Addara Azalea, seorang gadis desa yang sangat cantik berusia 19 tahun, ia biasa di panggil Dara oleh warga Desa S.
Dara hanya mampu menyelesaikan pendidikan sekolahnya sampai ke jenjang SMA. Bukan karena nilainya yang kurang, atau tidak ingin melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinggi.
Itu semata-mata karena terbatas perekonomian dan kondisi keluarganya yang tidak memungkinkannya untuk lanjut kuliah.
Ia sebenarnya mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi ternama di kotanya. Saat hasil ujian nasional nya memiliki nilai yang sangat tinggi, namun Ia menolaknya.
Dara hanya tinggal bersama dengan Adik laki-laki nya yang bernama Adimas Erlangga yang di panggil Dimas, yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP.
Dimas adalah satu-satunya keluarga yang Dara miliki saat ini. Jadi tidak mungkin ia meninggalkan adiknya hidup sendirian, untuk melanjutkan pendidikan nya di kota.
Ibu Dara bernama Nayla Adi Raharjo, beliau sudah dua tahun yang lalu meninggal dunia karena sakit komplikasi yang di deritanya selama bertahun-tahun. Tepatnya saat Dara masih duduk di bangku kelas 2 SMA.
Sedangkan ayahnya, yang bernama Agung Sasmito masih hidup. Agung adalah orang yang paling di benci oleh Dara.
Sosok ayah yang harusnya menjadi cinta pertama untuknya, justru memberikan luka dan rasa sakit yang begitu dalam dan membekas di relung terdalam hatinya.
Tapi Dara tahu, jika yang paling tersakiti di sini adalah ibunya.
Sedangkan Dimas, ia tidak tahu dan tidak pernah merasakan kasih sayang dari seseorang ayahnya. Yang ia tahu ayahnya sudah meninggal, begitu yang di ceritakan Nayla saat Dimas menanyakan keberadaan ayahnya.
Dara sangat ingat, dulu keluarga kecilnya tinggal di ibukota, Ayahnya merupakan pedagang yang cukup sukses saat itu.
Nayla adalah sosok ibu yang baik dan istri yang setia. Nayla selalu menemani Agung dalam kondisi apapun dan berjuang bersama-sama merintis usaha itu sejak dari Nol.
Bahkan saat usaha dagang Agung merosot tajam hingga merugi dan terlilit banyak hutang. Nayla tetap setia mendampingi Agung, sampai akhirnya usaha mereka kembali naik dan lebih stabil, bahkan bisa membuka cabang baru di kota lain.
Namun setelah kebahagiaan dalam hidupnya itu, kenangan pahit yang tidak akan pernah ia lupakan menghampiri keluarga mereka. Menggores luka dalam di hati Dara dan juga Nayla saat itu.
14 tahun yang lalu. Tepatnya saat Itu Dara berusia 5 tahun, dan Dimas berusia 1 tahun.
Agung pulang dari bisnis dagangnya yang sudah memiliki cabang di kota lain. Mengatakan jika kemarin ia menikahi seorang janda beranak satu, dengan begitu entengnya.
Bahkan ia saat ini gelap mata tega mengusir Naila, Dara dan juga Dimas dari rumah yang sudah hampir 7 tahun mereka tempati.
#Flashback 14 tahun yang lalu
"Kamu tega mengkhianati aku mas!!! Bahkan kamu tega menceraikan aku dan membuatku menjadi janda demi janda yang lain!!! Di mana otak kamu? Apa kamu sudah tidak punya otak mas?? Kau tidak ingat anak-anak kita akan terluka jika tahu" ucap Naila dengan emosi yang meluap-luap.
PLAK!!!
Agung menampar Naila begitu keras, hingga kepala Nayla tertoleh dan bekas telapak tangan Agung membekas di pipinya.
