💕
💕
HAPPY READING
Satria seorang pria berusia 29 tahun hidup serba pas - pasan di sebuah rumah kontrakan yang bisa dibilang sangat sederhana. Satria tinggal masih satu desa dengan mertua dan keluarga istrinya, sudah 2 tahun satria menikahi wanita cantik dan sederhana bernama Dinda kusama. Dinda dulu bekerja di salah satu mini market sebagai kasir, namun dia memutuskan berhenti setelah menikah.
" Kamu itu dasar bodoh ! Seharusnya kamu dulu menikah dengan Alfin. Dia bekerja kantoran bahkan punya jabatan yang tinggi di kantor tempat dia kerja, tapi malah kamu menikah dengan pria miskin yang hanya bekerja sebagai penjual es cendol keliling !!" Bentak Rudi kakak pertama Dinda.
Dinda adalah anak paling terakhir, dan dia memiliki 3 kakak. Rudi kakak pertama , Reno kakak kedua dan Rena kaka perempuan nya yang ketiga. Ketiga kakak nya dari awal sudah menentang hubungannya dengan satria namun dinda tetap mempertahankan hubungan nya dengan satria. Sampai pada akhirnya dinda menerima lamaran satria dan membuat ketiga kakaknya murka dan menjauhinya. Begitupun dengan bu Rahayu ibu kandung dinda, hanya pak Karim ayah kandung dinda yang setuju dengan hubungan dinda dan satria.
" Lihat sekarang hidup mu , Dinda . Kamu serba kekurangan bahkan Tuhan saja belum mempercayaimu punya anak itu karena kalian miskin dan tidak punya cukup biaya untuk menafkahi anak mu " Ucap Rena kakak perempuan dinda.
" Jodoh , rezeki, maut itu rahasia Allah mbak. Jadi jangan pernah mengaitkan anak dengan kemiskinan kami. Ini rumah tanggaku dengan mas satria kenapa kalian yang ribut, lagian selama 2 tahun aku menikah dengan mas satria sedikit saja aku tidak pernah meminta bantuan pada kalian semua. Tapi beda dengan kalian bertiga, meskipun kalian orang berada dan pekerja kantoran tapi selalu kekurangan uang dan selalu merepotkan bapak dan ibun" Jawab dinda dengan berani.
Dia sudah bosan selalu dihina dan direndahkan oleh saudara- saudaranya. Apalagi siaminya selalu menjadi bahan olokan mereka.
" Sudah Din, jangan ribut lagi malu di dengar tetangga " Ucap satria sambil mengusap punggung istrinya dengan lembut.
Hal seperti ini sudah biasa bagi Satria, bahkan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Perlakuan para ipar -iparnya memang tidak ada yang baik kepadanya. Bahkan ibu mertuanya sama sekali tidak menganggapnya sebagai menantu, hanya ayah mertuanya saja yang bersikap baik.
" Tapi mas mereka ini sudah kelewatan. " Ucap dinda menatap suaminya dengan lembut. Dia tidak habis fikir kenapa suaminya tidak pernah mau melawan atau membantah para kakak iparnya.
" Sudah tidak apa - apa, mas memang orang miskin tapi insya allah bisa membahagiakanmu " Ucap satria lembut.
Kesabaran dan kelembutan satria inilah yang membuat dinda jatuh cinta dan memantapkan hatinya kepada satria.
" Heleh... Cuma pedagang cendol saja bangga. Bisa bahagiakan anak ku darimana ? Ngasih uang saja pas- pasan. " Cibir ibu Rahayu sambil mencebikkan bibirnya.
" Bu, jangan bicara seperti itu. Satria ini menantu kita, seharusnya kita doakan dia supaya usahanya mencari rizki diberi kelancaran. Kalau rezkinya lancar anak kita juga yang merasakannya " Ucap pak Karim menasehati istrinya.
Ketiga kakak rahayu tidak suka dengan perkataan ayah nya. Mereka malu mempunyai adik ipar seperti satria , bahkan dia tidak mau mengakui satria sebagai iparnya. Bertemu dijalanpun tidak pernah mau menyapa nya, jika satria yang menyapa mereka hanya buang muka.
