NovelToon NovelToon

[NIKAH SMA] Dipaksa Menikah Dengan CEO Muda

Episode 1

Halo semuanya (●’◡’●)ノ selamat datang di karya baru aku. Happy Reading~

Semoga kalian suka♥︎

Lusiana Nachika, seorang gadis berusia 17 tahun yang berusaha keras agar dirinya bisa tetap hidup. Dia adalah salah satu korban bullying disekolahnya karena dianggap sebagai gadis pintar yang pelit. Ia juga diperlakukan buruk oleh keluarganya sendiri. Ayahnya yang tukang mabuk dan hobi judi itu juga tidak memiliki pekerjaan yang akhirnya membuat Lusia terpaksa harus bekerja. Ditambah lagi dengan Ibu serta adik tirinya yang selalu memarahinya.

Pernah sesekali Lusia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tapi alasan kenapa dirinya itu tidak berani mengakhiri hidup adalah karena keinginan Ibu kandungnya sebelum meninggal. Dia menginginkan anaknya agar hidup bahagia sebelum pergi dari dunia ini.

***

"Gila, ya?!! Liat dong hasilnya" Kesal seorang gadis bernama Nara. Belum lama ini, dirinya menjadi seorang model atau biasa disebut sebagai ulzzang di sebuah agency.

"Kamu kenapa, Nara?" Tanya Catarin. Dia salah satu teman perempuan yang paling dekat dengan Nara.

"Hiks...hiks... gara gara Lusia ngga mau bagi jawaban waktu ulangan kemarin, nilai aku jadi rendah. Padahal aku udah janji sama Papah Mamah kalo aku bakal jadi juara kelas di semester kali ini. Mereka juga udah janji mau kasih aku surprise!" Ucapnya diiringi dengan isak tangis.

Tak lama setelah itu, Lusia memasuki ruangan kelas dengan penampilan rapih. Rambutnya yang berwarna hitam panjang itu sangat terlihat indah. Apalagi bentuk tubuhnya yang begitu elok menjadi daya tarik semua orang. Bukan hanya tubuh, namun wajah cantik dan manis Lusia itulah yang membuat para lelaki jatuh cinta padanya.

"Itu dia orangnya" Ujar Catarin sambil menunjuk ke arah Lusia yang baru saja memasuki ruangan kelas.

Ia yang tidak tau apa apa dibuat heran oleh mereka berdua yang tiba tiba memanggil namanya.

"Apa?" Tanya Lusia sambil berjalan menuju ke arah tempat duduknya.

"Ini nih, gara gara kamu ngga mau kasih jawaban ke aku. Nilai aku jadi rendah gini!!" Bentaknya sambil mendobrak meja miliknya.

Sejak saat itu, Lusia menjadi bahan omongan semua orang. Apalagi Nara seorang anak pengusaha itu menyelidiki latar belakangan Lusia yang ternyata berasal dari keluarga miskin.

Berbagai cemoohan dan sindiran orang orang pun selalu terlempar padanya. Tidak ada orang yang menyukainya setelah hari itu. Alasan Lusia dibully bermula dari Nara. Dia yang selalu menyebarkan berita berita tidak benar pada semua orang menjadikan Lusia seperti orang asing dikelas.

Entah karena iri atau benci dengan tubuh Lusia yang begitu sempurna, Nara juga menyebutnya sebagai seorang pelacur yang hanya bekerja untuk memuaskan para lelaki tua. Karena dirinya tidak mampu hidup selain mencari uang dengan cara itu.

***

Siang itu, suasana kelas begitu ramai. Beberapa anak dari kelas lain juga ikut menyaksikan dimana kejadian saat Lusia diperlakukan buruk oleh teman teman satu kelasnya.

"Hahaha,,, siapa juga yang suruh kamu godain pacar aku? Hah?!!! Udah miskin, ngga tau malu pula!" Seloroh Nara yang mengaku jika pacarnya itu digoda oleh Lusia.

Anak anak kelas juga tidak tinggal diam. Diantara mereka ada yang melemparkan sampah pada Lusia dan ada juga yang beberapa kali memukulinya.

Buak!!! Buak!!! Ray, seorang anak lelaki yang terkenal dengan wajah tampan dan sikap dinginnya itu memukul bagian kepala Lusia menggunakan sapu yang disediakan dikelas.