"Tutup mulutmu!!! Beraninya kamu mengolokku dan menyumpahiku tidak punya otak. Jelas saja aku memilih dia, dia sangat jauh berbeda darimu! Dia adalah wanita yang cantik, anggun dan berkelas. Dia juga dari keluarga kaya raya, terpandang dan terhormat, tidak seperti kamu yang miskin dan sebatang kara. Sekarang kamu pergi dari rumahku, bawa kedua anakmu itu!! Aku tidak mau di repotkan oleh keberadaan kalian bertiga!" ucap Agung pedas, itu sangat menyakiti Nayla.
"Ya Tuhan, Bajingan kamu Agung!! Kamu boleh membuang ku, tapi kenapa kau begitu tega membuang kedua anakmu. Hanya karena wanita lain dan memilih merawat anak dari orang lain dari pada darah dagingmu sendiri!!! Apa kau lupa, modal kamu membuat usaha adalah uang tabungan milikku, kau sangat tidak tahu diri!!!" ucap Naila dengan keras.
Suaranya meninggi dengan dada naik turun penuh dengan emosi.
"Memangnya aku peduli? Apa kau ada bukti jika aku memakai uangmu? Asal kau tahu, rumah, toko dan tempat usaha atas nama aku. Jadi jelas itu milikku!!! Aku akan tetap menceraikan kamu! Angkat kaki dari rumahku sekarang juga!!! Bawa serta dua anak sialan itu dari pandanganku, aku tidak Sudi melihat kalian lagi! Dan ingat! Jangan bawa barang berharga yang ada di rumah ini! Karena kamu tidak berhak atas itu semua!!!" teriak Agung.
Dara melihat dan mendengar itu semua dengan jelas, pertengkaran kedua orang tuanya karena orang ketiga dan berujung perceraian dan pengusiran mereka.
Meskipun Dara masih kecil, namun ia pintar dan mengerti hal itu. Walaupun wajah ayahnya itu sudah tidak begitu ia ingat, namun kejadian itu tercetak jelas di ingatannya.
Setelahnya, Nayla, Dara dan juga Dimas yang di gendong Nayla, pergi dari rumah hanya dengan uang receh yang cukup untuk ongkos pergi ke sebuah desa plosok di sebuah kaki gunung kota Y.
Mereka bertiga Sampai di sebuah pondokan kecil di kaki gunung, tidak ada rumah lain di sana, setidaknya tidak ada rumah lain sampai jarak 100 meter dari pondokan itu.
Untuk sampai di sini saja mereka harus berjalan 1 jam dari jalan utama, yang bisa di lewati angkutan umum. Karena jalan di sana sangat sempit dan hanya bisa di lalui sepeda atau kendaraan roda dua.
Pondokan itu di huni oleh seorang wanita tua yang Nayla panggil Bibi.
Namanya bibi Wastini atau biasa di panggil bibi Tini atau nenek Tini, karena Dara memanggilnya dengan sebutan Nenek. Namun Nenek Tini tidak tinggal lama bersama mereka, karena beliau meninggal dua tahun setelahnya.
Naila tetap menyekolahkan Dara, meskipun keuangan mereka sangat minim dan juga jarak dari pondokan ke sekolah sangat jauh. Kurang lebih 1 jam dengan berjalan kaki.
Untuk makan sehari-hari mereka ambil dari hasil kebun belakang yang mereka tanami sendiri berbagai jenis sayuran. Ada pula ayam kampung yang sengaja mereka ternak dan sudah ada 11 Ekor, cukup untuk membuat group kesebelasan sepakbola antar ayam 😂.
Jika ingin makan Ikan, Nayla akan mencoba menangkap ikan di sungai, yang letaknya 50 meter dari pondokan.
Untuk membeli beras, mereka menjual sayur yang ia tanam di pasar, yang lagi-lagi jaraknya sangat jauh dari pondokannya itu.
Untuk sekolah, baik Dara maupun Dimas. Di anugerahi otak yang jenius. Hingga mereka mendapatkan beasiswa dan tidak membayar uang sekolah.
Beruntung mereka tinggal dan bersekolah di desa yang mayoritas adalah keluarga miskin. Jadi pembully-an tidak ada di sana, hanya saja masih ada beberapa siswa yang merasa keluarga mereka sedikit mampu dan menghasilkan uang yang lebih banyak. Jadi merasa sombong dengan omongan yang begitu tinggi, yang kadang-kadang mengolok-olok Dimas dan Dara.
