Hawa dingin memasuki bus melewati celah jendela. Gadis itu menatap ke arah jendela, pemandangan dari jendela membuat ia mengingat masa lalunya. Ia tidak sendirian, melainkan 2 orang petugas polisi juga mengawalnya. Gadis itu hanya terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kemana ia akan dibawa. Salah satu petugas mendatanginya dan memberikan satu stel pakaian. Ia meminta si gadis untuk mengganti pakaiannya. Jalanan yang awalnya ramai, kini menjadi sepi karena memasuki kawasan hutan. Semakin masuk maka keadaan juga semakin sunyi, hanya suara deru mesin dan suara gesekan daun saja. Hingga sampailah ia disuatu tempat yang tak ia ketahui.
Sebuah gereja tua kini berada di hadapannya. Setelah petugas membukakan borgol ditangannya, ia diminta untuk masuk karena seseorang telah menunggu kedatangannya. Terlihat bahwa gereja ini pun tidak terurus, dari rumput yang meninggi, tembok penuh daun menjalar dan terlihat usang. Kakinya berjalan menuju gereja tersebut dan mulai memasukinya. Tangannya menyentuh pintu tua yang berdebu dan terdapat sosok wanita yang kini duduk sambil membuka sebuah dokumen. Wanita itu menggunakan seragam polisi, ia menatap gadis yang berdiri diambang pintu dan tersenyum hangat padanya.
"Senang bertemu denganmu, Agnes. Duduklah, mari kita berbincang sembari menunggu temanmu datang."
Gadis yang dipanggil Agnes duduk disalah satu bangku menatap wanita itu dengan malas. "Aku menolak. Manfaatkan saja para kucing, kenapa kau memanggil tikus sepertiku ke sini."
"Rose, itu juga namamu kan? Atau Xiaonting? Atau Vender? Bagaimana aku akan menyebutmu, Queen?"
...----------------...
"Senior, bagaimana kau bisa meminta bantuan kepada mereka?"
Pria itu hanya tersenyum miring dan menyuruput secangkir kopi. Ia membiarkan wanita itu berceloteh sesuka hatinya dan mengeluarkan beberapa foto dari sakunya.
"Dia adalah Jun, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Dalam sehari, ia bisa menguasai 25 hingga 27 wilayah. Bukankah dia bukan orang biasa? Dipenjara selama 26 tahun dengan dakwaan pembunuhan, menjual barang-barang ilegal," ujarnya.
"Denara dan Dara. Sikembar yang lincah, teliti, dan sangat nakal. 23 tahun penjara, menjual barang ilegal dan pembunuhan. Mereka masih muda, tetapi entah memiliki pikiran darimana mereka mengakui perbuatannya." Pria tua itu tertawa dan menggelengkan kepalanya.
"Dia adalah Sam Nam, pria muda yang memiliki IQ yang tinggi. 3 tahun penjara, diusianya yang muda ia adalah seorang pembunuh berantai. Hasil test mengatakan bahwa dia adalah seorang psiko."
Wanita yang dari tadi memperhatikan hanya memutar bola matanya malas. Sejak tadi pria yang dikenal seniornya hanya menjelaskan tentang siapa yang ada di foto tersebut. Entah apa yang dipikirkan oleh atasannya hingga seniornya ingin meminta bantuan para narapidana.
"Gadis paling muda. Ia memiliki julukan The Rose Mouse, gadis cantik seperti mawar tapi berbahaya seperti tikus. Tidak ada yang tau apa yang ia pikirkan. 20 tahun penjara. Seorang manipulasi, penyamaran, hacker, mantan gengster dan mafia, gadis yang cerdik," potongnya.
"Penyamarannya sangatlah mulus, entah bagaimana ia menyamar. Tapi, aku merasa sedikit ganjal padanya. Selama penyelidikan ia tidak membunuh atau merampok. Dia cukup berbahaya, sering kali ganti identitas dan cukup cepat. Dia merupakan mafia, tapi dia juga seorang gengster, bukankah cukup membingungkan? Hm, kurasa dia bukanlah salah satunya. Aku tidak pernah menemukan identitasnya yang asli. Bahkan yang terlihat palsu pun sangat susah dideteksi apakah itu beneran palsu. Maka dari itu, karena tidak tau pasti siapa dia, maka ia memiliki julukan Rose Mouse," lanjutnya.
