Geya de Niels mengurung dirinya di dalam kamar mandi sejak beberapa menit yang lalu. Menunggu dengan harap-harap cemas, beberapa benda yang ada di dalam wadah kecil yang berisi urinnya. Geya sudah merasakan keanehan dalam dirinya, sejak beberapa hari yang lalu. Hatinya tidak tenang, dirinya terus menduga-duga apakah benar apa yang dia pikirkan. Geya berharap sesuatu yang baik akan membawa hal baik lainnya.
" God, please help me... " gumam Geya. Kedua tangannya mengambil sepuluh alat tes kehamilan yang dia beli tadi pagi setelah memuntahkan semua cairan dalam tubuhnya.
" Oh God, i'm..... pregnant... " Geya menutup matanya sejenak. Sepuluh alat tes kehamilan itu menyatakan bahwa dia hamil, garis dua merah.
" Yes.... Aku harus segera memberi tahunya... " Geya bersorak kegirangan saat tahu bahwa dia telah mengandung anak dari pria yang dia cintai. Pria yang merupakan cinta pertamanya, bahkan sejak usia dia enam belas tahun, sepuluh tahun lamanya.
Geya lekas membersihkan dirinya agar tampil wangi nanti, tidak bahu busuk karena muntahannya. Berbagai aroma therapy dia campurkan ke dalam bathup, terutama aroma Rose karena itu adalah wangi yang disukai oleh pria yang dia cintai itu.
Bibirnya yang mungil berwarna peach, sama sekali tidak berhenti tersenyum. Dia akhirnya bisa bersatu dengan pria yang dia cintai itu. Karena Geya yakin, jika pria itu tahu kehamilannya, pria itu pasti akan tanggung jawab. Dan tak akan lagi memikirkan hubungan persaudaraan mereka. Karena Geya hanya anak gadis dari kakak angkat ayah pria itu. So, semuanya akan berjalan sesuai harapannya selama sepuluh tahun belakangan ini.
" Don't run Gege.... " Gafar berteriak dari bahwa saat melihat kembar bungsunya berlari menuruni tangga.
" Ish.... teriakan mu sudah seperti toa saja. Kau mau berangkat kerja? " Geya mencium pipi kanan dan kiri sebagai bentuk sapaan untuk saudara kembarnya yang bernomor dua itu... Bernomor😁😁😁
" Aaaarggghhh.... Hei kenapa kau cubit pipi ku... Sakit!! " sentak Geya sambil memiliki kedua tangan saudaranya itu yang telah membuat pipinya jadi bertambah merah. Padahal dia tadi sudah memakai blush on yang tebal.
" Mau kemana kau, early morning? " tanya Gafar.
" Meet my future husband... " Geya tersenyum tengil dan langsung berlari menuju ke ruang makan, menghindari cubitan pipi dari Gafar.
Geya mencium pipi kanan dan kiri semua anggota keluarga yang ada di ruang makan ini. Daddy, mommy dan ketiga saudara kembar Geya lainnya. Geya langsung mengambil tempat duduk di dekat daddy gantengnya. Bagaimana tidak ganteng, diusia yang hampir kepala enam, Joaquin masih saja terlihat bugar dan awet muda.
Geya langsung menyantap makanan yang diambilkan oleh sang daddy. Sebagai anak perempuan satu-satunya, juga yang paling bungsu, Geya dimanjakan oleh semua saudara dan kedua orang tuanya. Bagi mereka, Geya is Princess. Jadi bagaimana seorang putri diperlakukan, begitu pula Geya juga diperlakukan seperti itu.
" Kau mau kemana, pagi-pagi begini sudah mandi dan berdandan? Ini masih jam tujuh pagi Ge, biasanya kau bersiap jam sembilan? " tanya sekaligus protes dari yang sulung, Galen. Pria satu ini memang over protector dengan si bungsu, akan menjadi benteng dan prajurit untuk Geya ketika gadis itu disakiti.
" Aku mau ke JN SD... Jadi harus pagi, bisa ketinggalan aku jika berangkat siang. Dia pasti sibuk.. " jawab Geya dengan mulut penuh makanan. Dengan telaten daddy Joaquin mengusap sudut bibir sangat putri.
" Makannya jangan terburu-buru, Ge. Daddy nggak minta... " canda daddy Joaquin.
