“Adam.” Seorang Kakek yang wajahnya dipenuhi kerutan, berambut putih, berjenggot dan berkumis putih tiba-tiba menghampiri Sharon dan suaminya. Kumis kakek itu sangat panjang menjuntai hingga ke pinggang.
“Beri nama bayi ini Adam.” setelah berkata Kakek yang juga memakai jubah putih itu menghilang.
“Michael apa kau melihatnya?” Sharon menunjuk ke arah dinding rumah sakit yang hanya dihiasi sebuah lukisan gunung. “Melihat apa?” Michael mengerutkan dahinya lalu memandang dinding kosong itu.
“Jangan berhalusinasi Sharon, mungkin Kau kelelahan setelah melahirkan sayang. Lebih baik Kau istirahat saja sekarang.” Michael mengelus lembut rambut Istrinya.
“Tidak Michael Aku melihatnya, seorang Kakek yang datang lalu menghilang.” Sharon menatap tajam Suaminya. “Ada apa, memangnya apa yang kau lihat Sharon?” Michael serasa bingung melihat tatapan Sharon. Istrinya itu serius, Dia sedang tidak berhalusinasi.
“Kakek itu mengajakku bicara tetapi tidak memberiku kesempatan bertanya lalu menghilang entah kemana.” Sharon masih mencoba menjelaskan apa yang telah dilihatnya. Michael masih belum mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Sharon.
Michael hanya memencet tombol panggilan perawat tanpa sepengetahuan Sharon.
“Ada apa Pak?” seorang Wanita memakai seragam putih menghampiri Michael dan Sharon.
“Bawa bayi Kami ke sini Sus.” Michael menatap Suster itu dan menggerakkan bola matanya yang tertuju kepada Sharon. “Oke baik Pak.” Suster itu mengerti dan pergi.
Sharon memandangi seorang bayi mungil yang baru saja Ia lahirkan. “Lihatlah Sharon apa lelahmu sudah hilang? Halusinasimu pun akan hilang.” Michael mencium kening Anaknya lalu mengecup Istrinya.
‘Michael tidak percaya kepadaku.’ Sharon mengabaikan kecupan itu. Michael melepaskan bibirnya “Ada apa Sharon? Apa kau tidak bahagia?” Michael tahu ada yang tidak beres dengan Sharon.
“Tidak Michael, Aku sangat bahagia hingga lupa membalas ciumanmu.” Sharon menyentuh bibir Michael. Michael membalas kecupan Sharon.
“Sudah lah Michael.” Sharon melepaskan ciuman itu. “Baiklah.” Michael menjauhkan wajahnya dari Sharon dan kembali duduk di samping Istrinya.
Michael memandangi Anaknya yang sedang dalam pangkuan Ibunya. “Mau diberi nama apa Anak kita Sharon?” Michael mengambil bayi itu dari pangkuan Ibunya. “Namanya adalah Adam.” Sharon mengingat lagi perkataan Kakek tua itu.
“Nama yang bagus, Halo Adam kau sangat tampan.” Adam tersenyum. “Lihat Sharon Adam tersenyum. Dia menyukai namanya.” Michael mengecup bibir Adam. “Bibirnya sama persis dengan bibirmu Michael.” Sharon melihat bayinya penuh dengan rasa bahagia.
Adam memiliki mata hitam yang berbinar. Bibir yang berbelah dan masih berawarna merah muda. Alis mata yang menyambung satu dengan yang lainnya. Lesung pipih di kedua pipihnya. Rambutnya berwarna kuning keemasan.
“Matanya adalah matamu Sharon, rambutnya unik. Rambut siapa yang keemasan Sharon?” Micahel terdiam sejenak dan berpikir. “Apa karena saat hamil kau suka makan Labu maka rambutnya kuning.” “Hahaha…” Sharon dan Michael tertawa bersama.
