NovelToon NovelToon

Another World Point Of View

Prolog

Bagaimana jika menyelamatkan seekor kucing oyen nan bar-bar dapat mengantarkan mu masuk kedalam tubuh orang lain? Itu yang dialami oleh Riana Milane.

Riana tewas tertabrak truk dan masuk kedalam tubuh Antagonis bernama Zeana De Anderson. Seorang yang selalu diabaikan oleh keluarganya serta selalu mengejar Protagonis yang tidak mencintainya, dan mengabaikan tunangan yang tulus mencintainya.

Zeana yang jahat kini telah digantikan oleh Riana yang baik dan penurut. Akankah dia berubah? Cerita tentang bertahan hidup ditubuh orang lain dengan masalahnya.

***

Riana Milane seorang gadis yang baik dan senantiasa menuruti perintah ibunya, namun akan menjadi sangat menakutkan ketika sedang marah. Tumbuh di keluarga broken home tak membuatnya menjadi anak yang nakal, justru karena didikan yang sangat baik dari ibunya membuat dia menjadi anak pintar dan penurut.

Tapi bagaimana jika hal konyol terjadi padanya, disaat orang lain akan merayakan ulang tahun yang ke-17 kebanyakan orang akan sangat bahagia. Tidak dengan Riana di sweet seventeen nya, dia malah mati tertabrak truk begitu menyelamatkan seekor kucing oyen hendak menyebrang jalan.

Bukannya mati dengan tenang dia malah hidup kembali di tubuh yang berbeda. Sebagai Antagonis yang jahat menurut banyak orang yang mengenalnya.

Zeana De Anderson Menjadi Antagonis di hidupnya. Gadis yang selalu di abaikan oleh keluarga bahkan orang yang dicintainya, dan dia sendiri mengabaikan tunangan yang tulus mencintainya. Zeana adalah gadis baik yang harus berubah karena kondisi, dimana dia melihat orang yang dia sukai menyukai orang lain. Disitu sifat jahat dan suka membully siapa saja yang mendekati orang yang di cintainya itu.

Nico Maxime tokoh Protagonis, cowok baik yang humoris. Dari awal tak pernah membenci Zeana karena merupakan sahabatnya, tapi karena Zeana yang selalu mengejarnya serta mengganggunya membuat dia amat pembenci wanita itu apalagi dengan mengganggu orang yang dicintainya.

Jeano Aksa Xiallen tunangan yang tak dianggap bahkan tak di akui oleh Zeana. Pria dingin yang misterius, tapi akan berubah hangat bahkan manja jika dengan orang yang dia sayangi. Anak tunggal kaya raya keluarga Xiallen, sekaligus tunangan Zeana. Jeano yang selalu mencintai serta menyayangi Zeana ketika Zeana sendiri mengabaikannya dan memilih mengejar cowok lain.

Sisqia Amelia tokoh Protagonis cewek yang sangat di cintai Nico, gadis dengan murah senyum dan baik. Selalu sabar ketika di bully, tapi itu hanya di luar nya saja bukan? Tidak ada yang tau dengan isi hati nya dan pikirannya. Seorang siswi dari keluarga sederhana yang beruntung mendapat beasiswa dan dapat masuk ke sekolah elit.

Bagaimana nantinya jika Zeana yang suka membully Sisqia dan mengejar Nico berubah menjadi cuek dan bodo amat? Serta malah menempeli seorang Jeano yang terkenal dingin dan disegani.

Zeana yang jahat kini berubah karena ditempati oleh Riana yang baik.

"Apa salah untuk memperjuang satu-satunya yang di miliki?" Zeana De Anderson

"Ku tak pernah suka dengan mu Anna, pergilah." Nico Maxime

"Disaat semua orang membenci mu, aku adalah orang pertama yang akan selalu menyukai mu dan ada di sampingmu." Jeano Aksa Xiallen

"Aku baik tapi tidak untuk beberapa hal." Sisqia Amelia

"Woi lah bukannya masuk surga, ini malah masuk me tubuh orang lain. Nambah beban idup banget." Riana Milane

**Penasaran? Cus langsung kepoin aja ceritanya**.

**Makasih udah mau baca cerita aku, jangan lupa kasih saran dan dukungannya. See You Next Part👋👋👋**

CHAPTER 1

..."Being thankfull and giving that thanks is one of the keys to be happy."...

..._Mark Lee...

...Happy Reading semuanya...

.......

.......

