NovelToon NovelToon

HIJRAH CINTA ANNISA

1. Prolog

Dubai 2021.

Bandara Internasional Dubai (DXB) berada sekitar 1,196 km dari pusat kota. Rata-rata Bandara Internasional Dubai memiliki 3 penerbangan yang berangkat setiap hari. Bandara yang tergolong ramai, karena Dubai merupakan Sebuah negara yang saat ini menjadi Peradaban Baru tidak hanya dalam dunia bisnis, namun saat ini Dubai juga Telah menjadi salah satu destinasi wisata internasional. Tah heran jika banyak wisatawan dari negara lain yang berdatangan ke negara tersebut.

Dan kali ini merupakan Penerbangan Terahir yang aku tumpangi, untuk mengantarkan ku ke negara tersebut.

Annisa Emilia Zahra (26 Tahun) atau orang kerap memanggilku dengan Annisa atau Nissa. Ini merupakan tahun ke tiga ku menuntut ilmu di negeri Uni Emirate Arab ini, Menjalani sisa-sisa Semester akhir di negeri gudang emas tersebut terasa begitu menyenangkan bagiku.

Dubai menjadi pusat perhatian masyarakat dunia karena merupakan wilayah yang unggul dalam hal budaya pariwisata, juga ekonomi.

United Arab Emirates University (UAEU), merupakan tempat dimana aku mengejar gelar Master ku dalam dunia Bisnis. Cadar yang ku kenakan tidak pernah membatasi aktifitas ku, bahkan aku merasa sangat bangga mengenakannya. Terlebih orang tuaku juga selalu mendukung aktifitas ku yang sangat positif.

Mengenakan Gamis Berwarna lemon, dengan Hijab dan cadar dengan warna senada, membuatku merasa nyaman untuk melangkah, meski tak jarang pandangan orang terhadap diriku begitu menyakitkan, Tatkala mereka mengatakan dengan kalimat-kalimat rasis.

Berjalan dengan langkah cepat menyusuri lorong-lorong airport, untuk menuju pintu keluar, karena hari semakin larut Annisa berencana langsung menuju apartemen miliknya.

Beruntung Annisa di negara tersebut mendapatkan sebuah apartemen dari fasilitas beasiswa yang dia dapatkan. Sehingga dia tidak perlu merogoh kocek dalam untuk sekedar biaya tempat tinggal.

Bukan apartemen mewah, dan tidak begitu besar, namun itu saja Annisa sudah sangat bersyukur mendapatkan nya.

Brug.

Seorang gadis kecil berusia kurang lebih 4 tahun yang sedang bermain dan berlarian tidak sengaja menabrak Annisa yang juga berjalan dengan langkah cepat.

"Maaf ka" ucap gadis tersebut dengan wajah memerah karena rasa takut.

Annisa pun tersenyum melihat raut wajah takut gadis kecil tersebut, terlebih ternyata gadis kecil itu Juga berasal dari Indonesia, Anisa langsung tahu dari kata Maaf yang dia ucapkan.

"Hei, kau dari indonesia ?" Ucap Annisa.

Dan gadis kecil tersebut menganggukkan kepala, dengan memegang lututnya yang terasa sakit.

"Apa itu sakit, Boleh aku melihatnya ?" Ucap Annisa dengan suara lembut.

Dan gadis itu pun menganggukkan kepala lagi, dengan memperlihatkan lututnya yang mengeluarkan sedikit darah.

Annisa pun langsung mengambil plester yang selalu ada didalam tas nya "Kakak akan mengobatinya" Ucap Annisa dengan menempelkan plester tersebut di lutut gadis kecil itu.

"Terima kasih " Ucap gadis kecil itu.

"Sama-sama sayang,lain kali hati-hati yaa" Pinta Annisa pada gadis kecil itu. dan segera dijawab dengan anggukan kepala oleh gadis kecil tersebut.

"Yasmin !" Sebuah panggilan dengan suara kencang terdengar di pasang telinga Annisa, panggilan yang terasa mengarah pada keduanya, Annisa dan gadis kecil yang berada di depannya.

Dua orang wanita muda, mengenakan seragam yang sama, menghampiri Annisa dan gadis kecil tersebut. Seperti dua orang baby sitter yang tengah mencari anak majikanya.

"Maaf Nona" ucap salah satu dari dua pengasuh tersebut kepada Annisa yang masih duduk jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Yasmin yang duduk di lantai.

Satu pengasuh lainya membantu berdiri Yasmin dan memegang tangan gadis kecil tersebut, seorang gadis kecil yang belakangan Annisa ketahui jika dia bernama Yasmin.