“Lihat Adam pun tersenyum Michael.” Sharon memegang tangan Michael. “Apa kau ingin dicium lagi?” Michael mengembalikan Adam ke dalam pangkuan Sharon lalu menciumi bibir Sharon lagi. “Emmm..” Sudah cukup Michael bukan di sini ini, rumah sakit.
“Baiklah mari kita pulang.” Michael membereskan barang-barang Sharon. “Tunggu Aku di sini bersama Adam, Aku akan pergi menyelesaikan administrasi rumah sakit dan mengambil kursi roda untukmu.” Michael tersenyum, pipinya memerah.
“Apa kau bahagia Michael” Sharon melihat pipi merah itu dan menatap Suaminya. “Aku sangat bahagia selama mengenalmu dan hari ini adalah hari terbaik yang pernah Aku miliki Sharon. Kau memberikanku Adam, putra paling tampan sedunia.” Michael memeluk Istrinya dan mencium kening Sharon lalu melangkah meninggalkan Istri dan Anaknya.
“Krekk…” “Ini kursi roda untukmu sayang.” Michael menggendong Adam dengan satu tangan. Tangan kirinya mencoba menopang Istrinya berjalan menuju kursi roda. “Jangan hiraukan Aku Michael, hati-hati menggendong Adam.” Sharon mengerutu.
“Tidak masalah, lenganku cukup kekar untuk menahan kalian berdua.” Michael berhasil menopang Sharon dan mengembalikan Adam ke pangkuan Ibunya. “Benar Adam sangat tampan seperti dirimu Michael.” Sharon menatap Michael setelah menatap Adam lebih dulu.
“Apa kau baru menyadarinya hahaha…” Michael mengeluarkan suara tawa yang cukup besar.
Mobil sedan keluaran tahun sembilan puluhan berhenti tepat di sebuah rumah usang. Rumah yang terbuat dari kayu itu adalah rumah tua sederhana milik Sharon. Rumah itu warisan miliknya dari kedua orang tuanya.
“Kita sampai sayanggg..” Michael menurunkan barang-barang. Membuka kunci pintu rumah, pintu dibiarkan terbuka. Michael kembali ke mobil untuk menjemput Istrinya. Sharon turun berjalan perlahan sambil menggendong Adam ditopang dengan Michael.
“Sayang tidakkah kau ingin membersihkan rumah terlebih dahulu?” Sharon berada di depan pintu dan memandangi se isi rumah yang berdebu. “Maaf sayang, Kau dan Adam tunggu disini. Aku akan membersihkannya sebentar.” Michael masuk ke dalam rumah.
Sharon duduk di teras sambil memangku Adam. sesekali Sharon mencium Adam lalu Kakek itu muncul lagi. “Adam adalah Anak pilihan.” Kakek tua itu setengah menghilang. “Tunggu” Sharon mencoba berbicara kepadanya.
Kakek itu kembali utuh “Ada apa Sharon?”. ‘Bagaimana Dia bisa tahu namaku?’ Sharon menyeru dalam pikirannya. “Aku tahu namamu, Aku mengenalmu.” Kakek berbicara lamban.
‘Ha? apa Dia mendengarkan pikiranku?’ Mata Sharon membulat kala mendengar balasan kalimat dari Kakek itu padahal Sharon hanya berucap dalam pikirannya. “Aku tidak punya banyak waktu Sharon.” Kakek itu menghilang seutuhnya.
Tiga puluh menit berlalu. “Ayo masuk sayang.” Michael membantu Sharon berdiri dan masuk ke dalam rumah. “Apa ada yang berbeda sayang?” Michael tersenyum manis. “Sangat berbeda, lebih rapi dan bersih.” Sharon mengecup bibir Michael.
“Apa kau ingin melanjutkannya sayang? Ada yang terbangun di bawah sini.” Michael menunjuk ke arah resleting celananya. “Jangan Michael Aku baru habis melahirkan. Kau harus menunggu selama empat puluh hari.” Sharon berjalan lamban meninggalkan Michael.
