NovelToon NovelToon

Tega

Bab 1

"Sarah, ini yang bener saja? Semua yang kamu beli ini? kemeja cowok, jaket cowok, sepatu cowok. Kamu gak beli barang buat kamu sendiri gitu?" tanya Arumi pada seorang wanita bernama Sarah yang tengah sibuk mengantri dengan keranjang belanjaan di kasir.

Arumi melihat satu persatu barang belanjaan Sarah, bahkan mengangkatnya dan melemparnya lagi ke keranjang belanjaan Sarah.

Sarah hanya menanggapi pertanyaan Arumi itu dengan senyum tulus di wajahnya.

"Aku kan sudah punya banyak, lagipula jadwal ku beli baju baru kan bulan depan!" jawab Sarah santai.

Arumi sampai geleng-geleng kepala pada sikap Sarah itu.

"Bucin tahu gak kamu tuh!" sindir Arumi pada Sarah.

Sarah hanya tersenyum, sebenarnya bukan hanya Arumi yang mengatakan dia bucin. Hampir semua teman kerjanya bilang seperti itu.

Sarah adalah wanita karir yang sudah bekerja selama lebih dari 4 tahun di sebuah perusahaan jasa yang cukup besar di kota ini. Nama lengkapnya Sarah Ranisa, usianya 26 tahun. Dan kekasihnya adalah Jerry Alando, 28 tahun. Kakak kelasnya saat SMA.

Sarah menyukai Alan sejak SMA, namun kala itu Sarah harus berpisah dengan Alan karena dirinya harus ikut program beasiswa di luar kota.

Sarah juga sudah tidak punya siapapun di dunia ini. Dia adalah anak yatim piatu yang sejak usia 2 tahun sudah tumbuh dan besar di panti asuhan tersebut.

Sedangkan Alan, dia adalah anak bungsu dari salah satu pengusaha tekstil di luar kota. Alan ke kota ini karena dia tidak mau di kekang oleh orang tuanya dan di jodohkan dengan seorang wanita yang tidak dia sukai.

Sejak itu mereka bertemu di perusahan dimana mereka berdua bekerja. PT. Arya Hutama Grup. Jabatan Alan memang lebih rendah daripada Sarah, namun itu tidak membuat hubungan mereka bermasalah hingga saat ini sudah 4 tahun menjalin kasih.

Ketika tiba di meja kasir, Sarah mengeluarkan semua belanjaan nya. Tapi antriannya di serobot oleh seorang pria yang sedikit melambai.

"Hei, ngantri dong. Kita yang duluan loh!" seru Arumi memprotes pria melambai itu yang tetap saja meletakkan dua buah dasi dan satu buah kemeja di meja kasir sambil menyingkirkan, lebih tepatnya menggeser belanjaan Sarah.

"Aduh, rakyat jelata. Please deh, ini tuh urgent! ngerti urgent gak? emergency level maksimal. Lagian tuh ini cuma dua dasi sama satu kemeja doang kelesss!" serunya dengan. mimik wajah tonjokable, yang artinya mimik wajah pria melambai itu benar-benar membuat setiap yang melihatnya ingin menonjok saja wajahnya.

Arumi yang memang tomboi pun melotot tajam pada pria itu. Arumi bahkan menarik kerah pria itu dan mengeluarkan nya dari antrian, lebih tepatnya dari depan Sarah.

"Eh... eh kok di tarik-tarik sih, tahu gak sih ini baju harganya bisa beli sedan paling murah di jamannya!" seru pria itu memprotes apa yang dilakukan oleh Arumi.

"Bodoh amat, aku gak perduli ya. Kita tuh warga negara Indonesia tahu gak, budayaku mengantri. Sekolah gak sih?" tanya Arumi dengan tidak senang.

Sementara keduanya tengah bertengkar dan karena Sarah juga sibuk ingin melerai Arumi. Kasir yang mengira belanjaan milik pria itu juga termasuk belanjaan Sarah pun ikut menyatukan nya dengan struk belanjaan Sarah.

