Prolog.
Menjadi istri yang tidak diinginkan oleh suaminya, bukanlah sebuah impian dari Ayla Handini. Sejujurnya dia mempunyai impian menikah dengan orang yang mencintainya dengan tulus dan meratukan dirinya. Namun Ayla justru harus menikah dengan lelaku yang begitu membenci dirinya, bahkan dia tidak pernah dianggap istri oleh suaminya, dan suaminya mengatakan jika dia tidak pernah menginginkan dirinya. Sakit.
Alexander Lewis, pria dengan sejuta pesona namun tidak pernah sekalipun berhubungan dengan seorang wanita walau banyak wanita yang ingin dekat dengannya. Adalah suami dari Ayla. Suami yang sama sekali tidak pernah menganggap Ayla seorang istri, karena dia menikahi Ayla karena sebuah kesalahan dari sang kakak yang telah meninggal. Ayla hamil yang dia tahu adalah anak dari Kakaknya yang sebelumnya mengaku jika sang kakak ingin merencanakan pernikahan dengan Ayla. Dan pernikahan itu gagal karena sang kakak meninggal, yang mana membuat dirinya harus menggantikan sang kakak dipernikahan tersebut.
Selama menikah Ayla selalu menangis dalam diam. Tak pernah sekalipun Alex berbaik hati padanya, yang ada Alex selalu menyiksa batin dan fisiknya. Bahkan Alex selalu menghina bayi yang masih ada dikandungan Ayla. Bahkan Alex tidak segan menamai bayi itu dengan sebutan anak haram.
Hingga suatu hari Alex mengetahui kebenaran tentang dirinya dan Ayla sebelum rencana pernikahan Ayla dan sang kakak direncanakan. Hingga penyesalan pun datang, dan dia menyadari akan cintanya pada Ayla. Hingga dia bertekad untuk memperjuangkan cintanya pada Ayla dengan berbagai cara. Bahkan nyawa pun ia pertaruhkan demi mendapatkan kembali wanita berhati malaikat tersebut kedalam pelukannya.
...****************...
“Mau apa kamu?” Sentak Alex saat Ayla mengikuti langkah suaminya menaiki tangga.
“A-aku---”
“Kamarmu disitu!” Tunjuknya pada salah satu kamar tamu.
“Ta-tapi, Lex.”
“Apa? Kamu pikir aku mau satu kamar sama perempuan murahan sepertimu!” Ucapnya menohok hati. “Cih, jangan harap. Aku nggak akan sudi menyentuh wanita kotor sepertimu! Cukup kakakku yang bodoh itu saja yang mau menyentuh wanita sepertimu!” Kata-kata yang begitu menohok dan membuat Ayla merasakan sesak didadanya. Sebuah penghinaan yang terpaksa harus dia terima.
“Tinggal disini tidak gratis, kau harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri tanpa bantuan ART. Jangan merusak barang-barangku, jangan pernah menginjak atau masuk ke kamarku. Satu lagi, kau harus tahu batasan, jangan ikut campur urusanku. Begitu juga sebaliknya. Dan jangan banyak bicara! Aku menikahimu bukan atas kemauanku. Tapi keterpaksaan hanya untuk mewakili rasa tanggung jawab kakakku yang sudah bodoh menghamili wanita murahan sepertimu!” Alex juga meliburkan seluruh ART dan penjaga rumah selama mungkin sampai Alex memanggil mereka kembali. Tujuannya satu, menyiksa Ayla dengan menjadikannya asisten rumah tangga.
Setelah penghinaan yang Alex lontarkan, Alex pun pergi berlalu dan masuk ke dalam kamarnya tanpa pedulikan wanita yang beberapa jam yang lalu sah menjadi istrinya. Ayla hanya bisa menangis dan menatap pintu kamar Alex dengan penuh kelukaan.
Sejujurnya Ayla memang mencintai seorang Alex bukan Jonathan, bahkan menikah dengan Alex adalah suatu kebahagiaan bercampur dengan kelukaan untuknya. Bagimana tidak terluka, dia harus menikah dengan lelaki yang dari dulu membencinya. Bahkan sampai detik ini pun lelaki itu masih membencinya. Dan mungkin lelaki itu akan lebih membencinya karena pernikahan ini. Pernikahan yang seharusnya dijalankan sang kakak, justru Alex yang harus menggantikan sang kakak karena meninggal. Terlebih wanita yang menjadi istrinya itu sudah hamil dua minggu. Ini akan semakin membuat Alex menaikan level kebenciannya pada Ayla.
