NovelToon NovelToon

I Love You Duren Impoten

Bab 1: Perceraian

Di sebuah kota yang merupakan ibu kota Korea Selatan, tampak ramai dengan hilir mudik orang yang berlalu lalang. Di tengah hiruk-pikuk orang-orang itu, terlihat seorang pria berjalan memasuki sebuah gedung bertingkat.

Ditangan kirinya menggenggam sebuah buket bunga, sedangkan tangan kanannya tampak sebuah paper bag berwarna elegan yang terlihat begitu mewah dan elegan.

Senyum lebar tak hilang sedikit pun dari bibir Kissable-nya.

Hari ini adalah ulang tahun pernikahannya yang pertama dan dia ingin memberikan sebuah kejutan pada istri tercintanya. Mereka berdua memang tak berniat untuk merayakannya, akan tetapi si pria berinisiatif memberikan kejutan pada pasangannya.

Pria berkaca mata itu sesekali mencium bunga di tangan kirinya sambil mengangkat paper bag ditangan kanannya. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan kejutan pada wanita tercintanya.

"Sayang, aku pulang." Namun tak ada sahutan. Pria itu mendadak bingung. "Tumben sekali Yunna tidak menyambut ku?" Ucapnya keheranan.

Biasanya saat dirinya pulang,sang istri tercinta selalu menyambutnya dengan pelukan hangat dan kecupan manis. Namun tidak untuk hari ini. Yunna bahkan tak menunjukkan batang hidungnya.

"Aaahhhh... Ahhhh..."

Samar-samar ia mendengar suara ******* dari lantai dua. Suaranya terdengar tidak asing, tak ingin berpikir buruk, pria itu pun pergi memastikannya. Bisa saja dia hanya salah dengar.

Langkah kakinya terhenti ketika suara ******* itu semakin keras. Ia juga mendengar suara laki-laki dari kamarnya. Dengan perasaan bercampur aduk, pria itu pun mendorong pintu kamarnya dan....

"Gerry, Yunna!!"

Dan keduanya pun terkejut bukan main. Yunna terutama. "A..Aiden. Tolong dengarkan dulu, i..ini tidak seperti yang kau pikirkan. Apa yang kau lihat tidak seperti yang itu. A..Aku sedang membantu Gerry, dia bertengkar Shilla dan ingin memberi pelajaran padanya. Aku hanya membantunya."

Aiden tersenyum meremehkan."Membantunya kau bilang?! Kau pikir aku ini bodoh sehingga bisa kau tipu begitu saja. Dan kau Gerry, kau benar-benar memuakkan. Bajingan macam apa kau yang tega menghianati istri sebaik Shilla? Kau benar-benar biadab!!" Aiden menghampiri Gerry dan memukulnya dengan keras. Dan apa yang Aiden lakukan membuat Yunna terkejut bukan main.

"Aiden, kenapa kau malah memukulnya?! Dia tidak bersalah, aku yang berinisiatif membantunya. Dia dan Shilla bertengkar dan Gerry ingin memberikan pelajaran padanya!!"

Lalu pandangan Aiden bergulir pada Yunna. Dia menatap wanita itu dengan tajam. "Atas dasar apa kau ikut campur dalam rumah tangga mereka? Apa kau memiliki hak, dan apa kalian berdua memikirkan bagaimana perasaannya setelah tau apa yang telah kalian lakukan ini?! Yunna, kau membuatku kecewa. Kau menjijikkan, kita cerai saja!!"

Yunna kemudian menatap Aiden dengan marah. "Cerai ya cerai saja. Kau pikir aku tidak bisa hidup tanpa pria tak berguna sepertimu?! Justru aku merasa bebas jika bisa lepas darimu!! Asal kau tahu saja ya, Aiden. Aku malu memiliki suami sepertimu, kau itu miskin dan tidak ada bagus-bagusnya. Apa kau tau bagaimana teman-temanku meledekku karena menikahi pria sepertimu. Dulu aku mau menikah denganmu karena kupikir kau itu kaya!!"

"Lalu apa artinya kebersamaan kita selama satu tahun ini? Kata-kata cinta yang selalu kau katakan padaku, apa artinya semua itu?"

Yunna tersenyum meremehkan. "Kau pikir aku bersungguh-sungguh ketika mengatakannya? Itu hanya untuk menghiburmu saja. Karena aku tau kau tergila-gila dan cinta mati padaku. Aku tidak mau membuatmu patah hati, jadi aku mengatakan semua kebohongan itu padamu!!"