“Benarkah?” Michael memiringkan kepalanya. “Hati-hati sayang.” Michael mendekat dan kembali menopang Sharon. “Mari ku antar kau ke kamar” Michael menaiki tangga rumahnya menuju ke lantai dua bersama Istri dan Anaknya.
Sesampainya di kamar Sharon terharu melihat ranjang milik Adam. Ranjang bayi itu berwarna putih, hiasan kamar pun berubah menjadi putih biru. “Apa kau yang melakukan semua ini?” Mata Sharon berbinar tak percaya.
“Tentu sayang, siapa lagi. Bahkan Aku yang mengecet dinding.” Michael tersenyum bangga. “Hikss..” tangis Sharon pecah, Michael memeluk hangat Istrinya. “Terima kasih Michael.” Sharon menepis air matanya.
“Sekarang istirahatlah Aku akan membuatkan sup ayam untukmu Sharon. Tolong kau jaga saja Adam untukku.” Sharon tersenyum dan mengangguk.
Selang beberapa saat Michael kembali naik ke lantai dua. “Sayang, Sup mu sudah siap. Ayo kita ke bawah.” Sharon berjalan perlahan di topang oleh Michael. “Apa tidak masalah Adam di tinggal sendirian di tempat tidurnya sayang?”
“Tidak apa sayang. Adam sedang tertidur, pintu jangan kau tutup agar nanti jika Adam terbangun dan menangis Kita bisa mendengarnya.” Sharon menoleh sesaat meninggalkan kamar itu.
“Bagaimana sayang, apa supnya enak?” Mata Michael tak beredip kala memandang Sharon sedang makan. “Enak, sangat enak! Ternyata kau pandai memasak.” Sharon menambah supnya. “Ini habiskan saja jika kau mau.” Michael memberikan semua sup miliknya kepada Sharon.
“Terima kasih sayang. Dari mana kau belajar memasak?” Sharon tak menyangka bahwa masakan Suaminya bisa seenak itu.
Dua puluh menit berlalu. Mereka berdua menyelesaikan makan bersama. Kemudian melakukan kegiatan masing-masing. Sharon mengurus Adam, Michael kembali bekerja di ruang kerjanya.
“Selamat malam sayang.” Michael mengecup kening Sharon. “Selamat tidur sayang.” Sharon menarik selimut lalu tertidur bersama suaminya.
“Huaaa…” Sebuah tangisan membangunkan Michael. Pria paruh baya itu bangun untuk melihat Adam. Ternyata Anaknya itu sedang buang air besar.
“Tunggu sebentar Adam, Aku akan mengambilkan popokmu.” Michael mencari popok di laci dekat tempat tidur Adam lalu membersihkan Anaknya. “Apa kau sudah nyaman Anakku, sekarang tidurlah.”
Michael kembali ke kamarnya dan meninggalkan kamar Adam dengan pintu yang terbuka.
“Huaaa…” Tangisan Adam kembali terdengar. Kali ini Sharon yang terbangun dan melihat kondisi bayinya. “Ada apa sayang, Apa kau lapar Adam?” Sharon menggendong Adam dan duduk di kursi goyang.
Sharon menyusui Adam menggunakan botol dengan susu formula. Adam menyusu sambil tertidur. Sharon duduk dengan mengoyang-goyangkan kursi goyang itu.
Setelah botol susu kosong, perlahan Adam diletakkan kembali ke tempat tidurnya. Hal ini berulang kali dilakukan oleh pasangan Suami Istri ini hingga fajar menampakkan cahayanya.
“Selamat pagi sayang.” Michael mengecup bibir Istrinya. Sharon tak terbangun. Michael duduk sejenak dan bangun berjalan melangkah membuka gorden jendela kamarnya. Sebuah sinar menerangi kasur mereka.
Sharon membuka matanya karena silau, ia mengangkat lengan untuk menutupi cahaya itu. “Jam berapa ini sayang?” Sharon duduk di kasur. Rambutnya berantakkan, kelopak matanya terlihat lelah sama seperti Michael.