Sebelum Nayla meninggal, Ia memberikan Dara sebuah photo Nayla saat ia muda bersama satu pria muda dan sepasang orang tua.
"To-long sampaikan ma-af ibu, untuk me-reka. Ibu sangat menye-sali semuanya, dan i-bu tau. Sangat terlam-bat bagi ibu memin-ta maaf pada mereka. Alamat me... mere-ka di ja-lan...." ucap Nayla terpotong, ia tidak bisa melanjutkan ucapannya.
Karena waktunya hidup sudah habis, malaikat maut mengambil nyawanya tanpa memberikannya kesempatan untuk ia menyelesaikan pembicaraannya pada putrinya itu.
Setelahnya Nayla menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu pula membuat Dara dan Dimas dalam kondisi berduka, bersedih serta terpuruk.
Namun karena saat ini Dara memikul semua tanggung jawab keluarga, jadi dia harus tetap kuat meskipun sebenarnya ia sangat rapuh. Setidaknya ia harus kuat demi adiknya, Dimas.
Ia melihat ke arah photo usang yang berada di tangannya, ia pikir itu adalah photo keluarga ibunya. Jika tebakannya benar, kemungkinan keluarga dari pihak ibunya masih ada. Tapi ia bingung, kenapa ibunya tidak pernah bercerita padanya tentang keluarga ibunya itu.
#Flashback Off
...••••...
Pagi-pagi sekali meskipun ayam terus menerus berkokok, namun matahari belum keluar sama sekali di peraduan nya. Dara sudah membangunkan Dimas untuk siap-siap berangkat ke sekolah.
Karena perjalanan yang jauh dan tidak memiliki motor ataupun sepeda, jadi mereka harus bangun lebih pagi di banding orang lain.
"Sarapan dulu Dek" ucap Dara
"Iya Kak" jawab Dimas
Keduanya menyantap ubi rebus untuk sarapan mereka pagi hari ini. Setelahnya Dara menyerahkan selembar uang lima ribuan untuk uang jajan Dimas di sekolah.
"Makasih Kak, Dimas berangkat dulu" ucap Dimas sambil Salim pada kakaknya itu.
"Iya hati-hati, belajar yang rajin ya Dek" ucap Dara yang di balas kode tangan oleh adik satu-satunya itu.
Dara membereskan peralatan makan, masih ada sisa ubi jadi ia simpan kembali di dapur untuk makan siang dirinya dan Dimas nanti.
Ia menatap uang yang di milikinya saat ini, tersisa sepuluh ribu. Dara menghela nafasnya karena keuangan di keluarga nya tidak ada peningkatan sama sekali. Justru semakin sulit mendapatkan uang, karena penjualan sayur di pasar tidak selalu laku.
Melihat hanya dua batang kayu bakar yang tersisa, Dara bergegas pergi ke hutan untuk mengumpulkannya seperti biasa.
Setelah berganti pakaian dengan pakaian panjang, ia berjalan ke hutan setelah matahari sudah terbit dan hari sudah terang.
"Kenapa Rantingnya tidak ada sama sekali, biasanya di sini cukup banyak. Apa aku harus masuk lebih dalam?" gumamnya
Dara tidak melihat ranting pohon di sepanjang ia berjalan. Karena tidak mungkin ia pulang tanpa membawa apa-apa, jadi Dara memutuskan untuk masuk ke hutan lebih dalam.
Ia memberikan tanda untuk jalan yang sudah ia lewati agar tidak tersesat, lalu melangkah ke dalam hutan.
Benar saja, ada lebih banyak ranting pohon yang sudah kering berserakan di sana. Dara tersenyum lebar dan segera mengumpulkan ranting itu.
Tiba-tiba ia mendengar suara yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Grrrrr.... Aauuuuuuu.....
Dara sedikit menoleh meskipun ia sebenarnya tidak berani, karena ia yakin di belakangnya ada binatang buas yang siap menerkamnya. Dan benar seekor Serigala hutan yang besar dari kejauhan mendekat ke arahnya.
