NovelToon NovelToon

Merajut Benang-Benang Cinta

#01 Perpisahan

" Aku harus memutuskan hubungan ini Ken...karena aku tidak bisa bersama denganmu lagi." Ucap Dira kekasih Keenan.

" Kenapa? Apa salah ku, kamu sudah janji padaku akan selalu bersama sampai maut memisahkan kita, kenapa kamu sekarang berubah sampai kamu memutuskan hubungan kita." Ucap dr Keenan sembari memegang tangan Dira yang hanya bisa menatap sayu mata dr Keenan.

" Aku memang mencintai kamu, tapi karena orang tua ku tidak menyetujui hubungan kita sedari awal, aku tidak bisa membantahnya sekarang ini, apalagi orang tua ku sudah menetapkan jodoh untuk ku yang mereka setujui." Ucapnya sembari melepaskan tangannya dari genggaman tangan dr Kenan.

Dr Kenan hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan, dia tidak ingin memaksa kehendaknya untuk menahan Dira agar tetap mencintainya.

" Kenan, aku sebenarnya menolak dengan putusan orang tua ku, kamu tahukan kalau sikap dan sifat kedua orang tua ku yang tidak bisa terbantahkan dan juga mereka tidak suka dengan mu karena profesimu sebagai seorang Dokter, selebihnya Mami yang nggak ingin anaknya mempunyai seorang suami dengan pekerjaan itu, Maafkan Aku Kenan..." Ucapnya secara tiba-tiba langsung saja meninggalkan dr Keenan seorang diri dikoridor rumah sakit itu, dr Keenan tidak bisa berbuat apa-apa saat langkah Dira meninggalkannya begitu saja, dia menatap Dira sampai hilang ditikungan koridor rumah sakit dimana dia bekerja sekarang ini.

Dr Keenan mengusap wajahnya dengan pelan dan dia menyentuh pagar koridor itu dan menatap jauh keluar rumah sakit dimana terlihat birunya langit berawankan mendung, semendung perasaannya, luka yang ditorehkan Dira sang kekasih yang sudah dipacarinya selama tiga tahun lamanya itu sekarang hilang tak berbekas, kenangan-kenangan yang diciptakannya itupun sirna seperti sirnanya Dira dari hadapannya, yang hanya tertinggal luka di hati yang ditorehkan kekasihnya itu luka yang sangat sakit namun tidak berdarah, perih, sakit, sedih dan marah yang dia rasakan sekarang ini yang membuat dia hanya bisa menelan ludahnya sendiri dan menerima takdir percintaannya kandas ditengah jalan, dr Keenan menghela nafasnya dengan pelan dan melepaskannya dengan berat seberat beban kecewa yang didapatnya.

" Hmmm, Aku seorang dokter, sudah berapa orang Aku obati, tapi saat ini aku terluka tidak bisa Aku obati sendiri, bahkan dokter-dokter yang lain juga tidak bisa memberikan pengobatan padaku, Ya Tuhan kenapa garis cintaku ini hanya sampai disini, selalu ditengah jalan berhentinya, saat sekolah, saat kuliah dan terakhir disaat sudah memiliki pekerjaan saat ini selalu saja sama berhenti ditengah jalan." Ucapnya pelan sembari menyandarkan tubuhnya ditiang koridor rumah sakit tersebut, disaat dia mengingat perjalanan cintanya selama ini dia dikejut suara suster yang sedari tadi mencarinya.

" Dok, panggilan darurat."

Mendengar panggilan darurat tersebut, dr Keenan langsung berlari berbarengan dengan suster tersebut menuju ruang operasi.

" Dokter Keenan yang memimpin operasi pasien yang baru masuk, pasien mengalami kecelakaan, karena dokter Yama tidak bisa melakukan operasi."

" Apa? Saya...kenapa dengan dokter Yama?" Ucap dr Keenan, dia sebagai dokter kedua pendamping dokter Yama Ahli bedah, karena dr Yama adalah dokter senior dirumah sakit INTAN BERSINAR tersebut, tapi seandainya dr Yama berhalangan hadir dr Keenan lah yang Andil dalam menggantikan tugas dr Yama memimpin operasi.