“Jam sembilan pagi, bangunlah Sharon. Aku akan membuatkanmu sarapan, tolong lihatlah Adam.” Michael meninggalkan Sharon.
“Anakku sayang…” Sharon mengecup kening Adam. Adam masih tertidur pulas. Sharon menyusul turun ke lantai bawah.
“Kau memasak apa pagi ini sayang.” Sharon memeluk suaminya dari belakang. “Telur dadar, di sana ada waffle dan madu untukmu sayang.” Michael membawa teflonnya lalu menuangkannya ke piring di atas meja.
“Hemm… dari aromanya saja sudah lezat.” Sharon mengendus bau sarapan itu. “Silahkan duduk.” Michael menarik keluar kursi dari dalam meja. “Terima kasih sayang.” Sharon duduk.
“Makanlah, semoga kau suka.” Michael duduk tepat di depan Sharon.
Tiga puluh menit berlalu. “Aku sangat bahagia hidup denganmu.” Michael menatap Sharon. “Kau tahu, bukankah Aku yang seharusnya bahagia hidup denganmu?” Sharon tersenyum. Kedua mata itu saling bertatapan.
“Benar! Kita berdua bahagia hidup bersama. Ditambah dengan kehadiran Adam, hanya Aku lah Suami yang paling berbahagia di dunia ini.” Michael mengepalkan kedua tangan dan menopang dagunya sambil tersenyum.
“Baiklah kau memang selalu pemenangnya.” Sharon membereskan piringnya. “Hahaha..” Michale tertawa lepas. “Biarkan di sana, silahkan kau lihat Adam di atas.” Michael mengambil piring yang dipegang oleh Sharon.
Sharon meninggalkan Michael. Sementara itu Michael membereskan bekas makan dan mencucinya. Kemudian Michael masuk ke ruangan kerjanya yang ada di lantai bawah.
Michael duduk di meja kerjanya. Ada sebuah computer dengan tiga layar di sana. Ruangan itu berantakkan dipenuhi dengan banyak kabel, beberapa hardware dan lainnya. Selain meja computer ada sebuah meja lagi tempat Michael merakit program dan eksperimennya.
‘Dimana ya, apakah ada yang mengambilnya?’ Michael mondar mandir, berkeliling ruangan, melihat ke setiap suduh ruangan hingga ke bawah meja.
‘Seingatku jelas kuletakkan di atas meja ini’ Michael meninggalkan ruang kerjanya. “Sharon apa kau melihat Benang Alam ku?” Michael merangkul Sharon. “Apa itu Benang Alam Michael? Aku bahkan baru mendengarnya.” Sharon memandangi Adam yang sedang ia pangku.
“Ahhh.. iya benar. Benang Alam adalah penemuanku sebulan yang lalu. Belum terlalu paten, tapi sudah siap di uji. Bentuknya seperti benang hanya saja sedikit lentur seperti jelly dan berwarna putih.” Michael mengambil Adam dari pangkuan Istrinya.
“Tampanku, kau sudah bangun ternyata.” Michael mengecup kening Adam. “Oh jadi jelly yang memanjang yang kau letakkan di meja itu eksperimenmu?” Sharon berdiri dan melipat tangan di atas perut.
“Iya benar sayang, Aku mencarinya karena ingin ku sempurnakan.” Michael menatap Adam. “Ahhh.. tidak mungkin Michael.” Sharon berjalan maju dan mundur.
“Ada apa Sharon, kenapa kau bertingkah aneh?” Michael mengerutkan kening. “Benang itu eksperimen apa Michael?” Sharon masih mondar mandir.
“Benang Alam adalah sebuah penemuanku untuk menjelejahi Alam yang tercipta karena adanya dunia parallel. Tapi ini belum ku sempurnakan, maka dari itu Aku mencarinya untuk ku sempurnakan. Butuh waktu setidaknya tiga puluh tahun untuk merampungkannya hingga sekarang. Sedikit lagi, akan Aku sempurnakan. Apakah kau melihatnya Sharon?” Michael mengembalikan Adam ke Sharon.