"Uh, kalo aku yang ada di posisi itu pasti sakitnya ngga ketolong" Ucap salah seorang anak kelas lain yang melihat kejadian itu hanya lewat jendela kelas karena ruangan kelas yang terlalu ramai membuatnya tidak bisa melihat dari dekat.

"Salahnya juga sih, siapa juga yang suruh godain pacar temennya?" Kesal temannya.

"Cukup... sakit.... ini sakit.... " Lusia hanya bisa merintih kesakitan dalam hatinya. Matanya yang terus mengeluarkan air mata itu tidak diperdulikan oleh orang orang disekitarnya.

Tiba tiba, seorang anak lelaki menyerobot masuk kedalam kelas. Namanya adalah Ethan Hugo atau yang biasa disebut dengan sebutan Ethan. Dialah satu satunya anak disekolah yang masih perduli terhadap Lusia.

"Berhenti!!!" Teriaknya sambil menghentikan perbuatan anak anak lain.

Setelah mendengar teriakan itu, diantara mereka tidak ada yang melanjutkannya lagi. Mereka hanya menatap Ethan dengan tatapan penuh kebencian.

"Apa kalian ngga liat seorang gadis yang lagi kesakitan karena perbuatan kalian?!! Liat!! Apa kalian buta??" Ethan terus melontarkan kata katanya itu tanpa memperdulikan siapa saja yang berada disekitarnya. Hatinya benar benar merasa sakit melihat seorang gadis didepan matanya itu menangis kesakitan.

"Aku tanya sekali lagi sama kalian, apa kalian buta?!!!! Hah?!!" Serunya sambil menunjuk beberapa anak yang baru saja merundung Lusia. Karena tidak bisa menahan rasa sedihnya, tanpa sadar ia mengeluarkan cairan bening dari matanya.

"Cih. Kamu pikir kamu itu pahlawan? Minggir! Ngga perlu ikut campur" Ucap Nara yang merasa jijik dengan sikapnya itu.

Tanpa rasa takut, Ethan kemudian langsung memegang tangan Lusia kemudian menariknya pergi dari tempat yang seperti neraka itu.

"Kenapa kamu perduli? Ethan...." Ucapnya dalam hati sambil terus menangis.

Anak anak dikelas yang melihatnya menjadi berpikiran buruk tentang Ethan yang selalu perduli pada Lusia.

"Godaan apa lagi sih ini?"

"Jijik banget... udah rebut pacar orang, mau rebut cowo cowo tampan disekolah ini juga?"

"Dia pikir dia yang berkuasa disekolah ya karena dia itu cantik? Paling cuman pinter sama cantiknya aja, dia jadi sombong. Padahal dia anak orang miskin yang ternyata seorang pelacur"

Berbagai cemoohan terus keluar dari mulut orang orang itu. Mereka jadi bertambah beranggapan buruk tentang Lusia.

Di tempat lain, ternyata Ethan membawa Lusia ke taman belakang sekolah yang terlihat sepi. Ethan menyuruh Lusia yang masih setia dengan tangisnya itu untuk duduk. Sedangkan ia sendiri berjongkok dibawah Lusia.

"Tatap aku....!!" Tegas Ethan. Namun Lusia sama sekali tidak mau menatapnya. Ia merasa malu karena kejadian tadi, meskipun sebenarnya kejadian ini sudah terulang berkali-kali.

"Pergi! Aku ngga butuh kasihani dari kamu, semua orang itu sama aja, ngga ada bedanya" Ucapnya sambil mendorong Ethan agar menjauh darinya.

Dengan berat hati, Ethan pun menuruti apa keinginan Lusia. Dia pun angkat kaki dari taman itu dengan perasaan yang masih belum tenang.

Tak lama setelah itu, bel masuk berbunyi. Suasana kelas yang sebelumnya dihebohkan oleh perundungan Lusia kini sudah mulai sunyi.

Ditambah dengan guru yang tiba tiba memasuki ruangan kelas sambil membawa beberapa buku sempat mengejutkan anak anak.

"Selamat siang semuanya" Sapa guru tersebut. Namanya adalah Lorena.

"Pagi Bu" Jawab mereka.

Bu Lorena yang melihat murid dikelasnya berkurang dua anak pun lantas bertanya, "Siapa yang belum masuk? Kok udah waktunya pelajaran dimulai belum masuk juga?"

"Tadi aku liat Lusia sama Ethan lagi ada di toilet Bu" Timpal Catarin. Anak anak yang mendengar jawaban dari Catarin itu merasa heran. Tetapi Catarin membuat isyarat dengan mengedipkan sebelah matanya pada mereka.