"Arumi sudah, ini tempat umum. Jangan bikin ribut. Nanti kita malah kena masalah!" ucap Sarah yang sudah tidak nyaman karena banyak orang yang memperhatikan mereka.

Tapi bukannya berhenti dan menuruti perkataan Sarah. Arumi yang emosi malah mendorong pria itu sampai jatuh ke lantai. Pria itu langsung bangun tanpa menunggu lama, dia membersihkan pakaian nya sambil mengomel.

"Gak ada etika, gak ada akhlak. Kamu perempuan bukan sih, gak ada lembut-lembutnya sama sekali. Herman deh Eike...!"

Tapi meskipun begitu dia tidak membalas Arumi. Di hanya mengomel dan kembali ke meja kasir. Dan baru saja ingin menuju ke meja kasir, Arumi langsung melipat lengan bajunya dan menunjukkan ototnya pada pria melambai itu.

"O, emjiiii! Ya Tuhan, kamu itu perempuan atau laki-laki sih. Tuh otot, ih sumpah bikin ngeri!" seru pria itu yang menunjukkan ekspresi terkejut bukan main.

"Ngantri gak? kalau gak, tinggal pilih nih. Kanan masuk UGD, kiri masuk ICU?" tanya Arumi pada pria itu.

Pria itu pun hanya menggigit kuku harinya dan terus terlihat gelisah.

"Total semuanya jadi 17 juta delapan ratus ribu mbak!" seru mbak kasir yang sudah memasukkan belanjaan Sarah dan Arumi ke tas belanjaan mereka.

Arumi mengernyitkan keningnya.

"Perasaan aku cuma ambil celana jeans yang harganya 800 ribu. Banyak amat?" tanya Arumi yang tak percaya dengan jumlah belanjaan mereka berdua.

Sarah pun juga sama, sebenarnya dia heran pasalnya kalau di hitung belanjaannya tadi bahkan kurang dari 5 juta. Kenapa bisa sebanyak itu.

"Bagaimana mbak? mau cash atau dengan kartu?" tanya kasir itu karena Sarah dan Arumi hanya terdiam.

Sarah lalu mengeluarkan kartu kreditnya. Dia berpikir akan menghitung lagi nanti di hotel tempat mereka menginap.

"Oh ya, ini mbak!" ucap Sarah memberikan kartu kreditnya pada kasir.

Setelah membayar Sarah dan Arumi pun pergi. Tiba giliran Pria itu, tapi barang yang mau dia beli malah sudah tidak ada di meja kasir. Pria itu melihat ke bawah, mencarinya di sekitar meja kasir kalau-kalau kemeja dan dua dasi untuk bosnya itu terjatuh. Tapi ternyata tidak ada.

"Maaf mbak, eh mas... mas-nya lagi cari apa ya?" tanya mbak mbak kasir itu.

"Kemeja sama dasi yang di sini tadi mana?" tanya pria itu panik.

"Loh, sudah di bawa sama mbak yang tadi. Saya pikir dua mbak yang tadi itu temannya mas?" tanya kasir itu.

Pria itu langsung menepuk dahinya sendiri.

"Auh, habis sudah kamu Richard. Bos pasti akan marah sekali. Dasi itu adalah design nona Shanum. Habis sudah aku!" keluhnya.

Tapi kemudian dia melihat dari pintu kaca Sarah dan Arumi berjalan menuju mobil rombongan PT. Arya Hutama Grup. Richard langsung berniat mengikuti mereka ke hotel tempat mereka menginap. Karena Richard sebenarnya juga bekerja di kantor pusat PT Arya Hutama Grup.

Sementara itu setelah tiba di hotel, Sarah dan Arumi mengeluarkan belanjaan mereka.

"Ya ampun, yang kecintaan sama pacarnya. Belanja sampai habis belasan juta!" ucap Arumi yang sudah meraih celana jeans nya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencobanya.

Setalah Arumi masuk ke dalam kamar mandi. Sarah pun menghubungi Alan, pacarnya melalui video call.

"Halo sayang belum tidur?" tanya Alan yang terlihat sedang duduk di sofa.

