NovelToon NovelToon

Ibu Pengganti

Episode 1

"karin ayo cepat, semua tamu sudah menunggu".

ibuku selalu tidak sabaran akan suatu hal sampai dia memburuiku.

"sabar bu, aku lagi merapikan bajuku".

cepat-cepat aku merapikan baju agar tidak terlihat lusuh.

perkenalkan namaku KARINA ANATASYA,  usiaku 26 tahun,aku bekerja di perusahaan swasta yang cukup besar di kota Jakarta.

dalam hidupku masalah percintaan aku tidak begitu memikirkannya karena aku lebih suka fokus dalam bekerja dan mencari uang.

tapi ibuku selalu khawatir tentang hidupku yang belum juga mendapatkan pacar, setiap hari ibu selalu berceramah tentang pacar, jodoh dan suami yang membuatku begitu muak mendengarnya.

"karin, ibu dan ayah lakukan ini demi kamu sayang, kamu anak ibu satu-satunya sedangkan ayah dan ibu sudah tua".

"iya iya ibu, aku mengerti perasaan ibu dan ayah".

aku selalu mengikuti keinginan ayah dan ibuku, karena itulah satu bentuk baktiku terhadap mereka.

"anak ayah cantik banget, semoga ini menjadi jodoh kamu". mata ayah terlihat berkaca-kaca.

aku keluar dari kamarku dengan di gandeng oleh ayah dan ibuku. semua tamu menatapku dan itu membuatku sangat malu.

"ayah, kenapa ramai sekali, bukankah ini hanya acara pertemuan keluarga saja".

aku tidak menyangka akan begitu banyak orang yang datang.

"iya sayang, mereka semua keluarga dan kerabat dari pihak pria".

aku melihat senyum bahagia di kedua wajah orang tuaku, itu juga membuatku sangat bahagia.

"duduk disini sayang".ucap ibu yang duduk mendampingi ku.

aku cukup deg-degan karena ini pertama kalinya aku terlibat dalam acara formal kelurga seperti ini.

keluarga dari pihak pria terlihat seperti orang kaya, mereka semua terlihat mewah dan elegan tapi aku tidak melihat sosok pria yang akan di jodohkan olehku.

"baiklah, karena semua sudah berkumpul di sini, kami akan memulai acaranya. perkenalkan saya Brata, papa dari Bramantyo yang akan kami jodohkan dengan Karina. saya di sini akan bertanya langsung dengan Karina, apakah Karina tidak keberatan dengan acara perjodohan ini? ".

mendengar pertanyaan itu jantungku semakin deg-degan seakan jatuh.

"i.. iiya, saya tidak keberatan".

"baiklah, karena karina tidak keberatan saya akan menanyakan hal yang mungkin bisa jadi hal sensitif. mungkin nak karina belum pernah bertemu dengan Bram, begitupun sebaliknya. bahwa sebenarnya Bram adalah seorang duda dengan anak satu. apakah nak Karina akan menerima bram setelah mengetahui hal ini"?

jujur aku terkejut begitu mendengar bahwa pria yang akan di jodohkan denganku adalah seorang duda dengan satu anak.

mataku langsung menatap ayah yang tepat berada di sampingku.

"maaf sayang, kalau ayah tidak cerita. tapi ayah dan ibu sudah tau semuanya, kamu jangan khawatir sayang, mereka keluarga baik-baik, bahkan pak brata adalah teman sekolah ayah dulu". jawab ayah untuk meyakinkan ku.

aku sedikit kecewa, kenapa ayah dan ibu tidak bercerita padaku hal penting ini, karena aku yang akan menjalani hidup dengan pria itu, aku berhak tau semua tentangnya. tapi aku tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat wajah senyum orang tuaku.

"iya, aku terima".

semua orang merasa lega ketika aku menerima pria yang bernama bram itu. bahkan orang tuaku memelukku dengan air mata berlinang.

semoga keputusan yang aku ambil tidak salah, dan semoga juga pria ini akan menjadi suamiku yang bisa membuat aku bahagia.

"tolong panggil Bram masuk, agar kita langsungkan acara pertuangan ini". ucap pak brata.

terlihat sosok pria yang menggendong seoarang anak perempuan cantik, pria itu masuk dan duduk di samping pak brata.

"Bramantyo". ucapnya sambil menjabat tangan ku.

"Karina". ucapku dengan malu-malu.

"silakan di pakaikan cicinnya".

Bram langsung mengambil cincinnya dan dia meminta izin untuk memegang tanganku.

"apa boleh aku pegang tangannya". ucap bram dengan suara yang lembut.

"iya boleh". seketika aku langsung memberikan tanganku padanya.

tangan ku gemetar dan terasa dingin, bram mulai memakaikan cincinnya perlahan-lahan.

semua orang bertepuk tangan ketika bram memasukkan cincin ke jari manisku. bahkan ayah dan ibu memberikan ucapan selamat berkali-kali.

setelah acara pertunangan, semua para tamu dan keluarga makan bersama menikmati hidangan yang telah di siapkan.

ayah dan ibu sedang berbincang-bincang dengan keluarga dari Bram. aku masih merasa canggung dengan bram, jadi aku memilih untuk pergi ke taman belakang.

"kak karin, kenapa sendirian di sini". ucap keizha sepupu ku yang paling cerewet.

"kakak masih malu, karena belum begitu kenal".

"jangan malu-malu kak, bang bram bakalan jadi suami kakak nanti".

"iyaa keisha bawel, cerewet". aku tersenyum ketika keizha mulai sedikit menghiburku.

"hahahhaa gitu dong kak senyum.kak, aku ke dalam dulu ya mau jumpa mama dulu".

"oke sayang".

"jika ini semua bisa membuat ayah dan ibu bahagia, aku akan berusaha menerima perjodohan ini dengan ikhlas. setidaknya dalam hidupku, aku bisa membahagiakan mereka".

"sayaang... jangan". aku melihat anak kecil berlari mengejar bola yang jatuh ke dalam kolam.

"biar tante yang ambil ya".

anak kecil itu hanya menganggukkan kepalanya. aku berusaha mengambil bolanya tapi tanganku tidak bisa menjangkau bola itu.