" Bapak ini selalu membela satria dan dinda, kami ini hanya ingin dinda hidup bahagia dan hidup enak. Bapak bisa lihatkan istri - istri kami dan suami nya rena semua orang terpandang dan Suami rena juga punya pekerjaan tetap yang bagus." Ucap reno kakak kedua dinda.
Anak - anak dan menantu pak karim setiap malam minggu memang berkumpul di rumah pak karim untuk makan malam bersama. Tentunya semua menua dinda dab mbok yem yang memasaknya. Para kakak ipar perempuannya mana mau membantu memasak, mereka hanya mau makan saja bahkan membantu membereskan meja makan saja tidak mau. Beruntung dirumah orang tua dinda ada bik yem yang bantu - bantu.
" Mas Rudi yuk kita pulang, aku sudah mengantuk. Mendengar perdebatan yang tidak penting ini membuat aku semakin mengantuk " Ucap sinta istri rudi.
" Iya betul mbak aku juga mengantuk nih " Ucap sarah istri reno ikut menimpali.
Akhirnya ketiga kakak dinda dan suami istrinya pulang semua. Tinggalah dinda dan satria yang masih diam membisu di ruang tamu. Pandangan mata ibu rahayu sinis kearah Satria dan dinda.
" Kamu bereskan gelas - gelas bekas teh dan kopi ini baru kamu pulang. Tadi kamu kan sudah numpang makan enak disini. " Ucap ibu rahayu ketus lalu bangkit dan masuk kamarnya.
Dinda hanya bisa menangis dalam hati saja , dia tidak mau menangis di depan ayahnya. Dindapun mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya.
" Sudah biarkan saja din. Biar bim yem yang membereskan ini semua, kami pasti lelah karena dari sore kamu sudah menyiapkan semuanya. Sekarang pulanglah dan istirahat, besok pagi kamu harus menyiapkan dagangan suami kamu. " Ucap pak karim dengan lembut.
" Tapi pak .... " Seru dinda terhenti karena pak karim menyela.
" Sudah tidak apa - apa. Jika ibu mu marah itu urusan bapak" Ucap pak karim.
Dinda mengangguk mengikuti ucapan ayahnya. Satria dan dinda menyalami pak karim dengan takzim lalu mereka pamit pulang. Rumah dinda tidak jauh dari rumah orang tuanya, hanya berjarak sekitar 100 meter saja atau sekitar 5 rumah.
**********
" Mas berangkat jualan dulu ya din. Kamu baik - baik dirumah dan kalau mau kemana - mana kasih tahu mas ya " Ucap satria sebelum berangkat berdagang.
Dinda mengulas senyum manisnya, hari ini dia memang mau pergi kerumah ibu RT untuk membantu memasak karena ibu Rt mau mengadakan syukuran anaknya yang baru lulus kuliah.
" Iya mas , dinda cuma mau kerumahnya ibu Rt saja loh mas tidak mau kemana - mana. " Jawab dinda sambil terkekeh.
" Iya tetap harus kasih tahu mas dong " Jawab satria sambil mencubit mesra pipi dinda.
Biarpun hidup serba pas - pasan dinda dan satria tetap bahagia dan romantis. Pada dasarnya satria memang romantis, penyabar dan penyayang. Selama 2 tahun menikah tidak pernah sekalipun dia bicara kasar kepada dinda.
" Assalamualaikum " Ucap satria saat hendak pergi.
" Waalaikumsalam..hati - hati ya mas . Semoga dagangan hari ini lari manis ya mas." Ucap dinda penuh harap.
" Aamiin " Seru satria.
* Bismillahirohmanirrohim , semua jualanku hari ini lancar dan aku pulang dengan membawa rezeki yang halal untuk istriku. * Gumam satria dalam batiinnya.
Biasanya satria akan mangkal di depan sekolahan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Setelah anak sekolah bubar atau pulang satria akan berjualan keliling sampai jam 4 sore, selepas itu dia akan pulang. Habis tidak habis dagangannya dia pasti akan pulang.