"Lagi ngapain mereka di toilet? Catarin, kamu coba panggil mereka, ya" Tegas Bu Lorena menyuruh Catarin agar secepatnya menjemput Lusia dan Ethan.

Bersambung....

Episode 2

Happy Reading~

Belum sempat Catarin berdiri dari tempat duduknya, tiba tiba Ethan memasuki ruangan kelas dengan wajah yang terlihat seperti habis menangis.

"Maaf, saya terlambat" Ethan berucap sambil melangkah pelan ke arah Bu Lorena yang sedang berdiri didepan.

"Lusia mana?" Tanya Bu Lorena yang merasa heran karena Lusia tidak masuk bersamaan dengan Ethan.

"Saya ngga tau" Balas Ethan yang memang benar tidak mengetahui keberadaan Lusia saat ini.

"Loh, tadi kata Catarin... kamu habis dari toilet sama Lusia? Kenapa sekarang kamu ngga tau dimana Lusia?"

"Aduh, sial! Mati aku" Batin Catarin.

Ethan yang mendengar penjelasan dari Bu Lorena jadi merasa kesal pada Catarin. Tapi ia juga tidak tau harus berbuat apa padanya.

"Catarin bohong" Cetus Ethan yang kemudian langsung berjalan menuju ke tempat duduknya.

Anak anak lain yang melihatnya jadi ikut tegang terbawa oleh suasana. Sedangkan Catarin hanya terdiam menunduk takut akan hukuman yang diberikan oleh Bu Lorena.

"Sepulang sekolah, kamu ke kantor saya" Ucap Bu Lorena menunjuk ke arah Catarin. Benar saja apa yang sedang ia pikirkan kalau dirinya pasti akan dihukum.

Kring!!!

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Ini adalah saat yang sudah di nanti para murid agar bisa segera pulang dan beristirahat dirumah.

Namun ada beberapa anak dikelas yang masih heran dengan Lusia karena belum kembali ke kelas sampai jam pelajaran berakhir. Bahkan ada beberapa dari mereka yang beranggapan bahwa Lusia bolos siang tadi.

"Aku pergi dulu, ya" Ucap Catarin sambil melambaikan tangannya pada Nara dan Ray.

"Mau kemana?" Tanya Nara.

"Kamu lupa? Aku kan dipanggil Bu Lorena buat ke kantornya tadi" Cetus nya kesal. Nara yang teringat dengan kejadian tadi pun jadi cengar cengir.

Sementara dengan Lusia, dia masih termenung dijalan pulang menuju ke rumahnya. Karena tidak sempat mengambil tas dikelasnya saat bolos tadi siang, dia pun jadi terpaksa meninggalkan tasnya di kelas.

"Huh.... " Dengus nya. Orang orang disekitar tempat itu banyak yang menatap Lusia dengan tatapan yang kejam. Entah apa yang membuat orang orang di dunia ini jadi membenci dirinya.

Karena merasa hari sudah semakin larut, Lusia pun membuka jam di HP nya untuk melihat sudah pukul berapa sekarang ini.

Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 16.11 yang artinya dia harus segera bergegas untuk pulang ke rumah. Dan malamnya, ia harus menuju cafe dimana ia bekerja sebagai pengantar makanan untuk para pelanggan.

Tak lama setelah itu, Lusia pun akhirnya sampai dirumah dengan punggung tanpa tas. Dia membuka pintu rumah dengan sangat perlahan karena takut Ayahnya melihatnya.

Baru selangkah ia memasuki lantai dirumahnya, ia langsung berhadapan dengan Ibu tirinya yang sangat kejam.

"Maria minta uang buat jalan jalan sama temennya. Kamu... ada simpenan kan?" Tanya Emma selaku Ibu tiri Lusia. Maria Evelyn, dia adalah adik tiri Lusia. Gadis yang dua tahun lebih muda darinya.

Lusia hanya menjawabnya dengan menggeleng pelan. Dia kemudian meninggalkan Emma tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

"Hey! Dasar ngga ada sopan santun nya sama orang tua" Lontar Emma dengan mulut terbuka lebar.

Lusia langsung berbaring di kasurnya setelah masuk kedalam kamar kecilnya. Ia bergumam sambil menatap awan awan di langit dari jendela kamarnya. Dia selalu berharap bisa menemukan orang yang masih perduli terhadapnya di dunia ini. Karena lelah, Lusia pun tak sengaja tertidur dengan tubuh yang masih dibaluti dengan seragam SMA.