"sebentar ya sayang, tante cari kayu untuk ambil bolanya".

saat aku mencoba mengambil bola dengan kayu, tiba-tiba kaki ku terpeleset dan hampir masuk ke dalam kolam tapi ada seseorang yang memegang tanganku hingga aku tidak terjatuh.

"kamu gak apa-apa". ucap mas bram yang menolongku.

"tidak apa-apa mas, terima kasih sudah menolong ku". aku sedikit malu saat berhadapan langsung dengannya.

"tidak, seharusnya aku yang berterima kasih karena telah menolong anakku".

"ahh iya mas, sama-sama". aku semakin gugup.

"perkenalkan ini Alisya, usia dia masih 3 tahun".

"hallo sayang, cantik banget kamu". aku berusaha mendekatkan diri pada Alisya, walaupun aku tidak ada pengalaman bersama anak-anak.

"boleh kita ngobrol-ngobrol sebentar". ucap mas bram

"bo.. boleh mas, ayo kita duduk di sana aja".

"aduh... mas bram ngajak ngobrol apa ya. aku semakin gugup dan gak tau mau bicara apa".

aku duduk tepat di sebelah mas bram, dan terlihat seperti ingin membicarakan hal serius padaku.

"kenapa kamu menyetujui perjodohan ini?".

aku terdiam sejenak, aku bingung harus jawab apa tapi aku memberanikan diri untuk menjawabnya.

"karena ini semua adalah pilihan orang tua mas, aku tidak bisa menolak keinginan mereka. karena hati ku juga yakin, kalau pilihan orang tua adalah pilihan yang terbaik".

"kalau masalah aku adalah seorang duda?".

"kalau masalah itu, aku baru tau tadi ketika orang tua mas bram menceritakan semua. orang tua ku bahkan tidak memberitahukan ku masalah itu, aku sedikit kecewa tapi aku tidak bisa menolak ataupun marah karena dari awal aku sudah menyetujuinya".

mas bram terdiam dan tertunduk mendegar semua jawabanku, aku takut jawabanku menyinggung perasaan mas bram.

"boleh aku bertanya mas?".

"ahh iya, tanyakan saja".

"kalau boleh tau, kemana ibunya Alisya mas? ".

"ibunya alisya meninggal ketika melahirkan dia". wajah mas bram terlihat sedih ketika menceritakannya

"maafkan aku mas, aku tidak tau". aku terkejut mendengar jawaban mas bram, bahwa istrinya telah meninggal.

"tidak apa-apa karin, kamu juga harus tau cerita ini. bahwa kamu akan jadi ibu pengganti bagi alisya".

aku seperti terkena serangan jantung ketika mas bram berkata ibu pengganti.

"maksud mas?".

"maafkan aku karin, aku belum bisa melupakan istriku. karena aku begitu mencintainya".

kalimat yang mas bram katakan bagaikan petir di siang bolong, begitu menyakitkan hati tapi lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"tidak apa-apa mas, aku ngerti kok". aku tersenyum ke arah mas bram seakan-akan aku baik-baik saja.

"aku hanya tidak ingin alisya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. aku ingin alisya tumbuh bahagia". mata mas bram menatap alisya dengan penuh kasih sayang.

"aku mengerti dan sangat mengerti apa yang mas rasakan. aku juga tidak berharap penuh mas bram bisa langsung mencintaiku, tapi setidaknya mas bram sudah jujur padaku itu sudah cukup. karena aku sadar, kita ini di jodohkan bukan karena keinginan sendiri".

"setelah mengetahui semua, kenapa kamu masih menerima perjodohan ini. kamu bisa saja membatalkannya saat orang tua kita ada bersama".

"tidak mas, ketika aku memutuskan untuk maju, aku tidak bisa lagi untuk mundur. lagian aku tidak ingin mengecewakan orang tua kita yang terlihat bahagia saat ini". aku berusaha tegar di depan mas bram.

"papa.. papa... ayo pulang". alisya menarik-narik tangan mas bram

"iya sayang sebentar, papa ngobrol dulu sama tante".

"tidak apa-apa mas, mungkin alisya sudah lelah dan ngantuk". ucapku karena aku tidak ingin lama-lama mengobrol dengannya

"baiklah, aku pamit dulu".

"iya mas". aku mengantar mas bram dan alisya sampai ke mobilnya.

ibu dan ayah senyum-senyum ketika melihatku mengantarkan mas bram dan alisya.

"ibu ayah, kenapa senyum-senyum begitu".

"ibu senang, melihat kamu sudah dekat dengan bram dan anaknya".

"ahh ibu, aku hanya ngobrol-ngobrol saja tadi, kami belum terlalu kenal". aku langsung pergi masuk ke kamar.

sampai di kamar aku merebahkan tubuhku dan mengusap air mataku yang langsung tumpah tanpa aba-aba.

"apa yang salah padaku, kenapa aku menangis. aku bahkan tidak berharap apa-apa pada perjodohan ini. tapi kenapa hatiku sedih, kenapa hatiku sakit".

aku tidak bisa menahan air mataku yang terus mengalir, sesekali aku menatap cincin yang terpasang di jari manisku.

"apa arti dari cincin ini?".

aku terus bertanya-tanya, kenapa ini terjdi?  kenapa hatiku sedih?  kenapa aku menerimanya setelah aku tau maksudnya?   tapi aku tidak bisa menemukan jawaban yang bisa memuaskan hatiku.

tokk...tokk tokkk

"karin, apa ibu boleh masuk? ".

ketika mendengar suara ibu aku cepat-cepat menghapus air mataku.

"iya bu, masuk aja".

"karin, kamu menangis".

"gak ibu, aku gak nangis".

"sini lihat ibu.  kamu jangan bohong".

aku langsung meluk ibu dan menumpahkan semua air mataku, aku begitu sedih tapi aku takut untuk memberitahukan ibu yang sebenarnya.

"ada apa karin, kenapa kamu menangis?  cerita sama ibu".

"tidak apa-apa ibu. karin hanya tidak percaya bahwa karin sudah bertunangan". aku terisak-isak dipelukan ibu

ibu menepuk pundakku dan menenangkanku.

"jangan menangis sayang, ibu dan ayah hanya menginginkan kebahagian kamu".

