NovelToon NovelToon

Gadis Sebatang Kara

CHAPTER 1

Di sepanjang jalan, terlihat seorang gadis yang sedang berjalan mengenakan seragam putih abu yang sedikit lusuh. Gadis itu membawa tas sekolahnya yang hampir rusak dan menggendongnya di punggung

Wanita itu bernama Cinta yang ternyata masih duduk di kelas 11 SMK Saraswati, dia dikenal sebagai siswa yang ceria di sekolahnya. Tapi sebenarnya kehidupan Cinta tidak seperti yang di lihat oleh teman-temannya, dia memiliki kehidupan yang pahit di rumahnya.

Cinta tidak memiliki seorang ayah sejak dirinya lahir, bukan karena ayahnya meninggal melainkan tidak tahu siapa ayahnya dan asal usulnya seperti apa.

Laras yang merupakan ibu kandung Cinta pun tidak tahu siapa ayahnya Cinta. Lantaran semasa mudanya, Laras bekerja melayani banyak pria setiap harinya. Setiap malam dia akan memuaskan hasrat para pria, setelah itu dia akan mendapatkan bayaran sesuai kesepakatan.

Banyak pria yang menghubunginya untuk memuaskan hasratnya. Tetapi semakin tua, kulit Laras menjadi tidak terawat lagi. Terlebih lagi setelah dia melahirkan, tubuhnya yang dulunya seksi berubah menjadi gendut lantaran dia hanya makan dan tidur saja tidak melakukan aktivitas apapun selain ke salon dan berjudi.

Karena merasa tidak mampu mendapatkan pekerjaan lagi, dia menyuruh putrinya yaitu Cinta untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Kadangkala dia akan memukul putrinya jika dia tidak mendapat makanan yang enak.

Dia menyalahkan putrinya karena telah melahirkan dia, tubuhnya menjadi tidak seksi seperti dulu lagi. Dia tidak dapat lagi menggoda pria kaya di luar sana.

Cinta yang masih polos tidak berani membantah perintah Laras. Dia tidak ingin di pukuli lagi, dia tahu sekali ibunya marah seperti apa, Cinta tidak akan mendapat pengampunan meskipun dia memohon.

Setiap pulang dari sekolah Cinta akan pergi ke pasar untuk membeli bahan jualannya. Setiap hari dia menjual gorengan di lampu merah. Selain itu, Cinta juga menitipkan dagangannya di warung kecil milik Bu Ida.

Bu Ida yang tahu kondisi ekonomi Cinta dan mengetahui sikapnya Laras, memberikan tumpangan secara ikhlas kepada Cinta untuk berjualan di warungnya. Walaupun Cinta memberikan uang dari hasil penjualannya, Bu Ida tidak menerimanya, dia kasihan melihat Cinta.

"Cinta, kalau bisa jual gorengannya pagi-pagi ya. Soalnya banyak yang nanyain gorengan buat camilan sambil ngopi," ucap Bu Ida memberikan saran kepada Cinta.

Memang gorengan yang di buat oleh Cinta itu rasanya sangat enak, rasa bumbunya sangat berbeda dengan gorengan pada umumnya.

"Baik Bu, Cinta usahakan dulu ya. Soalnya Cinta juga harus sekolah," kata Cinta.

Kemudian Cinta melanjutkan jualannya, dia menelusuri gang-gang kecil sambil berteriak "Gorengan..Gorengan".

Beberapa warga yang mendengar teriakan Cinta akan keluar, pelanggannya sudah menanti-nantikan teriakan Cinta. Syukurnya saat ini Cinta sudah memiliki banyak pelanggan, jadi dalam sekejap gorengannya tersisa sedikit lagi.

Setelah berkeliling di depan rumah warga, dia melanjutkan berjualan di lampu merah. Karena bagi Cinta, lebih mudah untuk berjualan di sana. Namun, Cinta hanya duduk di pinggir jalan dia tidak berani menghampiri pengendara motor/mobil karena itu bisa mengganggu perjalanan mereka.

Setelah jam 7 malam, Cinta pulang ke rumahnya. Terlihat nampan yang terbuat dari bambu untuk wadah gorengannya sudah kosong.Terukir senyum di wajahnya Cinta, karena jualannya laris. Cinta kemudian pergi ke warung makan untuk membeli lauk untuk ibunya makan.