“Aku pernah melihatnya, tetapi Benang Alam tu menghilang.” Sharon menunduk. “Apa? Menghilang? Jangan-jangan kau menyentuhnya dengan tangan tanpa menggunakan sarung tangan micro magnetic-ku!” Michael menatap tajam Istrinya.
“Aku tidak sengaja Michael, Aku masuk dan melihat ruanganmu. Sungguh ruangan kecil itu sangat berantakkan. Lalu Aku membereskannya dimulai dari meja itu. Aku tak tahu itu apa, Aku pikir itu hanya kotoran jelly bekas makanmu.” Sharon membuang muka tak berani menatap mata Suaminya.
“Katakan Sharon, apakah kau menyentuhnya dengan tangan tanpa sarung tangan? Apa kau menyentuhnya langsung dengan kulitmu itu?” Suara Michael meninggi. Sharon hanya terdiam, Dia meletakkan Adam pada tempat tidurnya.
“Katakan Sharon.” Michael memegang bahu Istrinya dengan kedua tangan. “Benar Aku menyentuhnya dengan kulit tanganku.” “Hiksss…” “Maafkan Aku Michael.” Sharon meneteskan air mata.
“Tangan yang mana?” Michael memegang kedua tangan Istrinya. “Tidak ada goresan di tanganmu.” Michael mengecek tangan Sharon. “Apa kau merasakan sakit saat menyentuhnya. Sungguh Aku khawatir kau kesakitan.” Michael memeluk Sharon.
“Jadi itu kah yang kau khawatirkan Michael? Bukankah kau akan mengkhawatirkan Benang Alam itu?” Sharon berhenti menangis dan bertanya heran.
“Tidak sayang, Aku takut tanganmu tergores. Karena kau tahu, Benang Alam memang berbentuk seperti jelly tetapi saat kau menyentuhnya tanpa sarung tangan micro macnetic yang ku rancang khusus itu, Benang Alam akan menyakiti siapapun yang menyentuhnya. Karena sepuluh tahun silam ada kucing liar yang masuk ke ruanganku dan menyentuhnya. Akhirnya kaki kucing itu terbelah dan kucing itu mati kesakitan.” Michael melepaskan pelukannya.
“Oleh karena itu Benang Alam masih harus di sempurnakan lagi. Aku masih butuh waktu untuk menyempurnakannya.” Michael menatap kosong ke lantai.
“Tidak Aku tidak terluka saat menyentuhnya. Tetapi ada yang aneh dengan Benang Alam itu Michael.” Sharon memandang kosong ke lantai.
“Huaaa…” Adam menangis lapar. Michael bergegas menggendong Adam. “Buatkan Adam susu Sharon, sepertinya Dia sedang lapar.” Sharon bergegas membuatkan Adam susu botol.
Sebentar saja Sharon datang dengan membawa botol yang berisi susu. “Ini sayang, minumlah.” Sharon menyusukan Adam menggunakan botol susu itu dipangkuan Michael.
“Kau lihat Adam sangat lapar. Sebentar saja susu ini habis diminumnya.” Michael tersenyum. “Benar sayang, lihatlah setelah menyusu Dia bahkan tertidur lagi karena kenyang.” Sharon balas tersenyum.
“Sini, berikan Adam padaku Michael.” Sharon membuka tangan. “Baiklah, Dia milikmu.” Michael cemberut. “Tidak sayang, Adam milik Kita bedua. Aku hanya ingin meletakkannya di tempat tidurnya.” Sharon melangkah dan meletakkan bayi mungil itu.
“Sharon kemarilah.” Michael duduk di kursi goyang. “Ada apa sayang?” Sharon mendekati Michael. “Ahhh…” Sharon tertarik hingga duduk dipangkuan Suaminya. “Sekarang waktunya kau yang kupangku.” Michael memeluk Sharon. Seketika Sharon tersipu malu.