"Yasmin, mba mohon jangan Berlari seperti itu, mba bisa di marahi Daddy kalau kamu seperti ini" Ucap pengasuh tersebut dengan nafas terengah dan dada yang terlihat naik turun.

"Maafkan kami nona, Yasmin memang selalu seperti ini, Maafkan Yasmin jika sudah mengganggu anda" ucap pengasuh tersebut dengan membungkukkan badan. Annisa pun tersenyum pada dua pengasuh tersebut.

Sementara Yasmin pun semakin mendelik merasa takut. karena merasa bersalah pada Annisa dan kini harus di marahi oleh pengasuhnya.

"Mba, Yasmin tidak salah, saya tadi yang kurang hari-hati" Ucap Annisa memberi penjelasan.

"Hai jadi namamu Yasmin, kamu cantik sekali " ucap Annisa mencoba menenangkan Yasmin.

Mendengar suara merdu dan lembut Annisa , membuat Yasmin seketika tersenyum ceria menampakkan gigi gigi kecilnya.

Annisa berjongkok kembali untuk mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu, Annisa mengulurkan tangannya "Kamu Yasmin ?, Aku Annisa " Ucap Annisa dengan senyum di balik cadar yang dia kenakan.

"Kakak Cantik sekali " ucap Yasmin dengan menatap lekat mata Annisa.

Mendengar pujian dari gadis kecil di hadapannya membuat Annisa terkekeh kecil.

"Kamu lucu sekali, bagaimana bisa tahu kakak cantik ?, kakak kan pakai cadar " Ucap Annisa dengan menyentuh pipi chubby Yasmin.

"Dari mata kakak, mata kakak seperti mata Mommy" Ucap Yasmin kemudian

"Ohya, wah pasti Mommy sangat cantik ya" Jawab Annisa kemudian. Dan Yasmin mengangguk kan kepala, namun seketika wajahnya berubah sendu.

"Hei kenapa ?" Tanya Annisa dengan suara lembut. Dan Yasmin pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Atau Yasmin masih merasa sakit di bagian ini?" Tanya Annisa dengan menunjuk pada bagian Lutut yang sebelumnya dia tempelkan plester.

Yasmin pun menggelengkan kepala, masih dengan wajah sendu.

"Apa kau mau ini ?" ucap Annisa dengan menyodorkan sebuah Lolly pop yang dia ambil dari dalam tas ranselnya.

Yasmin pun menerima dengan wajah berbinar. Begitu juga dengan Annisa yang seketika tersenyum bahagia melihat gadis kecil di hadapannya tidak jadi bersedih.

"Sudah ya jangan Sedih lagi, Ohya, kakak janji jika lain kali kita bertemu, kakak akan traktir Yasmin ice cream" Ucap Annisa lagi.

"Benarkah ?" Tanya Yasmin penuh semangat, dan Annisa menganggukkan kepala, dengan senyum manis di balik cadar yang dia kenakan.

Setelah melihat Yasmin yang kembali ceria, Annisa pun berpamitan kepada Yasmin dan dua pengasuhnya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Awalnya Yasmin menolak, dan ingin ikut Annisa namun setelah di bujuk oleh dua pengasuhnya akhirnya Yasmin menurut dan tidak lagi memaksa untuk ikut Annisa.

***

Berada di apartment kecil miliknya, Annisa merebahkan tubuhnya di kasur berukuran sedang tersebut, kasur yang mungkin hanya muat untuk satu orang saja.

Setelah cukup mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah, Annisa segera melepas baju dan hijab yang dia kenakan, membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya, kemudian melaksanakan sholat isya yang sempat tertunda.

Begitu khusyu Nissa melaksanakan sholat, hingga tanpa terasa tiga puluh menit sudah berlalu, Annisa kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur minimalis nan empuk tersebut.

Annisa harus kembali segar esok hari karena dia akan bertemu dengan seseorang Prof. untuk kegiatan mengkonsultasikan Tesis yang sudah hampir 90% siap. Meski dengan tubuh yang terasa sangat lelah, menempuh perjalanan berjam-jam lamanya, namun Annisa selalu semangat menjalani aktifitas apapun yang dia lakukan saat itu.

Tring Tring Tring

Dering telepon yang terdengar kembali membangunkan Annisa dari tidur nya yang juga masih belum nyenyak.

"Ummi ?" gumam Annisa.

Segera Annisa menggeser layar Handphone miliknya, dan menggeser ikon tanda hijau disana.

