Alma merupakan sosok figuran dalam sebuah novel yang berdaya baja sebelum dia tidur saat bangun dia menyadari bahwa dirinya masuk tubuh orang yang merupakan seorang anak dari seorang pelayan. Yang mengejutkannya adalah dia masuk kedunia novel 'Renjana' kesukaannya. Dimana novel tersebut menceritakan seorang remaja sederhana dengan kisah hidupnya.
Lalu siapakah dia sekarang?
Lyora Alma itu sosok figuran yang beberapa kali disebutkan karena dia tinggal sebagai pelayan di rumah Antagonis. Lyora hanya ada dalam beberapa bagian saja, sampai diceritakan bahwa dia pindah karena suatu hal yang tidak dijelaskan dalam novel dengan rinci.
Alma akan mengikuti alur cerita dalam novel. Dia tidak ingin terlalu terlibat dengan kisah cinta antara si kaya dan miskin itu, lagian dia bukan tokoh yang berakhir dengan tragis.
Namun setelah hampir 3 bulan dia hidup di novel, Alma merasa kasihan dengan tokoh tokohnya apalagi tokoh antagonis. Meskipun Renjana memiliki kondisi ekonomi yang berkecukupan tetapi dia memiliki sebuah perkumpulan anak remaja yang diketuai oleh dirinya. Dia adalah sosok yang terkenal dimana mana, selain karena dia pintar renjana juga merupakan sosok yang sangat tampan. Karena itulah yang membuat sosok Daisy menyukainya.
Lalu Sagara Caesar Smith, si antagonis yang merupakan tunangan Daisy akan berakhir tragis. Sagara, pemuda berekspresi datar dan memiliki kekuasaan tertinggi disekolahnya yang merupakan kepemilikan keluarga Smith. Sosok itu sebenarnya memiliki sisi menyedihkannya, ah tidak bahkan semua tokoh dinovel ini mempunyai penderitaan dan berakhir menyedihkan. Dimulai dari tokoh Renjana yang akan meninggal karena penyakit, lalu Daisy yang bunuh diri akibat penyesalan yang dirasakannya. Kemudian tokoh Sagara yang depresi karena tekanan orang tua dan rasa cintanya pada Daisy membuat dia masuk rumah sakit jiwa.
Alma menyayangkan itu semua, apalagi dia yang harus satu atap dengan antagonis pria membuat dia merasa empati pada Pria itu. Setelah berfikir, akhirnya dia memutuskan sesuatu.
Merubah akhir cerita.
Alma ingin semua tokoh bahagia.
Termasuk dia.
Sagara.
Renjana.
Dan Daisy.
Atau mungkin yang lainnya. Alma ingin semuanya happy ending, terutama Sagara.
Karena Sagara adalah tokoh kesayangannya.
Tapi bisa kah ia menyelesaikan semua itu?
Dia bisa apa?
Hanya bermodalkan anak pelayan dapatkah ia menyelesaikan semuanya?
***
"Tuan,"
" Daisy?"
" Ini saya, Alma."
***
" Tolong jangan terpuruk seperti itu, dia tidak akan suka melihatnya. Jika anda tidak dapat memilikinya, setidaknya anda dapat membuatnya bahagia dengan anda juga bahagia."
" Tidak usah ikut campur."
***
" Apa yang harus gue lakuin, sedangkan gue jatuh cinta sama tokoh fiksi itu?"
***
" Lo gak usah deket deket sama Eza!"
" Lo yang seharusnya gitu! Lagian ngapain Lo disini?"
" Udah jangan ribut, ini ruang UKS."
" Dia yang mulai, ezaa."
" Dih, Lo yang mulai!"
" Lo!"
" Gak, Lo yang mulai!"
" Lo!"
"Lo!"
" Diam! Mending kalian keluar, atau Lo yang keluar za."
" Ugh,"
" Lo, bangun?"
"Tuan?"
......Hallo semuanya selamat datang di Novel baru saya. Ini novel saya khusus fokuskan agar tetap up kedepannya. mungkin ada beberapa halangan yang membuat tidak up. Sebelum mohon maaf bila kosa kata masih acak acakan karena saya masih amatiran. ......