Serigala itu memanggil kawanannya, melihat itu dengan bergegas Dara lari menyelamatkan diri. Ia lari tak tentu arah, sesekali ia menengok ke arah belakang. Ia sama sekali tidak menyadari ia melewati gapura kecil yang mengeluarkan cahaya saat ia melewatinya.
Hingga membuat kawanan serigala itu berhenti lalu berbalik arah.
"Sudah aman kah?" ucap Dara pada dirinya sendiri dengan nafasnya tersengal, saat menoleh dan tidak mendapati adanya kawanan serigala itu
"Eh, di mana ini?" Dara terkejut saat menyadari tempat yang begitu asing di matanya.
"Si4l!! Seperti nya aku tersesat" ucap Dara lagi.
Ia kemudian berjalan mencari jalan keluar, namun setelah sekian lama ia berjalan, justru ia kembali ke tempat semula yang membuatnya frustasi.
Dara duduk di atas rerumputan tidak sengaja tangannya menyenggol sesuatu. Ia terkejut saat melihat sebuah pedang tertancap hampir seluruh nya di tanah rerumputan itu.
"Woah... Gagangnya indah sekali seperti pedang kuno, tapi bilahnya kenapa tidak berkarat? ucap Dara.
Ia menyentuh bilah pedang itu dan jarinya tersayat hingga darah menetes mengenai pedang itu.
"Awwsss, si4l, tangan ku tergores" gumam Dara
"Sepertinya pedang ini pedang antik tapi kenapa tidak berkarat sama sekali. Kenapa aku tidak mengambilnya? Siapa tahu masih laku untuk di jual. Lagian di tengah hutan begini, tidak mungkin punya pemilik" gumam Dara lagi.
Tanpa ba-bi-bu lagi Dara menarik pedang itu dan itu sangat mudah. Bahkan tanpa tenaga yang besar Dara sudah berhasil mencabutnya.
"Waaahhh gagah dan Indah sekali" ucap Dara terpesona melihat pedang itu.
Namun ia terkejut saat ia pegang, pedang itu bergetar, Dara segera melemparkannya karena takut. Bukannya tergeletak, pedang itu justru melayang di udara membuat Dara bergidik ngeri.
Pedang itu perlahan menghilang berubah menjadi sinar hijau, dan dengan cepat sinar hijau itu terbang dan masuk ke kepala Dara.
"Arrrgghhhh!!!!!!" teriak Dara dengan sangat keras.
Karena tidak kuat menahan sakit di kepalanya, Dara jatuh tidak sadarkan diri.
....
"Yang Mulia... Bangun Yang Mulia..." sebuah suara masuk di pendengaran Dara.
Perlahan Dara membuka matanya, seperti nya ia pingsan begitu lama. Karena terlihat hari sudah mulai sore.
"Ughh..." Dara memegang kepalanya yang sedikit pusing.
Ia memejamkan matanya lagi, agar pusingnya menghilang. Setelah di rasa sudah lebih baik, Dara membuka matanya kembali. Di Lihatnya seekor harimau putih yang sangat besar di depannya.
"Xiao Bao..." ucap Dara memanggil Harimau itu tanpa takut sama sekali.
"Yang Mulia, akhirnya anda sadar" ucap Xiao Bao
Selama Dara tidak sadarkan diri, ia bergelut dengan seseorang untuk menempati tubuhnya dan mendapat ingatan dari orang itu yang memiliki wajah yang sama persis dengannya. Jadi ia tidak terkejut melihat Harimau yang ia panggil Xiao Bao, yang merupakan peliharaan dari wanita yang mirip dengannya.
Liu Annchi seorang putri dari seorang kaisar dan juga seorang jendral wanita yang paling di segani di daratan kekaisaran Bintang.
Liu Annchi meninggal karena pengkhianatan sahabat baiknya Fang Yue yang merupakan putri dari perdana menteri, yang memberikannya racun pelumpuh tulang.
