"Menjauh lah dariku, kamu tidak benar benar mencintaiku ! Aku bukan wanita taruhan ,aku punya perasaan! "
Hasna menangis sambil mengakhiri panggilan dari Ozza.
"Hasna, halo Hasna. Aku bisa jelaskan. Semua tidak seperti yang kamu kira ! Hasna .. halo..."
Ozza berusaha menjelaskan kebenaran yang tidak di ketahui oleh Hasna.
Satu bulan lalu dia memang melakukan pertaruhan konyol dengan teman kuliahnya dan menjadikan Hasna sebagai taruhan.
Kilas balik kisah Hasna dan Ozza
Ozza merupakan seorang laki laki yang terkenal suka gonta ganti pasangan alias playboy di kampusnya.
Sementara Hasna adalah gadis berhijab yang sangat pendiam dan kutu buku. Parasnya cantik walau tanpa polesan make up berlebih.
Dua pribadi yang sangat berbeda watak dan karakter.
"Seneng nih yang abis jadian.."
Mario sahabat Ozza menggoda sahabatnya yang sedang asyik memainkan ponselnya.
"Iya dong. Ozza..."
sahut si pecinta wanita itu.
"Ngomong ngomong itu cewek pacar kamu yang ke berapa Za?"
tanya Mario menyelidik.
"Ke , ke berapa ya? aku lupa ! Tapi kalau nggak salah dia yang ke tiga dalam minggu ini..."
jawab Ozza santai.
"Gila, seminggu dapat tiga? udah kayak beli baju aja..."
Mario menjawab sambil menggelengkan kepala.
Ozza pun tersenyum simpul mendengarnya.
"Aku sendiri juga nggak tau kenapa mereka mudah banget jatuh cinta sama aku, padahal aku juga nggak begitu merayu mereka. Cuma aku godain aja mereka langsung nyantol..."
tukas Ozza.
"Iya itu emang kamu nya aja salah ngerayu cewek ,"
sahut Mario.
"Maksud kamu?"
Ozza tidak mengerti maksud ucapan sahabatnya.
"Oke...aku kasih tantangan ya. Coba deh kamu godain si Hasna kemudian kamu pacarin dia, kalau berhasil aku berani bayar uang lima juta ! Tapi kalau kamu gagal, kamu ganti yang bayar lima juta ke aku. Gimana?"
jawab Mario.
"Hasna? gila? enggak , enggak !"
sangkal Ozza.
"Kenapa? kamu takut kalah?"
tanya Mario lagi.
"Enggak dong ! Di kamus Ozza tidak ada ceritanya di tolak sama cewek. Cuman, Hasna ini bukan tipeku bro..!"
tegas Ozza.
"Iya udah, kalau nggak takut terima aja tantangannya. Kann ini cuma buat taruhan.. jadi nggak perlu kamu suka beneran dan lihat tipenya"
tutur Mario.
Ozza belum menjawab, jujur saja hatinya ragu menerima taruhan itu. Selain karena Hasna bukan tipenya, Ozza juga mengakui jika memang dirinya khawatir cintanya akan di tolak oleh Hasna.
Selain akan di tolak, dia akan kehilangan uang lima juta hanya untuk taruhan konyol itu.
Namun jika Ozza tidak menerima tantangan Mario, maka reputasinya sebagai penakluk wanita akan buruk bahkan di cabut hanya gara gara Hasna.
"Hei, kenapa diam?"
seru Mario yang mengagetkan Ozza.
"Sampek segitu nya mikirin cewek kutu buku itu. Sepertinya kamu benar benar tidak berani menerima tantangan dariku "
Mario masih melanjutkan celotehannya.
"Siapa bilang? Oke aku terima tantangan kamu"
jawab Ozza yakin.
"Wiiiiih..mantab !! Gitu dong baru namanya playboy sejati."
sahut Mario sambil menepuk pundak sahabatnya.
"Tapi kamu harus beri waktu, masalahnya ni cewek beda sama cewek lain, dia itu cupu abis ,kutu buku dan berhijab ! Biasanya cewek kayak gitu nggak mau pacaran"
kata Ozza yang masih belum bisa membayangkan bagaimana caranya dia bisa menggoda Hasna, apalagi memacarinya.
"Duuh kayaknya ada yang mau mundur nih?"
Mario malah menggoda.
"Enak aja, Ozza pantang mundur kalau urusan cinta.."
jawab Ozza yang menjunjung tinggi harga dirinya sebagai pria sejati.
"Oke, aku kasih waktu kamu selama satu minggu ! Gimana?"
"Satu minggu ? jangan gila Ini Hasna bro ,bukan cewek lain."
sahut Ozza.
"Oke deh , maaf. Bakal aku tambah waktunya menjadi dua minggu. Berani? "
tanya Mario.