" Beliau tidak bisa hadir dikarenakan sakit." Ucap suster tersebut.

Dr Keenan menganggukkan kepalanya dan mereka memasuki ruang Operasi, walaupun hati dr Keenan terluka dan belum ada obatnya dan pikiran dia berkecamuk, tapi dia bisa mengatasi masalahnya jika sudah memasuki ruang operasi dan berhadapan dengan meja operasi, semua masalahnya hilang sejenak selama dia melakukan operasi, karena prinsipnya adalah keselamatan pasien adalah prioritas utamanya, semua keluarga pasien berharap ditangannya, dengan kemahiran dan ketelitiannya dia dan rekan-rekannya pun mulai bekerja sekitar tiga jam lamanya akhirnya selesai dengan hasil yang memuaskan, pasien yang mengalami patah tulang karena kecelakan itupun sudah dipindahkan keruangan rawat inap, setelah membersihkan tangannya dan melepaskan baju operasinya dr Keenan berjalan menuju ruangannya dia mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya dia berjalan santai menuju kearah ruangannya dan tanpa sengaja seorang perempuan cantik dengan menggunakan pakaian hitam putih dengan rambut sebahunya yang lurus dan asesoris bando mutiara dikepalanya menambah anggun kecantikan paras gadis tersebut, karena kurang hati-hati dia setengah berlari menuju ruangan rawat inap itupun langsung saja menabrak dr Keenan.

" Buchkkk..." Mereka berdua sama-sama terjatuh dilantai rumah sakit tersebut.

" Aauuww...!" suara gadis itu meringis dan tas yang dibawanya terlepas dari tangannya, Mereka berdua saling menatap satu sama lainnya, tidak sadar kalau mereka berada di koridor rumah sakit.

" Dek!" seolah-olah terhipnotis,gadis itupun terdiam sejenak, dan dia merasa ada sesuatu yang berdetak cepat didadanya, begitu juga dengan dr Keenan, sakit hati,luka dan perih yang dirasakannya saat ini insiden putusnya dia dengan sang kekasih beberapa jam yang lalu, seakan-akan sirna begitu saja, dia merasa mendapatkan obat dari lukanya itu, rasa sejuk, senang dan terasa indah saat mata mereka saling beradu, ritmi irama degupan jantungnya pun tidak beraturan, Mereka berdua meresapi tatapan mata mereka yang sama-sama menusuk jantung mereka dan menimbulkan degupan jantung yang tidak karuan.

" Tampan..!" ucapnya pelan.

" Cantik..!" ucap Keenan.

Seperti ada ikatan batin yang kuat mereka saling memuji, padahal mereka baru bertemu beberapa detik saja.

Mereka sama-sama tersenyum dan Gadis itupun langsung tersadar dan kondisinya ingin cepat bertemu dengan sang Ayah yang berada diruang rawat tersebut, sehingga dia tidak bisa menikmati ketampanan wajah sang dokter berlama-lama, lalu mereka sama-sama berdiri dari jatuhnya itu.

" Maaf pak dokter, saya tidak sengaja, Maafkan saya..." Ucapnya sembari berdiri dan mengambil tasnya dan langsung saja melaju kembali berlari menuju kearah ruangan Ayahnya.

Dokter Keenan hanya mengangguk dan tersenyum, sambil menatap kepergian gadis tersebut. Saat dia hendak melangkah dia melihat sebuat Id card tergeletak dilantai tersebut, dia mengambil id card itu dan membacanya, tertera nama Kania Larasati pegawai Bank swasta yang ada dikota tersebut, dr Keenan tersenyum lagi.

" Cantik Alami..." ucapnya sembari melihat fhoto yang tercetak di id cart itu, dia tersenyum dan menepukkan id cart itu dijidadnya dan kemudian dia menuju meja suster jaga dan menyerahkan id cart tersebut sembari berpesan pada suster jaga kalau nanti ada yang mencari dan meminta suster jaga tersebut memberikannya, dengan anggukan suster jaga itupun menyimpan id cart itu.

Kenan kembali melangkah menuju keruangannya dengan senyum menghiasi wajahnya sembari dua tangannya berada disaku jas dokternya itu.

