur lama.
"Gayatri bangun dek..!!" ucap badiran menepuk-nepuk Pipi Gayatri dengan putus asa. matanya mulai berkaca-kaca. bahkan badiran sudah mengoleskan minyak yang aromanya sangat menyengat untuk membantu indra penciuman Gayatri. tapi tak ada tanda-tanda adiknya akan terbangun.
30 menit telah berlalu, Diran benar-benar putus asa. Iya takut bahwa adiknya akan kembali tertidur. Iya pun tak henti-hentinya merututi kebodohannya yang membiarkan sang adik membantunya mengumpulkan kayu bakar di samping rumah mereka. iya berandai-andai, andai saja ia melarang keras sang adik pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi. saat badiran menangis putus asa, tiba-tiba tangan Gayatri bergerak pelan. kemudian pelan-pelan membuka matanya.
"kakak...!!" seru Gayatri. Gayatri memanggil kakaknya yang menunduk dan menangis karena merasa cemas dengan adiknya itu. Diran yang mendengar panggilan sang adik pun langsung mengangkat kepalanya. dan segera berdiri melihat kondisi adiknya itu.
"Gayatri kamu tidak apa-apa.. syukurlah kamu sudah siuman. Kakak benar-benar cemas dan khawatir, Kakak benar-benar takut kamu tertidur kembali dan akan lama bangunnya."ucap badiran sambil menangis seperti anak kecil. Gayatri yang melihat kakaknya berperilaku seperti itu pun tersenyum. Bagaimana tidak, walaupun tubuh kakaknya dipenuhi dengan penyakit kusta namun dari ekspresi sang kakak sangat terlihat lucu. badiran pun melihat senyum adiknya dan mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu tersenyum melihat Kakak seperti itu.. Kamu tahu kan kakak benar-benar sangat sayang dan sangat mengkhawatirkanmu...!!"gerutu badiran.
"jika kakak tahu akan terjadi seperti ini, kakak pasti tidak akan mengizinkanmu untuk melakukan pekerjaan apapun."ucap badiran lagi. Gayatri yang melihat ekspresi marah kakaknya yang menurutnya sangat lucu itu, malah membuatnya semakin tersenyum sumringai. badiran yang melihat senyum adiknya itu pun tak kuasa memarahinya kembali.
"lain kali, jangan melakukan hal bodoh. Kakak masih belum siap kehilanganmu.."ucap badiran menyentil kening adiknya.
"auch... sakit Kak"ucap Gayatri sambil memegang keningnya itu. kemudian Gayatri memaksa bangun dan duduk di atas tempat tidur yang sudah mau lapuk itu. kemudian Gayatri langsung beralasan ingin ke belakang sebentar.
"Kak, Gayatri ke belakang sebentar ya.." ucap Gayatri sambil berjalan meninggalkan badiran yang masih berada di sana. namun badiran dengan sigap mencekal tangan sang adik.
"biar Kakak bantu.."ucap Diran menyekal tangan adiknya itu. Gayatri pun melihat ke arah sang kakak Dan tersenyum.
"tidak usah Kak, malu... lagi pula Gayatri bisa jalan sendiri kok.."ucap Gayatri lagi. Gayatri pun mau lanjutkan jalannya menuju ke arah belakang rumah. sesampainya di sana, Gayatri langsung melakukan ritual. setelah itu Gayatri cepat-cepat ke dapur dan mengambil air satu teko dan meneteskan sedikit air kehidupan di dalamnya. kemudian Gayatri mengacau air yang ada di teko itu agar menyatu dengan air kehidupan. setelah itu Gayatri langsung membawa teko itu keluar. Diran yang melihat Gayatri keluar dengan membawa teko, langsung berinisiatif mengambil teko itu dari tangan sang adik.
"sini biar Kakak bantu.."ucap hadiran sambil mengambil alih teko dari tangan sang adik. Gayatri pun tersenyum dan membiarkan kakaknya mengambil alih teko itu. kemudian mereka kembali duduk setelah badiran menuangkan air itu ke dalam gelas.