"Assalamualaikum Ummi" Ucap Annisa dengan suara lembut.

"Waalaikumsalam Nak, Apa kamu sudah sampai Nis ?, Bagaimana Perjalananya ada masalah kah ?" tanya Ummi Fatimah pada putrinya.

Mendengar pertanyaan Random orang tuanya membuat Annisa menyunggingkan senyum di bibir manisnya " Alhamdulillah Ummi, Annisa Baik-baik saja, dan ini sudah di Apartemen kok Mi" Ucap Annisa dengan suara lembut.

"Ummi tidak perlu khawatir, InshaAllah Annisa bisa jaga diri " Ucap Annisa lagi

"Syukurlah kalau begitu, Alhamdulillah kamu sudah sampai, Ya sudah Ummi tutup telponnya Nis, kalau ada apa-apa langsung kabari ummi ya"

"Assalamualaikum" Ucap Ummi Fatimah dengan menutup teleponnya

"Waalaikumsalam Ummi" Jawab Annisa dengan menganggukkan kepala.

Ummi Fatimah tahu jika pasti Annisa sangat kelelahan setelah menempuh perjalanan Indonesia ke Dubai, jadi tidak ingin berlama-lama dalam sambungan telepon. Mendengar kabar jika Annisa sudah sampai dan dalam kondisi baik saja sudah membuat Ummi Fatimah bahagia.

***

Pagi hari.

Suasana sejuk terasa di negara yang menyimpan sejuta pesona, tinggal di wilayah Sheik Khalifa Bin Zayed Street, Asharej, Al Ain, Abu Dhabi, United Arab Emirates, yang merupakan wilayah dekat dengan kampusnya, sehingga hal itu membuat Annisa hanya perlu berjalan kaki untuk menuju kampusnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Annisa, lima belas menit berjalan akhirnya Annisa sudah berada di kantor sang dosen. Mengkonsultasikan hasil pekerjaan yang dia buat selama di Indonesia.

Annisa yang memang mahir dalam berbahasa Arab maupun bahasa Inggris membuat dia tidak kesulitan memahami apa yang di ucapkan oleh sang dosen.

***

Terima kasih sudah berkenan membaca Novel Author, semoga Menghibur para Reader semua.

Jangan Lupa Untuk selalu Memberikan Like dan Komentar Terbaik Ya, Dan jangan Lupa Vote nya ya 🤗🥰🙏🙏

2. Pertemuan Kedua

Selesai dengan kegiatan konsultasi, Nissa memilih segera merevisi beberapa kesalahan di dalam tesisnya. Karena jika hal ini di tunda bukan Hanya tidak akan cepat selesai, namun sudah pasti Nissa akan lupa dengan ucapan sang dosen dan arahan-arahan yang diberikan.

Tujuan Annisa kali ini adalah Sebuah taman kota yang sangat sejuk, disana Annisa bisa leluasa untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Karena memang saat ini Annisa sudah tidak memiliki jam perkuliahan lagi, hanya perlu untuk menyelesaikan tugas akhir untuk program Master nya. Dan kembali ke tanah air untuk mengabdikan dirinya dengan ilmu yang telah dia peroleh.

Duduk di sebuah bangku panjang di pertengahan taman tersebut, membuat Annisa merasa nyaman dan tenang, terlebih hari itu suasana tidak begitu ramai. Karena biasanya taman itu akan penuh dengan Anak-anak dan para orang tua yang sekedar ingin bermain atau menikmati suasana sejuk taman.

"Mommy...!" Sebuah suara anak kecil yang begitu memekakkan telinga.

Brug.

Seorang anak kecil yang seketika menubruk tubuh Annisa , Beruntung laptop yang di bawa Annisa tidak terjatuh karen kencangnya anak kecil tersebut menabraknya dirinya.

"Yasmin ?" Panggil Annisa setelah mengetahui sosok yang menabraknya adalah gadis kecil yang dia temui di bandara semalam.

Gadis kecil yang juga tidak sengaja menabrak dirinya saat itu, hingga menciptakan sebuah luka kecil di lutut nya. Bahkan luka di lututnya belum kering pun, dia sudah kembali menabrak Annisa.

"Mommy !" Ucap Yasmin lagi dengan menatap lekat mata Annisa.

"Mommy " Gumam Annisa lirih dengan mengerutkan dahi.

"Yasmin , No ! Jangan panggil kakak seperti itu , Kakak tidak akan suka !" Ucap salah seorang pengasuh yang tiba-tiba muncul, setelah berlarian mengejar Yasmin.