🌱

1. Destiny

"Anna bangunnn, kamu gak sekolah?" Teriak seorang wanita yang mencoba pembangunkan anak semata kakinya_eh anak tunggal maksudnya.

"Lima menit lagi mah," gumaman yang hanya di berikan oleh gadis itu.

"Sekarang Riana, heran punya anak gadis gini amat."

Meskipun engan gadis itu mencoba untuk memaksakan diri. "Iya iya ini juga bangun," sambil terbangun dari tidurnya.

"Sarapan udah ada di meja, Mamah berangkat kerja dulu yah." Pamit Sarah_Mamah dari Riana sambil pengelus pelan kepala anaknya.

"Iya Mamah hati-hati ya, jangan terlalu capek kerja nanti aku bantu kerja aja."

"Gak ya kamu fokus sekolah aja, belajar yang bener."

"Gak belajar juga dah pinter aku," sombong dikit boleh kali.

"Eh enak aja tetep harus sekolah yang bener," omel Sarah pada anaknya.

Setelah mengatakan itu Sarah lekas pergi dari kamar anaknya, untuk bersiap-siap pergi bekerja.

Menjadi singel parent tak mudah baginya meskipun hanya pempunyai anak satu, tetap saja hidup di zaman yang serba modern serta segala hal yang harus penggunakan uang membuat dia harus bekerja keras untuk bisa menyambung hidupnya.

Pekerjaan nya pun tak begitu mendapatkan gaji yang besar, Sarah hanya bekerja sebagai pelayan di kafe kecil. Tapi cukup untuk membiayai hidupnya sehari-hari.

Suami serta Ayah dari anaknya pergi meninggalkannya demi wanita lain yang lebih kaya serta cantik tentunya. Di saat dia harusnya bahagia karena lahirnya anak, dia harus bersedih karena mengetahui suaminya selingkuh dan lebih memilih pergi dengan wanita lain.

Bersyukur dan selalu menolong orang lain, itu yang selalu Sarah tanamkan dalam hidupnya.

***

Setelah melihat Mamah Sarah yang keluar dari kamarnya Riana lekas pergi ke kamar mandi, untuk apa? Untuk mandi lah. Terus anda berharap apa?

Siap dengan serangam sekolah nya Riana bergegas sarapan dan berangkat ke sekolah.

Saat di perjalanan menuju sekolah dia tak sengaja melihat seekor kucing oyen nan bar-bar yang tampak akan menyebrang jalan, karena takut akan kucing tersebut tertabrak kendaraan yang akan melintas dia mencoba menolong kucing tersebut.

"Yen kamu ngapain di situ? Buruan nyebrang! Kamu gak liat apa itu banyak kendaraan yang lewat?" Riana mencoba berbicara pada kucing oyen tersebut.

Emang s oyen ngarti ya?

Karena tidak mendapat respon dari kucing tersebut dia pun mencoba mengangkat kucing tersebut untuk menyebrang. Bukannya malah berterimakasih kucing tersebut malah menyakar Riana dengan sangat ganasnya.

"Eh dasar kucing oyen bar-bar udah gue tolongin ya, lo malah nyakar gue." Karena emosi pada kucing tersebut Riana terus berceloteh.

Dia tidak sadar bahwa berada di tengah jalan, dan bertepatan dengan itu ada sebuak truk yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

Brukkkk

Tidakkkk

Awasssss

Terlambat

Meskipun truk itu sudah berusaha untuk mengrem tetap saja tabrakan tersebut tidak bisa di hindari.

Sekeras apapun orang-orang berteriak, tetap saja tubuh Riana terhantam oleh truk tersebut. Tubuh Riana terlempar cukup jauh.

Dengan darah yang mulai keluar dari hidung, telinga bahkan kepalanya. Riana merasakan sakit yang luar biasa dan sudah tidak dapat mendengar teriakan orang di sekitarnya lagi.

"Aku mau mati ya? Ya padahal entar malem aku ulang tahun. M-maafin Anna Mah b-belum b-bisa bahagia-in Mamah." Dengan napas yang tersengal-sengal Riana mengatakannya.

Dengan kesadaran yang hampir menipis Riana masih bisa melihat kucing oyen yang dia selamatkan dengan menggantikan nyawanya. Kucing tersebut hanya mengeong dengan muka tidak dosanya menatap Riana.

"Gue mati karena lo kucing sialan," maki Riana dalam hati sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.