" Sorry dad, tapi aku terburu-buru. " Geya nyengir. Ketiga saudaranya yang laik hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkah adik bungsu mereka yang selalu antusias jika pergi ke JN SD, tentunya karena di sana ada pujaan hati yang menanti.
" Are you okay, you look so pale.. " sang dokter kesepian bertanya. Siapa lagi kalau bukan Gaffi, calon duda yang ditinggalkan oleh sang istri menghilang satu tahu yang lalu. Namun keduanya belum resmi bercerai, hanya terpisah jarak, ruang, dan waktu.
" Yes, i'm okay, lonely doctor... " Geya tertawa karena berhasil membuat Gaffi bermuka masam.
" Ck... Kau menyebalkan.. " setelah mengatakan itu, Gaffi segera berpamitan untuk pergi ke rumah sakit milik de Niels, karena dia ada jadwal operasi tepat jam sembilan pagi.
" Mau aku antar? Kita searah.. Aku sedikit khawatir dengan wajah mu yang pucat itu Ge.. " Ghadi memberikan tawaran. Saudara yang tepat lahir sebelum dirinya itu memang sangat perhatian, dan sangat menjunjung tinggi wanita.
" No, thanks... Aku akan bawa supir.. " Geya pun menyusul Gaffi untuk pergi dan berpamitan dengan orang tua dan saudaranya yang masih ada di meja makan.
Geya benar-benar berangkat ke JN SD dengan ditemani sopir. Bukan apa, dia sebenarnya masih sangat lemah dan kepalanya sangat pusing, jadi dia memilih aman dengan diantarkan sopir.
Tujuan Geya sebenarnya berangkat sepagi ini adalah rumah sakit JN CS Hospitals, rumah sakit milik keluarganya dan dipimpin oleh Gaffi putra ketiga pasangan Joaquin dan Noura. Geya ingin memeriksakan kandungannya, ingin melihat bagaimana buah hatinya dengan pria yang dia cintai tumbuh dan berkembang dalam rahimnya.
" Selamat nona besar, dari apa yang saya lihat, di dalam rahim terdapat dua calon bayi. Jadi bisa dikatakan anda mengandung bayi kembar, usianya 4 minggu dan berkembang serta tumbuh dengan normal. "
" ini adalah resep untuk anda menebus vitamin, penambah darah dan juga obat mual dan pusing ya. " dokter bernama Matildha itu menyerahkan resep yang harus ditebus oleh Geya.
" Terima kasih dok. Tapi anda tahu kan bahwa saya tidak ingin satu orang pun yang bermarga de Niels tahu tentang kehamilan saya kalau itu bukan dari mulut sendiri. Anda paham dok? " ujar Geya mengintimidasi.
" Tentu nona besar. Saya akan merahasiakan hal ini. " Geya langsung bergegas pergi dari sana sebelum orang yang mengenalnya tahu bahwa dia datang ke poli kandungan.
Di dalam mobil yang ditumpanginya, Geya nampak tersenyum begitu bahagia melihat print USG yang di dalamnya ada gambar dua titik yang adalah calon anaknya. Bukan hanya calon anaknya, tapi juga calon anak dari pria yang dicintainya. Mata Geya fokus menatap print USG itu, tanpa tahu bahwa sekarang ini wajah dari pria yang dicintainya sedang live di stasiun TV yang disiarkan tepat screen besar yang ada di sisi kanan jalan tempat mobil Geya berhenti karena terkena macet.
" Saya Rouge de Niels, dengan ini menyatakan bahwa saya telah meminang seorang wanita cantik bernama Marisha Timothy. Kami akan menikah satu minggu lagi, saya harap semua senang dengan berita yang saya beritahukan ini.. " terlihat di screen besar itu tersenyum bahagia, berbanding terbalik dengan Geya yang melihatnya tanpa sengaja karena tertarik dengan penjual hotdog di depan perusahaan yang menayangkan Rouge, pria yang doa cintai sekaligus ayah dari calon anak yang di kandungnya.
Geya berjalan gontai saat tubuhnya menapaki lobby JN SD tempat dimana Rouge bertindak sebagai CEO nya. Kakinya membawanya memasuki lift khusus CEO yang langsung menuju ke lantai 42 tempat kantor Rouge.
Geya terus berjalan menuju ke pintu kantor bertuliskan CEO's ROOM. Geya dengan berani langsung membuka pintu ruangan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Namun matanya kembali melihat sesuatu yang menyakiti hatinya. Geya tercekat tak bisa berkata, kakinya juga tidak bisa bergerak untuk segera pergi dari sana. Geya, pada akhirnya tahu bahwa ini semua adalah nyata...