“Dasar perempuan murahan, aku yakin seratus persen dia benar-benar murahan sampai dia berani menggoda, Joe.” Gumamnya sembari menatap gelap malam dari balkon kamarnya.
Dikamar lain, terlihat Ayla sedang membereskan barang bawaannya. Lalu ketika melihat hasil pemeriksaan kehamilannya, dia tersenyum getir. Kemudian mengusap perutnya yang masih datar.
“Kamu harus kuat, Nak. Bunda akan selalu menjagamu sayang.” Ucapnya getir. Dia meneteskan air matanya.
Dia sadar, penderitaannya akan segera dimulai. Mengingat perlakuan Alex pada dirinya yang selalu membencinya. Tidak menutup kemungkinan dia akan mendapat perlakuan yang menyakiti dirinya dari Alex. Dia membaringkan tubuhnya yang lelah karena acara pernikahan mereka. Tidak mewah dan hanya dihadiri sanak saudara dari Keluarga Lewis. Sedang Ayla, dia hanya gadis yatim piatu yang dibiayai hidupnya oleh keluarga Lewis.
Tapi Ayla bersyukur dengan kehamilannya ini. Dia bahagia mengingat hidupnya yang sebatang kara, kini akan ada teman untuknya bertahan menghadapi kejamnya kehidupan.
Jika mengingat dirinya dirawat oleh keluarga Lewis dari umur 13 tahun. Dia merasa bahagia karena akhirnya dia bisa mendapatkan kasih sayang dari sosok Nely Lewis sebagai ibunya, dan sosok Ayah dari seorang Arga Lewis. Mereka menyayanginya seperti putrinya sendiri. Dia juga mendapatkan kasih dari seorang kakak laki-laki, Jonathan Lewis. Hidupnya merasa sempurna bisa menjadi bagian dari keluarga Lewis.
Tapi ada sosok lelaki yang membencinya, Alexander Lewis. Dia merasa perhatian Mama, Papa dan Kakaknya hanya tertuju pada Ayla. Hingga dia membenci sosok Ayla hingga saat ini. Terlebih dengan pernikahan yang seharusnya tidak dia lakukan.
...***...
Pagi hari, Ayla tengah memasak nasi goreng telur mata sapi. Makanan kesukaan Alex dipagi hari. Karena Nely, sang Mama selalu membuatkan nasi goreng menu wajib dipagi harinya Alex.
“Aku tidak akan sudi memakan masakan darimu! Jadi jangan pernah melakukan hal yang tidak aku sukai!” Alex mendorong piring berisi nasi goreng yang diberikan Ayla padanya. Hingga pecahan piring itu mengenai kaki Ayla.
“Dan satu lagi, aku menikahimu bukan hanyaa karena rasa tanggung jawab kakakku. Tapi itu semata karena aku masih punya rasa kasihan pada gadis malang sepertimu!” Ucap Alex dengan senyuman mengejeknya.
Ayla terisak, dia juga menahan perih dikakinya. Menatap kepergian Alex yang tidak pedulikan dirinya dan perasaannya. Ah, apa sih yang dia pikirkan. Mana mungkin seorang Alex pembencinya nomor satu didunia mau mengasihi dirinya yang terisak.
Ayla segera mengobati luka dikakinya. Selesai mengobati lukanya, Ayla membersihkan pecahan piring yang berserakan sambil menahan rasa perih dikakinya.
“Sabar sayang, ini hanya permulaan. Kita hadapi sama-sama, ini hanya sementara, hanya sementara sayang!” Gumamnya sambil mengusap perut datarnya.
Jika ditanya pernikahan seperti apa yang diimpikan Ayla? Pasti dia akan menjawab. Pernikahan yang sempurna, sempurna dalam artian. Menikah dengan sosok lelaki yang mencintainya yang tidak akan melukainya, lelaki yang mampu melindungi dirinya, lelaki yang mampu membuatnya bahagia dan menjadikannya ratu di istana yang dia tempati.