Sesampainya di rumah, Cinta menyiapkan makanan di atas meja makan. Dan memanggil ibunya untuk makan. Cinta membiarkan Laras untuk makan terlebih dahulu, setelah Laras selesai makan giliran Cinta yang makan.

Ini karena Laras tidak pernah mau makan bersama Cinta, bahkan jika melihat saja Laras sudah diselimuti emosi.

Jadi setiap hari, Cinta makan dengan lauk sisa Ibunya. Laras yang tidak merasa bersalah itu akan makan dengan lahap tanpa mempedulikan Cinta.

Laras tidak pernah memikirkan Cinta, tetapi meskipun begitu Cinta tidak pernah menaruh dendam kepada Laras. Cinta tahu kalau dirinya dilahirkan melalui rahimnya Laras.

Setelah makan, Cinta membereskan piring-piring yang kotor bekas makanan. Setelah itu Cinta kembali ke kamarnya, karena sudah malam dan tidak ada pekerjaan lagi, Cinta memutuskan untuk pergi tidur.

...****************...

Keesokan harinya tidak seperti biasanya Cinta bangun pukul 3.40 AM. Dia mengambil tas belanjanya, dia pergi ke pasar pagi-pagi buta untuk membeli bahan dagangannya. Dia ingin mencoba saran yang di berikan oleh Bu Ida.

Beruntung karena pasar tidak jauh dari rumahnya, tidak butuh waktu lama Cinta sudah datang dengan membawa bahan-bahan yang ia beli di pasar.

Dia bersiap untuk membuat adonan gorengan, dan memasaknya. Terlihat wajah yang nampak lelah, tetapi Cinta tidak mempedulikannya. Dia terus memasak hingga adonannya sudah habis.

"Huh akhirnya sudah selesai, kira-kira jam berapa ya?" tanya Cinta pada dirinya sendiri.

Dia kemudian bergegas melihat jam dinding karena takut terlambat.

"Oh baru jam lima," gumamnya.

Dia melanjutkan mengemasi gorengannya menggunakan plastik. Dia memiliki sebuah ide baru, dengan menjual gorengannya di sekolah sebagian lagi di titipkan di warung Bu Ida.

Cinta ingin mengetes pasar di sekolahnya, sebagian gorengan yang ia bawa akan dititipkan ke kantin dan sebagiannya lagi dia akan mencoba menawarkan ke teman sekelasnya.

Dengan semangat Cinta membungkus gorengannya dengan plastik.

Perlu waktu setengah jam untuk membungkus gorengan yang lumayan banyak itu. Keringat Cinta bercucuran, dia merasakan bau asam di tubuhnya.

Segera setelah selesai menyiapkan dagangannya, dia menuju ke kamar mandi untuk mandi.

"Semoga saja dagangan ku laris di sekolah. Jika laris aku tidak perlu lagi jualan di lampu merah, hanya perlu berkeliling sebentar di depan rumah warga," ucapnya.

Walaupun harapannya belum pasti terpenuhi, Cinta tetap semangat menjalaninya. Memikirkan uang saja membuat Cinta bersemangat, bukan karena mata uang tapi zaman sekarang apa-apa perlu uang.

Di saat teman seusianya sibuk ke mall, berpacaran dan mengunjungi tempat wisata, dirinya masih sibuk dengan bisnisnya. Dan juga memutar otak bagaimana caranya menghasilkan uang yang lebih banyak.

...****************...

"Bu, saya titip gorengan lagi ya Bu. Agak banyak biar cukup sampai sore, tapi kalau menurut Ibu sudah tidak layak di makan tolong di buang saja ya Bu," ucap Cinta kepada Bu Ida.

Bu Ida hanya tersenyum dan mengangguk, selain pintar berbisnis Cinta juga masih memikirkan keselamatan orang lain.

Cinta sengaja berangkat lebih awal karena dia akan ke warung Bu Ida, selain itu dia masih harus pergi ke kantin sekolahnya untuk menitipkan gorengannya.

Benar-benar beruntung, kantin yang akan di titipin Cinta ternyata sedang membutuhkan suplayer gorengan. Karena banyak murid yang menanyakan gorengan, di kantin sekolah tidak ada yang menjualnya.