"Belum sayang, aku baru saja beli oleh-oleh untukmu. Tiga hari lagi kan pekerjaan ku selesai, dan aku akan pulang. Aku rindu sekali padamu!" ucap Sarah dengan wajah memerah.

"Aku juga sayang, syukurlah sudah sebulan. Rasanya seperti sepuluh tahun!"

"Gombal kamu!"

"Aku berkata jujur, cepatlah kembali aku rindu masakan mu!" ucap Alan yang terdengar oleh Arumi yang baru keluar dari kamar mandi.

"Iya, kamu jangan begadang ya. Nanti kamu sakit. Bye sayang!"

"Bye, love you!"

"Love you too!"

Sarah pun meletakkan ponselnya lagi di atas meja.

"Heran deh, bucin empat tahun gak udah-udah. Aku rindu masakan mu, si Alan itu nganggap kamu pacar atau tukang masaknya sih?" tanya Arumi yang membuat Sarah langsung terdiam.

***

Bersambung...

Bab 2

Sementara itu Richard yang sudah menemukan hotel tempat Sarah dan Arumi menginap langsung menanyakan letak kamar mereka pada petugas resepsionis di meja resepsionis. Tapi saat Richard mendekat, petugas itu sedang menyusun sesuatu di rak dan tidak melihat ke arah depan.

Tuk tuk tuk

Richard mengetuk ngetuk meja resepsionis dengan jari telunjuk nya.

"Mbak, mbak resepsionis... yuhuuu!" panggil Richard pada petugas resepsionis yang berjaga.

Mendengar dirinya di panggil, petugas resepsionis itu langsung berbalik dan dengan sopan menyapa Richard.

"Selamat malam tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis wanita itu dengan ramah.

"Mbak, tadi kan ada dua wanita yah lewat sini barusan. Barusan aja... yang satu tuh anggun, cantik. Nah yang satu kek atlet binaraga kan ya, nah mereka tuh dari PT Arya Hutama Grup. Tadi mereka naik mobil perusahaan itu...!"

Mbak petugas resepsionis malah semakin dibuat bingung dengan penjelasan Richard yang panjang lebar bicara. Mbak petugas resepsionis itu sampai memiringkan kepalanya mendengar ocehan Richard.

"Eh, mbak kok miring-miring sih?" tanya Richard yang takut kalau mbak penjaga resepsionis itu sakit atau apa.

"Habisnya tuan dari tadi bicara panjang lebar, sebenarnya mau tanya apa?" tanya mbak resepsionis to the poin pada Richard.

"Ck... aku kan mau jelasin dulu mbak, biar mbaknya gak bingung yang aku maksud itu dua wanita yang mana. Kan aku gak tahu siapa nama mereka, tapi kalau aku gak salah denger cewek yang cantik itu panggil cewek yang judes itu Arumi deh, mereka di kamar nomer berapa?" tanya Richard dengan gaya kemayu nya.

Mbak petugas resepsionis itu sebenarnya sudah sejak tadi menahan dirinya untuk tidak tertawa agar Richard tidak tersinggung. Jadi dengan menahan tawa, dia pun melihat ke arah layar monitor komputer yang ada di sisi sebelah kanannya.

"Sebentar ya tuan, saya cari dulu nona Arumi dari PT Arya Hutama Grup!" ucap mbak petugas penjaga meja resepsionis itu.

Setelah mengetik sesuatu selama beberapa saat akhirnya mbak petugas penjaga meja resepsionis itu akhirnya kembali ke hadapan Richard.

"Atas nama nona Arumi dan nona Sarah dari PT Arya Hutama Grup menginap di kamar nomer 201 tuan!" jelas petugas itu dengan lengkap dan jelas juga masih dengan tutur kata yang sangat sopan dan ramah tamah yang luar biasa.

"Oke, thank you ya mbak!" sahut Richard tanpa basa-basi lagi.

Richard langsung terburu-buru pergi dari meja resepsionis dan menuju ke arah lift yang ada di sebelah kiri meja resepsionis, yang jaraknya dari meja resepsionis kira-kira sekitar 10 meter saja. Richard benar-benar harus cepat, masalahnya bos nya harus pakai dasi itu jam sepuluh malam nanti. Sekarang sudah hampir jam 9 malam, tentu saja Richard panik.