Tapi nyatanya impiannya tidak sesuai dengan realita hidupnya. Menikah dengan sosok laki-laki yang paling membenci dirinya, lelaki yang selalu melukainya, lelaki yang membuatnya takut, lelaki yang membuatnya terus dan terusan menangis. Bahkan lelaki itu tega menjadikan dirinya sebagai asisten rumah tangganya secara suka rela alias gratis. Lelaki yang membangun dinding pembatas yang teramat tinggi yang terlalu sulit untuk dia gapai.
“Temanin aku minum!” Ajak Alex pada sang asisten.
“Baik, Tuan.” Sahut Jeri. Sudah dipastikan jika Tuan-nya sedang ada masalah. Mengingat kebiasaan sang bos yang selalu mengajaknya minum-an beralkohol saat sedang ada masalah.
“Kita ke club biasa!” Perintah Alex yang diangguki oleh Jery. Tak menunggu lama, Jery melajukan mobilnya hingga mereka sampai ditempat tujuan.
“Kenapa nggak turun, Tuan?” Tanya Jery terheran-heran. Menatap tuan-nya yang tidak keluar dari mobil yang sudah dia bukakan pintunya.
“Nggak jadi, Jer. Kamu carikan saja wanita yang sexy dan bawa dia kesini!”
“Untuk apa, Tuan?” Tanya Jery yang masih heran dengan kalakuan tuan-nya.
“Banyak tanya, cepat lakukan yang aku perintahkan. Atau kau sudah bosan sama pekerjaanmu?” Tanpa menunggu lama, Jery pun pergi dengan banyak pertanyaan. Tidak biasanya tuan-nya itu memanggil wanita panggilan. Mengingat tuan-ya yang terlalu dingin dan anti dengan seorang perempuan. Bahkan ada wanita bernama Desi yang mengejar-ngejar dia, tapi tidak sama sekali dihiraukan Alex.
“Gimana, Tuan?” Tanya Jery yang membawa dua wanita sexy sesuai permintaan Alex.
“Oke, lah!” Jery paham betul jika tuan-nya berkata setengah hati saja.
“Eits, mau apa kalian?” Tanya Alex saat dua wanita itu hendak menaiki mobilnya.
“Ya, naiklah Tuan.”
“Siapa yang menyuruh kalian naik ke mobil ini.” Ketus Alex. “Jery, bawa mereka ke mobil satunya!” Perintah Alex, dan Jery pun menurut dan membawa dua perempuan itu masuk ke mobil pengawalnya.
“Mau di apakan dua wanita itu, Tuan?” Tanya Jery sambil mengemudi mobilnya. Tak lupa dia melirik Alex dari kaca spionnya.
“Bawa pulang ke rumah!”
“Whattt, serius mereka mau di bawa pulang ke rumah? Lalu Nona Ayla?”
“Jangan bahas wanita murahan itu, malam ini aku mau bersenang-senang.” Ucapnya dengan penuh seringai.
Kini Jery tahu alasan sang bos meminta dia mencarikan wanita panggilan di club tadi. Dia bertepuk tangan dalam hati melihat perubahan tuan-nya yang anti wanita. Tapi disisi lain dia merasa kasihan pada Ayla, mengetahui ternyata tujuan tuan-nya bersenang-senang adalah membuat Ayla tersakiti.
Malam hari, terlihat Ayla tengah menonton televisi diruang keluarga. Sesekali dia melirik jam dinding. Menantikan sosok lelaki yang membuatnya selalu ketakutan. Namun rasa takut itu tidak pernah dia tunjukkan pada lelaki itu.
Suara mobil Alex terdengar memasuki halaman rumah. Sesegera mungkin Ayla menampilkan senyuman termanisnya walau akan terlihat pahit dimata Alex. Namun senyuman itu luruh seketika saat melihat Alex masuk bersama dua wanita berbaju sexy.
“Ayo, masuk.” Ajak Alex dengan ramah diiringi wanita yang tengah tertawa kecil di belakang Alex.
“Lex...” Lirihnya. Namun Alex enggan menyapa atau menatap Ayla yang masih berdiri di tempat.
Alex membawa dua wanita itu masuk ke dalam ruang tamu yang bersebelahan dengan kamar yang di tempati, Ayla. Kemudian dia menutup pintu kamar itu lalu menguncinya dari dalam kamar itu. Terdengar jelas suara rintihan dan lenguhan panas dari dalam kamar itu. Lagi-lagi Ayla menatap kamar yang Alex masuki dengan penuh kelukaan.