~

"Hoammmm" Lusia menguap. Dia membuka matanya dengan perlahan dan melihat awan gelap sudah muncul. Sontak ia pun terkejut dan segera melihat jam di HP nya. Untungnya dia masih selamat karena dia belum telat untuk datang bekerja.

Secepat mungkin ia membersihkan tubuhnya itu dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Ia juga tak lupa untuk membawa tas kecilnya yang biasa ia bawa saat bekerja.

Sesampainya ditempat Lusia bekerja, dia langsung menaruh tas nya di tempat seperti biasanya sambil menunggu jadwal sift pergantian jam bekerja dengan yang lain.

Tak lama ia menunggu, akhirnya ia pun mulai bekerja. Beberapa kali dia mengantarkan makanan ke meja pelanggan dengan memasang wajah cantik manisnya itu karena ditambah dengan senyuman.

Tap... tap.... tap...

Seorang pelanggan berwajah tampan dengan pakaian ber jas ditubuh kekarnya itu menjadi pusat perhatian para pelanggan. Ditambah dengan mobil mewah yang ia kenakan saat perjalanan menuju cafe ini dan dua orang dibelakangnya yang terlihat seperti bawahannya.

Pria itu pun mengangkat tangan sambil menatap ke arah wanita yang masih senggang agar membawakan buku menu untuknya. Sambil berlari, wanita itu membawakan buku menu dan menunjukkan nya pada pria bertubuh kekar tersebut.

"Tuan... apa yang ingin anda pesan?" Tanya wanita itu dengan suaranya yang terdengar lantang.

"Bawakan aku makanan terenak di cafe ini. Serta minumannya juga" Ucap pria itu sambil mengisyaratkan agar secepatnya membawakan makanan pesanannya.

Tak sampai 20 menit menunggu, Lusia pun sudah siap untuk mengantarkan makanan ke meja pria itu.

"Selamat menikmati..., Tuan" Seloroh Lusia agar terlihat lebih ramah.

Namun pria itu kelihatannya sangat fokus dengan dua gunung kembar milik Lusia yang terlihat begitu menonjol. Matanya sampai tidak bisa berkedip setelah melihatnya. Dia juga merasa tertarik dengan wajah Lusia yang cantiknya bukan main.

Setelah selesai mengantarkan makanan pada pria itu, Lusia pun kembali bekerja untuk mengantar makanan ke meja pelanggan yang lain.

"Aku tertarik dengannya" Gumamnya dengan senyuman kecil yang terlihat diwajah tampannya itu. Namun sepertinya dua asisten yang berada di belakang nya mendengar ucapannya barusan.

"Selidiki siapa sebenarnya wanita tadi serta latar belakangnya. Aku ingin mengetahui nya besok pagi" Perintah pria itu.

"Baik, Tuan" Jawab kedua asisten tersebut.

Pria itu adalah seorang CEO muda yang masih berusia 21 tahun. Dia mewarisi seluruh kekayaan yang ditinggalkan oleh kakeknya dan menjadi bos di beberapa perusahaan ternama yang sudah lama berdiri. Bill Amedeo, itulah namanya.

***

Esok pun tiba, sesuai dengan keinginan Bill. Semuan informasi mengenai Lusia sudah ia dapatkan berkat kerja keras para asistennya. Sesegera mungkin dia merancang rencana agar bisa mendapatkan Lusia.

Sedangkan Lusia sendiri sudah bersiap untuk pergi ke sekolahnya. Meskipun sebenarnya dia tidak berani muncul lagi dihadapan Nara serta temannya yang lain, tetapi ia juga tidak ingin jika harus berhenti sekolah.

Setelah sampai disekolah, Lusia langsung dipanggil oleh Bu Lorena selaku wali kelas di kelas tersebut untuk segera menemuinya ke kantornya.

Kantor Bu Lorena~

"Ada apa ya Ibu panggil saya?" Tanya Lusia yang sudah merasa tidak enak sejak awal memasuki ruangan kantor ini.

"Kamu... kemarin bolos, kan?" Ucap Bu Lorena membuat Lusia semakin panik. Tetapi dia juga menjawabnya dengan jujur.

"Iya"

"Pulang sekolah, kamu bersihin halaman sekolah sampe bersih. Ngga boleh ada satupun sampah yang tersisa" Perintahnya.