Aiden tersenyum meremehkan. "Kau benar-benar keterlaluan. Apa kau puas setelah mempermainkan perasaanku? Dan semoga kau bahagia dengan keputusanmu itu. Aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu ini!!"

"Oke, kita cerai. Rumah ini adalah milikku dan kau tidak boleh menuntut bagianmu, karena aku tidak akan membaginya denganmu!!"

Aiden menghentikan langkahnya dan menatap Yunna dari ekor matanya. "Kau tenang saja, aku tidak akan mengambil rumah ini kembali. Karena milikku 10X lebih besar dari rumah ini!!" Aiden melanjutkan langkahnya dan pergi begitu saja.

Ditengah langkahnya Aiden menghubungi seseorang. Dia mengatakan pada orang itu jika ia akan pulang hari ini. Dan Aiden juga memintanya menyiapkan berkas-berkas penting. Entah apa yang sebarnya direncanakan oleh Aiden, dan siapa sebenarnya yang dia hubungi, begitu misterius.

-

-

BRAKK!!

Ponsel digenggaman Shilla terlepas begitu saja setelah melihat sebuah video yang dikirimkan oleh seseorang padanya. Shilla tidak tau siapa pengirimnya karena nomornya asing dan tidak ada di kontaknya.

Air mata Shilla tumpah dengan derasnya membasahi wajah cantiknya. Hatinya hancur, orang yang begitu dia percayai dan begitu dia cintai malah menghianatinya. Parahnya lagi, orang yang berselingkuh dengan suaminya adalah sahabatnya sendiri.

Shilla mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai lalu menghubungi seseorang. "Ayo kita bertemu di Violet Cafe. Aku sedang terpuruk dan membutuhkan teman untuk bercerita."

Kemudian Shilla memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Dia kembali menangis dengan keras, dengan brutal Shilla memukul dadanya berharap apa yang dia lakukan bisa mengurangi rasa sesak di dadanya meskipun itu tidaklah berpengaruh sama sekali.

Dan hati wanita mana yang tidak hancur ketika melihat orang yang dia cintai menghianati janji sucinya.

-

-

Tampak seorang gadis keluar dari bandara. Tubuh semampai, kulit putih, mata Hazel dan rambut coklat terang panjang, itulah yang bisa dideskripsikan dari sosoknya. Senyum mengembang diwajah cantiknya.

"Tolong antarkan aku ke alamat ini." Ucapnya ramah sambil menunjukkan alamat tujuannya pada si supir taksi.

"Baik, Nona." Taksi itupun melaju meninggalkan bandara.

Setelah hampir lima tahun hidup sendiri di negeri orang. Akhirnya gadis itu kembali ke tanah kelahirannya, Korea. Lima tahun tinggal di luar negeri. Ternyata tak banyak yang berubah pada negeri tercintanya ini, semua masih sama seperti yang dia ingat.

Perhatiannya teralihkan oleh suara dering pada ponselnya. Gadis itu pun segera menerima panggilan tersebut. "YAKK!! GADIS NAKAL, BERANI-BERANINYA KAU KABUR SEBELUM MENYELESAIKAN KULIAHMU!" gadis itu segera menjauhkan ponsel dari telinganya setelah mendengar teriakan maut ibunya.

"Ma, jangan berteriak. Kau bisa membuatku tuli, aku pulang juga demi Mama. Aku rindu Mama jadi aku memutuskan untuk pulang."

"Banyak alasan. Cepat pulang, biar Mama pukul pantatmu!!"

"Dua hari lagi aku baru pulang. Aku harus pergi ke Jeju, bunga Canola sedang mekar dan aku tidak bisa melewatkannya. Oke Ma, aku tutup dulu ya, sampai jumpa dia hari lagi!!'

"Yakk!! Jangan ditutup dulu!!"

"Bye-bye, Mama."

Gadis itu tersenyum lebar. Dia berani bersumpah jika ibunya pasti sedang ngomel-ngomel tidak jelas sekarang. Dia sungguh tidak bermaksud membuat ibunya kesal dan marah. Tapi dia juga tidak memiliki pilihan. Karena sudah lama sekali dia ingin melihat hamparan Canola di pulau Jeju.

-

-

Bersambung.