Kania yang sudah tergesa-gesa itupun langsung bertemu dengan ibunya yang sudah menunggunya didepan pintu rawat inap tersebut.

" Ibu, bagaimana keadaan Ayah?" Tanyanya terlihat diwajahnya sangat khawatir.

" Ayahmu baru saja selesai operasi, karena kecelakaan itu Ayah kamu mengalami patah tulang dan beberapa lecet ditangan dan wajahnya yang tidak begitu parah, hanya saja yang parah bagian kakinya." Terang Bu Dewi menerangkan pada Anak gadisnya itu.

" Terus bagaimana si penabrak itu?"

" Ibu juga tidak tahu Nak, karena ibu sudah dapat kabar dari tetangga kita yang bersamaan berangkatnya dengan Ayahmu kerja, mereka belum memberikan kabar bagaimana kejadian sebenarnya."

Kemudian mereka masuk kedalam ruangan sang Ayah.

Terlihat pak Hamid masih belum sadar karena obat yang disuntikkan paska operasi tersebut, Kania sedih melihat Ayah yang disayanginya sekarang terbaring diranjang rumah sakit tersebut.

" Nak...apakah kamu ada uangnya untuk pengobatan lanjutan Ayah kamu?"

" Ada Bu, ibu jangan kahawatir ya, Kania ada tabungan buat pengobatan Ayah, yang penting Ayah cepat sembuh." Ucapnya menenangkan hati sang Ibu.

" Terimakasih ya Nak...." Ucap Bu Dewi sembari mengusap pundak sang Anak, Kania pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Pintu terbuka dan masuklah suster memberikan sebuah kertas untuk pembayaran biaya operasi tersebut, dengan senyumannya Kania mengambil kertas itu dari susternya.

" Bu, Kania bayar admistrasi Ayah dulu ya bu...." Ucapnya sembari berjalan keluar ruangan sang Ayah setelah mendapatkan anggukkan sang ibu.

Sesampainya dimeja Administrasi Kania mengambil dompetnya yang ada dalam tasnya dan diapun melihat kalau sesuatu hilang dari dalam tasnya itu.

" Lho kemana id cart ku?" Gumamnya mencari-cari didalam tasnya, dan dia dikejutkan suara suster yang melayani pembayaran tersebut.

" Ini Mbak kwitansinya..." Ucapnya, Kania pun langsung mengambilnya dan berjalan lagi menuju keruangan Ayahnya setelah mengucap terimakasih pada suster tersebut.

#02 Bertemu Kembali

Kania melangkah sambil menengok kiri dan kanan melihat kalau saja id cartnya itu terjatuh.

Karena keadaan di sekitar rumah sakit itu terlihat sepi suster perawat yang sudah dititipi sama dokter Keenan itu pun memperhatikan ID card yang dipegangnya dengan wajah Kania kemudian dia pun meninggalkan meja jaganya melangkah mendekati Kania.

" Maaf, Mbak Kania.?" tanyanya karena dia mengetahui nama Kania dari ID card tersebut, Kania pun langsung menoleh dengan suster itu.

" Oh iya saya Kania, Ada apa sus?" tanyanya

" Apakah Mbak Kania mencari ini?" Ucapnya sembari memperlihatkan ID cart pada Kania, diapun mengambil Id card dari tangan suster itu, dan Dia melihat kalau ID cart itu memang adalah miliknya.

" Syukurlah, terima kasih Mbak suster karena sudah menemukan ID cart saya."

" Iya sama-sama Mbak, tapi bukan saya yang menemukannya, dokter Keenan lah yang menemukan ID cart Mbak Kania."

" Terima kasih banyak ya Mbak suster."

Suster itu pun mengangguk dan meninggalkan Kania yang sedang berdiri sembari mengingat-ingat dokter yang mana yang menemukan id card tersebut.

" Apakah Dokter yang tadi tidak sengaja aku tabrak ya." ucapnya

" Tapi aku tidak mengetahui kalau dia itu bernama Keenan, sudahlah yang penting id cart ini sudah aku temukan." Ucapnya tersenyum.