Setelah nya Fang Yue menusuk jantungnya dengan pedang kesayangan Annchi sendiri dan membawa tubuh Annchi yang sudah tidak bernyawa ke tebing dan di buang di jurang kehampaan.
Dara menghela nafasnya, ia tidak percaya ia mengalami kejadian tidak masuk akal seperti ini. Awalnya ia merasa itu hanya mimpi, namun terlalu nyata ia rasakan. Namun ia sadar, jika ingatan Liu Annchi kini bersarang di kepalanya. Bahkan jiwa Liu Annchi sudah menyatu dengan jiwanya setelah entah bagaimana ia mengalahkan jiwa Liu Annchi yang ingin menguasai tubuhnya.
"Aku tidak menyangka kau masih hidup setelah ribuan tahun berlalu, Bao. Kau pasti melakukan pengorbanan besar untuk itu" ucap Dara mengelus kepala Xiao Bao.
"Tidak besar yang mulia, karena hamba juga tidak mengerti dan ikut tersedot ke pusaran arus jurang kehampaan. Saat hendak menyelamatkan tubuh yang mulia yang terjatuh. Entah kenapa, hamba justru secara tidak sengaja masuk ke dalam pedang milik yang mulia dan terjebak di dalamnya" jelas Xiao Bao
"Lalu apa rencana mu setelah ini? Kau sudah bebas sekarang, kau bisa pergi kemanapun yang kau mau setelah ini" ucap Dara.
"Hamba tetap ingin mengikuti anda Yang Mulia" ucap Xiao Bao.
"Tapi aku saat ini manusia biasa dan Liu Annchi sudah tidak Ada di dunia ini. Aku adalah Dara, manusia biasa yang secara kebetulan memiliki memori tentang kehidupan Liu Annchi, meskipun jiwanya sudah melebur bersama jiwaku. Aku tetap bukan majikanmu Liu Annchi, Xiao Bao" ucap Dara mengatakan yang sebenarnya.
Karena memang dirinya adalah Dara, meskipun jiwa dan ingatan Liu Annchi ada padanya. Tapi jelas Dara lebih dominan dan bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
"Hamba tahu, jika anda bukanlah Tuanku. Tapi Tuanku memilih anda untuk mewarisi memori nya. Jadi hamba memutuskan untuk mengikuti anda" ucap Xiao Bao tetap pada pendiriannya.
"Tapi aku tidak bisa membawamu bersamaku. Bisa gempar seluruh penduduk desa jika aku membawa harimau besar ke dalam pondokan. Dan adikku juga akan takut melihatmu" ucap Dara
"Yang mulia bisa memasukan hamba di ruang dimesi milik anda" ucap Xiao Bao.
"Ruang dimensi? Ruang dimensi hanya di miliki manusia istimewa seperti Liu Annchi, Sedangkan aku tidak memilikinya, lagian ini jaman modern mana ada hal yang seperti itu." ucap Dara tidak percaya jika milik Liu Annchi juga ikut masuk ke tubuhnya.
"Anda memang tidak memilikinya sebagai manusia biasa yang mulia, Tapi jiwa, memori dan semua pengalaman Yang Mulia Liu Annchi yang dulu ada pada tubuh anda sekarang. Kemungkinan keistimewaan Yang Mulia Liu Annchi juga ikut masuk ke tubuh anda" ucap Xiao Bao
"Mungkinkah keistimewaan Liu Annchi ikut masuk ke tubuhku?" ucap Dara
"Hamba hanya menebaknya. Tapi tidak ada salahnya anda mencoba melihat di dalam tubuh anda" ucap Xiao Bao.
Dara mengangguk, ia mencoba mengikuti apa yang di sarankan Xiao Bao. Bagaimana Dara tahu caranya? Tentu Dara bisa tahu karena memori milik Liu Annchi yang kini di kepalanya itu.
...••••...
Dara mengikuti cara yang ia tahu dari ingatan Liu Annchi untuk melihat ruang dimensi di tubuhnya. Ia terkejut mendapati dirinya bisa mengakses ruang dimensi tubuh milik Liu Annchi.