...jangan lupa follow saya ya, dan biasakan untuk like ya. Dukungan kalian berpengaruh pada update. semakin banyak like nya semakin semangat saya up nya....
...sekian dari saya terima kasih🥰...
...°HAPPY ENDING°...
Alma membuka pintu kamar berwarna silver itu secara perlahan lahan. Kamar yang bernuansa dark menyapu matanya, namun keadaan yang sangat kacau bak kapal pecah membuat Indra penglihatannya sakit. Diantara semua itu yang paling menonjol adalah seseorang yang meringkuk dilantai bersandar dikasur.
Sagara Caesar.
Terduduk dengan memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya, penampilan yang terlihat berantakan. Baju sekolah masih melekat ditubuhnya, rambutnya acak acakan dengan noda darah disekitarnya.
Alma menggigit bibirnya.
Sialan.
Sampai kapan dia harus melihat adegan yang menyedihkan seperti ini?!
Alma menarik nafas dalam dalam, menegakkan pundaknya dan menggenggam erat kotak p3k yang ia bawa.
"Tuan," Panggilnya pelan.
Kepala itu mendongkak, mata sembab itu menatap kearahnya. Alma meredupkan senyumnya melihat kekosongan didalam mata itu.
" Daisy?" Suara serak dan beratnya terdengar.
Hampir satu tahun berlalu, novel berjalan sesuai dengan alur jalan ceritanya.
Tapi kenapa kamu sudah menderita? Lalu bagaimana akhir hidup kamu seperti di novel?
" Ini saya, Alma." Mata kosong itu tidak menatapnya lagi. Pria itu langsung bangkit berjalan dengan gontai kearah kamar mandi.
" Kenapa?" Alma menahan nafasnya, dia langsung menjawab dengan satu kali nafas.
" Saya membawakan obat untuk anda," Sagara meliriknya sebentar, lalu kembali mengambil langkah.
" Letakkan saja disitu." Pria itu mengambil handuk hendak mandi, Alma menurutinya. " Saya letakkan disini,"
Sagara tak menanggapinya sampai perkataan Alma yang selanjutnya, " Tolong jangan terpuruk seperti itu, dia tidak akan suka melihatnya. Jika anda tidak dapat memilikinya, setidaknya anda dapat membuatnya bahagia dengan anda juga bahagia." Alma berucap dengan pelan.
Sudah cukup dia diam selama ini.
Sagara yang malang.
Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya, kehilangan sahabatnya dan sekarang cintanya. Apa dia juga akan kehilangan tujuan hidupnya?
" Tidak usah ikut campur." Suara dingin nan datar menyambut Indra pendengarannya. Ia segera mengambil langkah mundur dan berbalik.
" Setidaknya aku sudah mengingatkanmu," Gumamnya pelan. Entah Sagara mendengarnya atau tidak.
Setelah berada didapur, gadis itu menghela nafas. " Apa yang harus gue lakuin, sedangkan gue jatuh cinta sama tokoh fiksi itu?"
Bukan hanya karena visualnya yang sangat tampan dan menawan. Tetapi karena tokoh Sagara itu merupakan sosok idamannya.
Sagara adalah sosok yang terlihat kuat diluar namun sangat lembut didalam. Pria yang tidak memperhatikan bentuk kasih sayangnya, namun jika kita peka maka kita akan melihat bentuk kasih sayangnya yang sangat membuat kita akan merasa salting dan bawa perasaan.
Sayangnya pemeran utama wanita kita tidak peka dan melihat itu. Ditambah Sagara sangat menjunjung tinggi harga diri.
Novel sudah berjalan setengah, tetapi Alma sudah tidak tahan melihat penderitaan Sagara.
" Ama,"
Lamunan gadis itu terhenti, Alma tersenyum kecil pada paman tuannya.
" Paman Sam, baru pulang?"
Samuel mengangguk. " Kamu ngapain disini?"
Alma menampilkan senyum cengiran khasnya, " Ama gabut paman, jadi kedapur mau bikin mie. Paman mau Ama buatin kopi?"