"No !, Okay !" Pinta sang pengasuh lagi.

Mendengar hal itu Yasmin pun Menundukkan kepalanya, dengan wajah sendu yang jelas terlihat disana.

"Maafkan Sikap Yasmin, Nona, saya harap Nona tidak tersinggung, dia hanya anak kecil" Ucap salah satu pengasuh lainya dengan suara sopan.

Kemudian dua pengasuh tersebut meraih tangan Yasmin yang memeluk tangan Annisa dengan erat.

"Mommy" Ucap Yasmin dengan mata berkaca-kaca mengharap Annisa akan mengasihaninya.

Beberapa kali sang pengasuh meraih tangan Yasmin, namun berkali-kali juga Yasmin mengibaskan tangannya, menolak ajakan sang pengasuh.

"Yasmin " Panggil Annisa dengan suara lembut.

Mendengar namanya di sebut dengan suara lirih dan lembut, membuat Hati Yasmin berbunga, dan seketika wajahnya berbinar penuh semangat.

"Benar kata mbak, Yasmin tidak boleh memanggil Kakak dengan sebutan Mommy " Ucap Annisa lirih memberi penjelasan.

Yasmin pun kembali Menundukkan kepalanya, memperlihatkan kesedihan di wajah imutnya, kesedihan yang saat itu juga membuat hati Annisa merasa kasihan.

"Maksut kakak begini" Ucap Annisa dengan menjeda kalimatnya.

Memberikan usapan lembut pada gadis di hadapannya.

"Jadi begini, Jika Yasmin Memanggil kakak dengan sebutan Mommy, nanti Mommy nya Yasmin bisa marah" Ucap Annisa lembut.

"Atau mungkin saja Yasmin akan di marahi Mommy karena hal ini" Ucap Annisa memberi pengertian pada Yasmin

Sejenak suasana menjadi hening, dengan hanya terdengar Isak tangis dari wajah kecil tersebut, masih dengan posisi kepala menunduk.

"Tapi Mommy Sudah di surga !, Apa orang yang sudah di surga bisa marah !" sergah Yasmin kemudian

Annisa pun terdiam dan kemudian membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Seketika kedua bola matanya membulat sempurna, menatap gadis kecil di hadapannya.

"Katakan apa Mommy Bisa marah ?" ucap Yasmin

"Yasmin bahagia kalau Mommy bisa marah kepada Yasmin !, Karena berarti Mommy masih di sini dengan Yasmin !" Teriak Yasmin dengan mata berkaca-kaca.

Gadis kecil yang begitu pandai berbicara, meluapkan kesedihan dan isi hatinya pada orang-orang yang ada di sekitarnya, dan hal itu pun membuat Annisa merasa terkejut.

Annisa pun saat ini memahami situasi yang tengah dialami oleh gadis kecil dihadapannya. Ternyata dia memanggilnya dengan sebutan Mommy bukan tanpa alasan.

Nyatanya gadis kecil di hadapannya itu tengah sangat merindukan sosok ibu, yang mungkin saja, surga yang dia maksut karena sang ibu telah meninggal.

"Yasmin " Panggil Annisa dengan suara lembut, kemudian membingkai wajah gadis kecil di hadapannya dengan kasih sayang.

Tatapan keduanya sejenak beradu, Jelas terlihat oleh Annisa jika gadis kecil dihadapannya tengah bersedih, dengan Isak tangis serta air mata yang membanjiri wajahnya.

Annisa lalu meletakkan laptopnya di bangku panjang tempat dimana dia duduk, kemudian mengangkat tubuh gembul gadis kecil berusia kurang lebih empat tahun itu.

Mendudukkannya di atas pangkuan, memeluk dan mengusap lembut rambut panjang Yasmin.

Beberapa saat berada dalam dekapan Annisa, Yasmin pun merasa tenang, tidak lagi ada Isak tangis, dan air mata yang membasahi pipinya.

"Apa kakak akan marah jika aku memanggil kakak dengan kata Mommy ?" tanya Yasmin dengan suara terbata-bata akibat tangis yang masih terasa menyesakan dada.

Annisa pun seketika tersenyum dibalik cadar yang dia kenakan, kembali memberikan usapan lembut di rambut gadis kecil tersebut.

Setelah beberapa saat, Annisa pun menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Yasmin padanya.

"Yasmin boleh memanggil kakak dengan Kata Mommy ?" Ucap Yasmin lagi untuk memastikan pada Annisa dengan wajah berbinar.