Kemudian dia pun memasukkan id cart tersebut ke dalam tasnya dan melangkah kembali dengan cepat menuju ke ruangan sang Ayah dia membuka pintu ruangan tersebut dan dia pun melihat seorang dokter yang memeriksa keadaan ayahnya itu.

" Kania..." panggil sang Ibu, Kania pun langsung tersenyum dan mendekati ibunya itu, dokter yang sedang memeriksa keadaan pak Hamid pun langsung menoleh ke arah Kania.

" Kania...!" Ucapnya pelan dari dalam Maskernya.

Karena wajah dokter itu menggunakan masker, Kania tidak mengenali kalau sebenarnya dokter yang memeriksa keadaan ayahnya itu adalah dokter yang tadi ditabraknya saat dia menuju ke ruangan sang Ayah.

" Bagaimana dok keadaan Ayah saya?" tanyanya kepada dokter Keenan.

" Keadaannya baik-baik saja, besok saya akan memantau lagi keadaannya." Ucap dr Keenan sembari tersenyum dibalik maskernya itu.

" Terima kasih banyak Pak Dokter." ucapnya, Kania tidak mengawasi ataupun memperhatikan siapa dokter tersebut.

Dr Keenan menganggukkan kepalanya.

" Baiklah Mbak,ibu, saya permisi dulu." ucapnya kemudian mengajak perawat laki-laki yang bersamanya berjalan menuju ke arah pintu luar.

" Apakah kamu sudah membayar semuanya Nak?"

" Sudah Bu, Ibu tenang aja ya, Ibu jangan memikirkannya, ini semua adalah urusan Kania, Kania harap Ibu jangan terlalu banyak pikiran, serahkan semuanya pada Kania." ucapnya sembari mengusap punggung ibunya tersebut yang sedang duduk di samping pembaringan sang Ayah, Kania merasa kasihan melihat ibunya karena Ayahnya adalah teman ibunya setiap hari, bila dia tinggal bekerja, Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas di sebuah perkebunan teh, Kania sangat menyayangi kedua orang tuanya itu.

Kania wanita berusia 23 tahun dan sebagai karyawan Bank swasta yang ada di kotanya itu.

Kania hidup dan besar di keluarga sederhana, Kania gadis yang lemah lembut dan dia disukai oleh teman-temannya se-profesinya sama-sama bekerja di Bank swasta, Kania pernah mempunyai seorang kekasih yang sangat mapan mempunyai pekerjaan yang menjanjikan, awalnya hubungan mereka sangat manis, keluarga Kania pun mengenal laki-laki itu dengan baik, tapi hubungan mereka kandas karena saat Kania dibawa ke lingkungan keluarga kekasihnya itu ternyata kedua orang tuanya tidak menyukainya, setelah Kania mengatakan kalau orang tuanya bekerja sebagai buruh harian lepas di sebuah perkebunan teh,ternyata di hadapan Kania itulah kedua orang tua kekasihnya itu mempermalukannya dan menyuruh anaknya itu untuk memutuskan hubungan mereka berdua karena tidak selevel, kekasihnya Kania itu hanya diam saja saat Kania dihina, dia tidak mau membela hubungan mereka berdua di tengah keluarganya, saat itu keluarga kekasihnya mengadakan hari ulang tahun pernikahan kedua orang tua kekasihnya itu, di mana orang-orang itu pun banyak terutama keluarga dari kedua orang tua kekasihnya, yang disesalkan oleh Kania adalah kekasihnya tidak membela dia dan hanya diam saja, Kania pun merasa kecewa, dia langsung melangkah meninggalkan pesta itu dia terus berjalan dengan deraian air matanya, Michael kemudian mengejar Kania, Kania merasa senang karena kekasihnya Michael mau mengejarnya, dia berharap Michael bisa memberikan yang terbaik untuknya dan memberikan kesabaran padanya di saat dirinya dihina di depan keluarga Michael, tapi harapan Kania itu hanya tinggal harapan, Michael mengatakan kepadanya kalau hubungannya hanya sampai di sini saja, hancur berkeping-keping hati Kania, dia hanya bisa menangis dan dia hanya bisa meratapi kenapa hidupnya seperti itu di saat dia sangat menyayangi sang kekasih.