Setelah naik ke lantai 2, Richard langsung mencari dimana kamar Arumi dan Sarah. Begitu dia menemukan pintu dengan tulisan 201. Tanpa ragu dan basa-basi lagi. Richard langsung mengetuk pintu itu dengan kuat.

Tok tok tok

Duk Duk Duk

Tak puas hanya dengan ketukan jari, Richard bahkan mengetuk pintu kamar hotel itu dengan mengepalkan tangannya.

Sementara itu dari arah dalam, Arumi yang baru keluar dari kamar mandi pun melihat Sarah mendekat ke arah pintu.

"Sarah, jangan di buka dulu. Lihat dulu dari lubang kunci!" seru Arumi mencegah Sarah yang bahkan sudah memegang handel pintu dan siap memutar anak kuncinya.

Sarah mengernyitkan keningnya mendengar ide aneh Arumi.

"Yang terlihat dari lubang kunci pasti bukan wajahnya kan?" tanya Sarah.

Arumi terkekeh,

"Iya juga ya, tapi siapa sih. Sudah malam dan ketukannya itu seperti seseorang yang mau menagih hutang?" tanya Arumi.

Sarah mengangkat bahunya, tapi menurut nya tidak akan ada masalah. Ini di hotel dan di samping kamarnya adalah kamar rekan kerjanya yang lain, kalau ada apa-apa juga ada Arumi yang bisa bela diri.

"Buka saja ya?" tanya Sarah.

Arumi yang sudah berdiri di dekat Sarah sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk akhirnya mengangguk.

Ceklek

"Eh... Boneka tabung joget!" pekik Arumi begitu melihat yang berdiri di depan pintu kamar hotel itu adalah Richard.

Mendengar sebutan untuk dirinya yang terdengar begitu aneh, Richard langsung melotot ke arah Arumi.

"Kamu panggil aku apa?" tanya Richard dengan mimik wajah sangat tidak senang.

"Boneka tabung joget!" jawab Arumi santai.

Richard langsung mengepalkan kedua tangannya di depan dada.

"Ih... !"

Tadinya Richard mau marah, tapi karena ada urusan yang lebih penting maka dia mencoba untuk menahan amarahnya.

Richard lalu mengalihkan pandangannya ke arah Sarah.

"Nona cantik, jadi begini. Sebenarnya belanjaan ku terbawa oleh mu!" ucap Richard yang tak mau buang-buang waktu lagi.

"Belanjaan mu?" tanya Sarah yang memang belum sempat membongkar belanjaan nya tadi karena baru selesai mandi.

Richard lalu menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Iya nona, dua dasi dan satu kemeja!" jelas Richard lagi.

"Oh, aku belum sempat membongkar belanjaan nya. Masuk dulu...!"

"Eh... eh... Sarah, jangan mudah percaya pada orang lain. Siapa yang jamin Boneka sky dancer ini tidak berbohong?" tanya Arumi mencegah Richard masuk ke dalam kamar mereka.

Rasanya Richard benar-benar ingin adu jambak dengan Arumi. Tapi waktunya tidak lama lagi.

"Nona, aku tidak berbohong. Dua dasi dan satu kemeja itu harganya 12 juta nona, dan itu sangat penting untuk kelangsungan pekerjaan ku!" terang Richard pada Sarah.

Sarah akhirnya mengangguk paham, mungkin itu sebabnya belanjaan nya tadi sampai 17 juta lebih.

"Sebentar ya!" seru Sarah lalu masuk mengambil tas belanjaannya.

Karena tidak di bolehkan masuk oleh Arumi. Akhirnya Sarah yang masuk dan membongkar belanjaan nya. Ternyata benar, ada dua dasi dan satu kemeja yang bukan pilihan Sarah. Dengan cepat Sarah membawa dua barang itu ke kantong lain dan berjalan menuju pintu.

"Ini!" ucap Sarah sambil memberikan kantong itu pada Richard.