Ruangan dimensi tubuh adalah hal yang langka di kekaisaran Bintang, luasnya bisa mencapai satu kota kecil.
Jaman Annchi dulu, tidak banyak orang tahu ruang dimensi tubuh. Karena biasanya orang akan menyimpan barang mereka di sebuah kantong penyimpanan atau cincin ruang yang di buat ahli tempa.
Dan hanya tiga orang yang mengetahui kelebihan Liu Annchi yang memiliki ruang dimensi di tubuhnya. yaitu ia sendiri, ayah kaisar dan Xiao bao.
Kekaisaran Bintang merupakan kekaisaran terbesar, termakmur dan terkuat di daratan benua Biru saat itu. Itu tidak lepas dari pimpinan ayah kaisar Liu Chang yang sangat hebat, cerdas dan adil. Juga Jendral wanita muda yang tidak lain adalah putrinya sendiri yang memimpin ratusan ribu pasukan.
Ada tiga bakat hebat di dataran Benua Biru Ketiganya adalah, Kultivator, Alkemis dan ahli menempa. Dan ketiganya memiliki tingkatan, semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi pula ilmunya.
Dan Annchi merupakan bakat istimewa dengan memiliki ketiga bakat itu sejak ia lahir, tidak hanya itu, ia memiliki ruang dimensi tubuh yang baru di ketahui saat ia berusia tujuh tahun.
"Luar biasa, Xiao Bao!! Aku bisa mengakses ruang dimensi. Woah...!!! Aku bisa kaya raya, aku melihat begitu banyak Emas dan permata di dalamnya" ucap Dara berteriak kesenangan.
Bagaimana tidak? Begitu banyak Emas dengan berbagai bentuk seperti koin, telur dan lain-lain. Berbagai batu permata di dalam ruang dimensi juga berserakan begitu saja. Itu karena kekuatan Liu Annchi yang mencapai Tingkatan 10 saat itu, jadi ia bisa mengubah suatu benda apapun yang ia hendaki menjadi emas, permata atau bentui lain sesuka hatinya.
"Selamat Yang Mulia" ucap Xiao bai ikut senang mendengarnya.
"Mengingat tebakan hamba benar, Kemungkinan tebakan lain juga benar. Apa Yang mulia tidak mencobanya juga?" tanya Xiao Bao
"Ya kau benar, Tidak perlu mencobanya. Aku bisa merasakannya, aku bisa mengasah kembali bakatku sama seperti Liu Annchi dulu meskipun itu sangat susah mengingat aura di Bumi sangat tipis" ucap Dara tersenyum.
Karena bakat Liu Annchi sebagai kultivator, Alkemis dan ahli tempa juga ikut masuk ke tubuhnya. Dara bertekad untuk mengasahnya. Hanya saja, Dara harus memulainya dari awal kembali, untuk membentuk semuanya.
"Xiao Bao, Karena di negara ini namamu sangat aneh aku akan menganti namamu menjadi White karena tubuhmu sangat putih bersih atau di daerah lain di sebut maung bodas, seperti salah satu cerita sejarah" ucap Dara
"Hamba tidak keberatan yang mulia. Jadi pangggilan hamba sekarang adalah White" ucap Xiao Bao atau kita sebut White.
"Sekarang bawa aku ke pinggir hutan! Aku harus pulang karena hari sudah gelap. Aku takut Dimas khawatir karena aku belum pulang" ucap Dara
"Baik yang mulia, silahkan naik ke atas punggung hamba" ucap White menunduk.
White berlari kencang dengan Dara yang menungganginya, tidak ada hewan penghuni hutan yang berani keluar saat ia lewat. Karena tekanan dari aura spiritual milik White, membuat semua hewan tunduk.
White kemudian berhenti saat mereka sudah hampir sampai di ujung hutan.
"Masuk lah ke ruang dimensi ku White. Aku akan mengeluarkanmu jika aku sudah menemukan tempat yang cocok untukmu atau aku membutuhkan bantuanmu suatu hari nanti" ucap Dara, White mengangguk.