Air matanya luruh, sakit di hatinya hingga membuat sesak dirongga dadanya. Melihat suaminya membawa dua wanita ke dalam kamar dan sudah di pastikan sedang berbuat mesum. Dia berlari menuju halaman belakang, dia menangis. Jika dia masuk ke kamar atau di dalam rumah, maka sudah dipastikan dia akan semakin terluka mendengar suara-suara aneh dari kamar tersebut.
“Tega kamu, Lex. Tega kamu,” teriaknya tanpa suara sebab isakannya yang benar-benar membuat rongga dadanya semakin sesak.
“Kamu boleh menyakitiku, melukai hatiku dengan kata-kata kasarmu atau sikap angkuhmumu. Tapi tolong jangan menyakitiku dengan hal seperti ini! Hiks....” Dia terduduk dirumputan halaman belakang. Menangis dan sembari menatap nanar langit malam.
“Seberat inikah ujian yang Engkau berikan padaku, Tuhan? Apa aku tidak berhak merasakan bahagia sedikit pun. Tidak, tidak!” Dia menggelengkan kepalanya, menatap perutnya dan mengusapnya lembut. “Anak ini, apa Engkau juga akan tega memberi anak ini takdir yang sama seperti diriku, takdir yang tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Mungkin dia akan mendapat kasih sayang dari seorang ibu, tapi tidak seorang Ayah. Engkau merenggutnya begitu saja, tanpa tahu bagaimana perasaanku. Ya Tuhan, apa sebenci ini Engkau padaku yang hina ini!” Lagi-lagi dia menangis dan berteriak tanpa suara.
“Nggak, aku nggak boleh lemah. Jika aku terlihat lemah tidak menutup kemungkinan Alex akan melakukan hal yang membuatnya semakin melukaiku!” Dengan cepat dia menyeka air matanya. Mengatur napasnya lalu melangkah masuk menuju kamarnya. Masih terdengar jelas suara-suara lenguhan demi lenguhan dari dalam kamar itu. Tapi sekuat hati dia mencoba menulikan pendengarnya walau tetap terdengar.
Dia merebahkan tubuhnya, memasang earphone ditelinganya. Ia mendengarkan lagu anak-anak sembari mengusap perutnya dengan lembut.
Dikamar tempat Alex membawa dua perempuan panggilan tadi. Terlihat lelaki itu tengah merokok yang ditemani satu botol minuman. Dan dua wanita itu tengah duduk di ranjang dengan menatap aneh pada lelaki yang membawa mereka. Dua jam mereka berada dikamar itu sesuai permintaan Alex. Melakukan hal yang disuruh Alex.
“Good job. Ini bayaran untuk kalian!” Ucap Alex dingin tanpa mau menatap dua wanitanya. Sedang dua wanita itu saling tatap satu sama lain. Kemudian menyambar uang yang dilemparkan Alex di depan mereka.
“Cepat keluar dan pergi dari tempat ini!” Perintahnya dengan suara beratnya. Tanpa menunggu lama, dua wanita itu keluar dengan suara tawa yang terdengar sangat bahagia.
“Aku pastikan kau akan menderita, Ayla. Jangan harap aku akan memberimu bahagia, walau kau tengah mengandung anak saudara kandungku!” Gumamnya dan langsung menenggak habis minuman dibotol tersebut.
Merasa dirinya tidak nyaman, dia langsung keluar kamar itu dan kembali ke kamarnya sendiri. Membersihkan dirinya sebersih mungkin. Kemudian merebahkan tubuhnya dan memilih tidur. Melupakan sejenak beban pikiran dan kebenciannya pada wanita yang sudah menjadi istrinya.
Keesokan harinya, Ayla melakukan rutinitas paginya menjadi seorang istri. Walau akan ditolak oleh Alex, tapi dia akan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Walau hanya sekedar memasakkan makanan untuknya.
“Sarapan dulu, Lex!” Tawar Ayla saat Alex menuruni tangga.