Disaat dirinya terpuruk dia mampu menguasai dirinya, dia tidak pernah mengatakan kepada kedua orang tuanya hubungannya yang kandas dengan Michael, jika ditanya kedua orang tuanya kenapa Michael tidak pernah lagi datang ke rumah mereka, Kania dengan bijaknya menjawab kalau Michael tidak lagi bersama dengannya, orang tuanya tidak mempermasalahkan masalah tentang putusnya anaknya karena mereka melihat Kania baik-baik saja, semua kesedihan kekecewaan dan rasa sakit hati itu Kania simpan sendiri di dalam hatinya dan dia tidak ingin lagi mengenal sosok Michael di hidupnya, suasana yang sedih sepi kecewa itu pun digantikan oleh Kania dengan bersama teman-temannya seprofesi pekerjaannya saat ini,

Sedikit demi sedikit sosok Michael sudah bisa dia lupakan semenjak putusnya dia dengan Michael dia tidak pernah lagi bertemu dengan Michael sampai saat ini, sekarang sedih itu pun kembali lagi setelah dia mendengar kecelakaan yang menimpa sang Ayah, orang yang sangat disayanginya di dalam hidupnya, dia pun kemudian menatap wajah Ayahnya yang masih tertidur menutup matanya itu.

" Ibu.. Kania mau keluar dulu sebentar ibu mau pesan minuman apa? Ibu mau Kania pesankan?" tanyanya kepada ibunya tersebut, ibunya hanya menggeleng sembari menatap wajah sang Ayah, Kania pun mendekati Ibunya dan mengusap pundak sang Ibu.

" Ibu jangan sedih, Ayah pasti sembuh, yakinlah Ayah adalah lelaki yang kuat dia mampu bertahan, kalau Ibu tidak makan apapun nanti Ibu yang sakit kasihan Ayah, kasihan juga Kania." ujarnya sembari tersenyum.

Ibunya pun langsung menoleh sambil tersenyum ke arah Kania,

" Pesankan aja Ibu kopi susu ya." ucapnya Kania pun mengangguk dan dia pun berpamitan dengan ibunya kemudian dia melangkah keluar menuju ke arah kantin rumah sakit, saat dia menuju ke arah kantin Rumah sakit tersebut dia bertemu dengan seorang laki-laki, laki-laki itu adalah laki-laki yang sudah lama dia lupakan, siapa lagi kalau bukan Michael.

" Kania..."

" Michael..." ucapnya.

Kania pun langsung berbalik tidak jadi untuk menuju ke arah kantin, Michael terus mengejarnya dengan tergesa-gesa dia meraih tangan Kania, Kania langsung saja menepiskan tangan tersebut.

" Kania Maafkan Aku waktu itu..." Belum selesai Michael berbicara langsung disanggah Kania.

" Sudahlah...Aku tidak ingin mengingat waktu itu."

" Kamu ngapain di sini Kania?"

" Bukan urusan kamu...!"

" Kania... aku bertanya dengan kamu, kamu kenapa ada di sini?" ucapnya hendak menyentuh dagu Kania tapi Kania langsung menepiskan tangan Michael.

" Tolong! kamu jangan berperilaku seperti itu, kita berdua sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi." ucapnya, dari kejauhan terlihat Keenan menatap mereka berdua, Keenan kemudian menghentikan langkahnya setelah melihat kedua pasangan tersebut sedang berbicara dan menatap lekat ke arah mereka berdua.

#03 Perasaan Yang Aneh

Dr Kenan menatap lekat kearah mereka berdua, dia bermaksud untuk berbalik arah dan tidak ingin melintasi mereka berdua, namun kaki yang seharusnya tidak ingin melewati mereka itu, Tiba-tiba saja kaki dr Keenan melangkah mendekati mereka berdua, namun Kania dan Michael tidak mengetahui kehadiran dr Kenan yang berada tidak jauh dari mereka, dan dr Kenan mendengar jelas sekali pembicaraan mereka itu.

" Kania..maafkan kesalahan ku selama ini padamu, aku masih sangat mencintaimu, tolong kembalilah kepadaku kita memulainya kembali seperti dulu."