Jadi sejak saat itu Cinta di perbolehkan untuk menitip di sana dengan bagi hasil yang sudah di tentukan. Meskipun begitu, Cinta tetap mendapatkan untung dari hasil jualan gorengannya.

CHAPTER 2

"Guys sekarang Gue jual gorengan, jika ada yang berminat dengan jualan Gue kalian bisa mampir ke meja ya!" ucap Cinta di depan kelas saat jam pertama di mulai.

Dia memanfaatkan jam pelajaran pertama untuk mengumumkan itu karena dia tahu semua temannya masih utuh berada di dalam kelas.

"Wihhh enak gak tuh? Berapa harganya?" tanya salah satu teman sekelasnya.

"Semuanya cuma seribu rupiah, kalian bisa coba dulu kalau rasanya jelek jaminan uang kembali. Tapi awas kalau bohong Gue cekik kalian, Gue tahu mana ekspresi menunjukkan suka sama tidak," ancam Cinta.

"Wihh galak amat yang jual," celetuk salah satu teman sekelasnya.

Tapi Cinta tidak menghiraukannya karena dia sedang melayani temannya yang ingin mencoba membeli dagangannya.

"Gimana? Gimana? Enak gak?" tanya teman lainnya yang pada penasaran dan ingin membeli.

"Ini mah enak banget, kalian kalau gak percaya coba aja beli," ujar seseorang yang membeli gorengan Cinta.

Karena penasaran teman-teman lainnya pun ikutan membeli gorengan Cinta. Dan benar saja semua temannya suka dengan gorengan Cinta.

"Emang pintar berbisnis Lo Cin," ucap Erna yang merupakan sahabat Cinta.

"Yoi dong," sahut Cinta.

Di mata teman-temannya Cinta tidak terlihat seperti orang yang mudah untuk ditindas, melainkan orang yang tegas dan pintar berbisnis. Cinta bahkan memiliki julukan "Si Cungkring berotak Cerdas" yang diberikan oleh teman sekelasnya.

Hal ini karena tubuh Cinta yang kurus tetapi memiliki otak yang cerdas, dalam hal pelajaran atau berbisnis.

Selain menjual gorengan, Cinta juga menjual jawaban kepada teman-temannya mulai dari adik kelas, teman seangkatan, sampai kakak kelas. Dia memanfaatkan kepintarannya untuk menghasilkan uang. Karena ya salah satu kelebihan yang di miliki Cinta adalah kepintaran yang susah di kalahkan.

Jika dia tidak menghasilkan uang, dia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan rumah dan juga sekolahnya. Meskipun di sekolah dia mendapat beasiswa tetapi itu hanya cukup untuk membayar uang komitenya. Dan untuk hal lain seperti buku, pulpen dan lainnya dia harus mencarinya sendiri.

Kebetulan jam pertama hari ini kosong karena gurunya sedang sakit, jadi Cinta dan teman sekelasnya diperintahkan untuk belajar sendiri.

"Cin, ada yang nyari lo tuh, depan pintu!" ucap Agus yang merupakan salah satu teman sekelasnya Cinta.

Cinta bergegas keluar menuju pintu keluar, dia melewati segerombolan teman cowok sekelasnya yang duduk santai di dekat pintu.

"Ada apa Rian?" tanya Cinta begitu bertemu dengan kakak kelasnya yang biasa membeli jawaban.

"Gue ada Tugas nih susah banget. Lo mau gak bantuin gue?" tanya Rian.

"Kalau bantu sih gue gak bisa. Tapi kalau ada bayarannya itu beda cerita," sahut Cinta.

"Ah mata duitan amat lo," ejek Rian.

"Yaudah berapa?" tanya Rian.

"Sini Gue cek tugas lo, di kumpul kapan nih?" tanya Cinta.

Rian memberikan buku pelajarannya kepada Cinta.

"Masih lama minggu depan," ucap Rian.

"Sekarang hari apa?" tanya Cinta yang malas berfikir.

"Kamis, lihat tuh seragam lo putih abu," kata Rian sedikit jengkel.

"Pintar-pintar tapi pikun!" bisik Rian bicara dengan dirinya sendiri.

"Apa Lo bilang?" tanya Cinta dengan nada tinggi dan tatapan mata yang tajam membuat Rian sedikit merinding.