Pria itu tertawa lagi dan menatap junior yang ada disebelahnya. "Bukankah mereka benar-benar anjing yang akan mengoyak musuhnya?"
Ia tersenyum licik dan merubah ekpresinya menjadi serius. "Kemampuan Jun, kelincahan D'twins, kecerdasan Sam Nam, dan kepekaan Rose. Tidak ada satupun yang akan lepas dari mereka meski matahari tenggelam sekalipun."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Anggap saja ini adalah simulasi, tangkap pelakunya. Seperti yang kalian lihat, akhir-akhir banyak kasus pembunuhan. Dan korbannya adalah seorang wanita. Siapa yang mendapatkannya dahulu, maka masa kalian akan berkurang 5 tahun."
Gadis itu terpejam, menghembuskan nafasnya kesal dan mulai mengecek ponselnya. "Non, tehnya," ujar seorang wanita paruh baya sambil menghidangkan secangkir teh hangat.
Agnes mengangguk, ia mengambil teh yang sudah dihidangnya dan mulai meminumnya. Hangat, batinnya. Bersamaan dengan itu, seorang gadis dengan rambut panjang dan menggunakan piyama datang ke arahnya. Ia membawa laptop kemudian menujukkannya pada Agnes. "Bantuin gue, kak. Gue bingung, kalau gini kodenya apa," ujarnya.
"Sini, gue ajarin."
"Nes, lu udah lihat beritanya? Gila ya ni orang, bisa-bisanya dia ngebunuh cewe doang. Gangguan jiwa deh kayaknya. Lu pada, hati-hati. Terutama lu Win, lu meski cungkring tapi lu cakep. Awas lu," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
...----------------...
Mayat seorang wanita itu dibungkus rapi oleh petugas polisi. Korban kali ini seorang wanita yang usianya masih muda. Dikabarkan bahwa ia meninggal pada pukul 3 pagi. Itulah yang dikatakan oleh polisi ketika menjelaskan mengenai kasus ini. Tkp penuh dengan orang yang penasaran akan apa yang terjadi. Mereka berbisik dan menebak penyebab kematian wanita itu. Agnes berjalan memasuki TKP, melewati garis kuning dan menunjukkan kartu identitas kepada polisi.
Ia memasang wajah datar dan menarik resliting untuk melihat korban. Mayat terlihat pucat dan basah karena hujan serta terdapat luka tusuk di perutnya. Ia menutup dan berdiri, berjalan menuju tempat dimana korban terkapar. Garis putih menandakan bahwa korban mati dalam posisi duduk.
Denara datang dengan membawa beberapa foto korban. Ia juga membawa dokumen yang berisikan mengenai identitas korban. "Ini adalah korban yang ke 20, hanya luka fisik yang diterima. Beberapa bagian ditikam dengan pisau dapur, pisau berkarat. Ah, tidak! Kurasa bukan hanya benda tajam tapi ada benda yang lain, mungkin batu? Dilihat dari lukanya di bagian kepala, ia dipukul dari belakang dengan benda tumpul. Dara bilang ada bau besi ketika ia berada disekitar sini. Ah! Karena hujan hidung gue jadi tersumbat,” ujar Denara panjang lebar.
“Dimana Inspektur Mi?”
"Jangan tanya gue. Para jantan juga kaga tau mereka dimana," ujarnya sambil bicara dengan polisi.
Ia membaca identitas korban. Semua korban terlihat masih muda dengan latar belakang baik. Inspektur Mi sempat memberitahukan informasi mengenai korban, sempat adanya perlawanan sehingga lukanya tidak satu daerah saja. Gadis itu mengernyitkan dahinya ketika melihat foto para korban. Luka yang diterima para korban kebanyakan membuat tulang menjadi patah, atau lebih dari satu tusukan maupun luka. Tapi ada satu foto korban yang hanya menerima satu luka.