" Ehh... Mas satri. Saya pesan cendnya 25 ya mas, pakai gelas saja ya mas " Ucap salah satu guru tempat dia berjualan.
" Alhamdillah. Pakai gelas seperti ini tidak apa - apa ya buk ?" Tanya satria sambil menunjukan gelas plastik yang biasa dipakai para penjual minuman.
" Iya tidak apa - apa mas. Tapi ada tutupnya kan ?" Tanya ibu guru.
" Ada bu, tapi tidak pakai mesin press. " Jawab satria dengan jujur.
" Sudah tidak apa - apa yang penting ada tutupnya mas. Jadi totalnya berapa mas ?" Tanya ibu guru dengan ramah.
Satria menghitung berapa total yang harus dibayar oleh ibu guru itu. Satria menjual 5000 per gelas nya, namun untuk anak - anak sekolah dia melayani dari harga 1000 maklum anak sekolah di desa uang jajan juga tidak banyak seperti di kota.
" Totalnya 125 ribu buk " Jawab satria dengan sopan.
" Oh iya ini uang nya nanti kalau sudah jadi tolong antar kedalam ya mas, karena mau ada rapat dewan guru sekitar 2 jam lagi. " Ucap ibu guru dengan ramah.
" Baik bu. Terimakasih ya bu sudah melariskan dagangan saya " Seru satria tidak lupa mengucapkan terimakasih.
Ibu guru paruh baya itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. Setelah itu dia kembali masuk kedalam pekarangan sekolahan.
********
ALHAMDULILLAH AUTHOR BISA RILIS NOVEL TERBARU , SEMOGA DITERIMA OLEH PARA PEMBACA SEMUANYA.
MOHON DUKUNGANNYA.
TERIMAKASIH 🙏❤️❤️
💕
💕
HAPPY READING
Hari ini satria pulang cepat karena dagangannya sudah habis. Melihat suaminya sudah pulang membuat dinda penasaran, karena tidak biasanya satria pulang cepat. Dinda mengira jika sang suami sakit sehingga memutuskan pulang.
" Mas kok sudah pulang ? Mas tidak apa - apa kan ?" Tanya dinda khawatir dengan satria.
Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, satria justru diam membisu. Dia hanya heran melihat tingakah istrinya.
" Mas kok diam sih ?" Tanya dinda.
" Mas tidak apa - apa Din. Justru mas yang heran kenapa kamu khawatir seperti itu. Mas pulang lebih awal karena tadi saat di sekolah ada rapat guru dan mereka membeli es cendol menggunakan cup sebanyak 25 jadi dagangan mas cepat habis dan mas bisa pulang lebih awal" Ucap satri sembari membereskan peralatan dagangnya.
" Ohh begitu. Alhamdulillah ya mas " Seru dinda lalu ikut membawa masuk toples - toples yang sudah kosong kedapur untuk di cuci dan akan dipakai lagi besok. Dinda sangat memperhatikan kebersihan peralatan dagang yang digunakan suaminya.
" Ini penghasilan hari ini Din" Ucap satria sambil memberikan uang penghasilan dagang hari ini kepada anisa.
Setiap hari satria memang menyerahkan uang hasil dagangannya kepada dinda. Dia tidak pernah mengambil sedikitpun, dia mempercayakan penghasilannya kepada Dinda. Dengan mengulas senyum menawan dinda menerima uang yang diulurkan oleh suaminya.
" Alhamdulillah hari ini dapat 200 ribu mas. Ini yang 50 dinda tabung, yang 150 buat belanja bahan untuk dagang besok sama untuk beli sayuran untuk besok. " Ucap dinda penuh rasa syukur.
Dinda akan kepasar besok pagi - pagi buta, sekitar jam 5 selesai subuh. Dinda harus rela belanja setiap hari karena dia tidak punya kulkas untuk menyimpan bahan-bahan untuk membuat es cendol. Cendol dia beli setiap hari, cincau pun beli setiap hari. Dinda sedang menabung untuk membeli kulkas agar dia juga bisa membuat es batu sendiri.