Banyak sekali orang-orang yang mulai menggerumuni tubuh Riana yang sudah penuh dengan darah, dan sebagian orang mulai menolong dengan menelpon ambulans.

***

Prannggg

Sebuah gelas jatuh dari tangan seseorang, membuat orang lain yang mendengar suara tersebut melihat ke arahnya.

"Mbak Sarah kenapa?"

"Hah?"

"Mbak Sarah ngelamun yah? Itu gelas nya pecah!"

"Kok bisa?" Sarah melihat heras dengan gelas yang sudah tidak berbentuk di bawah kakinya.

"Kayanya Mbak beneran ngelamun yah, itu gelas nya jatoh terus pecah. Apa ada yang ganggu pikiran Mbak?" Tina_rekan kerja Saran di kafe merasa heran dengan keadaannya.

"Lah Mbak juga gak sadar Tin, itu gelas pecah," sambil memberesi pecahan gelas tersebut.

"Kok Mbak kepikiran Anna yang Tin, rasanya perasaan Mbak jadi gak enak."

"Positif thinking aja mungkin Mbak kangen sama Anna, berdo'a aja semoga Anna baik-baik aja," Tina mencoba untuk menenangkan Saran.

"Aamiin, semoga baik-baik aja."

"Eh Mbak bukannya entar malem ulang tahun nya Anna yah?"

"Lah iya, Tin. Duh Mbak kok bisa lupa ya?" Tak habis pikir bisa-bisanya dia lupa ulang tahun putri nya sendiri.

"Lah Mbak gimana sih, kok bisa lupa? Gimana kalo kita bikin pesta kecil-kecil aja Mbak? Aku ikut," dengan sangat semangat Tina mengatakannya.

"Boleh. Kita makan-makan aja sambil nanti pulang kerja kita beli kue, terus langsung ke rumah." Sarah mengiyakan ajakan Tina untuk merayakan ulang tahun Riana.

"Oke jadi fiks yah Mbak?"

"Iya,"

Sarah mencoba untuk mengabaikan rasa gelisahnya dengan mencoba untuk terus berpikir positif, dan menuruskan kerjanya yang sempat tertunda.

***

Tibalah waktu istirahat kerja, Sarah mengcek ponselnya yang memang di simpan di sebuah loker tempat penyimpanan barang karyawan. Banyak sekali panggilan tak terjawab dari nomer asing dan salah satunya ada dari Riana putrinya.

Baru akan menelpon kembali Riana, tapi panggilan dari nomer asing terlebih dahulu masuk.

"Hallo?"

"Hallo. Apa benar ini dengan ibunya saudara Riana?"

"Benar. Dengan saya sendiri, ini siapa ya?"

"Kami dari rumah sakit, mau mengabarkan bahwa anak anda menjadi korban kecelakaan."

Deg

"A-apa?"

"Dan maaf dengan berat kami juga menyatakan bahwa saudara Riana juga meninggal di tempat kecelakaan."

"Gak. Gak mungkin Anda pasti bohong kan?" Dengan suara bergetar Sarah mengatakannya.

"Tidak Bu, Anda bisa mendatangi rumah sakit xxx untuk mengambil jenazahnya. Sekali lagi kami turut berduka cita, selamat siang."

Tut

Tubuh Sarah langsung jatuh terduduk setelah mendapatkan kabar yang sangat menggejutkan tersebut.

Apa dia bermimpi? Sungguh ini begitu cepat dan mengejutkan.

"Mbak Sarah," Tina langsung menghampiri Sarah yang terlihat terduduk di lantai sambil menangis.

"Kenapa Mbak?"

Hiks hiks hiks

Tak apa jawaban hanya tangis yang memilukan yang bertambah keras.

"Mbak jawab dong, kenapa? Jangan bikin khawatir." Tina mencoba menenangkan Sarah sambil terus bertanya apa yang terjadi.

"Anna Tin,"

"Anna kenapa Mbak?" Sela Tina cepat.

"Anna mening-ggal"

"APA?"

...To Be Continue...

Makasih untuk part ini, jangan lupa saran dan dukungannya. Bay ketemu di part selanjutnya👋👋👋

CHAPTER 2

..."Bersyukur serta ikhlas dengan takdir Tuhan akan lebih baik dari pada selalu bertanya akan mengapa."...

...De_onsti...

...Happy Reading...

.......

.......

🌱

2. Takdir Tuhan

"Apa? Mbak yang bener?"

Affah iyah?