“Hey ja.la.ng, sudah berapa kali aku katakan. Aku tidak akan mau dan tidak akan sudi memakan masakan buatanmu. Jadi berhenti melakukan hal yang tidak aku sukai!” Bentaknya. “Bersihkan kamar itu, buat wangi kamar itu sewangi-mungkin!” Perintahnya dengan menunjuk kamar panasnya ssmalam. kemudian dia berjalan keluar dan melajukan mobilnya untuk segera pergi dari rumahnya yang entah sejak kapan menjadikan dirinya tidak nyaman dirumahnya sendiri. Mungkin sejak Ayla tinggal bersamanya.
Jika tidak karena Mamanya, dia tidak akan mau menikahi wanita itu apa lagi tinggal satu atap dengan wanita yang paling dia benci di dunia ini. Wanita yang sedari kecil merebut perhatian orang tuannya. Wanita yang selalu dinomor satukan orang tuanya, hingga dia tersisihkan. Apa lagi Kakak satu-satunya juga turut andil untuk membuatnya tersisih dan lebih memperhatikan Ayla dari pada dia adik kandungnya. Tak heran jika Alex begitu membenci Ayla.
Ayla menatap sendu pada makanannya. Tak mau makanan itu terbuang sia-sia, dia melahapnya hingga habis. Dia yang tadinya tidak suka telor mata sapi, entah kenapa telur itu termakan habis bersama nasi gorengnya. Selesai sarapan, dia berlanjut membereskan rumah. Dan dia kini berdiri di depan kamar yang membuat dirinya menangis semalam tadi. Perlahan dia membuka pintu tersebut. Menatap seisi ruangan itu. Matanya langsung tertuju pada ranjang yang terlihat berantakan, bahkan bantal dan selimut itu sudah berserakan dilantai. Tercium bau asap rokok, dan alkohol didalam kamar itu.
“Kamu pasti sangat senang, Lex!” Gumamnya mengingat suara-suara sexy dan menggoda yang terdengar malam tadi.
Ayla dengan bodohnya melakukan yang Alex perintahkan. Membersihkan kamar itu, memungut sprei dan selimut, membawanya ke ruang laundry. Kemudian dia kembali ke kamar itu, memungut putung rokok yang berserakan diatas meja dan satu botol bekas minuman. Dia membuangnya pada tempatnya. Ayla juga memasang sprei baru, tak lupa menyemprotkan parfum ruangan dengan wewangian yang diminta Alex.
“Bodoh kamu, Ay. Iya, aku memang bodoh, apa lagi sampai bisa hamil diluar nikah!” Di dalam kamarnya dia merutuki dirinya yang benar-benar bodoh. Bodoh tidak bisa menjaga kehormatannya. Bodoh karena bisa kecolongan hingga dia hamil. Tak ada salahnya Alex memanggilnya wanita murahan, ja.la.ng. Memang kenyataannya dia murahan hingga dia mengandung sebelum menikah.
Jika dia ditanya menyesalkah dia dengan kehamilannya. Tentu saja tidak. Dia bersyukur akan ada malaikat kecil yang menemaninya dan akan menguatkan dirinya. Janin itu darah dagingnya sendiri. Yang dia sesalkan adalah dia tidak bisa menjaga kehormatannya yang direnggut pria brengsek yang dengan paksa merampas kesuciannya. Ya, benar. Pria yang menghamilinya bukanlah Jonathan, pria itu adalah pria misterius yang tidak punya hati nurani. Bukankah pantas dia disebut murahan oleh Alex.
Alex kini tengah sibuk berkutat dengan lembar kerja yang menumpuk dimejanya. Dia pria yang kompeten dalam pekerjaan. Dia pria yang disegani para pembisnis besar di Negaranya. Dia pengusaha di bidang Teknologi Digital terbaik di Negaranya. Tak hayal jika dia begitu disukai banyak orang pembisnis besar membuat mereka banyak berinvestasi dengan perusahaannya.
“Jer, pertemuan dengan Mr. Luis bisa diudur tidak?” Tanya Alex disela-sela pekerjaannya.
“Nggak bisa, Tuan. Mengingat anda sudah dua kali mengundur pertemuan penting ini.” Jawab Jery. Pasalnya Alex memang sudah dua kali mengundur pertemuan dengan pemilik perusahaan terbesar dibidang Ekspedisi terbaik itu. Pertama dia begitu terguncang saat mendengar kematian kakak satu-satunya. Kedua dia terpaksa harus mengundur pertemuan penting ini karena dia harus menikahi wanita yang seharusnya dinikahi kakaknya itu. Tidak mungkin dia akan melanjutkan pertemuan itu sedangkan dirinya begitu terguncang.