" Mas bagaimana kalau cendol kita buat sendiri ? Kita hanya tinggal beli bahannya. Lagi pula bikin cendol gampang dan mudah, tidak memakan waktu lama. Kalau cincau dan roti jon nya kita tetap beli di pasar.
" Nanti kamu capek Din ? Mas tidak mau kamu capek terus sakit, sudah tidak apa - apa kita beli saja ya. Kalau memang nanti kita sudah bisa beli kulkas kita bisa belanja 2 hari sekali, cincau dan cendol bisa awet sampai 3 hari lebih kalau di kulkas. " Ucap satria menolak secara halus ide dinda.
" Iya mas. Ya sudah mas mau makan atau mau mandi dulu ? Sebentar lagi masuk waktu sholat mas " Ucap dinda.
" Mas istrihat dulu saja ya Din , tadi mas siang sudah makan bekal yang kamu bawakan. Masak iya baru jam segini mas mau makan lagi. Nanti kalau sudah adzan ashar kamu bangunkan mas saja " Ucap satria.
" Oh iya baru juga jam 3 kurang kenapa aku menawari mas makan dan mandi ? Hehee... Aku lupa mas, karena sudah terbiasa mas pulang saat selepas ashar. Ya sudah mas istirahat saja dulu, nanti kalau sudah masuk waktu azhar dinda bangunin." Ucap dinda.
Satria mengangguk lalu masuk ke kamar, sedangkan dinda sibuk mencuci peralatan yang digunakan dagang oleh suaminya. Dia sangat bersyuku karena hari ini suaminya memberinya uang 200 ribu, uang yang cukup banyak. Karena biasanya satria hanya membawa pulang uang dibawah 100 ribu. Itupun masih harus untuk modal beli bahan - bahan es dan untuk beli sayuran.
Setiap jualan satria memang tidak membawa banyak karena terhalang modal dan dia juga hanya berjualan dilingkungan sekolah dan jika anak sekolah sudah bubar dia akan berkeliling. Tak jarang satria pulang dengan membawa dagangannya yang masih banyak.
Dikamarnya satria tidak bisa memejamkan matanya, dia memekirkan betapa kerasnya kehidupan yang sudah dia jalani selama 5 tahun ini. Sebelum menikah dengan dinda satria memang sudah menjalani kerasnya kehidupan sebagai warga yang kurang mampu selama 3 tahun, dan kini sudah 2 tahun dia menikah dengan dinda. Sudah genap 5 tahun dia hidup dari jauhnya hiruk pikuk kota.
" tiga bulan lagi masa itu akan habis dan aku harus kembali kekehidupanku semula. Tapi bagaimana dengan dinda ? Apa dia akan marah jika tahu siapa aku yang sesungguhnya. ?" Tanya satria pada dirinya sendiri.
" Loh mas kok belum tidur, tadi katanya mau istrirahat. Aku kira mas tidur" Seru dinda yang masuk kamar sambil membawa pakaian yang baru dia angkat dari jemuran.
" Iya din. Mas hanya sedang menghayal, bagaimana jika tiba - tiba kita punya banyak uang. Tinggal dirumah mewah dan punya mobil mewah, kita hidup bahagia bersama sampai menua bersama. " Ucap satria sedikit mengulik jati dirinya.
" Aamiin. Tapi kalau menghayal jangan tinggi - tinggi ya mas. Nanti kalau jatuh kan sakit dan aku pasti yang akan tertawa. Hidup sederhana begini aku sudah senang mas, tapi jika memang allah menghendaki kita berlebih rezeki ya tidak masalah " Ucap dinda sambil melipat pakaian dan menyusunnya di keranjang baju.
Setiap baru di angkat jemuran dinda memang selalu melipat pakaiannya langsung agar tidak kusut. Dinda jarang menyetrika,demi mengirit pengeluaran token listrik. Hanya pakaian yang untuk bepergian dan kondangan saja yang akan dinda setrika.