Mata Geya terbelalak, mulutnya juga terbuka karena terkejut dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Adegan 21+ yang dilakukan oleh pria yang menjadi daddy dari anaknya, bersama dengan wanita yang Geya tahu adalah sahabatnya sejak mereka kuliah.
Air mata Geya menetes begitu saja tanpa diminta. Seolah air mata itu auto keluar jika Geya melihat yang yang menyakitkan, seperti saat ini. Bahkan parahnya, kedatangan Geya sama sekali tidak membuat para pelaku kejahatan sakit hati Geya itu sadar akan adanya dirinya di dalam ruangan itu.
Geya merasa dia harus menikmati rasa sakit hatinya, akhirnya dia memilih duduk di sofa pojok yang jaraknya sekitar empat meter dengan meja kerja milik Rouge yang kini sudah beralih fungsi menjadi tempat intim. Sesekali Geya melihat jam ditangannya, lalu menghapus air matanya. Bodoh memang dirinya yang lebih memilih adegan live making love, tapi Geya ingin jika dengan sakit ini bisa membuatnya melupakan Rouge, maka dia tidak segan untuk melakukannya.
" Aaaarggghhh hh... " Rouge mengerang rendah saat dia mendapatkan pelepasan. Namun hal mengejutkan justru menantinya di belakang dirinya.
" Aaargggghhhhh..... " kali justru teriakan, bukan erangan.
Marisha langsung melompat turun dari meja kerja bos sekaligus calon suaminya itu, dan bergegas memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai. Marisha merasa tidak enak pada Geya, karena dia yang merupakan sahabat baik Geya pasti tahu bagaimana Geya mencintai Rouge. Bahkan yang membuat Marisha menjadi sekretaris Rouge adalah Geya sendiri. Bukankah sekarang seperti sedang menusuk dari belakang.
" Sudah selesai? " sarkas Geya..
" Sejak kapan kau disini? Kenapa tidak keluar saja? " tanya Rouge cuek. Dia dengan santainya memakai pakaiannya di depan Geya.
" Bukankah kita harus merasakan sakit sedalam-dalamnya agar jika pergi tidak akan membawa luka? " Geya masih dengan tenang menanggapi perkataan Rouge.
" Ge, maaf... Aku bisa jelasin, aku... aku... aku hamil anak Rouge, Ge. Maafkan aku... " Marisha mendekati Geya dan menggenggam tangan Geya.
" Wouuwww... It's a big news... I think you not love to him? But, Why " Marisha menelan ludahnya kasar. Geya yang dihadapannya tidak pernah dia temui sebelumnya,. Hal ini juga dirasakan oleh Rouge.
Geya menengadahkan kepalanya, berusaha agar air matanya tidak akan turun lagi. Percuma dia menangis demi pria yang ternyata baji*****. Dia dan Marisha hamil, dan itu semua anak Rouge. What the hell...
" Oge.... Aku akan bertanya sekali lagi pada mu. Setelah itu aku pergi.. " Geya menarik nafas sangat dalam sebelum mengeluarkan seluruh emosinya kali ini.
" Siapa aku untuk mu? " tanyanya.
" Kau sepupu ku... Apalagi? " jawab Rouge langsung tanpa berpikir dulu.
" Right, i'm your cousin.. Just it... " Geya langsung berbalik hendak meninggalkan ruangan laknat itu sebelum dia berhenti karena perkataan Rouge.
" Apa kau sakit? Kau terlihat pucat, ayo kota ke rumah sakit. " Rouge sedikit panik karena saat dia fokus pada wajah Geya, ternyata gadis yang selama ini selalu menempel padanya terlihat pucat.
" Jangan pedulikan aku lagi. Aku mati pun, aku tidak akan pernah merepotkan mu. Rouge de Niels, I hope, you will be happy. I'll go... "
Rouge menatap nanar punggung gadis yang selalu mengisi hari-harinya itu. Hingga dia sadar bahwa mereka bersama adalah sebuah kesalahan karena mereka keluarga. Rouge mulai menjaga jarak, dan Marisha muncul di hadapannya. Rouge pun akhirnya jatuh cinta pada sahabat Geya itu.