"Iya, tadi ada yang nelpon dari rumah sakit. Katanya Anna jadi korban kecelakan dan Anna juga_ juga...."

Hiks hiks hiks

Sarah tidak bisa meneruskan ucapannya.

Ayolah berkata dengan hati yang sakit tidak akan mudah untuk di tulis, dan di ungkapkan.

"Di rumah sakit mana Mbak? Ayo kita kesana sekarang buat buktiin!"

"Rumah sakit xxx,"

Dengan sisa tenaga untuk berpijak dan berjalan Tina menuntun Sarah menuju rumah sakit tersebut.

"Eh Reno gue sama Mbak Sarah izin dulu yah. Gue mau ke rumah sakit dulu mastiin sesuatu," izin Tina pada rekan kerja lainnya.

"Mastiin apa? Itu Mbak Sarah kenapa? Sakit?" Serocos Reno pada Tina.

"Udah pokoknya bilangin sama yang lainnya, nanti kalo ada apa-apa gue kabarin lagi." Pamit Tina sambil terus memapah tubuh Sarah keluar kafe.

Mereka berdua pun bergegas pergi ke rumah sakit menggunakan motor Tina dengan Tina yang mengendarai motor tersebut.

"Tolong jangan tinggalin Mamah sendiri Anna," batin Sarah sambil terus berdoa untuk Riana.

Membutuhkan sekitar 30 menit menuju rumah sakit tersebut. Dengan tergesa keduanya berlari menuju resepsonis guna memastikan kabar tersebut.

"Misi Sus mau tanya, apa bener ada korban barnama Riana Milena?"

"Tunggu sebentar yah Mbak," sambil mengcek data pasien sedangkan Tina maupun Sarah menunggu dengan cemas.

"Betul Mbak saudara dengan nama Riana Melina berada di ruangan xxx lantai 2."

"Makasih Sus,"

"Sama-sama."

Mereka berduapun bergesa menuju lantai 2, sampainya di depan ruangan tersebut ada dua orang pria dengan setelan pakaian kantor yang sedang terduduk di depan ruangan.

"Ini ruangan nya Mbak," seru Tina begitu mereka sampai.

Mendengar ada suara lain kedua pria tersebut sontak beranjak dari duduk mereka.

"Anda keluarga korban?" Tanya salah satu dari kedua pria tersebut.

"Iya, saya Ibunya. Bagaimana keadaan anak saya?"

"Kita berdua turut berduka cita atas apa yang di alami oleh putri Anda, meskipun kita sudah membawa korban dengan segera tapi Tuhan berkata lain nyawa korban tidak bisa di selamatkan." Pria tersebut menjelaskan.

Brukkk

Mendengar perkataan tersebut tubuh Sarah membali tidak bisa untuk berdiri dengan benar.

"Mbak..."

Kaget? Tentu saja siapa Ibu yang tidak kaget ketika mendapat anak yang tadi pagi masih bisa berbicara dengannya, dan kini sudah tidak ada.

Tina mencoba memberi kesabaran pada Sarah dengan mengelus punggungnya, Tina pun sama begitu kaget dengan kenyataan ini.

Riana sudah seperti adik nya, tapi sekarang apa?

Bahkan mereka berdua sudah merencanakan pesta kecil-kecilan untuk Riana, tapi tadir Tuhan berkata lain.

Sesuatu yang datang dan pergi tidak ada yang tau tentang itu.

"Mbak yang sabar ya, bagaimana bisa terjadi?" Tina mewakili Sarah untuk bertanya, karena sepertinya Sarah sudah tidak bisa untuk berucap hanya air matanya saja yang terus keluar.

"Kecelakaan terjadi di jalan xxx pada pukul 7 pagi kurang lebih, dengan sebuah truk dengan kecepatan tinggi. Dan korban sedang berdiri di tengah jalan sambil terus berceloteh tanpa menghiraukan keadaan sekitar, serta kejadiannya begitu cepat sampai tidak ada yang bisa menyelamatkan korban selain semuanya mencoba untuk teriak.

Sama halnya dengan kita berdua. Begitu keluar dari salah satu tempat, kecelakan tersebut sudah terjadi begitu cepatnya. Dan kita hanya dapat menolong dengan memanggil ambulans serta menjaga di sini karena tidak ada yang mau menemani korban sampai keluarga korban datang.

Begitu ceritanya, dan sekali lagi maaf kita tidak dapat menyelamatkan korban."

Jelas pria tersebut sambil terus berkata maaf, sedangkan pria satunya hanya menatap Saran dan Tina tanpa mengatakan apapun.