"ibu, bagaimana jika mas bram tidak mencintaku".

"wajar jika bram tidak mencintaimu sayang, karena kalian di jodohkan. tapi percaya sama ibu, Cinta aka tumbuh dengan sendirinya jika kalin sudah saling mengenal satu sama lainnya". jawab ibu

hatiku sedikit lega ketika membicarakannya pada ibu, walaupun tidak semuanya aku beri tahu pada ibu.

"sudah-sudah jangan menangis lagi sayang, nanti ibu juga nangis".

ibu mengusap air mataku dengan tangannya, perasaan ini sedikit lebih tenang dari sebelumnya. mungkin dengan menangis hati ku sedikit lebih nyaman.

"kamu ingat tidak, dulu ibu pernah cerita kalau ibu dan ayah di jodohkan juga".

"iya ibu, aku ingat, ketika ayah sudah punya pacar tapi tetap di jodohkan oleh nenek karena nenek tidak suka dengan pacar ayah kan bu". aku selalu ingat apa yang ibuku ceritakan.

"iya sayang, ibu dulu juga sedih. kenapa ibu di jodohkan dengan orang yang tidak mencintai ibu. ibu selalu menangis setiap malam,sampai ibu di marahi oleh kakek. setelah ibu pahami dan ibu mengerti, ibu berusaha menerima ayahmu walaupun ayah tidak mencintai ibu".

"tapi sekarang, ayah cintakan sama ibu".

ibu menatapku dan memegang tanganku dengan erat, aku takut ibu berkata tidak saat menjawab pertanyaanku.

"ayah sangat mencintai ibu sayang, apa lagi dulu setelah ayah tau saat ibu hamil. ayah langsung berubah sangat perhatian sama ibu sampai sekarang".

"syukurlah". aku merasa lega dan mengelus dada.

"kenapa karin?  kamu pasti berfikir ayah tidak mencintai ibu ya. kamu ya berfikir yang tidak-tidak". ibu memukul lenganku sambil tertawa.

"ibu, apa aku bisa menjaga alisya dengan baik nantinya. aku takut mengecewakan mas bram bu".

"kebiasaan kamu deh,  selalu berpikir yang tidak-tidak. gak boleh gitu sayang, pamali. kamu harus berpikir positif kedepannya dan percaya pada diri kamu sendiri bahwa kamu bisa".

"banyak yang aku pikirkan bu, karena minggu depan aku sudah menikah dengan mas bram. semua ini begitu tiba-tiba buat ku".

"udah deh, kamu jangan mikir yang gak-gak. ibu gak mau denger". ibu menutup kedua telinganya.

ibu tidak suka mendengar hal yang buruk, karena ibu menderita sakit jantung. itulah alasan ku kenapa aku tidak bisa menolak perjodohan ini, karena aku tidak ingin melihat ibu sakit.

"iya iya ibu, karin tidak akan mikir yang aneh-aneh lagi". aku menarik tangan ibu dan memeluknya.

"karin sayang sama ibu, karin belum siap tinggal terpisah sama ibu dan ayah".

"karin, kamu bisa kapan saja datang kerumah ini sayang, rumah ini juga milik kamu".

aku memeluk ibu dan tidak melepaskannya, karena aku tidak akan bisa memeluknya setiap hari lagi nantinya.

"karin, ibu gak bisa nafas. kamu kekencengan meluknya".

"ahhhh maaf ibu". aku langsung melepaskan pelukanku.

saat aku sedang ngobrol dengan ibu, tiba-tiba ayah muncul.

"hmm ternyata ibu disini, ayah dari tadi mencari ibu".

"ayah, duduk sini". ucap ibu

"ada apa bu, kok kelihatannya serius banget".ayah penasaran apa yang kami obrolkan

"ini, anak ayah. khawatir dengan pernikahannya minggu depan".

"ihhh gak ayah, aku gak khawatir kok".

"karin jangan terlalu banyak yang di pikirkan, karin siapkan saja mental dan diri karin untuk menuju kehidupan yang baru. masalah yang lain biar ayah dan ibu yang kerjakan.

"iyaa ayah". aku hanya menundukkan kepalaku di hadapan ayah.

"sudah malam, kamu istirahat. ibu ayo kita istirahat juga". ayah dan ibu pergi ninggalin kamarku.

hanya ayah dan ibulah yang mengerti perasaanku, mereka yang selalu mau mendengarkan keluh kesahku dan memberikan nasehat untukku.

"ayah ibu, karin sangat sayang kalian".

Episode 2

hari yang di nantikan akhirnya tiba, dimana hari pernikahan ku dengan mas bram. hatiku begitu deg-degan saat menunggu acara di mulai.

"mbak karin terlihat cantik". ucap MUA yang mendandani ku.

"terima kasih kak".

"wahh luar biasa sekali cantiknya kak karin". keizha yang tiba-tiba datang masuk ke dalam kamar.

"keizha, kamu kemana aja kok baru nongol". aku merasa kesepian karena tidak ada yang menemaniku.

"maaf kak, aku tadi jemput tante Siska dulu di bandara".

"tante Siska datang, dimana dia". aku begitu semangat karena seluruh keluargaku berkumpul di hari pernikahan ku.

"itu, lagi ngobrol sama mama dan bunda".

keizha terus-menerus memotret diri ku.

"keiza". ucapku

"hahahhaa kakak terlalu cantik, apa lagi pakai gaun pengantin ini. aku tidak bisa menahan diri untuk foto kakak". senyum ceria di wajah keizha

"keizha, jantung kakak tidak berhenti deg-degan dari tadi, gimana dong". aku terus merasa gelisah dan gugup.

"hal itu wajar kak bagi pengantin, semua pasti deg-degan. kakak tarik nafas dari hidung, keluarkan dari mulut. lakukan terus berulang". keizha menggenggam erat tangan ku yang dingin.

aku mengikuti arahan yang di katakan oleh keizha. tapi tetap saja aku masih merasa gugup gak karuan.

"wah pengantin barunya cantik banget". seperti suara yang cukup akrab bagiku.

benar saja, tante Siska adiknya ibu yang tinggal di Surabaya.