Dalam perjalanan menuju ke mansion utama keluarga de Niels, Geya tidak henti-hentinya menangis. Bahkan si supir pun berkali bertanya kondisi Geya, namun gadis cantik ini tidak mau mengatakannya. Hingga mobil yang ditumpangi Geya sampai di mansion utama.
Geya segera berlari masuk ke dalam kamarnya, naas Galen melihat bagaimana Geya menangis dan berlari masuk ke kamar. Galen pun mengikuti Geya untuk masuk ke kamar pribadi Geya.
Dahi Galen berkerut ketika mendengar suara orang mual di kamar mandi Geya. Segera saja dia berlari masuk ke kamar mandi yang pintunya tidak sempat Geya tutup.
" Ge, are you okay?? Hei.. Geya... " Galen memijat tengkuk Geya, berharap bisa meredakan mualnya.
" Huft.... I'm okay, Len.. Thanks... " Geya dipapah Galen untuk masuk ke kamarnya. Galen menatap Geya curiga, karena apa yang Geya alami saat ini adalah gejala orang yang sedang hamil.
" Kapan terakhir kau bergembira period , Ge? "
Degh
Rasanya Geya ingin segera mati saja saat ditanya seperti itu oleh si sulung. Berbohong salah, jujur juga pasti salah karena Galen pasti mengamuk. Akhirnya dengan sangat pelan Geya menatap wajah Galen.
" I'm pregnant Len.. Sorry but, i...... " Geya sudah menangis dulu sebelum menyelesaikan ucapannya.
Galen yang marah langsung membanting vas bunga yang ada di nakas kamar Geya. " Who.... Who is he? " Galen membentak Geya.
Galen tidak habis pikir bagaimana bisa Geya mengalami ini semua. Dia sudah menjaga saudara-saudaranya selama dua puluh empat jam dengan beberapa bodyguard bayangan. Bagaimana usia dia kecolongan hingga Geya hamil seperti ini.
Galen memang biasa mentolerir sikap Geya entah itu baik atau tidak. Tapi kali ini, hamil diluar nikah, Galen benar-benar ingin menghajar seseorang sekarang ini.
" Katakan Ge, atau aku cari sendiri.... Pastinya kau tahu apa yang aku lakukan jika aku tahu dengan caraku sendiri? " ujar Galen mengintimidasi.
" Rouge... " lirih sekali, seperti orang berbisik. Namun Galen masih dengan jelas mendengar itu semua.
" ARE YOU CRAZY.... DIA AKAN MENIKAH DALAM HITUNGAN HARI DAN KAU SEKARANG MENGATAKAN HAMIL ANAKNYA. GEYA DE NIELS..... " suara amukan Galen menggelegar di dalam kamar Geya... Beruntung kamar Geye itu kedap suara, jadi siapa saja yang diluar tidak akan mendengar.
" Len, aku tahu aku salah. Waktu itu terjadi begitu saja karena kami dijebak oleh kolega kami. Kami sama-sama minum obat haram itu hingga kami lepas kendali. Tapi... Tapi Galen, aku ingin pergi... Aku ingin pergi dari kehidupannya... Please help me... " Geya bersujud di bawah kaki Galen.
" Katakan alasannya... "
" Karena dia tidak menginginkan aku dan si kembar dalam kandunganku... Jadi aku akan pergi tanpa ada yang tahu, hanya kau yang bisa membantu ku. Please, demi keponakan mu Galen.. "
" Twins? " Galen begitu terkejut mendengar ucapan Geya..
" Ya... Bayi ju kembar Len. Aku mohon tolong aku, apapun akan aku lakukan untuk itu... "
" Aku akan membantu mu, but with one condition. " ujar Galen.
" Apa? " Geya sudah ketar ketir sekarang ini.
" Jangan pernah kau mengemis cinta Rouge lagi, atau aku akan membuat pria itu tidak akan lagi diterima di keluarga de Niels.. Jika aku tahu kau kembali padanya, aku akan melakukan segala cara menghancurkan nya Ge.. " Geya hanya bisa pasrah sekarang.
" Oke... Tapi jangan kau sakiti dia. Biarkan aku pergi dengan tenang tanpa ada keributan. Bisa kan? " Galen mengangguk.
Geya mempersiapkan semua yang dia akan butuhkan di tempat dia akan hidup mulai saat ini. Dia akan pergi bersama pengawal pribadi yang di siapkan Galen. Pria itu mengancam akan menahan Geya jika adik bungsunya itu tidak menuruti keinginannya. Akhirnya Geya menerima itu dengan terpaksa, tapi kalau dipikir-pikir ada baiknya dia mengajak teman, dia hamil saat ini.