Sontak Lusia pun dibuat terkejut dengan perkataan Bu Lorena yang pastinya bukan main.

Bersambung....

Episode 3

Happy Reading~

Kring!!!

Suara bel pulang berbunyi begitu nyaring. Seluruh siswa berlarian menuju gerbang sekolah yang kini terbuka lebar untuk mereka. Terkecuali untuk Lusia yang kini sedang berada di halaman sekolah.

Ethan yang tak sengaja melihat Lusia pun berlari mendekatinya sambil membawa beberapa buku besar yang nampak berat.

"Lusia!" Seru Ethan dari arah belakang.

Sontak Lusia dibuat kaget olehnya dan langsung menoleh ke arah Ethan.

"Kamun ngapain masih disini? Biasanya langsung pulang" Tanya Ethan merasa sedikit heran dengan Lusia.

"Gara gara kemarin aku bolos, jadinya hari ini aku dapet hukuman buat bersihin seluruh halaman sekolah sampe bersih. Ngga boleh ada satupun sampah yang tersisa, itu kata Bu Lorena" Jelasnya.

Tak lama setelah itu, Lusia mulai membersihkan halaman sekolah dari arah timur. Dia mengambil sampah sampah untuk di masukkan nya kedalam plastik sampah besar yang sudah disiapkan.

"Aku bantu, ya" Ucap Ethan tersenyum pada Lusia dengan tangannya yang sudah mulai memegang sampah.

"Boleh"

Sore itupun berlalu begitu cepat. Pekerjaan menjadi ringan jika dilakukan bersama sama. Tak memakan waktu lama, akhirnya mereka berdua pun selesai membersihkan sampah di halaman sekolah yang begitu luas. Mungkin Lusia tak akan sanggup jika dirinya membersihkan sampah ditempat seluas itu sendirian.

Karena lelah, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak dan duduk di sebuah kursi panjang di halaman itu.

Beberapa saat kemudian, Lusia yang sedari tadi menatap langit langit penuh harapan itu tiba tiba bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan Ethan tanpa berbicara sepatah katapun padanya.

"E... eh?" Ethan kebingungan. Namun ia tidak menyusul Lusia melainkan masih terduduk di kursi itu.

Belum jauh dari tempat sekolah, Ethan tiba tiba memanggil nama Lusia yang kedua kalinya dari arah belakang.

"Lusia! Tunggu!" Teriaknya dengan suara nafas ngos-ngosan. Lusia pun menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke belakang. Dia melihat wajah Ethan yang berlari sambil tersenyum lebar padanya.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang bersama. Tetapi karena hari sudah cukup larut, Lusia langsung pergi ke tempat kerjanya tanpa harus pulang terlebih dahulu.

Tiba di sebuah tempat, Lusia berhenti dan menyuruh Ethan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya. Ternyata jalan menuju cafe dimana tempat Lusia bekerja itu satu arah dengan rumah Ethan.

"Aku mau ke cafe buat kerja. Kamu hati hati dijalan, ngomong ngomong.... makasih buat hari ini" Cetus Lusia tanpa sesekali menatap wajah Ethan.

Ethan yang mendengar ucapan terima kasih dari Lusia yang pertama kalinya ini membuat dirinya semakin yakin untuk bisa menjaga Lusia kedepannya. Karena selama ini, Ethan yang terus terusan membantu Lusia pun belum pernah mendengar ucapan terima kasih darinya.

"Sama sama" Balas Ethan kemudian langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah kepergian Ethan, Lusia pun masuk kedalam cafe itu sebagai pelanggan karena jam kerjanya belum dimulai.

2 jam telah berlalu dan ini sudah waktunya bagi Lusia untuk segera memulai pekerjaannya. Tetapi kali ini Lusia datang ke tempat kerja tidak mengenakan seragam kerja melainkan dengan seragam sekolahnya.

Belum sempat melayani satupun pelanggan di sana, pemilik cafe tiba tiba datang dan memanggil namanya. Jarang jarang dia datang ke cafe nya untuk melihat keadaan di sana, tetapi kali ini dia mampu menyempatkan waktunya untuk datang ke cafe nya sendiri meskipun tidak diketahui apa tujuan kedatangannya.

"Lusia, saya mau bicara sebentar sama kamu" Ucapnya seraya menarik tangan Lusia.