Samuel menghela nafas berat, pria paruh baya itu melonggarkan dasinya. " Tidak baik makan mie instan malam malam begini, saya sudah bilang sama kamu Ama. Anggap saja ini rumah kamu, kalau lapar kamu bisa makan."
Alma tertawa kecil.
" Ama tahu, paman. Lebih baik paman mandi dulu, terus ganti baju. Ama siapin dulu kopinya!"
" Baiklah, seperti biasa antar keruang kerja paman."
" Siap, paman."
...****...
" Ayo ganti baju!"
Alma melirik Jesslyn, teman sebangkunya sejak kelas 10. "Aku males olahraga."
Jesslyn mencebik, mengingat kembali sifat Alma. " Mau olahraga ataupun engga mending ganti dulu. Nanti pak Yosep marah, terus dihukum. Mau?"
Alma sontak menggeleng, siapa juga yang mau dihukum. Semua orang juga pasti tidak mau. "Yaudah ayo!"
Dengan terpaksa dia berganti pakaian dengan seragam olahraga berwarna hijau yang merupakan kebanggaan Smith High School. Setelah berganti pakaian dia langsung kelapangan bersama jesslyn yang sedari tadi tidak bisa diam menceritakan sepupunya yang baru saja pulang dari luar negri.
" Ganteng banget! Gue ga nyangka dia berubah sedrastis itu. Lo bakalan terpesona sama dia!" Alma menatap sekeliling lapangan. Untungnya pak Yosep sedang keluar jadi para murid bebas melakukan olahraga apapun yang mereka mau. Dan Alma pikir dia juga akan olahraga, yaitu olahraga menutup mata.
" Kita duduk aja yuk, disana." Tunjuk Alma pada sebuah bangku yang ada dibawah pohon. Terlihat nyaman tanpa tersinari matahari.
" Gue yakin Lo bakal kagum banget sama sepupu gue!" Alma menyerngit melihat keantusiasan temannya. " Emang seberapa gantengnya dia sih? Lebih ganteng mana sama kak Renjana?"
Jesslyn gelalapan. " Ya kalau itu sih beda cerita. Ayang Eja nomor satu! Tapi Abang sepupu gue itu nomor duanya, dia ganteng.. ganteng parah!"
Alma jadi penasaran dengan sosok sepupu jesslyn. Jesslyn memang tidak pernah disebutkan dalam novel, karena mungkin dia sama sepertinya yaitu tokoh figuran. Namun jangan salah, Jesslyn Graham adalah putri satu satunya keluarga Graham. Keluarga yang termasuk jajaran tinggi dan elit, keluarga yang berkecimpung didunia bisnis dan teknologi.
Entah bagaimana Alma bisa berteman dengannya, karena jesslyn sangat menempel padanya. Bahkan dia tak segan menghajar orang yang menjailinya.
" Siapa namanya?"
Mata Jesslyn berbinar. "Namanya Ha-"
" Lihat! Lihat! Sagara sama Eza mau tanding basket!"
" Wah mana mana?!"
" Argh demi apa Eza ganteng banget!"
" Ya Alloh tolong kuatkan hambamu ini!"
" Kayaknya gue overdosis liat kegantengan Saga!!"
Riuh bisikan dan jeritan tertahan para gadis melihat gerombolan pria yang akan bermain basket menghentikan ucapan jesslyn.
Alma mengerjap pelan.
Seperti biasa pesona para tokoh selalu menarik perhatian.
Namun dia belum terbiasa, meski sudah satu tahun dia disini.
Dunia yang masih asing baginya.
...Jangan lupa like dan koment ya....
...°HAPPY ENDING°...
Alma menahan nafas sesak akibat berhimpitan dengan siswi lain. Tadi ia tiba tiba ditarik oleh Jesslyn untuk masuk ke kerumunan tersebut. Tak jarang dia terdorong bahkan tersenggol akibat tubuhnya yang kecil.
" Derita punya tubuh kecil!" Ringisnya menahan diri agar tidak terdorong keluar.
Tapi bukannya diam dia malah terdorong kedepan membuat Alma terjerembab jatuh. Ingin sekali dia mengumpat dan meringis karena lututnya terasa perih.