"tante". aku begitu bahagia melihat tante datang dan langsung memeluknya.

"eeiitt pelan-pelan karin". tante Siska terlihat panik karena aku begitu semangatnya.

"hehehe maaf tante".

"akhirnya, tante bisa lihat kamu pakai gaun pengantin. tante bahagia banget karin". wajah tante Siska terlihat semringah bahagia.

"ini semua seperti mimpi tante, aku masih gak percaya akan menikah. coba tante pegang tangan aku, dingin kan".

"ini hal wajar karin, tante dulu juga gitu kok. waktu tante nikah dengan om panji, tante merasa sangat gugup. tapi inilah momen yang harus di nikmati, momen sekali seumur hidup". jawab tante Siska yang sudah berpengalaman.

"iya kan tante, tapi kak karin masih aja gugup". keizha yang suka menggoda ku

aku mendengar suara ramai di luar kamar ku, aku merasa malu jika menjadi pusat perhatian.

"hmmm.... uuuhhhh aku pasti bisa melewati ini tanpa kesalahan". aku terus menarik nafas dalam-dalam.

"karin". ibu datang melihat ku dengan senyum bahagia.

"ibu, apa mas bram sudah datang".

"belum sayang, mereka lagi di perjalanan".ibu terus menatap ku dengan mata berkaca-kaca.

"ibu, tetap di samping ku ya".aku memegang tangan ibu.

"iyaa sayang". jawab ibu

tidak lama kemudian keizha datang dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar.

"kak.. kakakk... ".

"ada apa keizha, kenapa buru-buru". ibu juga panik melihat keizha

"mas bram sudah tiba kak, kak siap-siap ya". keizha tertawa kecil.

"keizha, kamu buat kakak jantungan tau gak, kirain ada apa". aku mengelus dada

"hehehe maaf kak, biar kak gak tegang".

"ya sudah, ayo kita bersiap-siap untuk keluar". ibu menggandeng tanganku.

keizha dan ibu menggandeng tangan ku berjalan keluar menuju pelaminan yang begitu mewah.

tamu yang hadir bertepuk tangan meriah menyambut ku. ya, aku mengadakan pesta sederhana, hanya keluarga dan sahabat dekat ku yang datang.

aku melihat mas bram, ayah dan papanya mas bram duduk bersama. aku juga melihat wajah tegang mas bram dari jauh.

"bissmillah.. bissmillah... bissmillah.. ".

itu yang aku ucapkan dari tadi di dalam hatiku, sedikit mengurangi rasa gugup ku.

"duduk di sini sayang". ibu menyuruh ku duduk di samping mas bram.

mas bram yang memakai setelan jass hitam terlihat begitu tampan, mata ku sejenak tidak bisa berpaling saat memandangnya.

"baiklah ,karena semua sudah berkumpul,saksi pun sudah hadir.mari kita mulai acaranya". pak penghulu memulai untuk ijab qabul.

pak penghulu dan mas bram saling menjabat tangan dan mengucapkan ijab qabul.

"saya nikah kan Bramantyo bin Brata Purnama dengan Karina Anatasya binti abdul aziz dengan perhiasan emas sebesar 12 gram di bayar tunai".

"saya terima nikahnya Karina anatasya binti abdul aziz dengan perhiasan emas sebesar 12 gram di bayar tunai". mas bram mengucapkan ijab qabul dengan sekali tarikkan nafas.

"bagaimana saksi, apakah sah".

"sah". semua saksi menjawab dengan semangat.

mendengar lafadz ijab qabul untuk pertama kalinya, aku tertegun, aku termangu dan tersenyum bahagia, semua tampak seperti tidak nyata.

semua orang berteriak bahagia, dan bertepuk tangan. aku menyalami mas bram dan mencium tangannya.

aku juga memeluk dan mencium ayah dan ibu yang sudah menangis bahagia, sehingga aku juga tidak bisa menahan air mata.

saat itu juga status ku berubah menjadi seorang istri dari mas bram, sehingga berat buat ku untuk meninggalkan ayah dan ibu sendirian.

"selamat sayang, kamu sudah jadi seoarang istri sekaligus ibu". tante Siska juga ikut menangis.

"kakak,  selamat ya". tak lupa juga keizha yang memberikan ku ucapan selamat.

pada akhirnya, aku duduk bersanding dengan mas bram di pelaminan sebagai sepasang pengantin. bahkan hal yang belum sama sekali aku pikirkan tapi sudah menjadi kenyataan.

tamu yang hadir berbaris memberikan ucapan selamat kepada ku dan mas bram, teman-teman mas bram juga hadir dalam pesta pernikahan kami.

"selama ya bro, akhirnya loe nikah juga". ucap sahabat mas bram

"thanks ya, sudah hadir". mas bram terlihat tersenyum manis.

"wahhh bram, lagi-lagi kamu duluan yang nikah, cantik banget lagi istrinya".

mendengar pujian dari teman-teman mas bram, aku hanya bisa tersenyum dan diam.

"dimana alisya mas? ". aku dari tadi tidak melihat alisya.

"oh, alisya sakit tidak bisa hadir, dia di rumah dengan bibi". mas bram menjawab dengan sikap dingin.

"sudah mas bawa ke dokter?".

"sudah".

"ohh".

aku tidak tahu harus bertanya apa lagi untuk menghidupkan suasana di antara kami. selama duduk bersanding kami hanya banyak diam tanpa ada percakapan.

"mas, mbak ayo kita foto dulu". ucap fotografer.

"ahh iyaa ". aku langsung duduk mengambil posisi untuk foto bersama mas bram.

"tolong mas lebih dekat lagi dengan mbaknya".

mas bram menggerakkan  tubuhnya sedikit mendekatkan dengan ku, lalu meletakkan tangannya melingkar di pinggang ku.

aku terkejut dan merasa canggung, ini pertama kalinya aku melakukan kontak sangat dekat dengan pria.

"apa kamu tidak nyaman". mas bram melihat ku sedikit gugup.

"aahh tidak mas". aku tersenyum ke arah mas bram.

"iya Bagus, tahan ya... 1 ..2...3". fotografer itu terus mengambil foto kami.

"oke, istirahat dulu ya".