"No, masih kurang !"
jawab Ozza.
"Emmmmm, satu bulan deh, mentok. Kalau minta nambah, mending mundur aja."
tukas Mario sebagai penutup tawaran.
"Oke, aku terima !"
ujar Ozza yakin.
Tawar menawar soal waktu itu berakhir di masa satu bulan.
Ozza yang menerima tantangan tersebut bahkan belum bisa memikirkan bagaimana cara mendekati Hasna.
Sampai akhirnya dia terpikir untuk mencoba melakukan hal yang di sukai perempuan itu demi mendapat perhatiannya.
Ozza memilih untuk masuk perpustakaan, di sana adalah tempat favorit si kutu buku itu.
Ozza menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar. Satu pencapaian besar untuk Ozza jika mampu memasuki ruang perpustakaan dan betah bertahan satu jam di dalamnya.
Dia tapaki ubin demi ubin di ruang menyeramkan itu, hingga dia dapati Hasna duduk di antara deretan kursi kosong di sana.
"Sunyi sepi dan hening, bagaimana bisa perempuan itu betah berada di ruang seperti ini? apa mungkin Hasna punya kelainan?"
batin Ozza bertanya tanya.
Dia berjalan mendekat dan duduk tepat di bangku sebelah Hasna.
Merasa ada yang mendekati, Hasna bergeser kursi.
Namun ternyata Ozza kembali mendekat.
"Kamu mau apa? bukankah di sana banyak bangku kosong?" ucap Hasna.
Ozza tersenyum lalu menjawab,
"Maaf jika mengganggu, aku hanya ingin belajar dari kamu" jawab Ozza memelas.
"Belajar? Aku bukan guru juga bukan dosen" jawab Hasna.
"Tapi kamu perempuan yang sangat cerdas dan rajin membaca, kamu juga terkenal dengan nilai raport yang tinggi" ucap Ozza.
"Karena aku belajar, kamu juga bisa belajar" sangkal Hasna.
"Aku mau belajar sama kamu." Ozza kembali meminta.
"Maaf aku ada tugas kuliah" Hasna berkata lalu menghindar.
Tangan Ozza seketika menarik pergelangan tangan Hasna, dan segera di tangkis oleh wanita itu.
Sikap Hasna yang awalnya ramah dengan senyum di balik masker yang dia kenakan, kini berubah menjadi garang ketika Ozza dengan lancang menyentuh kulitnya.
Ozza berusaha mengejar namun Hasna semakin mempercepat lajunya. Menghindari pandangan miring dari beberapa mata , Ozza memilih berhenti mengejar ketika sudah keluar dari perpustakaan.
Tentu saja pria itu tidak ingin reputasinya sebagai playboy menjadi buruk jika terlihat mengejar wanita, apa lagi yang dia kejar adalah Hasna. Wanita berkerudung yang tidak modis dan kutu buku. Berbeda dengan selera Ozza sebelumnya, sexy dan sangat modis. Kalau urusan cantik, Hasna tak kalah cantik. Tapi memang kecantikan Hasna tidak di ekspose secara bebas.
Ozza mengusap rambutnya kasar ketika dia merasa gagal, ini kali pertama untuknya di acuhkan oleh wanita.
Sementara gelak tawa muncul di bibir sahabatnya yang mengetahui kejadian kejar kejaran tadi.
"Ha ...ha...ha... gitu doang bro? Lima juta melayang nih kayaknya " sindir Mario.
"Apaan sih? baru juga sehari," jawab Ozza kesal.
"Yakin nih ,satu bulan bisa kencan?" tanya Mario masih tetap dengan nada sindiran.
"Bisa dong. Ozza..." pria itu tidak mau kalah.
"Oke, kita lihat aja siapa yang kalah?" Mario masih tetap menggoda.
"Oke , siapa takut !" Ozza pantang menyerah.
Di rumah Hasna.
"Ada apa nak? kok pulang kuliah mukanya kusam begitu?" tanya bu Farida ,bunda Hasna.
"Iya bun, aku lagi kesel sama orang" jawab putrinya.
"Perempuan?" tanya bu Farida.
Hasna menggeleng.
"Berarti laki laki?" bu Farida kembali menebak.
Kali ini Hasna mengangguk.
"Hati hati, dari kesal bisa jadi rindu. Dan dari benci bisa jadi cinta loh."
"Bunda apaan sih? siapa juga yang rindu?" jawab Hasna kesal.
Bu Farida hanya tersenyum menanggapi ucapan putrinya.
"Putri bunda ternyata sudah besar dan sudah ada rasa untuk lawan jenis"
"Iih bunda , kok malah godain Hasna sih?" Hasna berkata dengan bibir mencebik.