"Tentu saja !" Jawab Annisa dengan menganggukkan kepala. Menyetujui permintaan gadis kecil di pangkuannya.

"Eit, tapi ada syaratnya !" Ucap Annisa , seketika membuat perubahan pada raut wajah Yasmin

"Syaratnya, Yasmin tidak boleh sedih lagi, dan harus nurut sama Daddy dan Embak Ya" Ucap Annisa lembut ,dengan wajah menatap gadis yang berada di pangkuannya.

Yasmin pun menganggukkan kepala, menerima syarat yang diberikan oleh Annisa dengan binar bahagia menghiasi wajah kecilnya.

"Hore ! " Ucap Yasmin dengan turun dari pangkuan Annisa

Meloncat, berlari, menari, dan berteriak sesuka hati

"Hore !"

"Hore !"

"Asyik, Yasmin punya Mommy, Yasmin Punya Mommy !" Teriak gadis kecil yang berada di hadapannya dengan melompat kegirangan.

Hal itu pun tidak luput dari pandang mata Annisa, Seketika sudut mata Annisa menghangat dan meneteskan air mata dari sudut mata indah tersebut.

Sejenak suasana menjadi sangat emosional, hingga beberapa kali Annisa harus kembali menyeka air matanya yang terus saja mengalir.

"Terima kasih Nona, Anda sangat baik" Ucap salah satu pengasuh Yasmin yang berdiri di sampingnya.

Hal itu seketika membuyarkan Fokus Annisa yang menatap Yasmin lekat, gadis yang masih dalam suasana hati bahagia, melompat dan berlari kesana kemari, merayakan kebahagiaan karena telah memiliki mommy baru.

"Eh Mba, duduk sini" Pinta Annisa pada sang pengasuh, karena satu pengasuh lainya mengawasi Yasmin yang masih berlarian.

Pengasuh yang saat itu di ketahui bernama Asih, bekerja pada sang majikan sejak Yasmin lahir, Dan saat itu lah mulai dipekerjakan sebagai pengasuh gadis kecil tersebut.

Namun saat usia Yasmin 3 tahun, sang ibu mengalami sakit parah, diketahui mengalami Penyakit kangker darah, hingga nyawanya tidak dapat di selamatkan, dan terhitung gadis di hadapannya itu telah satu tahun kehilangan sosok ibu.

"Nona Yasmin itu sebetulnya sangat penurut, baik, dan periang, hanya saja setelah kepergian sang ibu karakternya sedikit berubah, susah di atur, dan kadang emosinya tidak stabil Non" Ucap Asih dengan wajah menatap Yasmin disana.

"Benarkah ?" ucap Annisa.

"Iya Non, tidak ada yang bisa mengendalikannya ,selain Daddy nya" Ucap Asih lagi, dengan wajah sedih.

Annisa tampak menghela nafas panjang memahami situasi yang di alami dan di rasakan oleh Yasmin saat ini.

"Apakah Yasmin hanya tinggal bersama Daddy nya saja mba?" Tanya Annisa kemudian

Asih pun merubah posisi duduknya menghadap Annisa, " Sebenarnya ada kakek dan neneknya Non, hanya saja terhadap keduanya pun Yasmin sama saja, tidak pernah menurut" Ucap Asih.

Annisa pun menganggukkan kepala mengerti dengan ucapan sang pengasuh.

"Karena itu non Kemanapun Daddy nya pergi, Yasmin akan selalu ikut" Ucap Asih lagi.

"Sebenarnya saya kasihan dengan Yasmin, gadis sekecil itu harus di bawa ke luar negri setiap kali Daddy nya ada tugas pekerjaan" ucap Asih.

Annisa pun menganggukkan kepala menanggapi penuturan yang di sampaikan oleh pengasuh dari Yasmin tersebut.

"Mommy !" Teriak Yasmin dari jarak yang lumayan jauh, dengan melambaikan tangan penuh kebahagiaan.

Annisa pun membalas dengan melambaikan tangan pada Yasmin. Dengan senyum yang tertutup oleh cadar yang dia kenakan.

"Tapi Sejak pertemuan semalam dengan Nona Annisa, Yasmin sangat bahagia, dan sangat berharap bertemu lagi dengan Nona" tutur sang pengasuh.

"Benarkah ?" Tanya Annisa dengan mengerutkan dahi.

"Saya juga heran non, ini pertama kalinya Nona Yasmin begitu menyukai orang yang baru dia kenal" Ucap asih

Asih yang merupakan perawat sekaligus pengasuh dari Yasmin jelas sangat mengetahui karakter dari Nona kecilnya tersebut.

