NovelToon NovelToon

Aku Pinjam Dia : Diary Luna

Prolog

Pagi yang cerah disebuah cluster perumahan mewah, terlihat salah satu rumah yang begitu menarik perhatian karena terdapat beberapa aksen khas budaya jepang sebagai hiasan rumah tersebut. Di dalam rumah itu terlihat Naomi sedang mencuci piring - piring yang baru saja mereka gunakan untuk sarapan bersama, sedangkan Jester terlihat duduk di kursi makan memandangi sebuah diary kecil berwarna pink.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Naomi berjalan mendekati Jester dan duduk disebelah Jester. Tepukan lembut di pipi dari tangan putih Naomi seakan menyadarkan Jester dari lamunannya, perlahan tatapan mata Jester pun beralih menatap mata Naomi.

"Apa kamu yakin sudah kuat untuk membacanya?" tanya Naomi dengan nada khawatir, perlahan Jester kembali menatap diary itu lalu menghela nafasnya.

"Ini sudah dua minggu sejak Luna meninggal, aku juga sudah mengucapkan perpisahan ketika kita semua mengunjungi makamnya. Namun sampai sekarang aku tetap tidak berani untuk membuka note ini" jawab Jester dengan nada yang terdengar sedih

Sikap tenang coba dihadirkan oleh Naomi agar Jester merasa nyaman saat berada di sisinya, terlebih Naomi mengetahui jika Jester sedang menguatkan hatinya untuk membaca diary milik Luna.

"Apa yang kamu bayangkan tentang isi didalamnya?" tanya Naomi lagi terdengar penasaran

"Aku tidak punya bayangan apapun, tapi jika aku terus menatap note ini... aku jadi teringat sesuatu" jawab Jester, jawaban Jester membuat Naomi mengernyitkan dahi namun Naomi tetap diam menunggu Jester meneruskan kalimatnya.

"Note ini.... tidak maksudku buku diary ini aku belikan untuknya karena saat itu dia berkata kesulitan untuk menceritakan tentang dirinya kepadaku" Jester melanjutkan perkataannya lalu mengalihkan pandangannya menatap Naomi, keduanya pun terdiam beberapa saat.

"Artinya... kemungkinan besar isinya adalah tentang..." belum selesai Naomi berkata, Jester memotong.

"Entahlah, kita perlu tempat yang nyaman untuk membacanya" timpal Jester lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga membawa diary Luna.

Naomi pun beranjak dari duduknya lalu mengejar Jester hingga sampai didalam ruang keluarga, disana mereka duduk disalah satu sofa yang menghadap kolam renang. Jester duduk bersandar dan meletakkan kakinya disebuah meja kecil, sedangkan Naomi duduk bersandar di dada Jester bersiap untuk mendengarkan Jester membaca buku diary Luna.

"Haaah.... aku tidak ingin tapi rasa penasaranku sangat kuat, bagaimana denganmu Naomi?" tanya Jester

"Sama, semua tentang Luna membuatku... penasaran, dia sosok yang begitu baik hati... aku jadi ingat bagaimana dia bersikap dan menolongku disaat aku terpuruk, tidak heran kamu bisa jatuh cinta kepadanya" jawab Naomi terdengar sedih

"Apa tidak masalah aku membaca ini?" tanya Jester lagi mencoba untuk meyakinkan diri jika Naomi akan baik - baik saja meski Jester akan membuka kembali kenang - kenangannya dengan cinta pertamanya itu.

Anggukan penuh semangat dari Naomi menjadi pertanda awal Jester semakin menguatkan tekadnya untuk membaca diary Luna.

Sejuknya udara pagi dipinggir kolam pada rumah Jester dan Naomi, menemani Jester yang menguatkan hatinya untuk membaca diary milik Luna ditemani Naomi yang terlihat antusias karena penasaran dengan isi di dalamnya. Sebuah diary berwarna pink dengan wangi aroma parfum Luna yang masih dapat dicium dipegang oleh Jester yang tampak bersiap membuka halaman pertama dari diary milik Luna itu.