" Iya nis. Nasib orang tidak ada yang tahu dinda " Jawab satria sambil menatap langit - langit kamarnya.
Obrolan mereka terhenti karena ada ketukan pintu dari depan. Dengan segera dinda menuju pintu depan dan melihat siapa yang datang. Ternyata Gibran dan Tiara anak dari rena. Mereka memang sering datang kerumah dinda untuk bermain dan sekalian meminta makan.
" Tante aku lapar " Ucap gibran bocah 5 tahun itu dengan wajah sedihnya. Sedangkan Tiara bocah berusia 7 tahun itu hanya menunduk. Mungkin dia malu karena keseringan minta makan sama dinda. Karena hanya dirumah dinda mereka sering diberi makan, karena kerumah rudi dan reno pun tidak mungkin selain para istri yang jarang masak jarak rumahnya pun cukup jauh. Rena memang masih tinggal satu lingkungan dengan dinda , rumahnya sekitar 200 meter dari rumah dinda.
" Ya sudah yuk masuk, tapi tante hanya masak sayur tumis kangkung sama tempe goreng. Kenapa kalian tidak mencoba minta dirumah nenek, disana pasti ada ikan atau ayam " Ucap dinda ingin tahu kenapa dua ponakannya itu tidak mau meminta makan dirumah neneknya.
" Tadi sudah kerumah nenek tapi nenek belum masak tante, dan kami disuruh minta kerumah tante. Dirumahku tidak ada makanan karena mama pergi dan Ayah masih kerja." Ucap tiara jujur. Bocah 7 tahun itu memang tidak pernah berbohong kepada dinda.
Hhuuuffff
Terdengar helaan nafas dinda cukup panjang. Sudah paham dengan watak kakak perempuannya itu, selalu pergi jalan - jalan bersama teman - temannya yang gaya sok sosialita dan bisanya hanya menghambur - hamburkan uang tapi tidak ingat dengan anak - anaknya.
" Loh ada tiara sama gibran " Ucap satria pura - pura tidak tahu padahal tadi dia sudah menyimak semua pembicaraan dinda dengan kedua bocah yang ada dihadapannya itu.
" Om satlia sudah pulang ?" Tanya gibran bocah 5 tahun yang belum jelas mengucapkan huruf R.
" Iya, om satria pulang cepat. Kalian mau makan ya? Sudah sana ambil saja di meja dapur, ingat jangan berebut dan berdoa dulu sebelum makan " Ucap satri dengan lembut.
" Iya om terimakasih " Jawab tiara dan gibran bersamaan.
Mereka berlari kedapur untuk mengambil makana, apapun yang dimasak oleh dinda pasti mereka akan memakannya dengan lahap. Jika tiara dan gibran datang , satria dan dinda selalu mengajarkan tentang etika dan sopan santun kepada mereka. Jadi secara tidak langsung mereka sudah mendidik keponakannya itu, jadi tiara dan gibran tumbuh menjadi anak yang sopan.
********
TOLONG RATE BINTANG 5 NYA DULU YA KAK
LIKE, KOMENTAR, VOTE, FAVORITE SERTA BERIKAN HADIAHNYA.
TERIMAKASIH 🙏🙏❤️❤️
HAPPY READING
💕
💕
.
" Hai .... Makanan apa yang kamu berikan kepada anak - anak ku ?" Teriak rena dengan nyalang.
Saar gibran dan tiara sedang menikmati makanan bersama dinda dan satria tiba -tiba saja rena datang dan langsung menuju dapur tanpa mengucap salam sama sekali. Dia langsung marah - marah karena anaknya hanya makan pakai sayur kangkung dan tempe goreng.
" Mbak rena bisa tidak sih kalau datang kerumah orang itu ucapkan salam terlebih dahulu ? Datang langsung marah - marah " Seru dinda kesal karena mereka semua kaget, beruntung tidak ada yang tersedak.
" Heleh kamu ini sok kaya ! Kamu kenapa memberi makan anak ku hanya dengan makanan sampah seperti ini ? Mereka tidak terbiasa makan, makanan seperti ini !! " Seru rena menunjuk kearah kedua anaknya yang menunduk ketakutan.