“Ceritakan sayang, bagaimana awal kau menyentuh Benang Alam itu?” Michael membelai rambut Istrinya. “Dan sejujurnya Aku bingung saat kau bilang benda itu tidak menyakitimu.” Michael mengernyit.
“Benar sayang, Aku tidak tersakiti apa lagi terluka.” Sharon menatap kosong ke lantai. “Ceritakanlah sayang…” Michael masih memeluk erat Sharon. Sesekali Dia mencium dan mengendus aroma tubuh Sharon.
“Saat ku pikir benda itu sampah…” Kalimat Sharon berhenti dan dipotong oleh Michael. “Apa katamu, kau bilang itu sampah?” Suara Michael meninggi.
“Tidak sayang, maksudku saat ku pikir benda itu bukan hal yang penting bagimu. Aku berniat untuk membereskannya agar ruanganmu terlihat rapi.” Sharon kembali menatap kosong lantai. Dia berpikir untuk selalu menyusun kalimat yang tidak menyinggung Suaminya.
“Apa selama ini ruanganku berantakkan?” Michael menganga dan memandang langit-langit, berpikir. “Tidak berantakkan, hanya saja kurang rapi sayang.” Sharon mengoreksi lagi kalimatnya.
“Lalu teruskan Sharon.” Perintah Michael. “Lalu Aku menyentuhnya, mengambil Benang Alam itu dengan tangan kosong ini.” Sharon mengangkat tangan kanannya dan memutarnya.
“Dan kau tahu, apa yang menurutku aneh sayang.” Sharon menurunkan tangannya dan berbalik badan menatap Suaminya. “Jelly memanjang yang kau sebut Benang Alam itu meresap ke dalam kulitku dan menghilang.” Sharon menatap tajam Michael.
“Benarkah?” Tanya Michael yang membulatkan matanya. “Benar sayang, dan Benang Alam itu menghilang tanpa menyakiti ataupun melukaiku seperti yang kau khawatirkan.” Sharon memperlihatkan telapak tangannya kepada Michael.
“Hahaha…” Michael tertawa lebar. Sharon mengernyit kebingungan. “Sudah ku bilang, penemuanku itu paten tapi belum ku sempurnakan.” “Hahaha…” Michael masih tertawa.
“Ssttt…” Jari telunjuk Sharon menyentuh bibir Michael hingga membuat lelaki paruh baya itu terdiam. “Adam sedang tidur sayang, bisakah kau mengecilkan volume suara tawamu.” Sharon melepaskan jari telunjuknya yang menempel di bibir Suaminya.
“Jangan kau lepas.” Michael menarik jari telunjuk dan memasukkan ke dalam mulutnya lalu menjilati. “Geli Michael, jangan.” Sharon menarik jari telunjuk itu.
“Okay baiklah, silahkan berdiri Sharon.” Michael mendorong perlahan Istrinya agar berdiri. “Duduklah sayang, menyender dan bersantailah.” Michael menopang lembut Istrinya agar bergantian duduk di kursi goyang itu.
“Sharon, sejak kapan kau menyentuh Benang Alam itu?” Michael duduk di bawah, menaruh kedua tangannya di atas lutut Sharon. “Satu bulan yang lalu sayang.” Sharon mulai mengoyang kan kursinya.
“Jadi, kau menyentuhnya saat masih mengandung Adam?” Michael menghentikan kursi itu. “Iya sayang, ada apa? Apa ada yang salah?” Jantung Sharon mulai berdegup kencang, takut.
“Tidak apa-apa sayang. Hanya saja, Aku tidak tahu apa efek jika Benang Alam itu masuk ke tubuh manusia yang sedang hamil. Dan ini juga baru pertama kali Benang itu masuk ke dalam tubuh manusia. Setahun yang lalu Aku mencobanya ke burung Merpati yang ada di teras rumah Kita. Dan syukurnya burung itu tidak mati seperti kucing yang dulu namun Merpati itu mengalami luka di kakinya dan sempat merasakan kesakitan.” Terang Michael.