"Eng...enggak kok, bercanda aja!" sahut Rian gugup.

Cinta pun kembali mengecek tugas Rian.

"Setelah gue lihat-lihat PR lo lumayan susah bagi gue karena lo kakak kelas gue dan gue belum dapat pelajaran ini. Tapi akan gue usahakan mencari jawaban yang benar. Jadi..,"

"Yaudah sebutin aja langsung harganya," kata Rian memotong pembicaraan Cinta.

"Sabar gue jelasin dulu ke Lo biar gak salah paham. Jadi karena PR lo di kumpul agak lama Gue kasih harga rendah deh 25 ribu gimana?" tanya Cinta.

"Lo serius? Itu susah loh," kata Rian memastikan.

"Mau di tambahin harganya?" Cinta balik bertanya.

"Ya gak lah. Kalau ada yang murah kenapa nyari yang mahal," ucap Rian.

"Deal ya!" Ucap Cinta mengulurkan tangannya.

"Deal!" Rian menjabat tangannya Cinta.

"Tapi seperti biasa ya jangan semua di benerin jawabannya biar guru gak curiga. Lo tahu kan kemampuan otak gue kayak gimana," pesan Rian.

"Sip gampang itu mah," sahut Cinta sambil mengacungkan jempolnya ke arah Rian.

Rian mengeluarkan sejumlah uang dan di berikan kepada Cinta.

"Terimakasih atas kepercayaan Anda. Selamat datang kembali," kata Cinta sembari menerima uangnya.

"Prettt!" Rian meledek kata penutup dari Cinta, lalu kembali ke kelasnya setelah memberikan Cinta buku tulis beserta pulpen.

Cinta juga kembali masuk kelas dan duduk di mejanya. Berhubung jam pertama dan kedua kosong, Cinta memanfaatkan waktu untuk mengerjakan tugas pelanggannya. Cinta membuka catatan daftar tugas pelanggannya dan mengerjakan tugas berdasarkan urutan tugas yang terlama.

Di saat Cinta mengerjakan tugas-tugas itu, teman-teman lainnya ribut tidak karuan. Ada yang bergosip, ada yang mojok buat pacaran ada juga duduk-duduk gak jelas di depan pintu dan ada juga yang bernyanyi dengan suara falsnya dan tidak enak di dengar.

Meskipun beberapa kali di tegur oleh guru yang mengajar di kelas sebelah, mereka tidak ada yang jera karena saking nakalnya.

Terlihat Bintang yang merupakan salah satu teman sekelasnya Cinta sedang menjejerkan Kursi di belakang. Kemudian dia tidur di atas-atas Kursi yang dia susun itu menggunakan tasnya sebagai bantal.

Cinta sendiri tidak pernah menerima pelanggan dari teman sekelasnya, karena dia tidak ingin bersaing dengan mereka. Agar teman-temannya tidak melaporkan bisnis Cinta, dia memberikan 2 sampai 3 jawaban setiap PR yang jawabannya tidak di ketahui oleh teman-temannya.

Ini membuat teman-temannya merasa senang dan menghargai usaha Cinta. Mereka tidak berani mencari masalah kepada Cinta lantaran Cinta tidak pernah memiliki masalah kepada mereka.

"Wih jam kosong masih aja tangan lo nulis, gak pegal apa?" tanya Erna yang datang menghampiri Cinta.

"Lo ganggu aja, ngapain lo kesini?" tanya Cinta tanpa menoleh ke arah Erna, tangannya tidak berhenti menulis.

"Kangen sama lo," ujar Erna yang membuat Cinta geli mendengarnya.

Memang beberapa hari ini Cinta sangat sibuk dengan beberapa bisnisnya sampai-sampai waktu istirahat pun Cinta gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas itu.

Tujuannya agar di malam hari dia tidak perlu bergadang untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Karena dia sadar, kalau mencari uang harus bisa jaga kesehatan agar seimbang.

"Ya maaf, gue lagi sibuk nih," ucap Cinta.

"Yaudah deh, tapi gue mau beli gorengan ya laper soalnya," ujar Erna yang membuat Cinta bersemangat.

"Berapa? Nih pilih aja," ujar Cinta.

"Dua aja, jangan banyak-banyak. Nanti gue batuk-batuk lagi," kata Erna mengambil gorengannya dan membayar.