Bab 2: Bunga Canola

"Shilla,"

Tubuh Aiden terhuyung kebelakang karena pelukan Shilla. Wanita itu bangkit dari kursinya dan langsung menubruk tubuh kekar lelaki tersebut. Kedua tangan Aiden lalu memeluk wanita yang sedang menangis pilu di pelukannya itu.

"Apa yang kau inginkan sekarang? Masih ingin mempertahankan pernikahanmu atau berpisah dari bajingan itu?!" Sebuah pertanyaan keluar dari bibir Steven, dia menatap Shilla dengan tatapan datarnya.

"Pisah, aku tidak mau bertahan dengan bajingan seperti itu. Selama ini aku sudah sangat tulus padanya. Tapi dia malah menghianatiku, parahnya lagi dia berselingkuh dengan istrimu!!"

"Memang tidak ada gunanya mempertahankan pernikahan yang tidak ada cinta di dalamnya, percuma saja kita mencintai seseorang jika pada akhirnya dia malah menghianati kita. Aku sudah menceraikan Yunna!!"

Sontak Shilla mengangkat wajahnya dan menatap Aiden dengan penuh tanya. "Kau menceraikannya?! Kenapa kedengarannya agak sedikit aneh ya, bukankah kau sangat mencintainya, tapi kenapa sekarang kau malah menceraikannya. Aku pikir kau akan memaklumi dan memaafkan dia,"

"Aku bisa memaklumi semua kesalahan yang pernah dia perbuat padaku, kecuali perselingkuhan!! Tidak ada kata maaf dan toleransi untuk peselingkuh seperti dia!!"

"Lalu apa rencanamu sekarang?"

"Kembali ke keluarga Zhang. Dan meneruskan bisnis yang ditinggalkan oleh mending Kakek."

Aiden sungguh tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir seperti ini. Dia pikir Yunna benar-benar tulus mencintainya dan menerima dirinya apa adanya. Tapi ternyata Aiden salah, karena Yunna memang tidak pernah benar-benar tulus mencintainya, dia hanya memanfaatkan dirinya. Dan bodohnya, Aiden yang buta oleh cinta justru mempercayainya.

Awalnya Aiden ingin membawa Yunna pulang rumahnya dan menjadikannya sebagai Nyonya besar di keluarga Zhang, namun tidak lagi sekarang setelah dia menghianatinya. Dan orang seperti Yunna tak pernah kayak menjadi seorang Nyonya.

"Aku mendukung apapun keputusanmu. Jika itu menurutmu terbaik untukmu, aku pasti akan selalu mendukungnya. Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan segera mengurus surat perceraianku dengan bajingan itu!!" Aiden mengangguk. Shilla beranjak dari hadapan Aiden dan pergi begitu saja.

Sama halnya seperti Aiden. Shilla juga tidak bisa memberikan toleransi apalagi memaafkan seorang peselingkuh. Dan jalan terbaiknya adalah berpisah dari suaminya.

-

-

Musim semi, adalah musim dimana bunga-bunga bermekaran. Musim yang banyak dinanti banyak orang, tak terkecuali dara cantik satu ini. Menikmati bunga Canola di musim semi adalah salah satu keinginannya, bukan... Tapi impiannya. Karena keinginan dan impian adalah dua hal yang berbeda.

Keinginan adalah ketika kita menginginkan sesuatu tapi tidak ada hasrat dan usaha yang kuat untuk mewujudkannya. Sedangkan Impian adalah ketika kita menginginkan sesuatu dan adanya hasrat dan usaha yang kuat untuk mewujudkannya.

Dan hari ini dia bisa mewujudkan keinginannya tersebut meskipun tidak mudah. Butuh lima tahun, karena dia masih harus menyelesaikan studinya di luar negeri. Akan tetapi, impiannya itu bisa dia wujudkan hari ini.

Hamparan lautan kuning bunga Canola yang membentang luas dihadapannya bak permadani. Kuning berpadu dengan birunya langit yang cerah, sungguh menjadi satu perpaduan yang sempurna.

"Ahhh, segarnya." Gadis itu mengambil napas panjang lalu membuangnya. Udara musim semi menang berbeda dengan udara musim-musim lainnya. Begitu segar dan menenangkan.

Suara Blitz kamera yang membidik kearahnya menyita seluruh perhatiannya. Gadis itu menoleh, seorang pemuda berambut pirang tengah tersenyum lebar padanya. "Apa yang kau lakukan?" Tegur gadis itu bertanya.