Dimana Yasmin akan sangat antipati terhadap orang yang baru dia kenal, terlebih orang itu terasa asing baginya.

"Tapi dengan Nona Annisa , Yasmin langsung suka, bahkan memanggil Nona dengan kata Mommy" Tukas asih dengan memandang Annisa sopan.

Annisa pun mengerutkan dahi, tampak berfikir dan memahami ucapan sang pengasuh.

"Terima kasih Nona sudah mengembalikan keceriaan Nona kecil kami" Ucap asih sopan pada Annisa.

"Dan terima kasih karena Nona Annisa mau di panggil Mommy oleh Nona Yasmin" ucap sang pengasuh lagi.

Annisa pun hanya tersenyum di balik cadar yang dia kenakan. Mengangkang kepala sopan.

"Tidak masalah Mba , Nissa juga bahagia melihat keceriaan Yasmin" Ucap Annisa dengan wajah berbinar.

***

...Assalamualaikum ...

Selamat Datang di Novel ke 4 Author Semoga terhibur dengan tulisan saya meski masih jauh dari kata Layak.

Sebelumnya Author ucapkan Banyak terima kasih yang sudah bersedia membaca Tulisan saya, Namun disini saya juga ingin menyampaikan sepatah dua patah kata isi hati saya.

Mohon untuk kakak kakak semua yang merasa novel saya ini tidak layak, tidak menarik Silahkan tinggalkan saja, Tidak perlu memberikan like , Komen ataupun penilaian dan bintang berapapun.

Penilaian kakak yang mungkin berupa bintang 1, 2 , 3 atau 4 sejujurnya cukup meresahkan di hati dan karya saya.

Jujur saya sangat Down, di beberapa tulisan saya ada yang dengan sengaja membuat penilaian buruk 🙏. Entah karena tujuan apa, tentu hanya Allah semata yang mengetahuinya 😭

Jujur Sedih.

Saya tidak meminta Kakak kakak Readers semua untuk membaca buku saya, kalau suka silahkan baca kalau tidak suka mohon tinggalkan saja.

Mohon Bijaklah dalam menggunakan jari jempol anda 🥰🥰🥰🙏🙏🙏

Selamat Membaca Maaf udah dibikin Galau karena curhat Tan Author.

3. Kemarahan Emran Al-Fatih

..."Hidup bukan hanya tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, Tetapi tentang Menghargai apa yang kita miliki"...

...🍁...

"Yasmin !" Panggil Annisa dengan suara lembut, serta lambaian tangan pada Yasmin yang masih berlarian.

Mendengar namanya di panggil, Yasmin pun menurut dan menghambur pada Annisa yang masih duduk di bangkunya semula.

"Mommy" Ucap Yasmin dengan nafas terengah.

"Yasmin mau Ice Cream?" Tanya Annisa ketika gadis kecil tersebut berdiri tepat di hadapannya.

Yasmin pun menganggukkan kepala penuh semangat, menyetujui ajakan Annisa.

Melihat binar bahagia di wajah Yasmin membuat Annisa pun merasa bahagia. Segera Annisa mengemas laptop dan barang lain yang sebelumnya dia keluarkan, dan kembali di tata dalam tas miliknya.

"Ayuk " Ajak Annisa dengan suara lembut, meraih pergelangan tangan gadis kecil di hadapannya. Yasmin pun menganggukkan kepala

Berjalan menuju tempat penjual ice cream yang ada di sekitaran taman, tidak butuh waktu lama , mereka telah berada di depan Penjual ice cream.

Tidak hanya satu, tapi Annisa memesan empat buah ice cream untuk dirinya, Yasmin, dan dua pengasuh Yasmin yang setia menemani keduanya.

Kembali duduk di bangku taman, menikmati setiap ice cream yang masuk kedalam mulut, Yasmin merasa sangat bahagia.

"Mommy" Ucap Yasmin dengan mulut belepotan .

"Em" Jawab Annisa singkat.

Melihat wajah berantakan dari Yasmin membuat Anisa terkekeh kecil

"Sini Mommy, Lap mulutmu " Ucap Annisa dengan mengusap lembut mulut Yasmin.

"Mommy" Panggil Yasmin lagi.

"Iya Sayang" Jawab Annisa dengan suara lembut.

"Mommy tau ?, ini adalah ice cream Ter enak yang Pernah Yasmin makan" Ucap Yasmin dengan celotehan manja.