Alex menghembuskan nafasnya dengan berat. “Baiklah, atur saja pertemuannya malam ini!” Perintah Alex datar. Lagi pula pertemuan itu pasti akan memakan waktu yang lama. Dia juga jengah harus pulang cepat dan lagi-lagi harus menghirup udara yang satu atap dengan wanita paling dia benci.
“Baik, Tuan!”
***
Ditempat lain, tepatnya dikediaman Ayla dan Alex. Wanita itu tengah sibuk membersihkan rumah setelah sempat istirahat karena lelah membersihkan kamar panas Alex. Dia dengan senang hati membersihkan setiap sudut rumahnya. Ha...rumahnya, bukankah rumah Alex sama saja rumahnya, mengingat dia istri sah Alex.
“Lex, sebenci inikah kamu padaku! Maaf, maafkan aku Lex!” Lirihnya saat mengusap foto Alex yang terpajang diatas nakas ruang keluarga. Dia memeluknya dengan begitu erat.
Naif jika dia tidak mencintai seorang Alex, lelaki berparas tampan dan penuh pesona. Mandiri, kaya dan pengusaha muda yang sukses. Lelaki yang berhasil mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu. Bukan karena kekayaanya yang membuatnya jatuh hati. Tapi sikap penyendiri seorang Alex yang membuatnya jatuh hati. Penyendiri yang tidak mau berhubungan dengan seorang wanita sedari dulu hingga sekarang. Meskipun angkuh, tidak menyurutkan rasa cintanya pada cinta pertamanya itu. Alex tidak pernah menanggapi segala perhatian yang Ayla berikan. Bagi Alex, perhatian yang diberikan Ayla hanya sebuah ejekan jika wanita itu berhasil merebut segalanya darinya. Dan setelah Alex lulus SMA dan masuk kuliah. Alex memilih pergi dan tinggal terpisah dari keluarganya, dia benar-benar ilfeel jika setiap hari harus bertemu dengan Ayla. Namun takdir berkata lain, setelah sekian purnama dia harus terjebak dengan situasi yang paling dia benci. Menikah dan kembali tinggal bersama wanita paling dia hindari.
Meski Alex masih membencinya. Ayla tidak pernah sedikit pun membuang perasaan cintanya. Dan tentang Jonathan, dia dan Jonathan juga berencana menikah untuk menutupi kehamilannya. Bahkan kedua orang tua Jo merestui itu. Tapi sosok lelaki yang selalu melindunginya itu kini telah pergi. Sosok orang yang suka rela mau bertanggung jawab dan bersedia menjadi ayah biologis anak dalam kandungan Ayla. Lagi-lagi takdirnya begitu kejam.
Drt... Drt..
Ponselnya berdering membuyarkan lamunannya. Ayla menyambar ponselnya dengan segera, tertera nama Mama. Dengan senang dia segera menggeser ke atas tombol hijau untuk menjawab panggilan.
“Hallo, Mah!” Sahut Ayla dengan suara khasnya.
“Hallo Sayang, kamu sudah makan? Sudah minum susu? Sudah minum vitamin?” Baru menjawab, Nely sudah memberinya sederet pertanyaan dari sambungan ponsel. Ayla hanya tersenyum.
“Sudah, Mah. Baru saja, Ay habisin susunya!” Jawab Ayla berusaha untuk terdengar baik-baik saja.
“Jangan sampai telat makan, rutin minum susu hamilnya. Jangan lupa juga untuk periksakan kehamilanmu secara rutin biar bayi sama ibunya sehat!”
“Iya, Mah. Mama tenang aja, Ayla akan melakukan semua yang Mama sarankan!”
“Sayang, Mama kangen banget. Baru dua hari nggak ketemu kamu!” Rengek Nely manja.
“Ayla juga kangen Mah,” sahutnya dengan berkaca-kaca. Dia tidak hanya rindu pada Mama mertuanya, saat ini hatinya begitu rapuh dia ingin sekali didekap olehnya seperti yang sudah-sudah. Namun dia mencoba untuk baik-baik saja agar Mamanya tahu dirinya sedang baik-baik saja.