Lembar pertama mulai dibuka oleh Jester, sebuah foto yang menampilkan gambar Luna duduk bersama Jester  dengan latar air mancur yang terdapat ditengah taman labirin festival square membuat Jester dan Naomi terkejut.

Dengan sigap tangan Naomi menyambar foto dalam halaman pertama diary itu, kemudian dipandanginya dengan teliti.

"Ini.... ditengah labirin kan?" tanya Naomi memastikan

"Aaa... yah sepertinya, Luna bilang aku dan dia pernah sampai di taman tengah labirin itu saat kencan pertama kali dan kami..." belum selesai Jester menjawab pertanyaan, Naomi pun memotong.

"Aku sudah tahu, tapi foto berdua dengannya... kamu tidak bilang kalau kalian sempat berfoto berdua disana" timpal Naomi lalu menatap Jester dengan tajam.

"Aaah... yaah... aku pun lupa, tapi aku rasa itu tidak penting kan?" tanya Jester panik, cemberut lah Naomi saat itu lalu menaruh kembali foto itu dihalaman pertama dalam diary.

Sikap Naomi membuat Jester kembali ragu untuk meneruskan keinginannya, baginya menjaga perasaan Naomi saat ini lebih penting daripada mengetahui isi diary Luna. Walau tentu saja rasa penasaran Jester sulit untuk dihilangkan begitu saja.

"Benarkah akan baik - baik saja jika aku membacanya?" tanya Jester dengan kesal, Naomi kembali menganggukkan kepalanya namun terasa aura - aura panas api kecemburuan yang begitu terasa dari tubuh Naomi.

"Sepertinya aku akan dapat masalah setelah selesai membacanya" gumam Jester sembari membuka halaman kedua yang terdapat tulisan tangan Luna.

"Ceritanya dimulai dari sini, ayo kita baca apa yang sebenarnya Luna ingin sampaikan padamu selama ini" ucap Naomi terdengar antusias, namun antusiasnya Naomi justru berbanding terbalik dengan Jester yang merasa dia akan segera dalam masalah setelah buku diary itu telah selesai dibaca seluruhnya.

***EPISODE KE DEPAN AKAN MENGGUNAKAN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA SEBAGAI LUNA LINCOLN***

Hai namaku Luna Lincoln....

Aku baru saja diterima di SMA terkenal dipusat kota dan sudah empat bulan ini semua berjalan dengan tidak baik... tidak baik karena beberapa anak tidak suka denganku, entah kenapa tapi mereka begitu senang merundung ku. Aaah... sudahlah, toh itu sudah berlalu karena sekarang seorang pria baik hati selalu melindungi ku....

Tentang teman... aku cuma mengenal beberapa orang dalam hidupku, karena aku merasa aku tidak membutuhkan banyak ikatan dengan siapa pun. Hanya ada kak Jester, ayah, ibu, Selena, dan kak Justin, kak Luke dan kak Harry... yang lainnya aku tidak pernah dekat dengan mereka, aku tidak terlalu ingin dekat dengan mereka karena aku tahu umurku akan sangat singkat... Namun ada satu sosok yang ingin aku kenal lebih dekat.

Naomi... anak keluarga Scott yang sering aku lihat dari kejauhan saat aku mengunjungi rumah temanku Selena, semoga suatu saat aku punya kesempatan untuk dekat dengannya karena hingga umurku lima belas tahun saat ini... aku masih tidak punya kesempatan untuk berteman dengannya.

Aku bingung harus menulis apa karena ini pertama kalinya aku menuliskan sesuatu didalam buku diary, ini juga permintaan egois dari seorang pria yang saat ini dekat denganku. Dia sungguh egois dan semaunya sendiri terhadapku...

Tapi....

Aku senang....

Baiklah, aku akan berusaha menulisnya....

Besok buku dairy ini akan aku tulis dengan seluruh kisah hidupku yang pendek ini dan semoga....

Suatu saat pria baik hati itu akan membacanya...