"Oke makasi," kata Cinta berterimakasih kepada sahabatnya.

Erna kembali ke mejanya menyantap gorengannya, dia juga sudah menyediakan minuman yang dia bawa dari rumah.

CHAPTER 4

Tetapi dengan cepat Pak Somat melepaskan genggaman Laras dari tangan Cinta.

"Urusan rumah sakit kamu tidak perlu khawatir, karena kami yang akan membayarnya. Sekarang silahkan kamu pergi atau kami akan memanggilkan security," ancam Pak Somat.

"Kamu berani mengusir saya? Saya ini Ibu Kandung Cinta, jadi saya berhak untuk melakukan apapun terhadap anak saya," ucap Laras dengan nada tinggi.

"Apa kamu merasa pantas menjadi seorang Ibu untuk Cinta? Ibu mana yang menyiksa anaknya seumur hidupnya? Ibu mana yang tidak pernah memberikan tempat yang hangat dan nyaman, bahkan Cinta sama sekali tidak mendapat kasih sayang dari Anda!" Pak Somat berteriak melawan perkataan Laras yang tidak masuk akal.

Pak somat sudah sangat emosi melihat tingkah Laras yang tiada habisnya menganiaya anaknya yang malang ini, sampai-sampai dia lupa kalau dia sedang berada di rumah sakit.

"Sudah Pak Somat jangan berteriak lagi. Ini rumah sakit, kasian para pasien yang sedang istirahat. Cinta mau pulang sekarang sama Ibu, saya minta tolong Pak Anton dan Pak Somat bantu saya urus biaya administrasinya. Suatu saat nanti pasti akan saya balas kebaikan kalian seperti yang dikatakan oleh Pak Somat tadi," kata Cinta sambil tersenyum.

"Tuh dengar, anak saya saja tidak keberatan," oceh Laras.

"Kamu benar tidak apa-apa Cinta?" tanya Pak Anton memastikan.

"Iya Pak saya tidak apa-apa kok," sahut Cinta.

"Sudah, ayo Cinta kita pulang. Ibu sudah lapar, kalian gak usah banyak drama lagi," kata Laras menyeret tangan Cinta dan mengajaknya keluar.

"Cinta memang anak yang kuat ya Pak Somat. Semoga dia mendapat jalan yang terbaik," ucap Pak Anton yang kagum melihat ketegaran Cinta.

Padah akhirnya Laras lah yang menang. Dia berhasil membawa cinta kembali bersamanya, bahkan Laras tidak khawatir sedikitpun kepada Cinta.

Sesampainya di rumah, Cinta masak dengan bahan-bahan yang tersisa di dapur yang masih bisa di pakai. Dia tidak bisa pergi membeli bahan-bahan masakan lagi, lantaran semua warung sudah tutup.

"Bu, aku cuma bisa masakin Ibu sayur Sop aja. Hanya ini yang ada di dapur, mau belipun sudah keburu tutup warungnya," ucap Cinta sembari meletakkan hidangan sayur Sop di atas meja makan.

"Kamu anak yang gak bisa di andelin. Bikin masakan aja gak bisa yang enak-enak, tahunya cuma masakan kampunyan kayak gini. Percuma saya lahirin kamu," hardik Laras.

Sebuah tamparan sudah pasti melayang di wajah Cinta yang cantik itu.

"Maaf Bu, tapi Cinta juga sudah tidak punya uang lagi. Semua uang yang cinta punya sudah Ibu pakai buat ke salon tadi," ucap Cinta.

"Jangan pikir saya tidak tahu ya kalau kamu punya tabungan yang kamu simpan di dalam toples," sahut Laras sambil tersenyum sinis.

"Itu untuk modal aku jualan Bu sama bayar uang sekolah," kata Cinta sambil meneteskan air mata yang tidak kunjung berhenti.

Cinta berharap Laras tidak mengambil uang itu, karena hanya itu sisa uang yang Cinta punya untuk modal jualannya lagi.

"Tapi Ibu sudah terlanjur ambil tuh. Gimana dong? Habisnya kamu ngasih Ibu uang dikit sih kan gak cukup buat ke salon sama main judi," ujar Laras yang tidak merasa bersalah sedikitpun.