"kakak pasti haus kan karena mencemaskanku. kakak minum juga karena Gayatri mengambil air minum ini, karena melihat kakak barwajah pucat. jadi Gayatri ini ya inisiatif untuk membawakan kakak minum."ucap Gayatri lagi.
badiran yang memang sudah haus dari tadi akibat terlalu lama menangis dan menahan rasa khawatir dan cemasnya, Ia pun mengambil air di gelas itu dan meneguknya sampai habis. Gayatri yang melihat kakaknya meneguk air itu pun tersenyum. Setelah meneguk air tersebut, Diran pun kembali meletakkan gelas itu di atas meja lapuk itu.
"Maaf ya Kak, karena Gayatri pekerjaan Kakak jadi tertunda." ucap Gayatri merasa bersalah. tapi tidak dengan badiran.
"enak saja, kakak saja sudah khawatir setengah mati kepadamu, kamu malah mengkhawatirkan pekerjaan kakak."protes badiran kepada sang adik.
saat mereka sedang bercakap-cakap. tiba-tiba ayah dan ibu mereka pulang dari hutan. saat melihat kedua orang tua mereka pulang dengan wajah sayu dan lelah, Gayatri benar-benar merasa kasihan kepada kedua orang tuanya ini.
"ibu sama bapak sudah pulang..??" tanya Gayatri. Gayatri pun langsung menuangkan air di gelas yang baru. dan langsung memberikannya kepada kedua orang tuanya. kedua orang tuanya yang merasa lelah dan haus pun langsung meneguk habis air tersebut.
entah kenapa, mereka yang dulunya merasa lelah seperti berenergi kembali. Begitu juga dengan Diran, pelan-pelan penyakit kustanya itu mengering dan satu persatu mulai hilang. namun tidak langsung hilang semuanya.
"ah airnya sangat segar nak.. bapak kembali bersemangat lagi.."ucap Tuan seno. Iya kemudian meminta satu gelas lagi kepada sang anak. dengan senang hati Gayatri menuangkannya di gelas sang ayah. tiba-tiba dyaswari Ibu mereka, memperhatikan raut wajah anaknya Diran. ia merasa bahwa, penyakit Diran sepertinya sudah mulai berkurang.
" nak, apa yang terjadi denganmu..?? sepertinya penyakit yang ada di dalam tubuhmu itu mulai hilang.. dan mulai sembuh.."tutur dyaswari kepada putranya. tuan seno pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah putranya. benar saja, penyakit putranya itu mulai sembuh dan tentu itu adalah kabar bahagia bagi mereka.
"benar Bu, penyakit Putra kita sepertinya sudah mulai sembuh.. syukurlah.." ucap Tuan seno sambil memandangi kedua anaknya itu.
***bersambung***
sekali lagi, otor katakan. otor tidak akan mentok dengan cerita atau sejarah zaman kerajaan itu. kemungkinan juga, akan jarang terjadi adegan perang.
jadi, jangan heran ya, kalau seandainya cerita kerajaan atau time travel ini akan melenceng dari kisah zaman dulu.🙏🙏
selamat membaca 🥰🥰
***
hari-hari telah berlalu. Rumi Amelia yang saat ini sudah menjadi Gayatri mulai terbiasa dengan lingkungan sekitar. Iya juga mulai melakukan aktivitas seperti mempraktekkan ilmu pertanian di tempat tinggal barunya ini. tentu saja, ia di bantu oleh keluarga nya.
namun, Gayatri masih susah untuk mendapat kan bibit tanaman untuk mereka tanam.
***
saat ini juga, semua sakit yang Mereka derita telah sembuh, bahkan tubuh mereka tidak memperlihatkan bekas luka maupun cacat sedikitpun. itu semua berkat air kehidupan yang Gayatri ambil dari ruangan dimensi nya. tubuh keluarga itu benar-benar sebuah anugerah untuk mereka. dan tak satupun keluarga Gayatri yang mengetahui hal ini.
walaupun bahan pokok makanan, mereka masih kekurangan, namun bisa di bilang, mereka sudah agak jarang kelaparan. kerena mereka saling bahu-membahu.
***
hari ini, ia memutuskan untuk mengikuti kedua orang tuanya untuk pergi ke hutan mencari bahan makanan. karena bahan makanan mereka sudah menipis.
"ayah, ibu. Gayatri ikut kehutanan ya, Aya sudah bosan di rumah terus.." ucap Gayatri kepada kedua orang tuanya.
"tapi nak,_" ucap dyaswari terpotong.