"Hehehe, aku sedang mencari objek untuk bahan lukisan. Rencananya aku ingin melukis lautan Canola dengan seorang gadis di tengah-tengah hamparan bunga. Dan ternyata aku menemukannya, jadi aku memotretnya supaya tidak lupa posisimu tadi." Ujar lelaki itu sambil tersenyum tiga jari.

Gadis itu mendengus. "Dasar pria aneh!!"

"Atau begini saja, bagaimana kalau kau menjadi objek lukisanku. Aku akan melukismu secara langsung dengan Canola-Canola ini, bagaimana?" Ujar lelaki itu memberi usul.

"Asal harganya sesuai sih aku tidak masalah,"

"Kau minta bayaran?"

"Tentu saja, kau seorang seniman kan? Dan saat ada pameran lukisanmu akan dipajang kemudian kau akan mendapatkan uang ketika lukisan yang kau pamerkan laku. Jadi wajar dong jika aku meminta komisi darimu,"

Lelaki itu berpikir keras. Menimbang apa yang di gadis sampaikan. "Betul juga ya, oke. Aku setuju, kau sebutkan saja harganya. Aku akan langsung mentransfernya padamu."

"Aku tidak butuh uang itu. Berikan komisiku pada panti asuhan, karena mereka lebih membutuhkannya dibandingkan diriku!!"

"Disumbangkan maksudmu?" Gadis itu mengangguk. "Kau benar-benar seperti Dewi. Cantik, baik dan hatimu lembut. Aku menyukai gadis cantik dan lembut sepertimu!! Kau adalah tipeku,"

"Tapi aku tidak suka padamu dan kau bukan tipeku!!"

"Astaga, kau ini to the poin sekali. Tapi akun suka gadis yang to the poin,"

"Dan aku tetap tidak suka pada pemuda sepertimu. Sebaiknya segera kau lukis aku dan jangan terlalu banyak membuang waktuku!!"

"Huft, baiklah."

Pemuda itu tersenyum lebar. Rasanya dia sangat gembira bisa bertemu dan mengenal gadis cantik ini. Sampai-sampai dia mengatakan jika telah jatuh cinta padanya, meskipun langsung mendapatkan penolakan telak darinya.

-

-

"Selamat datang kembali, Tuan Muda."

Kedatangan Aiden disambut oleh para pelayan yang berjajar di depan pintu. Di luar dia selalu direndahkan dan diremehkan, sedangkan di rumahnya dia begitu dihormati dan disegani. Ya, karena sebenarnya Aiden adalah seorang Tua Muda.

Aiden yang begitu yakin jika Yunna mencintainya dengan tulus berencana untuk memboyongnya pulang, tapi ternyata selama ini dia salah menilai Yunna. Dia tidaklah sebaik yang Aiden kira, karena pada kenyataannya Yunna malah menghianati janji suci mereka berdua. Dia berselingkuh dengan lelaki yang tak asing bagi Aiden, dia adalah teman baiknya.

"Tuan Muda, saya sudah mendengar semuanya. Saya turut bersedih, Nyonya ternyata bukanlah wanita baik-baik."

Aiden lantas menatap pria itu tajam. "Jangan menyebutnya, Nyonya. Karena dia tidak layak mendapatkan sebutan itu di rumah ini. Dimana anak ayam itu?"

"Tuan Muda Aileen sedang pergi keluar, seperti Anda tidak mengenalnya saja."

"Hubungi dia dan suruh anak itu untuk segera pulang!!"

"Baik, Tuan Muda."

Aileen sendiri adalah putra bungsu di keluarga Zhang. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan Aiden, Aileen adalah tipe pemuda yang hangat dan ceria, penyayang dan selalu memiliki cara untuk membuat orang-orang yang ada disekitarnya bahagia. Dan semua sifat itu tentu saja tan dimiliki oleh Aiden.

"Apa semua dokumen yang aku minta sudah kau siapkan? Mulai besok, aku akan kembali memimpin di Zhang Empire."

Pria paruh baya itu mengangguk. "Sudah, Tuan Muda. Dan saya sudah menyiapkan semua kebutuhan yang Anda perlukan."

"Bagus sekali, kau memang selalu bisa diandalkan. Tidak salah jika mending Kakek menunjukmu sebagai orang kepercayaannya!!"

"Anda terlalu memuji, Tuan Muda."

Aiden menepuk bahu paruh baya itu dan melenggang pergi. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai setelah mendiang Kakeknya. Sejak kedua orang tuanya menelantarkannya, hanya Kakeknya yang bisa dia percayai di dunia ini. Tapi sayangnya dia sudah tiada.