Kedua pengasuh Yasmin pun bahagian melihat keakraban diantara Annisa dan Yasmin, Terlebih Yasmin begitu menurut dengan apa yang dikatakan Annisa padanya.

Hingga mungkin saat ini adalah pertama kali dalam sejarah, kedua pengasuh itu tidak begitu kerepotan dan kelelahan dengan tingkah Yasmin.

"Benarkah ?" Tanya Annisa kemudian.

Dan Yasmin mengangguk penuh semangat, mengiyakan apa yang di tanyakan Oleh Annisa.

"Karena Yasmin , Makan Ice Cream sama Mommy" Ucap Yasmin dengan suara manja.

Mendengar hal itu Annisa tersenyum dan kemudian mengusap lembut puncak kepala Yasmin.

"Kalau begitu Mommy akan belikan Yasmin ice cream setiap hari " Ucap Annisa dengan menatap lekat wajah Yasmin.

"Yasmin !!" Suara bariton yang terdengar begitu memekakkan telinga setiap 9rang yang mendengar.

Yasmin yang merasa dipanggil pun seketika mendelik ketakutan, hingga dirinya beringsut, mendekati Annisa.

Seorang laki-laki dengan stelan jas hitam datang menghampiri mereka, berperawakan tinggi 187 cm dengan, wajah super tampan , tubuh tegap, dan atletis, serta kulit putih nan bersih.

Itulah kesan pertama yang mungkin di tangkap oleh Annisa sebelum dirinya Menundukkan wajah.

"Siapa yang menyuruhmu memakan, makanan ini !" Suara yang terdengar begitu menakutkan terdengar dari telinga orang yang ada di dekatnya.

Yasmin yang menyadari kemarahan dari ayahnya pun semakin mendelik ketakutan, dengan menyembunyikan wajahnya menggunakan Baju gamis panjang yang Annisa kenakan.

Emran Al-Fatih, Ya itulah sosok dari Daddy Yasmin yang terkenal Arogan, namun di sisi lain juga sangat dingin , Seorang CEO dari Emran Group, Merupakan duda dengan anak satu.

"Yasmin !" Teriak Emran lagi. Dengan dada yang naik dan turun memperlihatkan betapa dirinya sedang sangat marah.

Annisa pun di buat kaget dengan teriakan dari Emran yang begitu memenuhi telinganya.

"Tu-tuan Saya mohon jangan berteriak seperti itu pada Yasmin" Ucap Annisa pada Emran, namun dengan sorot mata ke arah bawah.

"Apa hak mu mengatakan itu ?" Tegas Emran lagi masih dengan suara bariton nya.

Anisa mendongakkan wajahnya, namun dengan sorot mata Melihat kebawah, "Tuan !, Saya memang tidak memiliki hak apa pun, namun Lihatlah dia begitu ketakutan Mendengar suara anda !" Ucap Annisa tegas.

Suara tegas dari Annisa yang begitu saja keluar dari mulutnya, tidak terima melihat Yasmin yang di bentak oleh Ayah kandungnya sendiri, Gadis yang baru beberapa saat lalu memanggilnya Mommy, hingga hati Annisa merasa tergerak untuk melindungi gadis tersebut.

Emran pun hanya menatap lekat wajah Annisa yang tertutup cadar dengan tatapan nyalang, penuh kemarahan.

"Jangan marah pada Mommy, Daddy" Pinta Yasmin, yang akhirnya keluar dari balik gamis yang dikenakan Oleh Annisa.

"Cih, Mommy!" Sergah Emran dengan tatapan sinis.

"Bahkan Kau memanggilnya Mommy?" Ucap Emran kemudian

Yasmin pun menganggukkan kepala, menatap sang ayah dengan wajah takut, dan sorot mata yang telah berembun.

Melihat putri kecilnya bersedih membuat Emran merasa bersalah, terlebih melihat mata indah sang putri yang kini telah meneteskan buliran bening.

"Sayang maafkan Daddy" Ucap Emran dengan berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Yasmin.

"Mommy !" ucap Yasmin dengan mendongakkan wajahnya.

"Sayang, Jangan Berlebihan !" sergah Emran lagi

Dan hal itu kembali membuat perubahan pada wajah cantik Yasmin.

"Kau !, jaga sikapmu !, Dan aku sangat tidak menyukai putriku menyebutmu dengan kata itu !" ucap Emran dengan menunjuk wajah Annisa yang menundukkan Pandangan.

Annisa yang mendengar hal itu hanya menghela nafas, dan menghembuskannya kasar.