Aku Luna Lincoln berjanji akan sepenuh hati menulis kisah ini sampai aku tidak mampu lagi untuk menulisnya

Aku harus memulainya saat aku dilahirkan, aah mungkin tidak... tapi ketika aku memiliki ingatan tentang diriku sendiri dan orang - orang yang pernah bertemu denganku. Begini kisahku....

Episode 1

Namaku Luna Lincoln yang lahir di keluarga sederhana dari seorang ayah bernama John Lincoln dan seorang ibu bernama Lisa Lawrance, ayahku seorang sopir pribadi dari keluarga Parker sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Tidak ada hal yang spesial dari kelahiranku, kecuali kenyataan tentang aku yang lahir bersamaan dengan anak pertama dari bos ayahku.

Di sore hari yang cerah aku dan Selena Parker lahir bersamaan di rumah sakit yang sama pula, begitu kata ayahku saat bercerita tentang hari kelahiranku dan Selena. Ibuku juga bercerita jika suara tangisanku tidak terdengar karena suara tangisan Selena lebih mendominasi ruangan. Selena selalu terlihat malu ketika ayah dan ibu bercerita tentang hari kelahiran kami, karena selama ini Selena tumbuh menjadi sosok gadis tomboi yang anti untuk menangis.

Aku sering bermain dan menghabiskan masa kecilku bersamanya, rumah keluarga Parker menjadi tempat kami untuk bermain bersama. Selain karena ayah yang selalu mengajakku karena memang bekerja untuk keluarga Parker, Selena juga sering merengek kepada ayahku ketika ayah tidak membawaku bersamanya saat bekerja meski itu hanya berlangsung satu hari saja.

Saat itu usiaku enam tahun, saat dimana aku sering menghabiskan waktu menemani ayah bekerja dengan bermain bersama Selena. Rasanya waktu yang ku habiskan untuk bersenang - senang lebih banyak dihabiskan di rumah keluarga Parker daripada di rumahku sendiri.

Ketika aku berada di rumah keluarga Parker, aku sering melihat anak gadis seusia kami yang rumahnya hanya beda satu blok dari rumah keluarga Parker. Aku sering memperhatikan anak gadis itu dan sesekali aku bertanya tentang anak itu pada Selena, namun Selena selalu menjawabnya dengan ketus dan menjelek - jelekkan anak itu di depanku. Meski begitu aku tidak pernah sedikit pun terpengaruh dengan perkataan Selena, aku merasa dia sebenarnya anak yang baik jika didekati dengan cara yang benar.

Naomi Scott namanya, seorang anak gadis yang lahir dari keluarga Scott pemilik jaringan rumah sakit Scott yang sangat terkenal. Begitu tahu tentang asal usulnya, aku langsung minder "Aaah... orang kaya, dia pasti tidak akan mau berteman dengan anak seorang sopir pribadi sepertiku" gumamku saat mendengar cerita tentang Naomi dari Selena. Sejak saat itu aku hanya berani untuk menatapnya dari kejauhan, karena aku merasa tahu diri.

"Kenapa aku suka perhatikan Naomi ya?" sering aku bertanya dalam hatiku seperti ini ketika aku melihat Naomi dan Selena yang saling pukul dan jambak - jambakan rambut dari kejauhan, Eeh... itu benar, aku sering melihat keduanya bertengkar ketika mereka bertemu baik secara sengaja maupun tidak. Mereka bagai kucing dan anjing ketika saling bertemu satu sama lain, dimulai dari saling menatap dan tidak lama mereka mulai saling dorong dan jambak - jambakan hingga mereka capek sendiri dan pergi menjauh begitu saja.

Ketika aku bertanya mengapa mereka seperti itu, Selena hanya menjawab "Aku tidak tahu, sudah sejak lama kami seperti ini dan aku juga sudah lupa apa alasannya"

Aku pun tertawa terbahak - bahak mendengar jawaban Selena, tidak lama setelah tawa itu aku menatap wajah jutek Selena dan berkata "Kalian akan menjadi sahabat yang sangat erat suatu saat nanti" namun Selena merespon ucapanku dengan omelan dan amarahnya.