-

-

Bersambung.

Bab 3: Naik Darah

"ASTER, PULANG SEKARANG!!"

Gadis itu 'Aster' menjauhkan ponselnya dari telinganya setelah mendengar teriakan maut sang Ibu diseberang sana. Gendang telinganya rasanya mau jebol mendengar teriakan maut ibunya yang seperti suara lumba-lumba.

"Ma, kau ingin membuatku tuli ya?"

"Diam kau anak nakal! Berhenti protes. Cepat pulang, Papamu sudah ngomel-ngomel memintamu supaya cepat pulang!!"

"Lusa aku baru pulang, Mama bilang ke Papa dan yakinkan padanya jika putri tercintanya ini akan baik-baik saja. Dan Mama tenang saja, aku tidak akan macam-macam apalagi sampai meniduri lawan jenis kok. Aku masih sibuk, kututup dulu ya. Bye, Mama. Aster sayang Mama!!"

Aster memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Dan dia berani bersumpah jika ibunya sedang ngomel-ngomel sekarang. Mana mungkin Aster pulang begitu saja setelah bersusah payah untuk bisa sampai ketempat ini.

Sebagai putri pasangan mantan ketua Gangster dan Mafia, tentu saja gadis itu mewarisi sifat dari kedua orang tuanya. Tegas dan pemberani seperti ibunya, kuat dan tangguh seperti ayahnya, dan jangan lupakan sifat bar-barnya yang juga diturunkan langsung oleh ibunya.

Aster adalah gadis yang pemberani dan tidak pernah membiarkan siapapun menindas dirinya, dan orang-orang yang suka mencari masalah dengannya pasti akan mendapatkan kesialan. Makanya orang akan berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengannya.

"Siapa yang menghubungimu?" Tegur seseorang dari belakang.

"Omo!!" Dan kedatangan orang itu yang begitu tiba-tiba mengejutkannya. "Yakk!! Mayat hidup, apa kau tidak bisa datang tanpa membuat orang jantungan?!" Bentak Aster kesal. Sedangkan yang dimarahi malah cengengesan tidak jelas. "Sedang apa kau disini?"

"Aku juga akan bermalam disini, karena tempat tidur yang tersisa hanya di kamar ini. Jadi malam ini kita akan berbagi kamar,"

Sontak kedua mata Aster membulat sempurna. "WHAT?! SATU KAMAR? NO!!"

Aster menolak dengan tegas meskipun ada dua tempat tidur di kamar ini. Karena memang sudah tidak ada kamar untuk perorangan dan hanya tersisa satu kamar dengan dua bad. Sehingga Aster tak memiliki pilihan selain memilih kamar tersebut, karena dia memang membutuhkan tempat tidur.

"Tapi~"

"Tidak ada tapi-tapian. Keluar, cari tempat lain saja!!" Aster mengusir pemuda tersebut dan dia menolak untuk berbagi kamar dengannya. Enak saja, dia yang lebih dulu mendapatkan kamar itu lalu harus berbagi dengan orang lain apalagi seorang laki-laki. Tentu saja Aster tidak mau.

-

-

"Shilla, apa ini?"

Gerry mengangkat wajahnya dan menatap sang istri penuh tanya. Bukannya menjawab pertanyaan Gerry, Shilla malah meninggalkannya begitu saja. Gerry yang memang membutuhkan penjelasan buru-buru mengejar istrinya. "Aku bertanya padamu, apa maksudnya surat ini?"

"Apa itu masih kurang jelas? Kau tidak buta, Gerry. Jelas-jelas kau bisa membacanya, jadi untuk apa bertanya lagi?!"

"Kau ingin menceraikanku? Kenapa, Shilla? Memangnya salahku padamu apa? Sampai-sampai kau ingin mengakhiri rumah tangga kita?!"

Shilla menatap Gerry dengan sinis. "Kau tanya apa salahmu padaku? Apa kau tidak sadar dengan apa yang telah kau perbuat padaku, Ger?!" Kemudian Shilla menunjukkan video kiriman yang dia terima pada Gerry.

Kedua mata Gerry membelalak sempurna. Dia terkejut. "Darimana kau mendapatkan video dan foto-foto itu? Itu tidak seperti yang kau lihat, Shilla. Kau hanya salah paham, Yunna sedang bertengkar dengan Aiden dan aku hanya membantu dia untuk membuat suaminya cemburu. Dia ingin agar Aiden lebih menyayangi dan memperhatikan dirinya. Itu tidak seperti yang kau lihat, Sayang. Itu hanya sandiwara, jadi percayalah padaku."