Richard meraih kantong itu dan memeriksanya. Wajahnya langsung ceria.

"Nona Sarah, kamu memang best. Terimakasih ya!" ujar Richard.

"Eh, main makasih makasih aja. Ganti uangnya dong!" pekik Arumi mengingatkan Richard.

"Oh iya, sebentar!" Richard pun meraih dompetnya. Tapi dia tidak bawa uang cash banyak. Hanya ada dua juta saja.

Dia pun menyerahkan uang itu pada Sarah dan memberikan ponselnya pada Sarah.

"Tulis nomer rekening nona ya!" kata Richard.

Sarah lalu menuliskannya di ponsel Richard karena baginya uang sepuluh juta itu sangat berharga.

Setelah itu Sarah memberikan ponselnya lagi pada Richard.

"Baiklah, aku transfer ya!"

Beberapa saat kemudian,

"Sudah!" seru Richard menunjukkan transaksi transfer di ponselnya telah berhasil.

"Terimakasih banyak nona Sarah, kamu tidak hanya cantik, tapi juga baik. Tidak seperti atlet binaraga ini...!" seru Richard yang melirik Arumi dan langsung berlari dari sana menuju ke arah lift sambil menjulurk4n lidahnya pada Arumi.

"Heh, kabur lagi. Kalau berani sini!" pekik Arumi kesal.

"Sudah, sudah Arumi. Sekarang kita beres-beres saja yuk!" ajak Sarah.

"Beres-beres apa? bukannya kita pulang lusa!" seru Arumi.

Sarah pun menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kita pulang besok, pak Gun tadi kesini saat kamu mandi dan memberitahu, kalau kita akan pulang besok pagi jam 7!" jelas Sarah.

"Yah, padahal aku masih mau ke restoran kerang di sana itu...!" keluh Arumi yang belum rela meninggalkan kota ini.

"Pulang lebih baik! nanti kita cari restoran kerang di kota kita!" sahut Sarah.

"Kamu sih iya senang, kan mau ketemu pacar bucin!" seru Arumi yang langsung menuju ke lemari pakaian.

Sarah hanya tersenyum, sesungguhnya dia juga sangat senang. Dia baru akan meraih ponselnya untuk memberi kabar pada Alan. Tapi kemudian dia urungkan, karena dia pikir ingin memberi kejutan pada Alan.

***

Bersambung...

Bab 3

Richard kembali ke salah satu kediaman Hutama dengan wajah yang bahagia. Dengan cepat dia memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah.

Kondisi rumah sudah sangat berantakan, para asisten rumah tangga yang ada di ruang tengah juga terlihat sangat ketakutan. Richard pun menghampiri salah satu asisten rumah tangga yang merupakan seorang wanita paruh baya, yang merupakan kepala pelayan di rumah itu.

"Bu Doris, dimana bos?" tanya Richard.

"Tuan Richard syukurlah anda sudah kembali, tuan Tristan ada di kamarnya. Dia sudah mengamuk sejak tadi, kami bahkan sudah di bentak-bentak dan di marahi sejak tadi!" ujar wanita paruh baya yang wajahnya sudah pucat dan tangannya gemetaran itu.

Richard pun menelan salivanya dengan susah payah.

"Aku akan kesana. Kalian bereskan semuanya, aku yakin bos tidak akan marah lagi. Aku sudah dapatkan yang dia inginkan!" jelas Richard membuat semua pelayan yang berdiri di ruang tengah itu menghela nafas mereka lega.

Setelah Richard menuju ke kamar Tristan, para pelayan pun langsung membereskan rumah yang di buat berantakan oleh Tristan. Dari mulai guci dan vas yang dipecahkan tuan muda tempramen itu, sampai ke kaca meja yang di pukul nya dengan tongkat baseball hingga hancur berkeping keping.

Tanpa mengetuk pintu karena sudah terbuka sedikit, Richard langsung masuk ke kamar Tristan.

"Tuan, lihat. Aku sudah dapatkan barang yang tuan mau!" seru Richard dengan bangga telah mendapatkan apa yang Tristan mau.