" Call me... anytime, anywhere I'll always be with you.... "
Geya merasa sangat bersyukur memiliki saudara seperti Galen yang selalu ada untuknya, juga sangat pandai dalam melakukan apapun termasuk membantunya kabur. Terbukti begitu pesawat yang Geya tumpangi bersama dengan Thalita, Geya sudah memiliki mobil sendiri, rumah sederhana sendiri, tanpa perlu bingung mencari lagi.
" Nona besar, tuan muda sudah mempersiapkan semuanya termasuk dengan rumah untuk anda. " ujar Thalita ketika mereka berada di mobil jemputan yang disiapkan Galen.
" Kamu Tha, kalau saja Galen itu bukan saudara kembar ku. Sudah pasti aku akan menikahinya. He is so perfect. " ujar Geya dan diangguki oleh Thalita.
" Tuan memang selalu memikirkan kenyamanan untuk orang-orang yang beliau anggap penting nona besar. " Thalita setuju pada pernyataan dari nona besarnya itu. Memang sudah bukan rahasia umum jika Galen de Niels adalah orang yang baik.
" Anda baik-baik saja nona? Apa kita perlu mampir dulu ke rumah sakit mengecek kandungan Anda? " tanya Thalita.
" Boleh. Sekalian jalan.. " Geya mengangguk setuju.
Mobil Alphard keluaran terbaru itu segera menuju ke rumah sakit terdekat, juga sekaligus rumah sakit yang memiliki dokter kandungan terbaik. Konon dokter ini adalah dokter kandungan yang mendapatkan gelarnya diusia yang sangat muda. Selain itu juga penilaian dari pasien yang dia tangani sangat bagus, hal ini menjadi point plus hingga akhirnya Geya memilih pasien yang ditangani dokter kandungan ini.
Thalita meminta nona besarnya agar menunggu di depan poli kandungan, sedangkan dia akan melakukan pendaftaran atas nama nona besarnya. Thalita tahh bahwa saat ini Geya sedang sangat kelelahan karena berada di udara selama beberapa jam.
" Masih lama antreannya Tha? " tanya Geya.
" Kelihatannya seperti itu Nona. " Thalita merasa tidak enak saat mengatakannya.
" Huft.... Aku capek banget Tha... " keluh Geya.
" Saya bukain kamar aja ya nona, takut kandungan nona kenapa-napa. Mungkin baru nanti siang nama anda dipanggil. " ujar Thalita memberi saran.
" Emangnya boleh? Ini bukan JN HS Hospitals Thalita. Kita nggak bisa seenaknya. " Thalita hanya nyengir ketika dia melihat nona besarnya ini melotot.
Perdebatan mereka belum juga selesai, namun nama Geya sudah dipanggil suster untuk bertemu dengan dokter. Alis Geya berkerut, kok bisa secepat ini dia dipanggil. Namun karena rasa lelahnya sudah mendarah daging, Geya pun mengesampingkan penasaran dan rasa tidak enaknya pada pasien lain, dan segera saja Geya masuk ke dalam.
Melihat dokter tersenyum dengan ramah dan menyambutnya layaknya dokter yang ada di JN. HS. hospital, Geya sedikit jauh mulai mengerti. Ini pasti ulah cinta keduanya😁😁😁
" Senang bertemu dengan anda nona Geya... Tuan muda sudah mengatakan tentang kedatangan anda pada saya sejak kemarin. Beliau meminta tolong memprioritaskan anda karena anda baru saja turun dari pesawat. " ujar dokter itu menjelaskan. Di name tagnya terlihat dokter ini bernama Magdalena.
" Dokter Magdalena.... "
" Dokter Lena saja nona... " dokter Lena segera memotong ucapan pasien di depannya ini karena hendak memanggil nama lengkapnya.
" Ah... iya... Dokter Lena... Senang berkenalan dengan anda. " Dokter Lena tersenyum. Dia menjadi kagum pada wanita di depannya ini. Selain karena alasan kehamilannya, juga karena kepandaian wanita ini menyesuaikan dirinya dengan keadaan di sekitarnya.
" Menurut dari yang saya dengan dari tuan muda, anda mengalami kehamilan kembar dua ya nona? " Dokter Lena mengajak Geya untuk melakukan USG.
" Benar dok... Usia kandungannya empat minggu. " ujar Geya menambahkan.