"Tuan , Saya tidak pernah memintanya" Tegas Annisa

"Saya hanya ingin membuat Yasmin Merasa bahagia dengan apa yang ingin dia lakukan" Tukas Annisa

"Daddy, Jangan marah pada Mommy, Yasmin yang minta Mommy untuk menjadi Mommy Yasmin!" Ucap Yasmin membela Annisa.

Emran pun hanya terdiam mendengar penuturan dari dua orang di hadapannya.

Sementara dua Pengasuh Yasmin masih dibuat merinding dengan suara keras dari Emran sebelumnya. Suara yang begitu menakutkan dan terasa mematikan gendang telinga orang yang mendengarkan.

Meski gemetar menahan rasa takut nyatanya kedua pengasuh tersebut juga tidak luput dari amukan Emran.

"Apa dua orang seperti kalian tidak cukup menjaga seorang anak kecil ?" Tanya Emran dengan suara keras.

"Atau aku perlu mencari pengganti kalian !" Ketus Emran.

"Ti-tidak tuan, Maafkan kami" Ucap Asih dengan suara bergetar dan membungkukkan badan.

"Please Dad, No !" pinta Yasmin pada sang ayah agar berhenti marah-marah.

"Bawa Yasmin kembali ke mobil !" Tegas Emran Pada kedua asisten ya.

Segera Asih dan satu rukan nya menggendong Yasmin kembali ketempat dimana Emran sebelumnya memarkirkan mobilnya.

Emran yang sebelumnya melakukan sebuah pertemuan dengan rekan kerjanya di sebuah restoran tidak jauh dari Yaman tersebut, kemudian meminta kedua pengasuh Yasmin untuk mengajak Yasmin bermain di taman.

"Stop !" Ucap Yasmin menghentikan langkah kedua pengasuhnya.

Annisa dan Emran pun menoleh bersamaan pada Yasmin yang telah berjalan beberapa langkah bersama sang pengasuh.

"Mommy" Ucap Yasmin setelah berlari menghampiri Annisa

Annisa pun berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Yasmin, "Ya sayang" ucap Annisa kemudian, dengan senyuman manis di balik cadar yang dia kenakan.

"Mommy, boleh Yasmin Minta Nomor handphone Mommy" Ucap Yasmin dengan raut wajah memelas.

"Apa kau akan menghubungi Mommy?" Tanya Annisa dengan suara lembut. Dan Yasmin pun mengangguk penuh semangat.

Anisa segera berdiri, mengambil sebuah kertas dari dalam tasnya, dan segera dia menuliskan nomor handphone miliknya, kembali berjongkok untuk menyerahkan kertas tersebut pada Yasmin.

Namun belum sempat Yasmin menerimanya , Emran telah lebih dulu Mengambil kertas tersebut, meremas dengan wajah penuh amarah.

"Daddy!" Teriak Yasmin dengan penuh kemarahan dan tangis yang kembali pecah.

"Bawa Dia kembali !" Ucap Emran Keras pada dua pengasuh nya itu.

Dengan langkah seribu Asih dan rekanya, kembali menggendong Yasmin dan membawanya ke mobil, tidak lagi menghiraukan tangisan pilu Yasmin yang meminta untuk di turunkan.

Menangis, meronta , bahkan beberapa kali Yasmin memukul punggung pengasuh ya untuk meminta di turunkan, namun lagi-lagi rasa takut pada sang majikan membuat kedua pengasuh itu mengabaikan Gadis kecil mereka.

Annisa yang melihat sikap Emran pun hanya tersenyum getir, dengan menyeka Air mata yang tiba-tiba saja membasahi cadar yang dia kenakan.

"Kau !" Panggil Emran dengan telunjuk mengarah pada Annisa.

Tatapan tajam, mematikan yang di perlihatkan Emran pada Annisa, namun tidak sedikitpun membuat Annisa merasa takut.

"Jangan pernah mencuci otak Putri ku !" Ketus Emran dengan tatapan tajam.

Annisa hanya tersenyum kecil mendengar pernyataan dari Emran.

"Selain galak, ternyata anda lucu juga ya orangnya " Ucap Annisa dengan suara datar.

Mendengar hal itu Emran semakin di buat kesal pada gadis di hadapannya itu, Terlebih sikap yang dia anggap tidak sopan, dengan tidak memandang lawan bicaranya.

"Bagaimana saya bisa mencuci otak Yasmine, Sementara yang selalu bersama dia adalah anda tuan !" Ketus Annisa dengan suara datar.

Emran semakin di buat kesal dengan perkataan yang maru saja dia dengar.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!