“Lalu apa yang terjadi kepada burung Merpati itu saat terkena Benang Alam. Burung itu sering menghilang secara tiba-tiba dan muncul seketika.” Michael menatap Sharon.
“Apa? Aku juga akan seperti itu Michael?” Sharon berkeringat dingin. “Kurasa tidak, karena semenjak kau menyentuhnya kau bahkan belum menghilang hingga saat ini.” Tambah Michael.
“Ahh.. benar.” Sharon kembali tenang. “Tapi burung itu mempunyai keterbatasan. Burung Merpati itu hanya bisa menunjukkan kepadaku bahwa benar dia pergi ke alam lain dengan membawa tubuhnya. Namun, burung itu tidak bisa menjelaskan apa saja yang dilihatnya hingga Aku tidak punya data yang lebih akurat lagi.” Michael masih menatap Sharon.
“Setelah Benang Alam itu memasuki tubuhmu. Tidakkah kau pernah mengalami kejadian atau hal-hal aneh Sharon?” Michael sangat penasaran dengan penemuannya itu.
“Hemmm….” Sharon tampak berpikir. “Apa kau ingat perkataanku saat berada di rumah sakit kemarin Michael. Bahwa Aku melihat seorang Kakek lalu menghilang.” Sharon menatap Suaminya.
“Ahh iya benar, jadi kau benar tidak berhalusinasi pada waktu itu. Apakah itu kejadian aneh yang kau alami semenjak memegang Benang Alam?” Michael kembali menatap Sharon.
“Benar sayangku.” Sharon memegang dagu Michael. “Lalu? teruskan sayang. Ceritakan lebih detail lagi.” Michael melepaskan tangan Sharon.
“Pada saat itu Aku bertemu dengan Kakek tua yang berambut putih, kumis putih, dan jubah putih. Dia berbicara kepadaku.” Sharon kembali menggoyangkan kursi itu. “Apa yang Dia katakan Sharon.” Michael menghentikan lagi goyangan kursi itu.
“Dia menyuruhku untuk memberikan nama bayi Kita Adam.” Sharon memegang punggung tangan suaminya. “Benarkah Sharon?” Michael berdiri dan memegang dagu dan berpikir. “Ini cukup langka Sharon. Ikut denganku!” Michael menarik tangan Sharon dan mengajaknya ke ruang kerjanya.
Banyak barang yang tergeletak diruangan itu, tak ada jalan bagi mereka bedua. Michael menendang satu persatu barang yang menghalangi jalannya dan sampai di meja yang memiliki tiga layar computer.
“Tunggu sebentar sayang.” Michael menghidupkan komputernya. Tiga layar di depannya hidup, sama seperti layar computer biasa. Namun, tiga puluh layar yang menempel di seluruh ruangan itu pun hidup. Tetapi layar itu hanya berwarna hitam dan bertuliskan nama Adam.
“Kau lihat?” Michael menatap Sharon. “Apa maksudnya ini semua Michael?” Sharon mengernyit. Entah apa yang sedang dilakukan oleh Suaminya itu.
“Sharon, Aku sedang membuat super system untuk memudahkan kehidupan manusia dimuka Bumi ini. Lalu Aku mulai mencobanya dengan jam supersmart itu.” Michael mengambil sebuah jam berada dilaci mejanya.
“Tetapi Sharon, disaat Aku membuat jam ini dahulu, perhatianku malah tertuju kepada penemuan baruku mengenai Benang Alam. Dengan segala percobaan yang ku lakukan, supersystem ini tidak hanya membantu manusia di Bumi melainkan di Alam lain.” Michael mengetik beberapa kode pada komputernya yang tidak di mengerti oleh Sharon.
“Ini beberapa ikonik pemdamping wujud dari supersystem.” Michael memperlihatkan satu persatu dari tokoh yang dibuatnya. “Ada yang berbentuk monster, hantu, alien, robot, dan salah satunya bapak tua itu.” Tangan Michael berhenti memindahkan layar komputernya saat Kakek tua yang pernah dilihat oleh Sharon.