Dara, memegang pucuk kepala White, lalu memusatkan pikirannya. White langsung menghilang dan saat ini sudah berada di dalam ruang dimensi Dara.
....
"Kakak!!" panggil Dimas dengan raut wajah khawatir bergegas menghampiri kakaknya yang baru saja keluar dari hutan.
"Aku kira kakak nggak akan pulang lagi, aku sangat takut" ucap Dimas sambil menangis, tubuhnya bergetar. Ia takut di tinggalkan sendirian, karena ia sudah tidak memiliki keluarga selain kakaknya.
"Maaf, tadi kakak sempat tersesat saat mencari kayu bakar. Sudah jangan menangis, kamu adalah laki-laki. Kamu jangan cengeng" ucap Dara memeluk adiknya itu.
"Iya kak, tapi jangan lagi nekad masuk ke hutan terlalu dalam. Aku tidak ingin kakak kenapa-kenapa" ucap Dimas.
"Baiklah, sekarang ayo masuk! Kau pasti belum makan. Kakak akan masak dengan sisa kayu bakar yang ada. Besok baru cari kayu bakar lagi" ucap Dara yang di angguki Dimas.
Dara langsung menuju dapur kecil dan menyalakan tungku perapian. Ia masak makanan untuknya dan Dimas. Nasi, tumis kangkung dan telor dadar. Lalu keduanya menyantap dengan lahap.
....
Pagi hari sudah menyambut, Dara duduk di emperan pondokan. Udara pagi menerpa wajahnya begitu menyejukkan. Dimas sudah berangkat ke sekolah sejak tadi.
Dara kemudian mengeluarkan sebuah koin emas di tangannya dari ruang dimensi. Koin emas itu jika di timbang mungkin seberat 20 gram. Dan itu merupakan koin emas dengan ukuran terkecil yang ada di ruang dimensi.
Dari ingatan Liu Annchi, Dara mengetahui hobby unik Liu Annchi yang suka mengubah beberapa benda menjadi emas atau permata hanya karena bosan. Lalu itu semua ia biarkan begitu saja berserakan di ruang dimensi. Karena di kehidupan nyata, Liu Annchi bisa mendapatkan segalanya dari kekaisaran.
"Aku tak menyangka bisa mendapatkan hal yang sangat tidak masuk akal seperti ini. Tapi meskipun begitu, aku bersyukur karena dengan ingatan mu, kemungkinan besar aku bisa mengubah nasib keluarga ku. Dan terimakasih, atas hobi anehmu yang kamu buat iseng-iseng karena bosan, namun itu sangat berharga buat ku di kehidupan ini" gumam Dara mengamati emas di tangannya.
"Aku harus memulai kultivasi sesuai ingatan Annchi. Tapi mungkin akan sulit karena tubuhku adalah tubuh manusia biasa. Sepertinya tidak ada jalan lain. Aku hanya punya satu cara, yaitu Pil Roh Suci. Yang memaksa meridianku agar terbuka dan mengubah tubuhku menjadi tubuh seorang kultivator" gumam Dara lagi.
"Sepertinya aku harus melatih fisikku terlebih dahulu sebelum memulainya. Pil Roh Suci sepertinya ada di ruang dimensi, di sana masih banyak obat-obatan yang berguna untuk kultivasiku kelak, setidaknya sampai aku masuk ke tingkat tiga untuk memulai menyuling pil kembali" monolognya.
"Sekarang aku harus menjual emas ini terlebih dulu ke kota. Setidaknya aku memiliki uang untuk membeli peralatan memasak yang lebih modern dan sisanya aku simpan untuk keperluan lain.
Setelahnya berkata seperti itu, Dara masuk kembali ke dalam rumah. Ia bersiap untuk pergi ke kota yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.
Pusat kota Y, di tempuh kurang lebih satu setengah jam dari Desa S. karena Dara harus berjalan kaki terlebih dulu untuk sampai ke jalan utama, itu memakan waktu sejam. Sedangkan untuk ke kota Y membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit dari jalan utama terdekat.
...••••...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!