“Maaf ya sayang, gara-gara Mama harus temani Papa keluar kota jadinya nggak bisa temenin kamu. Nggak bisa elus-elus cucu Mama!” Ucap Nely terdengar sendu.
“Ngak apa-apa, Mah. Lagian kan Ay nggak sendiri, ada Alex. Jadi Mama nggak usah mikirin Ay, pokoknya Mama sama Papa jaga kesehatan ya. Demi cucu Mama sama Papa. Ohya, besok Ayla mau ke dokter. Nanti Ay kirimin hasil periksanya ya Mah!”
“Iya sayang, pokoknya kamu harus kirimin hasilnya. Mama mau lihat jika cucu Mama baik-baik aja!” Nely terdengar begitu bahagia disebrang sana. Membuat Ayla juga merasakan bahagia itu. Sudah dipastikan saat ini Nely tengah berbunga-bunga dan dia sudah tidak sabar untuk mendengar kabar baik dari Ayla.
“Alex baik kan sama kamu, sayang?” Tanya Nely memastikan. Mengingat Alex begitu membenci Ayla.
“Alex baik kok, Mah. Alex yang sekarang nggak kayak Alex yang dulu. Dia sudah mau menerima Ay, Mah!” Tuturnya bohong.
“Kamu nggak lagi bohong kan?”
“Nggak Mah, buat apa Ay bohong sama Mama!” Ayla menjawab sembari tertawa ringan. Walau tawa itu dia paksakan.
“Syukurlah kalau Alex baik sama kamu. Bilang sama Mama kalau Alex macem-macem, biar Mama kasih wejangan dia!” Ucap Nely dengan penuh emosi.
Ayla terkekeh. “Iya, Mah.” Sahutnya penuh dusta.
Setelah mengobrol dan melepas rindu. Bertukar tawa dan canda, mereka pun mengakhiri panggilan. Ayla yang sedari tadi menahan sesak. Akhirnya meneteskan kembali air matanya. Menangis dan meluapkan seluruh emosi yang bersemayam didadanya.
“Maafkan Ay, Mah. Bukan niat Ay berbohong. Maaf juga selama ini Ay selalu merepotkan Mama dan Papa. Pah, Mah, Ay tidak pernah menyesal menjadi bagian dari keluarga Lewis. Ayla juga tidak pernah menyesal dengan hadirnya malaikat kecil ini. Ay bangga bisa memilikinya, setidaknya Ay memiliki sebuah alasan untuk tetap bernapas.” Gumamnya dengan menatap sendu pada ponselnya.
“Lex, andai kau tahu jika dari dulu hingga detik ini aku sangat mencintaimu. Apa kau akan membalasnya? Bahkan aku sama sekali tidak bisa membuang rasa cintaku padamu, meski kau sangat membenciku dan menperlakukanku dengan buruk. Apa kau tidak pernah sedikit saja melihat perhatianku ke kamu sampai kau mengira aku hanya mengejekmu karena perhatian papa dan mama yang condong padaku.”
“Dan andai kau tahu semua kebenaran ini, apakah kau akan menyesal atau kau akan semakin membenciku? Aku tahu kau tidak akan pernah bisa mencintaiku. Aku juga tahu kau tidak akan pernah menerima kehadiran kami dihidupmu. Tapi aku akan tetap bertahan demi anak ini, biarkan saja sakit ini asalkan aku bisa bersamamu, Lex demi dia! Demi Papa dan Mama!” Ayla manatap dan mengusap lembut perutnya.
Ya, Ayla bertekad akan bertahan sampai waktu yang tidak bisa dia tentukan. Meski tidak akan pernah mendapatkan cinta Alex, sampai kapan pun. Niatnya saat ini adalah menjaga nama baik keluarga Lewis. Dan tujuannya memperjuangkan apa yang menjadi hak anaknya. Walau dia tidak yakin akan bisa mewujudkan semua itu. Tapi apa salahnya mencoba, dan terus mencoba. Bukankah hidup itu pilihan, dia berhak memilih apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Sungguh Ayla tengah dibutakan oleh cinta pada orang yang sama sekali tidak tertarik padanya. Cinta yang entah sampai kapan akan mendapatkan balasan, atau mungkin tidak akan pernah mendapatkannya. Sungguh tragis kisah hidup dan cintanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!