"aghhh akhirnya". aku langsung terduduk lelah.

"kamu lelah".

"tidak mas, aku tidak lelah". ucapku

saat aku baru istirahat dan duduk, aku mendengar suara heboh.

"karin... karin.. akhirnya kamu nikah juga". teriak indri sahabatku

"apaan sih teriak-teriak, buat malu ah". aku menutupi wajahku karena malu akan tingkah sahabatku yang sedikit gila.

"wahh tampan sekali pengantin prianya". indri menunjukkan wajah mesumnya di depan mas bram.

"sorry bram, manusia ini emang sedikit aneh". ucap Bryan sahabat ku juga.

"ihh apaan sih ". jawab indri yang di tarik oleh Bryan.

"iya tidak apa-apa". jawab mas bram dengan senyum kecilnya.

"karin... aku temani kamu ya". indri yang mulai bertingkah aneh.

"eiittt.. mau ngapain kamu. ayo kita turun Cari makan". Bryan langsung menarik indri turun dari pelaminan.

aku hanya tertawa melihat kekonyolan sahabat-sahabat ku yang hadir di pesta pernikahan ku.

sebenarnya aku sedikit malu dengan mas bram, atas kekonyolan sahabat-sahabat ku yang hadir. tapi itu juga menghiburku dari rasa sedikit tertekan.

"kenapa kamu terlihat tegang gitu". mas bram memperhatikan raut wajahku.

"ahh tidak apa-apa mas, aku hanya merasa gugup karena semuanya terlalu cepat". jawab ku.

"jangan terlalu gugup, wajah kamu terlihat pucat, rileks saja". mas bram memegang tanganku.

"perasaan apa ini?  aku belom pernah merasakan perasaan yang aneh ini dan wajah ku terasa panas". aku memegang kedua pipi ku.

acara pesta pernikahan kami berjalan lancar, para sahabat dan keluarga besar kami berkumpul bersama.

selesai acara tepat jam 9 malam, aku dan mas bram istirahat sebentar sebelum kami pulang ke rumah mas bram.

"aaaghh...tubuh ku rasanya seperti di pukuli oleh orang satu kampung". gumam ku sambil melakukan peregangan.

aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan melihat mas bram telah selesai membersihkan dirinya.

"ahh, sudah selesai mas".

"iya, kamu gak mandi". tanya mas bram sambil memakai baju kaos nya.

"i.. iya mas, sebentar lagi". aku mengalihkann pandangan ku ke arah lain.

"ihhh ngapain juga mas bram pakai bajunya di depan ku. aku kan jadi malu, walaupun kami sudah sah jadi suami istri tapi aku kan belom terbiasa melihat ABS yang terpampang nyata gitu".

"sudah... sudah karin,  jangan berpikir yang enggak-enggak". lagi-lagi aku bergumam sendiri.

"kamu ngomong apa?". mas bram mendengar gumaman ku.

"oohh gak apa-apa mas, aku hanya bilang banyak barang yang harus aku siapkan". jawab ku sambil mengepak baju ke dalam koper.

"hhuuhhhh.....untung saja". aku mengelus-elus dada ku.

selagi aku mengepak barang-barang ku, aku melihat mas bram merebahkan tubuhnya di ranjang usai mandi. aku pikir mas bram juga lelas dengan acara pesta pernikahan kami.

"mas, mas mau minum apa? biar aku buatkan".

"aaa buatkan saja air jahe hangat, tubuh ku lelah sekali". jawab mas bram yang masih terbaring di ranjang.

"baiklah mas, tunggu sebentar ya". aku segera pergi ke dapur.

saat keluar kamar ,aku melihat rumah ku masih berserakan dengan dekorasi-dekorasi pernikahan. beberapa anggota keluarga ku juga masih berkumpul di halaman belakang.

"karin ,kamu mau kemana?". tanya ibu ku.

"ibu!! aku membuatkan jahe hangat buat mas bram buk,dia bilang tubuhnya lelah." jawab ku.

"biar ibu saja yang buatkan".

aku menarik tangan ibu dan mengehentikan langkahnya.

"gak usah bu,biar aku saja yang membuatkannya. sekarang kan aku sudah jadi istri mas bram,biar aku saja yang melayaninya". jawab ku untuk meyakinkan ibu.

"baik lah sayang, kalau ada apa-apa segera panggil ibu ya". ibu pergi ke halaman belakang.

selama aku hidup, aku tidak pernah ke dapur untuk masak sesuatu bahkan pun Masak air yang bisa di bilang sepele.

ibu selalu memanjakan ku dari kecil, hingga sampai aku berusia 26 tahun tidak mengerti tentang cara memasak.

"ini pertama kalinya aku memakai kompor gas dalam hidup ku, mudah-mudahan tidak terjadi kebakaran". ucap ku sambil menghidupkan kompor.

"pertama aku harus merebus airnya dulu, lalu menunggu airnya mendidih".

setelah meletakkan panci yang berisi air ke atas kompor, aku mecari jahe untuk mengirisnya.

"setidaknya aku tau yang namanya jahe seperti apa. lalu apa lagi ya... ". aku membaca panduan cara memasak jahe hangat di internet.

"syukur jaman sudah canggih, aku tidak repot-repot untuk bertanya pada ibu, tinggal cari saja di internet". aku terus  scroll halaman resep pada Handphone ku.

aku melakukannya secara perlahan sesuai dengan resep yang aku baca di internet. caranya emang mudah tapi karena aku tidak biasa masak sehingga memakan waktu lama untuk membuatnya.

"sedikit lagi air jahenya selesai". aku merasa bangga bisa membuatkan air jahe untuk mas bram.

setelah melihat airnya mendidih, aku segera mematikan kompornya dan mengangkat panci itu.

"aaghh...  panas-panas". teriak ku karena kesakitan.

dengan cepat-cepat aku menyiram tanganku dengan air dingin agar tidak melepuh.

" ternyata masak itu gak mudah, jika tidak fokus dan hati-hati bisa melukai diri sendiri. aku jadi merasa bersalah pada ibu,dulu aku jarang memakan apa yang di masak oleh ibu,dan sekarang aku mengerti gimana perjuangan ibu dulu agar aku bisa makan dengan baik". gumam ku.

ternyata saat aku berteriak kesakitan, ibu ku mendengarnya.  dia berlari dari halaman belakang menuju dapur untuk melihatku.