"Mana mungkin aku mau berteman dengan orang seperti itu!! dekat dengannya pun aku tidak sudi!!!" bentak Selena kepadaku, aku kembali tertawa sembari berjalan mendekatinya lalu memeluk tubuhnya dengan erat.

"Aku mungkin tidak bisa selalu berada di sebelahmu untuk menjadi temanmu selamanya, kamu harus memulai untuk mencari seorang sahabat yang bisa menjadi sandaranmu ketika aku tidak lagi ada di sebelahmu" ucapku pada Selena, ketika itu kami berdua hanya terdiam meski kali ini tangan Selena terasa memeluk tubuhku.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku pun tidak tahu kenapa aku katakan itu padanya bahkan ketika umur kami baru menginjak usia enam tahun. Mungkin saat itu perkataanku masuk telinga kanan Selena dan keluar begitu saja melewati telinga kirinya, namun entah mengapa aku merasa memiliki beban tersendiri untuk menjadikan Naomi dan Selena bersahabat.

Aku ingat di hari minggu pagi yang cerah dan mungkin tiga hari setelah aku berkata hal aneh kepada Selena, aku menyampaikan usulan ketika aku dan Selena sedang bermain bersama di dalam kamar Selena. Aku berkata padanya "Aku ingin kamu dan Naomi gencatan senjata dan menjadikan kalian sepasang sahabat!!" dengan penuh semangat aku katakan itu.

Sangat jelas teringat di memoriku ekspresi wajah Selena ketika aku mengatakannya, antara marah, jijik, heran, kaget, dan banyak lagi yang bercampur menjadi satu di wajah Selena. Aku tidak akan pernah melupakan ekspresi lucu Selena pagi itu, andai aku sudah mengenal kamera... sudah aku abadikan ekspresi wajah itu.

"Kamu gila!! gak mau!! dia itu monster!!! ada yang bilang dia tidak diantar oleh burung bangau seperti kita saat lahir, namun dia diantar oleh nenek sihir ke keluarga Scott!!!" Selena menolaknya dengan bentakan dan penuh amarah, entah dari mana rumor itu dia dapatkan dan aku hanya tertawa saat mendengarnya. Lalu aku menarik lengannya untuk keluar dari kamar menuju dapur rumah keluarga Parker, di dapur itu aku mengobrak - abrik lemari penyimpanan bahan makanan dan membuat Selena heran.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Selena ketika aku masih sibuk mengumpulkan bahan - bahan yang aku butuhkan

"Membuat kue coklat dan kamu akan membantuku" jawabku sembari terus berusaha mencari bahan yang aku butuhkan, Selena hanya diam saja dan heran dengan apa yang sedang aku lakukan, sampai tiba - tiba suara deham ibu Selena terdengar dan mengagetkanku.

"Ada apa ini?" tanya ibu Selena, sontak aku menghentikan aktivitasku dan berbalik menatap ibu Selena.

"Nyonya Parker, aku ingin membuat kue coklat bersama Selena. Maaf aku tidak sopan, tapi ini penting" jawabku, jujur saja aku takut jika ibu Selena akan marah.

"Ooh, kalian ingin belajar me..." belum selesai ibu Selena berkata, Selena memotongnya.

"Tidak!! itu ide Luna mama!!" ucap Selena dengan teriakan

"Ada apa ini Luna?" tanya ibu Selena lagi terdengar heran karena aku dan Selena tidak kompak, dengan terpaksa aku pun menjelaskan niatku saat itu meski sebenarnya aku ingin ini menjadi kejutan untuk Selena karena dia pasti akan menolaknya ketika tahu tujuanku.

"Sebenarnya begini nyonya Parker... apa nyonya tahu Naomi?" tanyaku dengan sedikit terbata

"Anak gadis keluarga Scott itu?" tanya balik ibu Selena, aku menganggukkan kepala merespon pertanyaan itu.