Setelah mendengarkan apa yang Richard katakan itu, seorang pria yang bertubuh tegap terlihat dari punggungnya yang begitu bidang dan berbentuk sangat atletis. Dengan tinggi badan kira-kira 180 cm dan kulit putih nan rupawan menoleh ke arah Richard.

Matanya yang merah akibat menahan marah tak mengurangi ketampanan hakiki dari pria yang bernama lengkap Tristan Putra Hutama itu.

Dengan langkah besar dan cepat, Tristan menghampiri kentong belanjaan yang di bawa oleh Richard. Begitu meraihnya, Tristan langsung mendorong Richard yang masih berdiri di ambang pintu segera keluar dari kamarnya.

Brakkk

Tristan membanting pintu kamarnya, membuat Richard menutup telinganya lalu mengelus dadanya. Tak lama kemudian dari dalam terdengar suara Tristan yang sepertinya sedang bicara dengan seorang wanita. Suara itu sayup-sayup terdengar dari balik pintu dimana Richard masih berdiri.

"Huh, dia sudah bicara dengan pawangnya, Ya Tuhan, untung gaji ku besar dan dokter bilang jantungku kuat dan sehat. Kalau tidak, siapa yang akan tahan dengan tuan muda yang kerjanya marah-marah terus, ya Tuhan kuatkan imanku...!" gumam Richard sambil melangkah pergi dari tempat itu.

***

Keesokan harinya...

Pagi-pagi sekali Sarah dan Arumi sudah berada di bandara. Mereka akan langsung pulang ke kota A.

"Sudah mengabari pacarmu?" tanya Arumi.

Sarah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tidak, aku ingin memberi kejutan padanya!" jawab Sarah.

"Oh ya Tuhan, kamu romantis sekali. Asal jangan kamu yang terkejut saja nantinya...!"

Deg

Sarah menghentikan langkahnya dan memegang lengan Arumi.

"Maksudnya?" tanya Sarah yang merasa perasaannya menjadi aneh ketika Arumi bicara begitu padanya.

Arumi lantas terkekeh.

"Sarah, apa yang kamu pikirkan? tentu saja jangan terkejut kalau begitu kamu ke apartemen Alan, dia tidak ada dan kejutan mu gagal!" jelas Arumi.

Sarah tersenyum lega.

"Tidak mungkin, ini kan weekend. Dia biasanya akan tidur sampai sore. Malamnya baru dia akan begadang keluar bersama teman-temannya!" terang Sarah.

"Wah, kamu seperti tahu dia luar dalam ya. Kalian so sweet sekali. Kenapa tidak menikah saja sih?" tanya Arumi.

Sarah terdiam sejenak.

"Kamu benar Arumi, kami sudah empat tahun berpacaran, tapi Alan masih tidak mau pulang ke rumah orang tuanya, jadi dia juga belum mengenalkan aku pada orang tuanya. Mungkin pulang ini aku akan bicara padanya!" ucap Sarah.

Arumi langsung menepuk bahu Sarah dengan lembut.

"Benar Sarah, kalian harus bicarakan itu. Hubungan kalian juga sudah lama, lagipula usia kalian juga sudah cukup. Tabungan mu juga sudah banyak kan? ha ha ha!" tanya Arumi sambil terkekeh membuat Sarah juga ikut mengulas senyum lebar di wajahnya.

Setelah empat jam penerbangan kembali ke kota A dari kota H. Sarah dan Arumi sampai di bandara.

"Mau aku temani tidak ke apartemen Alan?" tanya Arumi yang jemputannya sudah datang.

"Tidak usah, kamu pasti lelah. Besok kita juga harus masuk kantor kan?" tanya Sarah.

"Baiklah, kamu benar. Aku mau tidur seharian sampai besok pagi ha ha ha! sampai jumpa besok Sarah, selamat bersenang-senang dan romantis romantisan ya!" seru Arumi yang kemudian meninggalkan Sarah yang masih berdiri di tepi jalan di bandara.

Setelah taksi online pesanan Sarah datang, Sarah pun langsung menuju ke apartemen Alan pacarnya.