"karin,  ada apa?". wajah ibu terlihat panik.

"hehehe tidak apa-apa bu, aku hanya tidak sengaja memegang panci panas". sambil menunjukkan jariku yang memerah.

"ya ampun karin,  kenapa gak hati-hati sih. kan udah ibu bilang, biar ibu saja yang membuatkannya. kamu itu tidak pernah masak ataupun menggunakan dapur tapi kamu nekat aja ingin masak sendiri".

"iyaa bu, aku hanya ingin membuatkan sendiri untuk mas bram". aku mengubah wajahku jadi cemberut.

"aihhh.. kamu ini ya. setiap kali di kasih tau selalu memberut gitu". ibu mengoleskan salep ke tangannku.

"terima kasih ibu". aku memeluk ibu.

"sudah-sudah, cepetan baya air jahenya untuk suami kamu, keburu dingin". ibu memberikan segelas air jahe pada ku.

"baik ibu, ibu makin bawel deh ". candaku pada ibu.

aku berjalan ke arah kamar dengan membawa segelas air jahe hangat untuk mas bram.

"mas, ini air .....yah mas bram sudah tidur". aku melihat mas bram tidur dengan nyenyak.

aku memandangi wajah mas bram yang terlelap, wajah gantengnya sangat terlihat jelas dari dekat. terkadang aku berpikir,apa benaraa bram telah menjadi suami ku,karena semuanya terlalu cepat bagiku.

"biar kan saja mas bram tidur, mungkin dia sangat lelah". aku meyelimuti tubuh maa bram.

sedikit kecewa ketika mas bram tidak bisa meminum air jahe hangat buatan ku tapi tidak apa-apa ,aku mengerti bahwa mas bram sangat lelah.

ini hari pertama ku menjadi seorang istri sekaligus ibu pengganti bagi anak mas bram. aku berharap bisa menjadi istri dan ibu yang di harapkan oleh mas bram.

"karin, sekarang hidupmu bukan milik kamu lagi,tapi sudah menjadi milik keluarga kecil mu". aku meyakinkan pada diriku sendiri agar menjalani hidup dengan lebih baik lagi.

Episode 3

aku tiba di rumah mas bram saat tengah malam, rumahnya terlihat besar dan mewah. rumah sebesar ini hanya dihuni oleh mas bram dan alisya.

"ayo masuk".

"ahh iyaa mas". aku mengikuti langkah mas bram dari belakang.

"kamarnya ada di atas dan di sebelah itu kamar alisya". mas bram menunjukkan lantai atas.

"iya mas".

"kamu istirahat saja duluan, aku mau ke ruang kerja dulu". ucap mas bram

"bagaimana bisa di saat malam pertama kami, mas bram memilih untuk ke ruang kerjanya.  tapi ya sudahlah".

aku hanya menganggukkan kepala ku dan berjalan menuju ke lantai atas. aku membawa satu koper besar berisi keperluanku selama aku tinggal bersama mas bram.

"aduh berat banget sih, kalau tau kamarnya di lantai atas aku gak akan bawa barang banyak seperti ini". aku terus menggerutu sendirian.

"selamat malam non". seorang wanita paruh baya menyapa ku.

"malam". aku tersenyum membalas sapaannya.

"saya bibi nina yang membantu tuan bram". ucapnya dengan sopan.

"ahh iyaa bi, saya karin".

"biar saya bantu non".

"ohh tidak usah bi, biar saya saja.. ". belum selesai aku bicara, koper ku terjatuh dan menggelinding dari tangga.

"aghhhh". spontan aku berteriak.

"aduh, baru datang kenapa aku membuat keributan sih".

mas bram yang mendengar teriakkan ku langsung keluar dari ruang kerja nya.

"maaf mas, aku tidak sengaja. maaf bi udah buat keributan". aku meminta maaf karena merasa bersalah.

"tidak apa-apa non". bibi nina membantu mengambil koperku yang jatuh

"tinggal kan saja, nanti biar aku yang bawa ke atas". ucap mas bram.

"gak usah mas, aku bawa sendiri aja. karena aku ingin mengganti pakaian". aku ngeyel ingin membawa koper ke atas.

karena melihat aku ke susahan, mas bram langsung membawakan koper ku ke kamar atas.

"terima kasih mas".

"langsung istirahat saja, jangan menunggu ku". mas bram langsung turun ke lantai bawah.

"apa kamu tidak ingin menemani ku mas. hmmm ya sudahlah".

aku melihat sekeliling isi kamar mas bram terpajang foto mas bram dan istrinya dulu. mereka terlihat serasi, ibunya alisya terlihat sangat cantik, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan ku yang tidak ada apa-apanya.

"istri mas bram cantik banget ". aku mengitari kamar sambil melihat foto-foto mereka.

jika aku pikir-pikir, bahkan tidak ada tempat untuk memajangkan foto pernikahan kami. dan aku melihat sebuah tulisan di antara foto-foto mereka.

"aku akan terus mencintaimu gracia, tidak ada yang bisa menggantikan mu di hatiku".

air mata ku langsung menetes ketika membaca pesan itu, begitu dalamnya rasa Cinta mas bram terhadap istrinya dulu. pantas saja mas bram menganggapku hanya sebagai ibu pengganti.

"sudah karin, jangan menangis lagi". aku langsung menghapus air mataku.

aku membuka lemari untuk meletakkan pakaianku tapi aku juga tidak melihat ruang kosong untuk pakaian-pakaianku.

"sebenarnya, aku ini siapa?". aku terus bertanya pada diri sendiri.

mas bram tidak memberikan ku ruang kosong di rumah ini, apa lagi di hatinya, dan lagi-lagi aku merasa asing.

mau gimanapun, aku telah menyetujui pernikahan ini. jadi aku harus siap dengan resiko yang ada.

"ya sudahlah". lagi dan lagi kata itu yang terlontar dari mulut ku.

setelah aku mengganti pakaian, aku meletakkan koperku di sudut ruang kamar dan aku merapikan tempat tidur mas bram agar nyaman saat mas bram tidur.