"Aya sudah sembuh Bu.. lihat Aya baik-baik saja. biarkan Aya ikut ya... " ucap Gayatri sambil mengangkat tangannya memohon kepada kedua orang tuanya. tuan Senopati yang melihat kelakuan anak gadisnya itu menggelengkan kepalanya.
ia tidak menyangka, bahwa putrinya ini, akan lebih senang berada di luar rumah dan berbaur dengan alam, ketimbang duduk manis dan merawat diri seperti perempuan pada umumnya.
karena Gayatri mengotot mau ikut. dyaswari melirik suaminya meminta pendapat. tuan seno yang mengerti lirikan istrinya itu tersenyum.
"baiklah, Aya boleh ikut. tapi tidak usah bawa beban, kalau tidak, ngak boleh ikut." tegas tuan seno. mendengar penuturan sang ayah, Gayatri memanyunkan bibirnya.
"ngak usah manyun-manyun begitu. kalau tidak mau, ya tidak usah ikut.." kali ini yang bersuara adalah badiran, kakaknya.
badiran juga memutuskan untuk ikut pergi bersama dengan kedua orang tuanya ke hutan. ia tidak mungkin tinggal sendiri dirumah, jika adiknya sendiri tidak berada di rumah. badiran juga, membawa keranjang besar di punggung nya. tuan seno dan nyonya dyaswari memicingkan mata melihat ke arah sang anak laki-laki.
badiran yang mendapat tatapan itu pun tersenyum.
" Diran juga ikut, lagi pula, adek ikut bapak sama ibu, jadi Diran juga mau ikut. hehehe.." ucap badiran sambil cengengesan. kedua orang tua itu pun menghembuskan nafas kasar.
"huf... yasudah ayo berangkat. tapi, kalau nanti capek, bilang ya.." ucap tuan seno. mereka pun akan bersiap berangkat. namun Gayatri melihat, mereka tidak memiliki bekal apapun, termasuk minuman.
"ayah, ibu tunggu sebentar. Aya ambil minum dulu." ucap Gayatri langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan mengambil botol yang ukurannya lumayan besar dan mengisinya dengan air minum yang sudah di campur dengan air kehidupan.
tak lama, Gayatri pun kembali dan langsung bergabung bersama dengan kedua orang tuanya serta kakaknya.
melihat Gayatri datang dengan membawa benda aneh ditangannya, badiran pun bertanya-tanya.
"apa ini Aya..?? mana air minum nya..??" tanya badiran. Gayatri mengangkat tangan yang ada botol itu.
"ini botol air minum. praktis di bawa kemana pun, dan air minum tidak akan tumpah, karena botol itu memiliki penutup yang kuat. jadi tidak perlu khawatir. hehehe ayo kita berangkat.." ucap Gayatri lagi.
"kalau begitu letakkan saja botol ini Di dalam keranjang kakak. biar kakak yang bawa.." ucap badiran. dengan senang hati Gayatri pun meletakkan botol itu Di dalam keranjang kakaknya. masing-masing mereka memiliki keranjang kecuali Gayatri. kedua orang tuanya dan kakaknya tidak mengizinkannya membawa beban apapun. dengan alasan bahwa Gayatri masih dalam kondisi tidak sehat.
mereka semua pun berjalan menjauh dari rumah mereka menuju sebuah hutan yang sering kedua orang tua Gayatri datangi. setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di perbatasan hutan dan pemukiman itu.
tanpa berpikir panjang satu keluarga itu pun pergi ke dalam hutan mencari bahan makanan untuk mereka jual atau untuk mereka sendiri. sepanjang jalan perjalanan Gayatri tak henti-hentinya melemparkan candaan kepada kedua orang tua dan kakaknya agar tidak merasa lelah.
tapi tiba-tiba, matanya mengarah pada sebuah pohon yang berbuah merah dan besar itu. Gayatri yang melihat buah tersebut matanya jadi berbinar-binar.
"Ayah, Ibu tunggu sebentar. lihatlah di sana..!!" ucap Gayatri sambil menunjuk ke arah pohon yang memiliki buah merah itu. kedua orang tua Nisa berhenti Begitu juga dengan kakaknya. mereka mengarahkan pandangan mereka ke arah yang ditunjuk oleh Gayatri.
"kenapa memangnya..? ayah dan ibu sudah sering melihat buah itu. buah itu tidak bermanfaat sama sekali, buah itu belum pernah diambil oleh siapapun." ucap nyonya dyaswari. Gayatri pun membulatkan matanya mendengar ucapan sang ibu. iya benar-benar terkejut mendengar penuturan ibunya bahwa mereka tidak mengenali buah apel itu.