Shilla menyentak tangan Gerry dari lengannya lalu menamparnya dengan keras. "Kau pikir aku akan percaya pada bualanmu?! Kau itu bajingan yang tidak berhati dan berotak. Pokoknya aku minta cerai!!" Teriak Shilla di depan wajah Gerry.

PLAKKK...

"Gerry apa-apaan kau ini?" Bentak Shilla emosi.

Gerry yang terbakar emosi mendengar permintaan Shilla pun langsung menamparnya. "Kau itu perlu diberi pelajaran Shilla," ucapnya lalu menghajar wanita itu hingga dia babak belur. Tak hanya menamparnya saja, tapi Gerry juga membanting dan mencekik leher Shilla. Wajah cantiknya di penuhi lebam dan lingkaran hitam bekas pukulan pada mata kanannya.

Dan pria itu menghempaskan Shilla setelah dia babak belur tak berdaya. "Ingat, Shilla. Aku tidak akan pernah setuju untuk bercerai denganmu, jadi jangan berharap jika aku mau menandatangani surat perceraian itu. Sebaiknya kau jangan macam-macam, aku tetap yang berkuasa disini!!"

"Gerry, kau memang berengsek!!"

Shilla menangis histeris. Sekujur tubuhnya terasa sakit semua, apalagi lebam pada mata kanannya yang terus berdenyut sakit. Gerry benar-benar keterlaluan, dia menghajarnya habis-habisan. Sepertinya dia harus meminta bantuan pada Aiden, karena hanya dia satu-satunya orang yang bisa membantunya.

"Aiden, ayo kita bertemu. Aku butuh bantuanmu!!"

-

-

Tokk... Tokk...

Baru saja Aster hendak tidur, namun ketukan pada pintu kamar membuatnya terbangun. Dengan enggan gadis itu bangkit dari berbaringnya dan berjalan kearah pintu untuk melihat orang gila mana yang mengetuk pintu malam-malam begini.

"Yakk!! Kau tidak memiliki otak ya, malam-malam begini mengganggu orang tidur saja?!"

"Nona, aku tidak mendapatkan penginapan untuk menginap. Bukankah hanya malam ini saja, jadi ijinkan aku tidur di kamar ini bersamamu ya. Please, aku kedinginan diluar. Aku janji deh, tidak akan macam-macam padamu. Jadi ijinkan aku ya," pinta pemuda itu memohon.

Melihat pemuda itu menggigil kedinginan membuat Aster tidak tega. Akhirnya dia pun setuju dengan sebuah persyaratan pastinya."Oke, kau boleh tidur disini tapi ingat, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu!!" Ancamnya bersungguh-sungguh.

"Kau menyeramkan, Nona. Oya, perkenalkan namaku Aileen. Namamu siapa, asal mana dan lahir tahun berapa?"

"Sebenarnya kau ingin tau namaku atau sedang melakukan sensus? Lagipula aku tidak tertarik untuk tau siapa namamu!!"

Perhatian Aileen teralihkan oleh sesuatu yang tergeletak lantai. Itu adalah kartu identitas milik Aster. Penasaran siapa nama gadis itu, Aileen pun mengambilnya tanpa memberitahu si empunya. "Eo, jadi kau tiga tahun lebih tua dariku." Ucap Aileen setelah melihat tahun kelahiran Aster.

Sontak Aster menoleh. Dia menghampiri Aileen lalu mengambil kartu identitas itu dari tangannya. "Yakk!! Berani sekali kau menyentuh barang milikku!!" Amuk Aster tidak terima.

"Aku membantumu mengambilnya, jadi bukan salahku dong. Karena kau lebih tua dariku, maka aku akan memanggilmu, Nunna."

"Bodoh amat!!"

"Nunna, kenapa kau galak sekali padamu yang imut dan menggemaskan ini!!!"

"Hoek!! Dasar pemuda freak!!" Ucapnya dan berlaku begitu saja.

Dari pada mengurusi Aileen, lebih baik dia tidur saja. Pemuda itu terlalu menyebalkan dan selalu membuat Aster naik darah setiap kali berbincang dengannya. Sedangkan Aileen tak menunjukkan rasa bersalahnya sedikit pun meskipun sudah membuat Aster kesal setengah mati.

-

-

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!