" Bagaimana dengan orang tuamu?! Apakah kamu bisa melawannya? Apakah kamu bisa membatah kehendak dan omongan orang tuamu? Tidak kan!!" Ucap Kania penuh penekanan yang spontan membuat Michael terdiam sejenak.

" Sayang...berikan aku kesempatan sekali lagi, agar aku bisa membuat kamu yakin kalau kamu sangat aku harapkan dan aku akan menjadikan kamu ratu yang terbaik untuk ku." Ucapnya

" Hah?! Seorang ratu? Apakah kamu baru bangun dari koma kamu selama ini? Kemana aja kamu saat aku dipermalukan didepan orang tua kamu dan dihadapan semua keluarga kamu! Kamu yang aku harapkan saat itu membela dan melindungi ku, tapi sayang aku salah, kamu hanya sebagai patung lilin yang hanya bisa diam dan dibawa kemana saja tanpa bisa kamu berbicara dan mengeluarkan pembelaan pada ku saat itu, kamu tidak tahu rasa sakit yang sudah aku rasakan selama ini, kamu menganggap aku ratu terbaikmu? Kamu salah, karena seorang raja tidak akan pernah membuat ratunya sakit hati dan dipermalukan didepan banyak orang, karena rajanya itu hanya sebongkah patung lilin!!" Ucap Kania tersenyum sinis pada Michael.

" Kania... begitu mudahnya kamu melupakan semua kenangan kita, apakah kamu tidak ingat sayang, semua yang kita jalani bersama.." ucapnya seraya meraih tangan Kania, dengan gesit Kania menepiskan tangan

" Michael! Sudah aku bilang padamu, jangan pernah lagi datang padaku dan mengingatkan ku dengan masa lalu yang sudah jauh kutinggalkan! Kamu berani mengatakan ini karena kedua orang tua kamu tidak ada disini, iya kan, kalaupun ada kamu tidak akan pernah bisa menentang apa yang orang tua kamu katakan, aku bersyukur dengan yang maha kuasa menampakkan semuanya aku jadi tahu siapa kamu sebenarnya." Ucap Kania sembari menatap kearah Michael.

Michael terdiam dia tidak bisa mengucapkan kata sedikitpun,Kania yang memalingkan wajahnya pun langsung tertuju dengan dr Kenan yang berada tidak jauh dengan mereka berdua, dengan posisi kedua tangannya berada disaku jas dokternya itu sembari menundukkan kepalanya dan saat dia mengangkat wajahnya dan terlihatlah wajah Kania yang sedang menatapnya, rasa ada sesuatu desiran dijantungnya tanpa dia sadari saat kedua bola mata Kania menatap langsung kebola mata dr Kenan.

" Bukan kah itu dr yang tak sengaja aku tabrak tadi." Ucap batinnya Kania.

" Deg! Astaga rasa apa ini? Kenapa saat kami saling tatap jantungku berdesir?" Gumam Kania dalam hati

Dr Kenan yang ditatap pun bergumam...

" Rasa apa ini? Sehingga jantung ini selalu saja sedikit cepat berdetak, jika bertatapan dengannya." Gumamnya sembari mengusap rambutnya dengan pelan dan tersenyum kearah lain, kemudian dr Kenan dikejutkan dengan suara dr Melati yang kebetulan melintas dikoridor tersebut.

" Keenan?!" Panggilnya.

dr Keenan menoleh kearah suara,ia pun langsung menoleh kearah dr Melati.

Dr Melati baru beberapa bulan bertugas dirumah sakit tersebut dan dia adalah teman semasa kuliah diuniversitas luar Negeri dan sama-sama dibidang kedokteran, dan sekarang mereka sama-sama juga bertugas dirumah sakit yang sama.

" Mel..." Ucapnya pelan. Dan dr Melati pun menatap kearah Kania dan Michael, kemudian dr Melati menatap kearah dr Kenan.

" Hey...! Kenapa kamu disini? Ngapain lagi kamu memperhatikan mereka, itu urusan mereka, sekarang ayo kita kembali keruanganmu." Ucap dr Melati sembari meraih tangan dr Keenan dan merekapun berjalan beriringan melewati Kania dan Michael, saat dr Melati menarik tangan dr Kenan, Kania langsung merasakan sesuatu yang ia tidak mengerti sama sekali dengan perasaan yang sudah dirasakannya itu.