" Awass!!"
Bugh
Alma sedikit linglung mendengar orang menjerit, sampai dia merasakan kepalanya tertimpa sesuatu yang berat. Tangannya sontak menahan agar tidak terbaring, memejam kuat menetralisir rasa pusing dikepalanya.
" Woi! Kasian itu tolongin,"
" Anjir, udah jatuh malah ketimpuk bola. Sakit pasti,"
Bisik bisik dan lontaran itu Alma dapat dengar. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati. Kenapa mereka hanya berbicara saja? Tidak ingin menolong kah?
" Alma!" Jesslyn menerobos kedepan, dia melihat Alma terduduk dibawah.
" Yaampun, Lo enggak apa apa?" Tanya Jesslyn khawatir.
Membantu Alma duduk dengan benar, dia menahan Alma yang terlihat pucat. " Kepala gue pusing, Jess."
Melihat kerumunan dipinggir lapangan membuat para pemain tersebut berkumpul kearah sana termasuk Renjana dan Sagara.
" Sorry. Lo okey?" Renjana merunduk, pria berambut coklat itu mengulurkan tangannya.
" Gue gak papa." Mendongkak, Alma terpaku menatap pria itu.
Renjana.
Tokoh utama dalam novel 'Renjana' kesukaannya.
Mata coklat sayu ciri khas miliknya, dengan senyum yang menenangkan. Yang selalu jesslyn kagum kagumkan, dan untuk pertama kali bagi Alma menatapnya secara langsung.
Dapat Alma akui, ketampanan tokoh utama sangat luar biasa. Namun seharusnya ia tidak berdekatan dengan tokoh utama. Selain itu kejadian itu tidak terjadi didalam novel.
Lamunannya terhenti. " Lo berdarah."
" Almaa!!"
Setelah itu semuanya terlihat gelap.
...***...
" Lo gak usah deket deket sama Eza!"
" Lo yang seharusnya gitu! Lagian ngapain Lo disini?"
" Udah jangan ribut, ini ruang UKS."
" Dia yang mulai, ezaa."
" Dih, Lo yang mulai!"
" Lo!"
" Gak, Lo yang mulai!"
" Lo!"
"Lo!"
" Diam! Mending kalian keluar, atau Lo yang keluar za."
Matanya terbuka tat kala mendengar suara ribut. Mengerjap beberapakali menyesuaikan sinar yang masuk ke retina mata miliknya.
" Ugh," Alma meringis merasakan perih dilututnya.
" Lo, bangun?" Suara yang terdengar familiar menarik perhatiannya. Sagara, pria itu masih memakai Jersey menatapnya dengan datar.
" Tuan?" Beo nya.
" Cih, ngapain sih kita kesini?" Celetuk seseorang membuat dia sadar bahwa mereka tidak berdua. Ada Jesslyn bermuka masam dengan Renjana yang terlihat frustasi beserta Daisy yang terlihat kecut.
" Kalian... Ngapain?"
" Lo udah sadar, Al? Yaampun gue kaget banget liat Lo tadi pingsan terus mimisan." Ujar Jesslyn maju menerobos kedekat Alma. Alma sendiri merasa canggung apalagi melihat ketiga tokoh utama ada disini.
" O-oh ya?"
"Mereka ngapain disini?" Lanjut Alma setengah berbisik. Jesslyn menoleh kebelakang membuat Alma langsung mencubit lengan gadis itu.
" Aww! Lo apa apa sih, Al? Kok cubit gue." Ringis jesslyn. Mata Alma melotot saat tau apa yang akan diperbuat oleh temannya.
" Kalian bisa pergi, gue udah baik baik aja."
Mendengar itu, Renjana sedikit mendekat. " Gue minta maaf, tadi gak sengaja ngelempar bola sampai kena sama Lo."
Alma mengangguk singkat." Gue gak papa kok."
" Ayo zaa," Daisy terlihat menarik pemuda itu. Alma meliriknya, gadis yang menjadi tokoh utama itu sangatlah cantik dan rupawan. Semua gadis pasti akan insekyur melihatnya, termasuk dirinya.