Lusia hanya terdiam sambil bertanya tanya dalam hati, "Kenapa dia panggil aku?"

Mereka pun duduk di kursi yang biasanya hanya untuk para pelanggan saja. Kemudian pemilik cafe itu mulai membuka pembicaraan.

"Maaf, karena ada suatu hal... kamu terpaksa saya pecat"

Sontak hal itu membuat Lusia sangat terkejut dan jadi tidak dapat berkata apa apa.

"Tapi saya pecat kamu itu bukan karna kesalahan kamu, melainkan karena ada masalah di cafe. Jadi... mulai hari ini, saya dengan berat hati berhentiin kamu bekerja"

Lusia pun hanya bisa menangis dalam hatinya meskipun sebenarnya ia ingin sekali menangis dihadapan beliau.

"Ngga papa Bu, saya juga ngertiin kok. Mungkin selama saya kerja di sini saya banyak salah, tolong dimaafin ya. Kalo gitu, saya permisi. Makasih buat semuanya" Ucapnya sambil beranjak dari kursi. Langkahnya perlahan mulai meninggalkan tempat tersebut.

~

Sesampainya di rumah, keluarga Lusia kaget dengan kedatangan Lusia yang tak biasanya. Ayahnya yang terlihat sedang mabuk itu menatap Lusia dengan tatapan heran. Sedangkan Ibu dan adik tirinya hanya menatapnya dengan tatapan ingin mencemooh dirinya.

"Kok jam segini udah pulang?" Tanya Emma sembari mendekati Lusia.

"A--aku,, aku dipecat" Ucapnya gugup.

Plak!!!! Sebuah tangan mendarat di pipi mulusnya itu. Namun Lusia tidak dapat berkutik karena ia hanya seorang diri yang tidak mampu melawan mereka.

"Kamu kerjanya ngga bener kan, makanya dipecat?!!" Omel Kyne selaku Ayah kandung Lusia.

Perlahan, Lusia meneteskan air matanya didepan mereka semua. Ia terduduk di lantai dengan tubuh tak berdaya.

"Hiks... aku minta maaf. Tapi ini semua bukan salah aku.... hiks.... aku janji bakal cari pekerjaan lagi" Ia terus melontarkan kata kata sambil merintih tidak tahan ingin mengeluarkan tangisnya.

Namun apa yang terjadi? Mereka tidak perduli pada Lusia dan hanya membiarkan nya di sana. Yang mereka perdulikan adalah yang terpenting Lusia bisa mendapatkan pekerjaan lagi setelahnya.

"Baguslah kak" Celetuk Maria yang terlihat santai dengan HP nya.

Malam itupun Lusia lewati dengan tangisan yang tak henti hentinya keluar dari kedua matanya.

***

Pada saat tengah malam, dimana semua orang sudah tertidur, Kyne tiba tiba mendapat sebuah panggilan dari seseorang yang tidak ia kenal. Dengan perasaan campur aduk, dia pun memberanikan diri untuk mengangkatnya.

"Halo" Suara itu terdengar jelas di telinga Kyne. Suara yang terdengar seperti seorang pria pengusaha dan arrogant.

"Ah, ha--halo? Siapa, ya?" Tanya Kyne yang sebenarnya merasa ragu.

"Aku Bill Amedeo. Apa kau mengenalnya?" Cetus pria itu yang ternyata adalah Bill.

"Bill?!!" Kyne terkejut setengah mati saat mendengar bahwa yang menelepon dirinya adalah Bill. Seorang pria yang sudah memegang banyak perusahaan di usianya yang masih begitu muda. Dia berharap akan ada keberuntungan setelah ini.

"Tentu saja! Aku mengenalnya!"

"Jadi, aku ingin mengajakmu untuk bertemu sekarang" Dengan suara arrogant Bill mengajak Kyne untuk bertemu dengannya.

"Kita bertemu di restoran xxx" Ia pun langsung mengakhiri panggilannya seperti seorang penipu saja yang ingin menipu seseorang dengan cara menemuinya.

Tidak berpikir panjang, Kyne langsung bergegas menuju tempat yang tadi disebutkan oleh Bill. Ia menaiki sebuah taxi yang lewat di depan rumahnya dengan mengenakan pakaian biasa.

"Hehe.... apa ini keberuntungan? Kalo aja dia kasih aku milliar an rupiah, aku bakal beli wine yang termahal!" Pikirnya dalam hati dengan perasaan yang begitu senang.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!