"ranjang ini, apa aku pantas untuk menempatinya".

sebelum aku tidur, aku memutuskan untuk melihat alisya di kamarnya. aku membuka pintu kamar alisya pelan-pelan dan melihat gadis kecil sedang tidur di ranjangnya.

"anak cantik, tidur yang nyenyak ya dan cepat sembuh". suhu tubuhnya masih terasa hangat dan nafasnya berat.

aku menyelimuti tubuh mungilnya agar tidak kedinginan. di kamar alisya juga penuh dengan foto ibunya, mungkin mas bram tidak ingin alisya lupa siapa ibu kandungnya.

"mmuuachhh selamat malam cantik". aku mencium kening alisya.

saat aku ingin keluar dari kamarnya, aku mendengar suara alisya memanggil ibunya.

"ibu.. ibu.. jangan pergi". alisya mengigau saat tidur.

"sayang, kamu kenapa?". aku mengelus-elus kepalanya agar dia merasa nyaman.

"ibu.. ibu.. ibu... ". dia terus-menerus memanggil ibunya.

"Alisya sayang, tenang ya. ada bunda di sini". aku menggenggam erat tangannya.

aku berusaha menenangkannya agar dia bisa tidur kembali setelah aku bersenandung, alisya sudah terlihat tidur dengan nyenyak kembali.

"selamat malam alisya".

saat aku ingin bangun, alisya terus memegang tanganku dengan kuat. dia meletakkan tanganku di bawah pipinya.

"apa kamu ingin bunda temani tidur".

aku mengambil kursi dan duduk di samping alisya untuk menemaninya tidur.

sekitar 2 jam aku menemani alisya, aku kembali ke kamar dan melihat kamar masih kosong tidak ada mas bram.

"sudah jam 2 pagi, kenapa mas bram belum kembali ke kamar".

aku mondar mandir di dalam kamar, tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan. sudah jam 3:45 tapi mas bram belum datang juga.

aku duduk di sofa sambil membaca buku, tidak lama kemudian mas bram masuk ke dalam kamar.

"kenapa belum tidur". ucap mas bram yang melihatku duduk.

"ahh iya mas, aku sedang baca buku". aku mencari alasan agar tidak terlihat bahwa aku sedang menunggunya.

mas bram masuk ke dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air.

"mas bram mandi saat menjelang subuh gini. apa jangan-jangan .....ahhh tidak tidak, tidak mungkin".

terlintas di pikiran ku yang tidak-tidak saat mengetahui mas bram mandi.

setelah mas bram selesai mandi, dia tidak melihat atau bahkan mengajak ku tidur. dia langsung naik ke atas ranjang dan memejamkan matanya.

mataku berkaca-kaca melihat perlakuan mas bram di malam pertama kami. di mana malam yang di nantikan sebagai sepasang pengantin baru.

setelah melihat mas bram tertidur, aku lebih memilih untuk tidur di sofa. tapi tetap saja, mataku tidak bisa di pejamkan.

"apa yang harus aku lakukan, agar aku bisa tidur".

aku terus membolak-balikkan posisi tidur ku tapi tidak ada yang bisa buatku nyaman.

sampai menjelang pagi pun, aku tidak bisa tidur. mata ku terus terjaga tidak ada rasa ngantuk sama sekali.

tepat jam 5 pagi, aku turun ke ke bawah untuk bantu bibi nina menyiapkan sarapan pagi.

"selamat pagi bi". ucap ku pada bibi nina.

"pagi juga non, kok sudah bangun non".

"aku tidak bisa tidur bi, karena masih suasana baru ". jawab ku

"iya non itu hal biasa. non istirahat aja, biar bibi yang masak".

"tidak apa-apa bi. o iya bi, biasanya mas bram suka sarapan apa bi? ".

"tuan biasanya hanya makan roti dan susu aja non. kalau non alisya makan sereal dan susu coklat".

"ohh iyaa bi, baiklah. aku akan membuatkan sarapan untuk mas bram dan alisya". dengan semangat aku membuatkan roti dan susu.

"non mau sarapan apa?  ".

"ahh aku tidak usah bik, nanti aku buat sendiri aja".

"non, kalau tuan bersikap dingin maklumi aja ya. semenjak non gracia meninggal, tuan lebih banyak diam".

"ahh pantas saja, mas bram sedikit acuh padaku. ternyata dia masih terpukul karena kepergian istrinya".

"ahh iyaa bi". aku tersenyum pada bi nina.

"ohh ya bi, apa alisya pernah bertanya tentang ibunya".

"sering non, apa lagi kalau non alisya sakit.  dia terus manggil-manggil ibunya. tapi tuan selalu bilang ke non alisya, kalau ibunya lagi ke surga tidak bisa pulang dan non alisya langsung terdiam".

"gak apa-apa kan bik, kalau aku banyak bertanya".

"tidak apa-apa non, tanya kan saja kalau non tidak mengerti masalah di rumah ini".

aku sedikit terbantu dengan adanya bibi nina di rumah ini,  setidaknya ada yang mengajari ku jika aku tidak tahu.

aku selesai membuatkan roti dan susu untuk sarapan mas bram,aku telah menyusunnya di meja makan.

"bibi mau kemana?".

aku melihat bibi nina naik tangga ke lantai atas.

"mau bangunkan non alisya,non".

aku berjalan menaiki tangga mendekat ke arah bibi nina.

"biar aku saja ya bi".

"baik non".

bibi nina kembali ke dapur, sebelum aku membangunkan alisya, aku berniat membangunkan mas bram. benar saja, mas bram masih tertidur pulas di ranjang.

"mas... mas bram, ayo bangun sarapan". aku membangunkan dengan perlahan takut mas bram terkejut.

berkali-kali aku membangunkan mas bram, mas bram hanya menggoyangkan tubuhnya.

"mas, ayo bangun".

akhirnya aku menyerah, mungkin mas bram tidak ingin di bangunkan oleh ku.

"ya sudahlah, aku ke kamar alisya saja".

tiba-tiba aku terkejut karena tangan ku di tarik oleh mas bram, spontan aku terjatuh di atas tubuh mas bram dan itu membuatku merasa deg-degan.