" Apa Lo liat liat?" Ketus Daisy. " Lo cantik banget." Alma menutup mulutnya sendiri. Dia meringis malu, dan menjadi panik sendiri.
" Enggak! Enggak! Maksud gue.. a-anu aduh!" Daisy tampak membuang muka. " Sorry, gue gak bermaksud gitu. G-gue cuma menge-fans sama Lo. Bahkan dari dulu! Beneran deh, suerr gak bohong." Alma jujur tentang itu, dia sering menatap gadis itu dari kejauhan.
" Hmm, ayo za." Renjana akhirnya mengangguk. " Yaudah kita duluan."
Alma menatap kepergian mereka berdua sampai mereka benar benar hilang dari pandangannya. Lalu pandangannya beralih pada Sagara yang diam seolah patung.
" Jess, kamu bisa beliin aku minum?" Jess yang sedari tadi menahan amarah akhirnya mengangguk. " Gue beliin, ya."
Selepas kepergian Jesslyn, Alma berdehem canggung.
" Anda tidak pergi?" Tanya Alma. " Ini sekolah, bukan rumah. So, stop bicara formal."
Alma tersentak mendengar suara datar itu. " O-oh, Oke."
Setelah itu, semuanya kembali hening. Tidak ada kata yang terucap lagi dari Sagara.
" Ekhem, k-kamu bisa pergi. Ada jesslyn yang nungguin aku."
" Lo, ngusir gue?" Alma merapatkan bibirnya lalu menggeleng. Dia hanya tidak ingin merepotkan tuannya saja.
" Gue udah buat surat izin. Lo bisa pulang, supir ada didepan."
Alma mengerjap beberapakali merasa pendengaran bermasalah. " Hah?"
Sagara berdecak melihat kelemotan gadis yang merupakan pelayan dirumahnya. Ingin dia berucap kasar, namun mengingat pamannya teramat menyayangi gadis itu membuat ia urungkan niatnya.
" Buru!"
Alma langsung bangun, namun lututnya terasa perih. Hal itu membuatnya meringis. Sagara semakin berdecak. Dia akhirnya berjongkok dihadapan Alma.
" Eh? T-tuan mau ngapain?" Panik, Alma sangat panik.
" Jangan banyak omong! Cepet naik."
Alma dibuat keheranan dan kaget dengan tingkah Sagara. "Gak usah, aku bisa sendiri!" Alma langsung berdiri dengan sedikit tertatih.
" Lo, ngebantah gue?" Sagara menyipitkan matanya. Dia langsung bangun dan berbalik menatap Alma yang gugup. Pasalnya jarak keduanya sangat dekat, dan itu tidak baik untuk jantung miliknya.
" Seperti yang kamu bilang, ini sekolah bukan rumah. Aku berhak nolak." Sagara menyunggingkan bibirnya. " Lo bener bener ngelunjak, ya?"
Alma memundurkan dirinya kala merasakan aura tidak enak dari Sagara. Sagara mengambil langkah mendekat.
" T-tuan! J-jangan macam macam ya?! Saya bisa berteriak!" Panik Alma. Melihat itu Sagara semakin menyeringai.
" Huaaa- T- tuan!" Alma langsung mengalungkan tangannya dileher Sagara kala pria itu mengangkatnya ala ala bridal style.
" Turunin saya, Tuan!" Ronta Alma. " Lo mau jatuh?" Sontak Alma menghentikan kakinya yang memberontak.
Sagar mulai mengambil langkah keluar, namun saat keluar Jesslyn ada dipintu sambil menganga lebar menatapnya syok.
" Tuan! Tolong turunin saya. Ada banyak yang lihat!" Bisik Alma menyembunyikan wajahnya didada pria itu. Sungguh di malu sekali.
" Diam atau Lo gue cium."
Mendengar ancaman itu, Alma langsung merapatkan bibirnya dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus.
" Sialan! Ni cowok bikin anak orang baper."
...Ciee ada yang baper🤭 Kalian baper? tunggu kelanjutannya yang bisa bikin kalian makin kejer karena Babang Sagara mwehehehe....
...Jangan lupa Like dan Koment🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!