"itu adalah buah apel Bu. dan rasanya sangat enak. Gayatri berani jamin, itu adalah buah-buahan yang sangat manis. ayo kita ambil.." ucap Gayatri. tanpa mendengar protes atau bantahan dari kedua orang tuanya Gayatri langsung berlari menghampiri pohon tersebut. ternyata pohon apel ini memang sedang bermusim dan sudah waktunya panen. terlihat di bawah pohon itu, buah-buahnya jatuh berceceran dan sudah rusak.
kedua orang tua Gayatri dan kakaknya pun langsung menyusul Gayatri yang sudah lebih dulu berlari ke arah pohon itu. kemudian Gayatri menarik satu ranting yang masih dijangkau dan memetik buahnya. tanpa menunggu lama ia langsung menyantap buah tersebut. kedua orang tua Gayatri sangat shock melihat kelakuan Gayatri itu. Mereka takut kalau buah itu ternyata berbahaya atau beracun. tapi Gayatri tidak peduli, mulutnya sudah penuh dengan buah apel itu. Iya nunggunya dan terus mengunyah tanpa memperhatikan keluarganya yang terus memperhatikannya seperti ingin meminta. namun ketika gigitan terakhir Gayatri pun langsung menyadari tatapan kedua orang tua dan kakaknya itu. melihat mereka menatap Gayatri, Gayatri hanya cengengesan saja.
"hehehe maaf yah, Bu. buahnya sangat enak. ayo.. ini tidak beracun." ucap Gayatri lagi. namun buah yang bisa dijangkau sudah tidak ada lagi. terpaksa Gayatri harus memanjat pohon apel itu, beruntung pohon apel itu tidak terlalu tinggi. tanpa menunggu apapun, Gayatri langsung mengambil ancang-ancang dan memanjat pohon tersebut. orang tua nya yang melihat kelakuan Gayatri seperti itu menjadi terkejut. mereka berpikir, sejak kapan Gayatri bisa melakukan hal itu.
sesampainya Gayatri di puncak pohon tersebut. Gayatri langsung memetik beberapa buah-buahan yang akan mereka makan sekarang dan yang akan mereka bawa nanti. tangan Gayatri terus melayang memetik buah-buahan tersebut. sesekali ia menjatuhkan buah-buahan untuk dicicipi oleh kedua orang tua dan kakaknya.
"Kak, ayo tangkap..!!.."teriak Gayatri dari atas pohon. badiran yang tidak biasa tangkap menangkap seperti itu pun menjadi kelagapan. iya berpikir, kalau seandainya buah itu tidak tertangkap oleh tangannya maka wajah nyalah yang akan menjadi sasaran.
"eh.. kakak tidak pandai tangkap," ucap badiran kelagapan. namun tangannya sudah siaga apabila Gayatri memang melemparkan buah itu. ternyata, saat badiran bersuara Gayatri telah melempar buah tersebut dan alhasil karena tangkapannya melenceng maka wajahnya lah yang menjadi sasaran.
buk...
"aduh..!!" seru badiran. buah itu jatuh tepat mengenai dagunya. badiran pun tanpa mengatakan apa-apa langsung memungut buah tersebut. rasa penasaran terhadap buah itu membuat badiran cepat-cepat membersihkan buah itu dan melahapnya.
krauk... krauk...krauk...
sejenak badiran terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. padahal kedua orang tua mereka sudah penasaran mendengar respon dari Putra mereka itu. tapi, sepertinya orang yang menjadi objek tidak memperdulikan apapun selain mengunyah buah apel itu. Gayatri yang melihat kedua orang tuanya melongol pun langsung mengucapkan hal yang sama.
"ayah, ibu tangkap buahnya.." ucap Gayatri sambil melempar buah ke arah kedua orang tuanya. respon Tuan seno pun sama seperti respon badiran ketika disuruh menangkap buah itu. bagi mereka ini adalah pertama kali mereka melakukan hal konyol seperti itu.
buk...
"aduh meleset..!!"ucap Tuan seno ketika buah itu keluar dari genggamannya. Tuan seno pun memungut buah itu dan cepat-cepat menyerahkannya kepada sang istri. istrinya dyaswari pun langsung menyambut baik buah tersebut dan mengikuti putranya memakan buah itu.