"mas... mas... ". aku memanggil namanya perlahan.

tangan mas bram dengan kuat mencekram tanganku sehingga aku susah untuk bergerak.

"jangan pergi.. jangan tinggalkan aku". ucap mas bram dengan mata terpejam.

"ada apa dengan mas bram".

"gracia, aku merindukanmu".

jantungku terasa lemas, hatiku seperti ada yang menusuk-nusuk mendengar perkataan mas bram.

aku berusaha menarik tubuhku tapi aku tak kuasa melawan kekuatan mas bram. mas bram makin menekan tubuhku di atas tubuhnya hingga bibirku tepat mendarat di atas bibirnya.

"ya ampun... ".

jantungku makin berdegup kencang tak karuan, wajahku terasa panas dan memerah.

cepat-cepat aku bangun dan berlari meninggalkan mas bram di kamar.

aku masuk ke dalam kamar alisya dan memegang dadaku yang deg-degan.

"apa yang aku lakukan, kenapa bibirku... ". aku memegang bibirku yang mencium mas bram.

"karin.. karin.. lupakan... lupakan.. itu tadi hanya sebuah kecelakaan". aku menampar pipi ku agar tersadar.

aku melihat alisya yang sedari tadi menatapku dengan wajah heran.

"a.. alisya, sudah bangun sayang". aku mendekat ke arah alisya.

"mau sarapan". ucapku

alisya hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"kita cuci wajah dulu dan sikat giginya ya". alisya menyetujui ajakan ku.

aku membantu alisya menggosok gigi dan membasuh wajahnya. alisya masih terheran menatapku, jelas saja bahwa kami baru sekali bertemu saat acara pertunanganku dengan mas bram.

"alisya panggil bunda aja ya. mulai sekarang bunda yang jaga alisya dan papa".aku menatap wajah alisya dengan senyuman.

"iya bunda". alisya langsung memanggilku dengan sebutan bunda.

entah kenapa hatiku bahagia mendengar alisya memanggilku bunda, sampai aku tidak bisa berhenti tersenyum bahagia.

"ayo kita turun sarapan bareng". aku menggandeng tangan alisya.

"papa... papa". Alisya memanggil papanya.

"iya sayang, nanti papa juga turun ke bawah".

alisya anak yang baik, setiap apa yang aku katakan dia selalu menurutinya.

"alisya duduk di sini ya. bunda ambilkan sarapannya".

aku duduk di samping alisya dan menyuapkan sarapan paginya. alisya makan dengan lahap dan aku melihat senyum di wajah alisya.

"enak sayang sarapannya".

"enak bunda". jawab alisya dengan lembut.

bahkan aku sangat bahagia melihat alisya tersenyum dan menikmati sarapan buatanku.

"pagi alisya sayang". mas bram turun ikut sarapan bareng.

"papa". alisya terlihat semakin bahagia.

"kamu mau sarapan mas".

"iya". seperti biasa mas bram selalu menjawab dengan singkat.

"alisya sayang, hari ini kita jalan-jalan ya". ajak mas bram

"iya pa. hore...". teriak alisya bahagia.

"ini mas roti dan susunya". aku menyajikan sarapan di depan mas bram.

"terima kasih". ucap mas bram.

setelah melayani mas bram, aku duduk kembali di sebelah alisya dan menyuapinya kembali.

"kamu tidak sarapan".

"ahh iya mas, nanti saja". jawab ku

saat sedang menyuapi alisya, tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan hoyong, pandangan seketika kabur.

"bunda.. bunda". alisya melihatku tidak stabil dan hampir jatuh.

"ahh iya sayang, bunda baik-baik saja". seketika aku langsung menyadarkan diriku.

"kenapa kepalaku pusing, apa karena aku tidak tidur semalaman".

"non karin istirahat aja, biar bibi yang kerjakan. non tidak tidur semalaman".

"tidak bi, aku baik-baik saja". lagi-lagi aku mengandalkan senyumanku.

"kenapa kamu tidak tidur semalam". ucap mas bram

"mungkin karena suasana baru mas, aku jadi belum terbiasa". jawab ku

"istirahat lah".

"tidak mas, tidak apa-apa. aku ingin menemani alisya sarapan". aku bersikeras bahwa aku baik-baik saja.

setelah selesai sarapan aku mengajak alisya duduk di ruang keluarga untuk menonton acara kartun kesukaannya.

sedangkan mas bram, memilih untuk duduk di teras samping rumah sambil membaca koran.

"bunda, lihat itu. lucu kan". alisya menunjukkan kartun kesukaannya padaku.

"iya sayang". aku ikut tertawa agar alisya senang.

aku senang melihat alisya menerimaku sebagai bundanya, tidak ada penolakan dari alisya. sebelumnya, aku takut alisya tidak bisa menerima ku, tapi itu semua hanya kekhawatiran ku saja.

"alisya sayang, bunda ambil kue dulu ya di dapur".

"iya bunda. alisya mau minum".

"baiklah sayang, bunda akan ambilkan minum juga".

aku pergi ke dapur ninggalin alisya duduk sendiri di ruang keluarga.

"bi dimana camilan buat alisya". aku masih belum tau tata letak rumah mas bram.

"ini non, lagi bibi buatkan". jawab bi nina.

"biasanya setelah sarapan, mas bram suka minum teh atau kopi gak bi? ".

"iya non, tuan suka minum teh tanpa gula. tuan tidak suka kopi".

"iya bi. makasih sudah mau memberitahu ku".

"iya non sama-sama".

aku membawakan camilan untuk alisya dan teh hangat untuk mas bram.

"teh nya mas".

"terima kasih".

setelah memberikan teh, aku langsung pergi ninggali mas bram.

"tunggu karin". mas bram memanggilku.

"iya mas, mas butuh apa? ".

"tidak,  apa kamu baik-baik saja.kamu terlihat lelah,istirahatlah. biar bibi yang membereskan semuanya".

"aku baik-baik saja mas, tidak apa-apa. sudah jadi tugasku sebagai istri dan ibu". jawab ku

di hari pertama aku tinggal dengan mas bram sedikit berat tapi aku terus berusaha jadi yang terbaik buat mas bram dan alisya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!