Satria dan dinda tidak habis fikir dengan kakaknya ini, dia terlalu sombong. Terlalu pedas mulutnya mengatakan makanan yang mereka makan sebagai makanan sampah. Padahal anak - anaknya setiap hari pasti makan dirumah dinda juga.
" Kalau mbak rena mau anak - anak makan ayam goreng atau rendang daging ya silahkan bawa anak - anak mbak pulang dan masakan mereka makanan yang enak - enak. Jangan bisanya mengomel saja tapi anak tidak di urus, masih beruntung aku memberi mereka makan. Mereka itu kelaparan dan hampir setiap hari mereka makan disini, mbak sebagai ibu tidak ada tanggung jawabnya. Anak kelaparan malah sibuj jalan - jalan, sesekali masak untuk anak - anak mbak. " Ucap dinda dengan kesal.
Satria mengusap lengan dinda dengan lembut agar dinda tidak terbawa emosi yang semakin meninggi. Rena terlihat mendengus dengan kesal dan mencebikkan bibirnya.
" Tiara, gibran.. Maafkan tante ya, mulai besok kalian jangan makan dirumah tante ya. Karena makanan tante hanya makanan sampah. Minta saja sama mama kamu makanan yang enak dan bergizi. " Ucap dinda dengan lembut.
" Kalau kita tidak makan disini , kita makan dimana tante ? Dirumah tidak ada makanan dan kami lapar, makanan tante enak kok. Aku dan adik suka makan masakan tante " Ucap tiara bocah yang baru duduk di kelas 1 SD itu dengan wajah sedihnya.
" Tiara, gibran pulang !!" Seru rena dengan kesal.
Tanpa membantah tiara dan gibran langsung bangkit dan berjalan keluar rumah mengikuti ibunya. Padahal dia masih lapar, dan makanannya juga belum habis. Tapi mereka tidak mau membantah mamanya, kedua anak itu keluar dengan wajah tertunduk lesu.
" Kalau bukan kakak ku sudah aku remet tuh mulut " Ucap dinda dengan kesal.
" Sudah jangan terbawa emosi, biarkan saja . Sekarang kita lanjutkan makan kita " Ucap satria lembut.
Dinda mengangguk pelan lalu duduk kembali dan menghabiskan makanannya. Sebenarnya selera makannya sudah hilang , tapi mubadzir jika harus membuang makanan.
Selesai makan, dinda membereskan makanannya dan peralatan makan serta mencucinya langsung. Sedangkan satria sudah pergi kerumah pak Rt, karena dirumah pak Rt ada acara rapat warga.
* Mau sampai kapan kakak - kakakku seperti ini ? Mereka meremehkan ku dan mas satria, bahkan ibu ku sendiri juga tidak menyukai mas satria. Aku khawatir mas satria akan tertekan dan semakin dikucilkan, tapi beruntung mas satria sangat sabar dan tidak mudah sakit hati * Gumam dinda dalam hatinya.
********
Rena datang kerumah orang tua nya, dia ingin membicarakan soal dinda dan satria. Kebetulan tidak ada ayahnya, ayahnya juga ikut rapat warga di rumah pak Rt.
" Jadi ibu juga ingin memisahkan mereka ? " Tanya rena penasaran.
" Iya kamu benar. Ibu tidak mau melihat anisa hidup menderita dengan satria, apa yang bisa diharapkan dari satria yang pekerjaannya hanya seorang pedangan cendol. Ibu ingin menjodohkan dinda dengan anaknya pak sukar yang punya toko elektronik besar itu, anaknya itu karyawan tetap jadi gajinya pasti besar. " Ucap ibu rahayu penuh keyakinan.
" Tono ? Si tono yang bekerja di perusahaan STR GROUP itu ? " Tanya rena memastikan rasa penasarannya.
Ibu rahayu mengangguk dengan yakin sambil tersenyum , dia sangat yakin jika dinda mau dinikahkan dengan tono sang karyawan tetap dengan gaji yang lumayan besar. Ibu rahayu sangat berharap dinda mau mengikuti apa yang diinginkannya.