"ini enak pak... sangat manis.." ucap nyonya dyaswari dengan mulutnya yang masih penuh dengan buah apel itu. sejenak Tuan biaka menelan salivanya. tapi tiba-tiba, Iya mendongkak ke atas melihat sang Putri yang masih sibuk memetik buah-buahan itu.
"Aya, lempar satu lagi buat Ayah. setelah ini kamu turunlah, Ayah rasa buah yang ada di kantong itu telah penuh. lagi pula buahnya nanti akan rusak jika tidak dihabiskan hari ini."ucap Tuan seno. Gayatri pun langsung mengarahkan pandangannya ke bawah di mana Di sana terdapat keluarga kecilnya. Gayatri pun melihat kantong yang ia bawa ke atas memang sudah penuh.
"Baiklah yah.. Aya.. turun...!!" teriak Gayatri dari atas pohon. Gayatri pun langsung mengikat kantong tersebut dan menurunkannya dengan tali yang Gayatri ambil dari dalam sakunya. sebenarnya Gayatri mengambil tali itu di dalam ruang dimensinya. kemudian Gayatri mengikat dan menurunkannya disambut oleh ayah dan kakaknya. setelah itu Gayatri pun langsung bergegas turun dari atas pohon.
Gayatri yang turun dari atas pohon pun tak lepas dari penglihatan keluarga kecilnya itu. benar-benar lihai menurut mereka. mereka saja tidak berani memanjat pohon walaupun sangat pendek. tentu saja melihat Gayatri yang bisa memanjat seperti itu membuat mereka menjadi penasaran.
"aya dari mana kamu pandai memanjat pohon..??"tanya sama kakak kepadanya. Gayatri yang mendapatkan pertanyaan tersebut pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. sementara kedua orang tua mereka menunggu jawaban dari Gayatri.
"hehehe. aya sering memanjat saat ayah ibu dan kakak pergi ke hutan untuk mencari bahan makanan. sebelum Aya sakit, aya sering melakukan hal itu tanpa sepengetahuan kalian.."ucap Gayatri dengan ragu-ragu. Iya takut dimarahi oleh kedua orang tuanya. biasanya kedua orang tuanya ini akan bersikap protektif kepada sang anak baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan.
"ayah, kakak, dan ibu tidak marah kan..??" tanya Gayatri dengan takut-takut. Tuan seno yang melihat putrinya ketakutan itu pun menghela nafasnya pelan. bukannya ia marah melihat anaknya memanjat seperti itu, tapi lebih tepatnya Tuan biakta takut terjadi apa-apa dengan putrinya ini.
"Ayah tidak marah, hanya saja seorang perempuan tidak diwajibkan untuk memanjat pohon seperti itu. ada beberapa kemungkinan Kenapa perempuan dilarang memanjat."ucapkan seno. tapi ketika tuan seno melihat raut wajah putrinya yang menunduk. tuan seno tidak lagi melanjutkan ucapannya.
"yah sudah, tidak apa-apa, tapi lain kali jangan memanjat seperti itu.."ucap Tuan seno lagi. Gayatri yang mendengar penuturan ayahnya seperti itu pun mengukir senyum di bibirnya. Iya sangat senang kalau ayahnya tidak jadi memarahinya. kemudian setelah itu, mereka menikmati sedikit buah-buahan sebelum mereka melanjutkan perjalanan mencari bahan makanan.
"hehehe maafkan aya ya Ayah..!! kalau begitu kita istirahat terlebih dahulu sambil menikmati buah-buahan ini. setelah itu baru kita kembali melanjutkan perjalanan, bagaimana yah..??" tanya Gayatri kepada tuanmu seno. Tuan seno pun tersenyum. tentu saja ia merasa penasaran dengan rasa buah itu.
"ayo kalau begitu.." ujar tuan seno. mereka semua pun mendekat dan mengambil posisi duduk bersila dan menikmati buah-buahan itu. tuan seno terkejut tatkala merasakan rasa buah apel ini.
"mmm... ini sangat sangat manis.. padahal buah ini berbuah tak henti-henti, tapi ayah dan ibumu sama sekali tidak menghiraukannya karena khawatir buah ini beracun." ucap tuan seno dengan mulut yang masih dipenuhi dengan buah apel.
***bersambung***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!