"Aku ingin Selena dan Naomi menjadi teman dan menghentikan permusuhan mereka, dengan kue coklat yang diajarkan oleh ibu..." belum selesai aku berbicara, Selena memotong.

"Gila kamu!!! gak mau!!! aku sudah bilang gak mau menerima ide..." begitu marah Selena berkata, namun ibu Selena tiba - tiba menjewer telinga Selena cukup keras.

"Ide bagus Luna, aku sudah bosan melihat Selena pulang dengan penampilan yang berantakan seperti orang gila setiap dia keluar rumah dan bertemu Naomi. Aku akan mendukungmu" timpal ibu Selena terdengar senang dengan ideku, aku pun tersenyum lebar namun Selena malah menangis mendengar ideku diterima begitu saja oleh ibu Selena.

Ditengah tangisan Selena yang tidak henti - hentinya itu, aku dan ibu Selena pun bersama - sama membuat kue coklat dari resep ibuku. Hingga satu jam setengah berlalu, kue coklat resep ibuku pun jadi. Aku dan ibu Selena begitu puas dengan hasil akhirnya, namun Selena terlihat tegang dan panik melihat kue itu sudah selesai. Beberapa kali aku melihat Selena berusaha menghancurkan kue itu, namun aku dan ibu Selena berhasil untuk menggagalkan aksinya.

Aku pun membuat surat yang berisi tentang keinginan Selena untuk gencatan senjata, dengan kata - kata yang manis dan penuh penyesalan aku dan ibu Selena membuat surat itu. Tentu saja itu fitnah tapi demi kebaikan hubungan antar tetangga, Yaah... mau bagaimana lagi kan? aku pun segera berlari menuju rumah Naomi dan memberikan surat itu kepada penjaga rumah, sedangkan Selena menangis sambil ditahan oleh ibunya agar tidak mengejar ku.

Di hari itu juga pada sore hari, kejadian yang sangat membuat gugup Selena pun tiba. Naomi datang ke taman terbuka hijau yang ada di area perumahan keluarga Parker dan keluarga Scott, Selena terlihat berdiri menunggu kedatangan Naomi tepat di tengah taman dengan membawa kota yang berisi kue coklat. Sedangkan aku, bersembunyi dibalik sebuah pohon dan melihat momen bersejarah itu secara langsung.

Tapi ada yang aneh....

"Kenapa wajah Naomi terlihat begitu menekan? apa aku salah menulisnya?" tanyaku dalam hati ketika Naomi berdiri di depan Selena

"Ayo kita berantem Selena!! aku datang memenuhi tantanganmu!!" teriak Naomi dengan begitu keras

Aku pun panik "Kenapa jadi seperti ini?!" tanyaku lagi dalam hati

Episode 2

"Kenapa jadi begini?! kenapa Naomi malah menantang Selena?!!" gumamku begitu panik, namun aku tidak berani untuk keluar dari persembunyianku. Aku hanya bisa terus menatap punggung Selena dan wajah Naomi yang terlihat begitu siap untuk jambak - jambakan lagi seperti biasanya.

"Hah?!! apa maksudmu?!! kamu ini bodoh atau gimana?!!" bentak Selena yang aku dengar begitu bingung dengan sikap Naomi

Jujur saja bentakan Selena semakin membuat aku panik, bagaimana tidak.... sebuah acara yang seharusnya menjadi ajang untuk saling bermaafan dan memperbaiki hubungan malah menjadi acara untuk semakin memperkeruh keadaan. Selena juga malah membentak Naomi dan bukannya menjelaskan tentang kesalahpahaman itu, "Duuh... Selena, pantas saja kamu gak punya teman selain aku" gumamku lagi dengan begitu menyesal.

"Surat ini!! kamu menantang ku kan?!!" tidak kalah galak saat itu Naomi membalas bentakan Selena, aku pun berusaha melihat surat yang Naomi tunjukkan kepada Selena.