Agnes tersenyum miring, ia mulai mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol untuk menghubungi seseorang yang cukup berpengaruh dalam bidang ini. "Halo, paman. Senang mendengar suaramu, kau masih mengingatku?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa kabarmu, keponakanku sudah datang rupanya," ujar pria itu sambil memeluk tubuh gadis yang kini berdiri diambang pintu. Ia menyambut hangat dan menunjukkan wajahnya yang ceria. Gadis itu menghela nafasnya dan duduk di sofa ruang tamu.
"Paman, apa yang kau lakukan? Aku dengar kau terlibat dalam polisi, aku benar? Tidak, aku memang benar. Kenapa kau melibatkannya. Kau tidak akan mendapatkan apapun ketika kau sudah terjun ke sana."
"Yah, aku memiliki bukti, dan dia juga memiliki bukti yang cukup membuatku masuk penjara. Bukankah kita harus melakukan simbosis mutulisme?"
"Mutualisme, paman."
"Ah iya itu! Hah, sudah lama aku tidak belajar IPA, jadi lupa."
"Paman, apakah kakek meminta Paman Indra untuk menuntaskan kasus bullying?"
"Kau sudah dengar rupanya. Hah, laki-laki peyot itu, aku juga bingung. Entahlah, lagipun hanya besan saja tak perlu pusing. Kau sudah menemui kakek peyot itu?"
"Lusa aku akan menemuinya, selama itu berhentilah berbuat konyol, paman. Hei, awasi paman," ujar gadis itu kepada seorang pria yang diketahui bahwa dia adalah anak buah dari pamannya. Pria itu menghela nafasnya ketika keponakannya mengatakan demikian.
"Dasar wanita! Gak kecil gak besar sama-sama mengesalkan! Hei nak, kau akan ku pukul kalau mematuhi perintah keponakanku."
Terjerat dalam sel sudah menjadi kebiasannya ketika ia mencari tempat untuk istirahat. Tidak ada yang tau siapa ia sebenarnya. Mereka hanya tau bahwa dia adalah gadis cantik yang suka memanipulasi, melakukan pekerjaan berbahaya, serta seorang penyusup. Tak ada satupun yang tau pasti bagaimana wajah aslinya.
Dan tidak ada yang tau pasti, siapakah dirinya dan dimana ia berasal. Ia tidak sendirian, selama ini ia hidup bersama kakaknya dan pamannya. Orang tuanya meninggalkan hal yang diturunkan kepada putrinya untuk menjadi penerusnya.
Situasi membuat gadis kecil periang menjadi sosok yang dewasa di masa pertumbuhannya. Perasaan kalut setelah orang tuanya pergi meninggalkannya membuat ia berususan dengan hal kriminal. Pamannya adalah seorang gengster, tak pernah pamannya ingin bahwa keponakan kesayangannya menjadi seorang yang melakukan sesuatu yang lebih berbahaya darinya.
Terutama mengikuti jejak orang tuanya yang menjadi mata-mata. Namun diluar kendalinya, gadis kecil yang cerdas ini sudah mengerti cara membela diri dan melakukan sesuatu tanpa ada yang bisa menghalanginya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Hei, kau disini rupanya. Kenapa wajahmu seserius itu?”
Gadis itu masih diam membaca dan membiarkan pria bernama Jun itu berceloteh. Seakan tidak mendengar apapun, ia melacak cctv disetiap TKP kejadian. Ia menemukan si pelaku memakai jas hujan berwarna hitam, sepatu bot warna hitam, dan linggis ditangannya. Wajahnya tidak terlihat karena penerangannya sangatlah minim.
“Oi! Aku sedang bicara denganmu.”
“Hujan.”
Gadis itu menoleh dan menatap rekannya yang dari tadi hanya duduk diam. Ia menatap lelaki muda dengan mengangkat alis sebelah dan terheran. “Maksudmu setiap hujan?”
“Hei dua psiko, apa maksud kalian hah?”
"Diamlah si paling tua."