Selain pemalas, Laras juga suka berjudi dengan teman-temannya. Ini juga menjadi beban bagi Cinta untuk lebih berhati-hati menyimpannya agar tidak di ambil oleh ibunya.

"Ibu pasti bercanda kan? Ibu tidak mungkin ngelakuin hal itu," kata Cinta yang tidak percaya bahwa Laras sejahat itu kepadanya.

"Kalau tidak percaya, kamu bisa cek sendiri di kamar kamu," ujar Laras.

Cinta bergegas lari menuju ke kamarnya untuk memeriksa uang tabungannya. Sedangakan Laras, dia melanjutkan makannya walaupun dia tidak suka dengan lauknya tapi setidaknya dia tidak akan mati kelaparan.

Cinta melihat tutup toples yang berada di lantai kamarnya merasa terkejut karena ternyata Ibunya benar-benar sejahat itu. Dia menangis sejadi-jadinya, uang yang dia susah payah kumpulkan kini sudah habis dihamburkan oleh ibunya.

"Tuhan, apa Ibuku tidak tahu atau tidak pernah merasakan bagaimana susahnya mencari uang? Mengapa beliau sangat kejam terhadapku? Padahal aku anak kandungnya, salah apa aku terhadap beliau?" Cinta berkeluh kesah meratapi nasibnya yang sangat memilukan.

"Aku sangat naif berfikir Ibu akan berubah suatu saat nanti. Tapi sudah bertahun-tahun aku mengharapkan itu, tidak kunjung datang dimana aku mendapat kasih sayang dan belaian dari seorang Ibu seperti teman-temanku yang lain. Apa yang harus aku lakukan? Aku membenci Ibu tapi aku tidak mau menjadi anak yang durhaka," Cinta berbicara sendiri di kamarnya, air matanya terus menetes tiada henti.

Kepalanya juga sangat sakit pengaruh dari luka yang ada di dahinya akibat benturan tadi, belum lagi tamparan yang di berikan oleh ibunya. Cinta ingin pergi dari rumah ini, tapi dia merasa kasihan terhadap ibunya.

Mata Cinta tak henti-hentinya meneteskan air mata sambil memikirkan modal untuk jualannya. Sekarang Cinta tidak mempunyai uang sepeserpun, tanpa jualan Cinta tidak akan mendapatkan uang. Pikiran Cinta sangat kalut, mungkin jika anak lain seumuran Cinta tidak akan sekuat Cinta menghadapi hidupnya.

Cinta kembali merasakan sakit di kepalanya karena memikirkan hal itu, dia memilih untuk tidur dan mencari solusinya besok.

...****************...

Tengah malam, cinta terbangun. Dia teringat tugas pelanggannya yang belum sempat dia cek ulang. Cinta bergegas mengambil sebuah buku yang berisi catatan tugas-tugas pelanggannya.

"Syukurlah aku terbangun, kalau tidak tugas yang deadline besok tidak sempat aku kerjakan," gumamnya.

Cinta mengambil Buku tugas yang diberikan oleh Siska kakak kelasnya. Dia kemudian mengerjakan tugas itu sambil melawan rasa ngantuk. Beberapa kali cinta menguap yang tiada henti, hingga Cinta memutuskan untuk pergi ke kamar mandi mencuci muka agar wajahnya terasa lebih segar dan tidak mengantuk. Cinta tidak mau mengecewakan para pelanggannya.

"Padahal jawabannya ada semua di buku, mereka ini kenapa ya tidak mau mengerjakan sendiri dulu?" gumam Cinta yang merasa heran dengan para pelanggannya.

Tetapi dia juga bersyukur atas itu, jika tidak dia tidak bisa mendapatkan uang.

Waktu berjalan dengan cepat, Cinta melihat jam yang tertempel di dinding dan ternyata sudah pukul 02.00 pagi. Untunglah Cinta sudah selesai mengerjakan PR Siska. Dia mengecek kembali tugas pelanggannya yang deadlinenya mendekati hari ini, namun belum ada yang mendekati jadi Cinta memutuskan untuk tidur kembali setelah mengecek tugas miliknya sendiri.

"Jangan sampai tugas mereka selesai dan mendapat nilai bagus, tapi tugasku yang tidak selesai," ujarnya.

Keseimbangan bisnis dan belajar itu harus, agar tidak menganggu pelajaran juga kelancaran bisnis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!