Saat itu aku merasa ucapan Selena tidak sepenuhnya salah tentang Naomi, aku ingin tertawa namun takut keberadaan ku diketahui oleh Naomi. Ternyata kesalahpahaman itu disebabkan karena Naomi tidak membuka isi surat yang aku kirimkan, dengan persepsinya sendiri Naomi menyimpulkan isi dari surat yang dia terima.

"Kamu bodoh ya!! buka dulu isi suratnya dan baca!!" bentak Selena lagi

"Buat apa aku baca?! aku masih tidak pandai membaca!!" bentak Naomi begitu marah

"Hah?!! kamu kan sudah umur enam tahun, kenapa masih tidak bisa membaca?!!" tanya Selena namun suaranya masih terdengar membentak

"Itu bukan urusanmu!! sekarang ayo sele..." belum selesai Naomi berkata, tiba - tiba aku melihat Selena menunjukkan kue coklat yang sedari tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Keduanya pun terdiam dan aku melihat ekspresi wajah Naomi yang berubah seketika saat Selena menunjukkan kue coklat itu, aku sangat ingat dengan ekspresi wajah Naomi yang terkejut itu. Seakan ingin mengucapkan sesuatu namun suaranya seperti tertahan di tenggorokan, aku pernah berada di kondisi itu ketika ayah dan ibu memergoki aku mengacau di dapur rumah.

"Gencatan senjata" celetuk Selena memecah keheningan, suaranya terdengar bergetar dan aku yakin dia sangat malu untuk mengucapkannya di hadapan Naomi.

"Aah... Eeh... ii... yaa... ayo berteman..." terbata Naomi menimpali celetukan Selena

Senyumku pun merekah mendengar apa yang Naomi ucapkan, aku ingin berlari ke tengah - tengah mereka dan memeluk keduanya. Namun aku yakin, jika aku melakukannya maka suasana akan menjadi sangat canggung. Dengan mengendap - endap aku beranjak pergi dari sana untuk memberikan ruang pada Selena dan Naomi agar lebih bisa mengenal satu dengan lain, namun ditengah perjalananku menuju rumah keluarga Parker.... tiba - tiba hidungku mengeluarkan darah yang cukup banyak....

"Haah? darah apa ini?" tanyaku sembari menatap tanganku yang menadahi setiap tetesan darah yang keluar dari hidungku

"Luna!!" teriak ayahku dari kejauhan, perlahan tatapan mataku beralih menatap ayah yang berlari mendekatiku dengan wajah panik.

Seketika itu pengelihatan ku menjadi kabur dan aku pingsan....

Aku tidak terlalu ingat momen setelahnya... aku jatuh sakit dan suhu tubuhku mendadak tinggi. Aku dirawat di rumah sakit Scott untuk waktu yang cukup lama, meski pada saat itu aku tidak tahu seberapa lama sebenarnya aku jatuh sakit. Aku baru menyadari ketika aku sehat dan pulang ke rumahku, aku absen untuk waktu yang cukup lama.... tiga bulan empat hari aku dirawat di rumah sakit...

Kak Justin yang menjadi kakak kelas dan juga tetangga di sebelah rumah yang memberitahuku, ketika itu dia datang ke rumahku untuk menjenguk. Dia datang dengan wajah yang menunjukkan seberapa khawatirnya dia kepadaku, dengan membawa sebuah keranjang buah dia masuk ke dalam kamarku bersama dengan kedua orang tuanya. Kak Justin adalah tetangga yang menjadi teman dekatku di kompleks perumahanku, tak jarang ketika pulang dari keluarga Parker aku memilih untuk bermain bersama kak Justin.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya kak Justin dengan senyuman khasnya ketika kami bertemu, aku pun tersenyum membalas senyumnya kepadaku.

"Lemas~ aku masih tidak bisa beraktifitas meski sudah keluar dari rumah sakit" jawabku dengan manja, dia lalu berjalan mendekatiku dan duduk di sebelah kasurku.

"Cepat sembuh ya, rasanya kompleks rumah kita jadi sepi sejak kamu tidak ada selama tiga bulan ini" ucap kak Justin sembari mengelus kepalaku dengan lembut, aku pun terkejut mendengarnya.