"Iya, iya, maaf ! cerita deh sama bunda kenapa kamu kesal sama dia?" tanya bu Farida serius.
" Dia tadi dekatin Hasna terus minta di ajari gitu sama Hasna, ya Hasna bilang aja kalau Hasna bukan dosen" kata gadis berkerudung itu.
"Loh apanya yang salah nak? Berarti bagus dong dia ngajak belajar bareng." jawab bu Farida, dengan melempar pertanyaan.
"Bukan belajarnya yang bikin Hasna kesal bun, tapi orangnya, dia itu playboy sampai suka ganti ganti pacar" ucap Hasna dengan wajah masam.
Bu Farida tersenyum mendengar cerita putrinya, namun kemudian memberi pertanyaan.
"Nak, apa kamu tahu apa arti dari sebuah kebaikan dan orang baik?" bu Farida duduk di sebelah putri ya.
"Ya , kebaikan itu sesuatu yang baik, dan nggak nyakitin orang lain. Dan orang baik ya berarti pelakunya. Orang yang ngelakuin sesuatu yang baik dan orang yang nggak nyakitin orang lain" jawab Hasna.
"Ada yang kurang ..." kata bu Farida.
"Kurang? apa bun?" tanya Hasna.
"Kurang lengkap, selain nggak menyakiti orang lain, orang baik itu mampu membawa kebaikan juga untuk orang lain. Bisa merubah seseorang menjadi lebih baik, jadi orang yang buruk itu harus kita rangkul dan kita bawa ke jalan kebaikan jika mampu. Bukan malah memusuhinya, terlebih jika mereka memang mempunyai niatan untuk menjadi lebih baik. Maka itu akan menjadi tanggung jawab kita loh nak..." tukas bu Farida .
"Begitu ya bun?" tanya Hasna kemudian.
"Iya, kamu boleh tidak menyukai sikap atau sifat seseorang, tapi cukup kelakuannya saja yang kamu benci, jangan orangnya. Kalau bisa malah kita ajak dia ke arah kebaikan," tutur bunda Hasna kepada putri bungsunya.
Hasna punya dua orang kakak perempuan dan sudah menikah. Kini tinggal Hasna yang tinggal bersama orang tuanya.
"Jadi apa yang harus Hasna lakukan bun?" tanya gadis lugu itu.
"Kamu harus berusaha memberi kesempatan dia untuk belajar, siapa tahu kelak dia bisa merubah sifat buruk nya yang suka ganti ganti pacar." jawab bu Farida.
Hasna berusaha mencerna ucapan bundanya, walaupun dia sangat keberatan jika harus berdekatan dengan Ozza.
"Tapi ingat, karena kamu perempuan dan dia laki laki...tentunya ada batasan batasan yang harus kalian jaga" tutur bu Farida kemudian.
Hasna mengangguk sambil terus memahami ucapan bundanya.
Di kampus, Hasna memang di kenal pendiam dan tidak banyak bergaul dengan teman temannya. Waktu istirahat nya hanya dia habiskan di perpustakaan. Penampilannya pun sederhana, berkerudung dan selalu mengenakan masker.
Namun ternyata kepribadian Hasna berbanding balik ketika di rumah.
Dia adalah sosok periang yang kadang suka manja dan suka bercerita. Bu Farida adalah bunda sekaligus sahabat terdekatnya.
Dulu kedua kakaknya yang selalu menjadi teman setianya, namun ketika mereka sudah menikah Hasna hanya bisa berbagi dengan ibunya.
Keesokan paginya,
Hasna berpamitan kepada ayah bundanya untuk pergi ke kampus.
"Hasna berangkat dulu yah, bun..." ucap gadis itu sambil mencium tangan keduanya.
"Hati hati nak" ujar ayah Hasna, pak Budi.
"Iya yah. Assalamualaikum." Hasna melemparkan sebuah senyuman sambil berjalan ke arah pintu.
Pemandangan hangat yang selalu terlihat di keluarga sederhana itu.
"Waalaikumsalam. Hasna, jangan lupakan pesan bunda kemaren ya " ucap bu Farida kepada putrinya yang sudah mulai menjauh.
"Siap bun" jawab Hasna dari kejauhan. Dia berangkat ke kampus dengan menaiki sepeda motor.
Sesampainya di kampus Hasna memarkirkan sepeda motor dan hendak berjalan menuju ke kelas. Ternyata langkahnya terhalang oleh Ozza yang sudah berdiri di depannya.
"Hai Hasna baru datang?" sapa Ozza basa basi. Dia tidak tahu bagaimana cara menyapa Hasna.
"Assalamualaikum, iya aku baru datang , aku masuk dulu, permisi." jawab Hasna lalu kembali melangkahkan kakinya ke kelas.
"Waalaikumsalam, Dih kok ditinggal. Hasna, tunggu.".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!