“Iya benar, ini sama persis seperti Kakek tua yang berbicara padaku.” Sharon menunjuk salah satu dari tiga layar yang ada di depannya. “Apa kau bilang? Kakek itu muncul dan berbicara padamu?” Michael terkejut mendengar kata Istrinya.
“Iya benar! Bahkan Aku tidak berbicara, hanya memikirkan sebuah kalimat dipikiranku dan Dia mendengarnya.” Sharon mulai menatap lantai. “Lalu apa Dia menjawab kata-kata dari pikiranmu Sharon?” mata Michael berbinar tak percaya.
“Benar sayang! Dia menjawab pertanyaan yang Aku pikirkan.” Sharon menatap Michael. “Luar biasa, ini semua diluar dugaanku.” Michael berdecap kagum tak percaya penemuannya hampir berhasil.
“Lantas bisa kah kau ceritakan lagi?” Michael menggendong Sharon keluar ruangan. “Ahh..” Sharon tersipu malu saat lekuk tubuh digapai lengan kekar Michael.
Sharon dibaringkan di sofa ruang tamu. “Tidak, jangan Michael.” Sharon memikirkan hal yang tidak boleh dilakukan. “Bukan sayang, bukan yang itu. Aku tahu kau belum waktunya, cukup sekali kau katakan Aku mengerti sayang.” Michael meninggalkan Sharon sendirian di sofa.
Kemudian Michael kembali dengan membawa peralatannya berupa kabel THP ECG Bionet, layar digital minimalis, Macbook, dan sebuah Headset.
“Apa yang akan kau lakukan Michael?” Sharon mengernyit. Sharon memandangi semua alat itu. “Tidak sayang, jangan takut. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Bisakah kau rileks saja dan tertidur?” Michael memegang punggung tangan Sharon.
“Bagaimana bisa Aku tertidur. Aku tidak mengantuk!” Sharon melepaskan tangannya. Dia membuang pandangannya ke samping. “Jangan marah sayang, ini tidak akan sakit. Kau cukup makan pil ini.” Michael memberikan obat tidur kepada Istrinya.
“Apa ini obat tidur Michael?” Sharon memegang pil itu. “Benar, telanlah.” Michael memberikan segelas air minum saat Sharon selesai menelannya. “Sekarang jangan pikirkan apapun dan tidurlah.” Michael mengecup kening Istrinya.
Sesaat setelah tertidur Michael menempelkan kabel THP ECG itu ke kening Sharon di kiri dan kanan. Menghidupkan Macbooknya, dan memasang Headset di kepalalnya. Layar digital minimalis ia biarkan mati. Semua alat itu tersambung satu sama lain.
Lalu Michael mengetik sebuah kode yang hanya dirinya yang mengetahui kode itu. Lalu layar digital itu tiba-tiba hidup. Layar digital minimalis itu terhubung langsung dengan apa yang Sharon lihat.
Sharon sedang memandangi seorang laki-laki dewasa berwajah tampan dan berambut kuning. “Adam!” Michael kagum tak percaya. Michael melepaskan Headset di kepalanya, menaruhnya di atas meja dan menganga, Dia menutup mulutnya dengan tangan.
“Aku sedang melihat Adam ketika dewasa! Sharon melihat masa depan! Ya Tuhan!” Michael masih tak bisa berpikir jernih. “Sungguh ini penemuanku yang luar biasa.” Mata Michael berair, ia hampir menangis.
Kemudian Michael kembali memasang Headset di kepalanya. Dia mendengarkan suara-suara yang ada dipikiran Istrinya. “Adam, mau kemana nak?” Sharon memandangi punggung Adam. Sedangkan Adam tengah berada dipinggir pantai.
Desiran air laut jelas terdengar oleh Michael. Suara angin sepoi-sepoi menghampiri telinga Michael. Adam yang mengenakan baju putih menjuntai panjang ke pasir itu menoleh melihat Ibunya, tersenyum seakan cahaya matahari besinar terang pada wajah tampannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!