Seorang ibu seharusnya bisa menjadi panutan anak - anaknya dan bisa membuat anaknya nyaman, sebagai sandaran dan tempat keluh kesahnya. Seorang ibu tang seharusnya memberikan dukungan dan suport serta nasihat baik untuk anak - anaknya, namun kini dia justru menginginkan anak nya bercerai dan akan menikahkan dengan pria lain.
" Apa dinda mau bu ? Dinda itukan cinta mati dengan satria ?" Tanya rena yang tidak yakin jika dinda mau dengan tono apalagi dinda menurutnya cinta mati dengan satria.
" Harus mau, kalau tidak mau ya kita harus berusaha agar dinda dan satria berpisah. Kalau dinda menikah dengan tono, kita juga yang bangga. Tono kan juga 1 kantor sama rudy dan reno. " Ucap ibu rahayu.
Rena menganggukan kepalanya dan ikut tersenyum simpul. Apa yang dikatakan ibu rahayu menurut rena itu memang benar, jika dinda menikah dengan tono otomatis mereka juga akan bangga membanggakan menantu lelakinya diluaran sana.
" Bu, kita harus atur rencana agar dinda dan satria segera berpisah. Semakin cepat semakin baik, lagi pula aku juga sudah malas punya adik ipar seperti satria. Sudah miskin tapi dia juga belagu. Sebenarnya kasihan bu melihat hidup dinda yang serba pas - pasan begitu. " Ucap rena lagi.
" Kamu kira ibu juga tidak kasihan dengan adik mu. Makanya ibu mencarikan jodoh yang baru untuk adikmu itu. Oh iya kita harus bicarakan masalah ini sama kedua kakakmu itu , agar mereka juga membantu kita " Ucap ibu rahayu tersenyum bahagia.
Ibu rahayu sudah membayangkan mempnyai menantu lelaki kaya seperti tono. Orang tua tono punya toko elektronik yang besar sedangkan tono karyawan perusahan besar.
" Bu, masak tadi anak - anakku dikasih makanan sampah sama dinda dan satria. " Ucap rena mengadukan perbuatan dinda dan satria.
" Sampah ? Maksud kamu ?" Tanya ibu rahayu tidak paham.
" Anak rena dikasih makan kangkung dan tempe itukan makanan sampah bu. " Ucap rena mengadu.
" Kalau kamu dirumah masak anak mu tidak mungkin makan , makanan seperti itu. Lagi pula masih bagus dinda mau memberi anak mu makan..Kamu itu sebelum pergi siapkan dulu makanan untuk anak - anak mu. Kalau sampai si Beni tahu kamu tidak mengurus anak mu dengan baik pasti dia akan marah " Ucap ibu rahayu.
" Kok ibu malah membela mereka sih, seharusnya ibu marah karena mereka sudah memberi makanan tidak layak kepada cucu ibu. Lagi pula mas beni tidak akan tahu , tah dia pulang seminggu sekali." Ucap rena dengan percaya dirinya.
Hhaaahhhh
Helaan nafas panjang terdengar keluar dari rongga hidung ibu rahayu. Menasehati rena memang sama saja bicara dengan batu atau patung hidup.
" Sudahlah sekarang kamu pulang dan jangan lupa bawa pulang dua anakmu itu. Ini sudah malam dan ibu juga butuh istirahat, ingan masalah perjodohan tadi jangan sampai bapakmu tahu. Kalau dia tahu past dia akan marah." Ucap ibu rahayu.
Rena mengangguk sambi mengacungkan jempol tangannya. Dan renapun mengajak kedua anaknya pulang kerumahnya sendiri yang memang tidak jauh dari rumah orang tuanya.
********
RATE BINTANG 5 NYA DULU YA KAK.
LIKE , KOMENTAR, VOTE, FAVORITE SERTA BERIKAN HADIAHNYA YANG BANYAK.
TERIMAKASIH 🙏🙏❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!