"T-tidak tidak perlu berkata maaf, harusnya Saya berterimakasih atas bantuan kalian. Meskipun putri Saya tidak bisa selamat itu bukan salah kalian, itu sudah menjadi takdir Tuhan. Terimakasih banyak untuk semuanya," dengan tulus Sarah mengatakannya.

Berusaha tegar meski hati begitu hancur, lantas apa yang harus di perbuat lagi?

Mengikhlas kan adalah cara terakhir dari keadaan sekarang, mencoba untuk baik-baik saja meskipun sedang tidak baik.

"Sama-sama. Dan korban baru saja di bawa ke kamar jenazah, Anda bisa melihat korban disana. Karena keluarga korban sudah ada, kami berdua pamit undur diri."

Meskipun tak enak hati meninggalkan keluarga korban, tapi tetap saja mereka berduapun sama memiliki urusan masing-masing.

"Silahkan, dan terimakasih."

Ketika sudah mendapatkan jawaban kedua pria tersebut berlalu pergi untuk meninggalkan Rumah sakit dan melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda dan mungkin harus berubah jadwal.

Melihat kedua pria tersebut sudah pergi Tina dan Sarah bergegas menuju kamar jenazah.

Saat setelah tiba disana, bertepatan dengan seorang pegawai yang keluar dari kamar jenazah tersebut.

"Maaf Pak mau tanya, korban di kamar xxx lantai 2 yang mana Pak?"

"Apa kalian keluarga pasien?"

"Iya saja Ibunya,"

"Mari ikut Saya."

Pegawai tersebut menuntun untuk melihat letak jenazah Riana berada.

Perlahan dengan tangan bergetar Sarah mencoba membuka penutup kain yang menutup seluruh tubuh anaknya.

Dan ya itu dia. Riana dengan keadaan yang sudah penuh dengan darah di seluruh tubuhnya, terbujur kaku dengan tubuh yang sudah hampir membiru.

"Rianaaaaa....Anna kamu gak boleh tinggalin Mamah An, Mamah sama siapa kalo kamu pergi? Ayolah An kamu bercandakan? Ayo bangun! Kita mau rayain ulang taun kamu loh, ayo bangun.."

Hening.

Tidak ada sautan apapun.

"Anna...hiks hiks, Tin A-anna.."

Begitu sesak di dada sehingga sudah tidak bisa lagi mengucap kata-kata.

Apa ini kenyataan? Ayolah sangat tidak bagus berada di alam mimpi dengan orang di cintai pergi meninggalkannya. Tapi sayangnya semua ini nyata.

Tina pun hanya diam, dia pun sama tidak bisa berkata apapun hanya bisa ikut menatap jenazah Riana dengan mencoba menahan tangisan, seolah mencoba untuk menegarkan diri dan menguatkan hati.

...Hari Senin, 20 November 20xx...

...Riana Milane...

Wafat dengan meninggalkan luka mendalam bagi keluarga.

Serta menjadi pahlawan atas jasa menyelamatkan seekor kucing oyen nan bar-bar.

***

Sedangkan di tempat lain lebih tepatnya di dalam suatu mobil yang akan menuju ke sebuah perusahaan, berisi dua pria yang sedang berbincang.

"Kenapa Tuan mau membatu bahkan menunggu korban tersebut?" Suara memecahkan keheningan tersebut.

Heran saja tidak biasanya Tuannya mau membantu orang asing bahkan rela menunggunya berjam-jam. Meskipun dengan alasan kemanusiaanpun dia masih tetap tidak percaya.

Cukup lama terdiam pria satunya pun menjawab, "entahlah! Aku hanya teringat dengan Anna."

"Apa karena gadis itu seumuran dengan Nona Muda jadi Anda menolongnya?"

"Ya. Aku mempunyai seorang putri jadi aku merasa demikian untuk menolongnya. Lagi pula sesama manusia harus saling tolong menolong bukan?"

"Tapi kenapa Anda selalu mengabaikan Nona Muda?"

"....."

Hening tak apa jawaban atau bantahan apapun dari orang yang di tanyanya. Hanya helaan napas yang dia dapat dari orang tersebut.

Karena tidak mendapati jawaban apapun percakapan keduanya berhenti sampai di situ.

...To Be Continue...

Jangan lupa buat ritualnya. Like, vote, comen dan follow, makasih bay bay👋👋👋

See you next part

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!