"Eeeh? benarkah selama itu? aku pikir itu cuma berlangsung beberapa hari saja" tanyaku memastikan apa yang dikatakan kak Justin adalah kebenaran, dengan anggukan kepala kak Justin menjawab pertanyaanku.

Sontak aku mengalihkan pandangan mataku menatap ayah dan ibu yang sedang berbicara dengan kedua orang tua kak Justin.

"Ibu ayah, benarkah aku sudah tiga bulan ini dirawat di rumah sakit?" tanyaku penasaran, sontak pertanyaanku itu menarik perhatian kedua orang tua kami.

"Tiga bulan empat hari lebih tepatnya" timpal kak Justin datar, aku menoleh menatap kak Justin dengan ekspresi cemberut ku.

"Serius? ada tambahan empat hari?" tanyaku lagi begitu terkejut

Aku tidak mengira aku akan dirawat selama itu, dalam benakku pun mulai berpikir tentang penyakit apa yang aku derita sampai harus dirawat selama itu. Namun mungkin kekhawatiranku itu tidak dapat dirasakan oleh kak Justin, di umur kami yang masih tergolong anak - anak itu pikiran tentang penyakit keras yang mungkin bisa mengakibatkan kematian sungguh tidak masuk diakal.

"Luna... yang penting kamu sekarang sehat, tidak usah berpikir berlebihan" ucap ibuku dengan senyumannya yang merekah menatapku, namun aku merasa ada hal lain yang ibu sembunyikan dari nada bicaranya.

Tapi saat itu aku tidak mau terlalu memikirkannya, kak Justin juga dengan begitu semangatnya menemaniku bercerita hal - hal seru yang mampu membuatku tertawa terpingkal - pingkal sehingga aku melupakan apa yang baru saja mengganggu pikiranku. Ketika itu.... aku berharap semua akan baik - baik saja....

Delapan hari sesudahnya aku pun kembali masuk ke sekolah, seperti hari - hari biasanya aku ikut ayah dengan mobil milik Selena untuk menjemput Selena di rumah keluarga Parker. Didepan pelataran rumah aku melihat Selena sudah menungguku datang bersama ayah, dia berlari cukup kencang lalu membuka pintu penumpang belakang dengan begitu semangat.

"Luna!!!! kangen!!!!" teriak Selena tepat didepan wajahku, aku terkejut sampai - sampai tidak mampu lagi berkata apapun.

Tangan Selena langsung memeluk tubuhku begitu erat sampai membuatku kesakitan, namun sepertinya Selena begitu merindukanku hingga dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Perlahan tanganku pun aku arahkan untuk memeluk balik Selena, aku usap - usap punggungnya dan aku merasakan getaran hebat ditubuhnya. Jujur saja saat itu aku heran "apakah sampai seperti itu Selena merindukanku?" tanyaku dalam hati ketika aku merasakan jika Selena menangis di pelukanku.

"Lama banget kita gak ketemu~" celetuknya dengan suara yang terdengar serak karena menangis

Aku tidak bisa berkata - kata saat itu karena aku sangat memahami jika Selena sangat mengkhawatirkan ku, selama ini aku tidak pernah melihatnya memiliki teman selain aku dan mungkin karena itu aku merasa memiliki beban untuk mencarikannya teman selain aku. Entah lah.... aku merasa pemikiranku lebih dewasa daripada kebanyakan anak seusiaku...

Setelah suasana haru itu berangsur mereda... kami mulai ceria kembali, sesekali aku mendengarkan cerita Selena tentang semua hal yang aku lewatkan karena sakit. Mulai dari PR, teman - teman sekolah, guru, dan bahkan kejadian - kejadian unik disekolah kami. Seharian aku menjalani kehidupanku dengan normal dan seakan tidak pernah ada kejadian aku dirawat di rumah sakit hingga tiga bulan berturut - turut, dengan ceria aku melewati hari itu selayaknya anak - anak pada umumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!