Sam Nam menatap Jun dengan wajahnya yang datar. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Agnes. “Jika kita simpulkan mengenai kejadian ini, pelaku akan melakukannya disaat hujan. Setiap hujan akan ada pembunuhan. Dia ... Mungkin seorang psikopat. Bau amis darah ketika hujan akan sangat menyengat dan membuat candu bagi-”
“Dan dia menyerang orang yang lemah. Tingginya tidak sampai 170cm. Terlihat cara dia menyerang korban dan bagaimana ia menusuk korban dengan pisau,” ujar Dara yang baru saja datang. Ia duduk dan Denara mendekati gadis itu yang kini sedang melacak sesuatu.
“Hei, apakah ada kemungkinan bahwa pelaku seorang tukang kunci atau pandai besi?”
"Entahlah, tapi yang pasti sepertinya dia seorang pria. Ewh! Sungguh menyebalkan! Seandainya saja si pelaku adalah orang yang sudah tua, gue bakalan narik kumisnya!"
"Denara, apa kau menemukan sesuatu?"
"Yeah! Lu tau, pelakunya itu ceroboh, jorok, dan stupid!" ujar Denara sembari minum cula yang ia beli.
"Saat mayat terakhir diotopsi, dokter menemukan 3 helai rambut. Yah, sekarang sedang dianalisis, kita tinggal menunggu hasilnya. Dari rambutnya, seperti benar orang yang sudah tua. Karena salah satu warnanya putih, dan dua sisanya hitam pudar," jelas Dara. Denara hanya mengangguk dan Sam Nam mengotak atik CCTV yang ada.
"Agnes, kurasa kita harus bertindak sembari menunggu hasilnya. Kita tak bisa hanya diam menunggu kan?"
Agnes hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya. Ia mengeluarkan foto para korban dan menunjukkannya pada rekannya. "Apa yang kalian lihat setelah melihat foto ini?"
"Apa? Itu hanya foto korban saja," ujar Jun sambil memakan snack yang dibelikan oleh D'twins.
"Ck! Sudah kuduga kalian ceroboh! Lihat ini dan bandingkan dengan yang lain," ujarnya sambil menunjukkan foto yang terdapat satu tusukan dan foto dengan beberapa kali tusukan. Mereka terheran, apakah orang yang berbeda? Hujan pun turun dan waktu menunjukkan pukul 12 pagi. Mereka bertatapan satu sama lain dan sesegera mungkin menyusun rencana.
"Ayo, kita tangkap pelakunya!"
......................
Mereka berpencar untuk mencari pelakunya. Hujan yang awalnya hanya gerimis lama kelamaan mulai lebat. Jun kini sedang disebuah kedai yang berada di gang. Tanpa memakai payung atau jas hujan, ia masuk dalam keadaan basah. Langkahnya mulai memasuki kawasan kedai dan membuka pintu untuk masuk ke dalam. Bersamaan ia masuk, seorang pria dengan jas hujan berwarna biru tua keluar dari kedai.
Tak sengaja tangan Jun menyentuh jas hujan dan ada noda di tangannya. Jun mengernyit, ia melihat noda merah ditangannya. Ia menyadari dan mulai menghubungi yang lain.
"HEI! BERHENTI!!!" teriaknya, ia berteriak dan lari mengejar orang itu. Orang itu sadar bahwa ia ketahuan, langsung lari ketika mendengar suara Jun.
"BERHENTI! Hah, benar-benar! Dia membuatku kurus!"
Pria tersebut mulai mulai mengurangi kecepatan larinya dan keluar dari gang ketika ia merasa bahwa Jun tidak lagi mengejarnya. Namun, saat ia keluar dari gang, Jun memukulnya. Ia memukul pelaku tersebut dan mereka mulai berkelahi. Jun lengah, pria itu memukul dengan linggis tepat dibagian wajahnya dan lari ketika Sam Nam datang.
"Hah ... Cepat kejar sialan itu," ujar Jun sambil terengah menutupi rasa sakitnya. Sam Nam hanya menatap pelaku pergi, dan mengulurkan tangannya membantu Jun untuk bangkit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!