" Kita mulai ya periksa nya nona. " tangan dokter Lena sudah berada di atas stetoskop yang dia arahkan ke dada Geya. Lalu dengan berbagai macam pemeriksaan khas ibu hamil, hingga USG dilakukan sudah oleh Geya.
" Semua baik ya nona, ibu dan twins nya sehat, tapi karena kelelahan jadi harus banyak-banyak beristirahat, tidak boleh stress dan jangan terlalu overthinking ya nona. Jika butuh apa-apa bisa langsung hubungi saya dinomor ini. " dokter Lena menyerahkan kartu namanya pada Geya.
" Thanks a lot, doc. Kami permisi dulu.. " Geya buru-buru keluar dari ruangan dokter kandungan ini agar tidak membuat pasien yang mengantri lebih dulu itu tidak semakin marah padanya.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah yang sudah disiapkan oleh Galen, mata abu cantik milik Geya terus memandang jalanan LA yang selalu ramai orang. Matanya melihat beberapa bangunan yang indah, dan hal istimewanya jalan menuju ke rumah Geya melewati The Wizarding World of Harry Potter yang ada dibagian tenggara LA.
Mata Geya berbinar ingin sekali melihat tempat yang merupakan taman hiburan Universal Studios Hollywood. Area ini bertemakan franchies media Harry Potter, mengadaptasi dengan semua eleman dari film yang pertama menggemparkan dunia beberapa tahun silam.
Geya sungguh ingin masuk ke sana, tapi karena dia juga sudah sangat lelah, maka Geya memutuskan untuk memasukkan tempat ini ke daftar list yang begitu ingin dia kunjungi. Sepertinya Geya jadi tahu kenapa Galen menyediakan dia rumah yang berada di bagian tenggara. Geya pikir saudara tertuanya itu takut Geya tidak nyaman dengan pusat kota.
" Len, you always the best ever.. " batin Geya tersenyum.
Mulai hari ini disinilah Geya akan menjalani hari-harinya, tanpa ada cinta tanpa ada keluarga. Dia sendiri dan kedua anak dalam kandungannya. Padahal tanpa Geya tahu, bahwa di kota inilah Geya akan mengalami indahnya menjadi seorang wanita.
___________________________________________________
Milan, Italia
Mansion utama gempar karena kepergian Geya yang tanpa sebab dan tanpa pemberitahuan. Joaquin dan Noura mengerahkan seluruh orang-orang mereka untuk mencari keberadaan Geya. Kabar menghilangnya Geya mereka tahu bukan dari Galen karena pria itu masih di Roma. Seandainya mereka semua tahu bawa Geya sudah pamit dengan Galen, maka tuan dan nyonya besar de Niels tidak akan kalang kabut seperti saat ini.
" Galen... mana Galen? " tanya mommy Noura begitu menyadari anak tertuanya juga ikut tidak nampak.
" Galen ke Roma mom.. Ada yang mendesak di sana. " Gafar yang menjawab.
" Kalian telfon, siapa tahu Geya ada di sana, ikut dengan Galen. " titah daddy Joaquin yang langsung ditindak kan oleh ketiga putranya.
" Kok nggak nyambung? Galen lagi telefon.. " ujar Gafar.
" Hm... Dia nggak angkat, dari nadanya dia sedang menerima panggilan... " ujar Gaffi.
" Betul... Galen nggak angkat.. " ujar Ghadi.
Noura dan Joaquin. menepuk jidatnya sendiri melihat ketiga putra mereka. Jelas saja tidak tersambung karena mereka saja menghubungi Galen secara bersamaan. Gimana bisa nyambung kalau ceritanya begitu. Noura makin melongo saat ketiga putranya kembali melakukan hal yang sama seperti itu berulang-ulang.
" Daddy, memangnya kalau anak terlalu jenius yang kek mereka gitu? " Noura berbisik menunjuk putranya dengan dagu.
" Kali mom, aku juga nggak tahu. Kok jadi kek gitu ya. " Joaquin. ikut berbisik.
" Sini biar mommy aja yang telepon.. Pengacara, dokter, tukang makan ternyata sama aja.. " cibirnya.
Lama Noura terdiam tapi kemudian dia menjatuhkan ponsel miliknya. Raut wajahnya kaku tidak terbaca, belum lagi air mata yang tiba-tiba keluar dari kedua bola matanya..
" Mommy..... "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!