Sepanjang perjalanan, Sarah terus mengulas senyum bahagianya karena sudah tak sabar untuk bertemu dengan pacarnya yang sudah hampir satu bulan dia tinggalkan karena harus kerja di luar kota. Benar-benar hampir sebulan. Meskipun setiap malam mereka video call, tapi rasanya rindu Sarah pada Alan benar-benar sudah seperti bendungan yang mau meluap.

Supir taksi online yang di tumpangi Sarah bahkan ikut tersipu sendiri melihat Sarah yang sejak tadi senyum-senyum terus memandangi layar ponselnya.

"Mbaknya lagi kasmaran ya?" tanya supir taksi itu pada Sarah.

Mendengar pertanyaan supir taksi pria bertopi itu Sarah jadi tersipu.

"Mau ketemu sama suami ya mbak?" tanya supir itu lagi.

"Em, bukan mas. Saya mau ketemu pacar saya, sudah satu bulan, hampir satu bulan kamu tidak bertemu karena saya kerja di luar kota!" jawab Sarah jujur pada supir taksi yang menurutnya wajahnya tidak ada tampang penjahatnya itu.

"Pacarnya beruntung banget, si mbak sepertinya sayang bener sama pacarnya itu? Pasti pacarnya ganteng banget ya mbak, sampai mbak sayang bener gitu?" tanya supir taksi itu sambil tersenyum.

Sarah pun tersenyum.

"Iya mas, ini fotonya!" ucap Sarah sambil menunjukkan layar ponselnya pada supir taksi, karena foto Alan menjadi wallpaper di layar ponsel Sarah.

Tapi begitu melihat sekilas foto Alan, si supir langsung mengerem mobilnya mendadak.

"Aduh, kenapa mas?" tanya Sarah terkejut dan ponselnya nyaris jatuh.

Supir taksi itu langsung menoleh ke arah belakang.

"Mbak, tadi saya barusan aja ngantar mas yang ada di foto itu sama pacarnya... eh...!" supir taksi itu menjeda kalimatnya.

Deg

"Maksudnya gimana mas?" tanya Sarah yang sudah ketar-ketir tak karuan perasaannya.

"Iya mbak, saya bawa masnya dari apartemen Elif...!"

Sarah makin gelisah mendengar apartemen Elif, itu memang apartemen tempat Alan tinggal selama 4 tahun ini.

"Terus jemput perempuan di jalan Cempaka, mesra banget. Mereka ciuman di mobil ini, saya kira mereka pacaran... eh!" sadar kalau ucapannya membuat Sarah matanya berkaca-kaca supir taksi online itu menjeda kalimatnya lagi.

"Lalu mas antar mereka kemana?" tanya Sarah yang sudah berkaca-kaca dan suaranya sudah gemetaran.

"Hotel cinta mbak!" jawab supir itu.

"Antar saya kesana ya mas!" pinta Sarah.

Dan supir taksi online itu pun membawa Sarah ke hotel cinta. Sesampainya di hotel itu hari sarah makin terasa tidak menentu. Dadanya sesak saat bertanya pada resepsionis dan benar ada pesanan kamar atas nama Alan. Perlahan Sarah melangkah ke kamar 77 seperti kata resepsionis hotel.

Tok tok tok

Sarah sedikit mengubah suaranya.

"Room servis!" serunya dengan suara berat yang dibuat-buat.

Ceklek

Air mata Sarah yang sejak tadi dia tahan akhirnya tumpah, melihat yang membuka pintu adalah seorang pria yang memakai handuk seberapa pinggang. Dan dia sangat mengenal pria itu. Dia Alan, Jerry Alando. Pacar Sarah.

"Sarah!" ucap Alan tak percaya Sarah ada di depannya.

Sarah langsung mendorong Alan dan masuk ke dalam kamar. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita yang masih tiduran di atas tempat tidur tanpa busana. Saat Sarah masuk, perempuan itu buru-buru menarik selimut dan menutupi dada dan bagian bawahnya.

"Sarah!" pekiknya yang juga mengenal Sarah.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!