" Kania...aku mohon berilah aku kesempatan sekali lagi..." Ucap Michael membuyarkan lamunan Kania.

" Udah! Aku nggak ingin bertemu kamu lagi dan jangan harap kamu mendapatkan kesempatan itu lagi!!" Ucap Kania melangkah menuju kearah kantin kembali untuk membelikan pesanan ibunya.

Michael menatap langkah Kania yang meninggalkannya itu, Michael meremas rambutnya sendiri karena Kania sudah terlanjur membencinya.

Didalam langkahnya menuju kearah kantin, bayangan dr Melati yang memegang tangan dr Kenan pun melintas di pelupuk matanya.

" Astaga?!! Ada apa dengan ku? Kenapa bayangan itu hadir begitu saja! Aku seperti terhipnotis melihat dr itu saat aku tabrak tadi, kenapa sekarang bayangan dia bersama kekasihnya itu melekat benar dikepala ku, Kania...sadar Kania....ish!!" Ucapnya sembari melangkah dengan tergesa-gesa menuju kantin rumah sakit.

Dr Kenan yang melangkah menuju keruangannya itupun masih berperang dihatinya dengan perasaan yang tidak tahu apa artinya, ia juga tidak mengenal dekat Kania, hanya pertemuan singkat saat Kania menabraknya tanpa sengaja, dia juga tidak menghiraukan ucapan dr Melati yang berbicara sejak tadi.

" Hey...Kenan! Ada apa sih? Kenapa kamu diam seribu bahasa seperti itu,sampai aku bicara tidak kamu hiraukan sama sekali." Ucap dr Melati sembari menatap kearah Kenan.

Dr Kenan hanya tersenyum dan dia membuka ruangannya tersebut di ikuti dr Melati masuk kedalam ruangannya itu, dr Kenan dan dr Melati memang sudah terbiasa berbicara satu sama lain, dan dr Melati selalu ada dimana dr Kenan ada disitu pasti ada dr Melati.

Dr Kenan duduk disofa dan dr Melati pun duduk didepannya.

" Ada apa Kenan?"

Dr Kenan hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

" Apa karena kekasih kamu yang tadi memutuskanmu?"

Membuat dr Kenan terkejut dan menatap kearah dr Melati.

" Dari mana kamu tahu Mel.."

" Aku tahu Ken, kejadian tadi saat kekasih kamu itu memutuskan mu, sudahlah Ken, jangan terlalu kamu pikirin, karena masih banyak wanita yang lain yang pantas bersama kamu, termasuk aku..." Ucapnya santai.

" Hah? Apa ?" Ucap dr Kenan.

" Nggak...! Aku cuma bercanda saja..." Ucap dr Melati sembari tersenyum.

" Kenan, sebenarnya aku suka dan ingin sekali menjadi kekasih kamu, tapi kamu masih tetap memilih wanita itu, tapi sekarang aku tidak akan melepaskan kamu, karena kamu sudah tidak milik siapa-siapa lagi." Ucapnya sembari tersenyum menatap dr Kenan yang berada duduk disampingnya sembari menatap langit-langi ruangan itu.

" Ya udah ya aku keluar dulu, aku mau ngecek pasien yang lain "

" Iya...." Ucap singkat dr Kenan tanpa membuat posisinya berubah dan ia pun tidak menoleh kearah dr Melati.

" Kania...Astaga! Kenapa aku menyebut namanya? Ada apa dengan ku?" Ucapnya sembari berdiri dan melangkah menuju meja kerjanya yang ada diruangannya itu.

Kania yang sudah berada diruangan sang Ayah itupun kemudian berpamitan kembali dengan ibunya untuk kembali ketempat kerja karena dia ingin mengurus ijinnya untuk beberapa hari kedepan Agar bisa menemani sang ibu menjaga Ayahnya itu.

Dengan langkah yang pasti ia berjalan menuju kearah luar Loby tanpa dia sadari, mata Michael menatap dirinya dari lantai dua rumah sakit tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!