NovelToon NovelToon

Necromancer Lord

Bab 1: Dunia Etheria

Erza terbangun penuh dengan keringat di sekujur tubuhnya.

“Bukannya aku sedang bertarung di ring atau aku sedang membaca di perpustakaan. Eh? Bumi? Etheria?”

Erza sangat bingung dengan ingatannya yang tumpang tindih. Melihat ruangan yang tidak asing baginya menjadikan pikirannya sedikit segar.

Kasur empuk ala bangsawan pertengahan dan beberapa dekorasi kuno.

Pikiran Erza mulai jernih, “ah... Aku sekarang di dunia Etheria.”

[Persatuan berhasil dilakukan]

[Mendapat hadiah: Ingatan kehidupan sebelumnya]

Erza kembali kebingungan dengan suara yang terdengar sangat dekat dengan telinganya, ia menoleh ke kiri dan kanan namun tidak menemukan apa pun.

[Saya ada dalam diri Anda]

Erza mengerutkan keningnya, “Apa maksudmu? Apakah kamu itu aku?”

[Setengah benar dan setengah salah]

“Eh?” Erza menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Aku tidak paham, coba jelaskan.”

[Saya adalah saya; Anda adalah anda. Kita berbeda namun ada dalam tubuh yang sama]

“Mudah dimengerti. Apakah kamu akan mengambil alih tubuhku atau sesuatu seperti itu?”

[Tidak]

“Itu cukup bagus, Semoga kita akrab. Dan apa yang kamu bicarakan sebelumnya? Ingatan kehidupan sebelumnya?”

[Iya, anda mendapatkan hadiah berupa ingatan dari kehidupan anda yang sebelumnya]

Erza di kehidupan sebelumnya adalah seorang anak yatim piatu yang menjadi petarung jalanan. Menghabiskan waktu dengan latihan fisik dan mencari uang dengan bertarung. Tak ada hal yang menarik. Tak ada kekeluargaan, percintaan, atau pun masa muda yang indah.

“Aku di kehidupan sebelumnya cukup menyedihkan. Setidaknya sekarang aku punya keluarga dan rumah.”

Suara ketukan pintu terdengar, “Tuan muda, bolehkah saya masuk?” ucap Leni, pelayan pribadi Erza.

“Masuk saja, Leni,” teriak Erza agar terdengar keluar ruangan.

Perempuan berumur 9 tahun dengan senyum riang masuk ke dalam kamar Erza.

“Apakah Tuan muda berbicara dengan seseorang?” tanya Leni yang mendengar suara Erza dari luar.

“Eh? Tidak. Aku sedang bicara sendiri,” bela Erza dengan meyembunyikan kepanikannya.

Leni memelototi Erza dengan serius, “Baiklah. Eh, Tuan muda bau keringat, apakah semalam sangat panas? Apakah kita harus mulai mengganti ke baju tidur musim panas?”

“Iya, semalam cukup panas,” Erza mengeles dengan mengipas-ngipaskan lengannya.

“Baiklah, besok saya ganti. Sebaiknya anda bergegas mandi dan menuju ruang makan. Ini baju hari ini. Saya pamit kembali.” Leni membungkukkan badannya lalu berbalik dan pergi dari kamar.

“Terima kasih, Leni. Kerja bagus.” Erza tersenyum menanggapi Leni.

Erza bernapas lega setelah Leni melangkah keluar, “Huuh... insting perempuan sangat tajam.”

“Hei, anu, apakah kamu masih di sana?” Ucap Erza.

[Iya. Saya sarankan sebaiknya anda tak perlu mengeluarkan suara saat berkomunikasi dengan saya]

“Maksudmu seperti ini?” pikir Ezra.

[Iya]

“Apakah kamu punya nama atau panggilan? Cukup sulit memanggilmu.”

[Saya dan anda adalah satu. Anda bisa memanggil saya sesuka hati]

“Kalau begitu aku akan memanggilmu Gun.”

[Diterima]

“Gawat! Sepertinya ini sudah lama. Aku harus cepat.” Erza berbegas membasuh badan dan menuju ruang makan.

***

“Selamat pagi, Ayah. Selamat pagi, Ibu. Selamat pagi juga Emily.” Sapa Erza setelah masuk ruang makan.

“Erza, Kamu terlambat!” bentak Luth Diozor, ayah Erza.

“Sudahlah, Sayang. Tidak baik marah di meja makan,” Sera Diozor, Ibu Erza berusaha menenangkan Luth. “Selamat pagi Erza. Cepatlah, keburu makanannya dingin.”

“Selamat pagi, Kakak. Ke sini, ke sini.” Emily, Adik perempuan Erza menggerakkan tangan kecilnya memberi tanda untuk datang padanya.

Erza berjalan dan duduk tanpa mengucapkan apa pun.

Sisa makanan telah diambil kembali oleh pelayan.

“Erza, Apakah persiapanmu sudah beres?” Luth menatap serius ke arah Erza.

Erza bingung, persiapan apa? Tapi tak bisa menanyakannya.

[Kemungkinan terbesar pertanyaan tersebut mengacu pada persiapan keberangkatan ke akademi]

“Ah, aku melupakannya. Aku berangkat ke akademi minggu depan.” Pikir Erza dan berusaha tenang.

“Tidak ada masalah yang berarti, Ayah.” Erza memasang senyum dengan menutup matanya agar tak terlihat berbohong.

“Baguslah,” Luth berdiri dan bergegas keluar ruang makan.

“Kak, bisakah aku bermain denganmu hari ini?” Tatap Emily dengan wajah manisnya.

Erza berusaha menahan untuk tidak memeluknya, “Tentu saja, apa yang tidak untuk adikku.”

“Eh?” Sera terkejut dengan jawaban Erza.

Bagaimana tidak terkejut, Erza biasanya mengurung diri di perpustakaan sepanjang hari kecuali sore hari untuk latihan pedang. Namun setelah mendapat ingatan dari kehidupan sebelumnya, Erza menyadari bahwa keluarga adalah hal yang paling penting.

“Hore, Ayo kita ke taman!” Emily menarik tangan Erza sambi berlari.

Selagi menemani Emily bermain, Erza memulai komunikasi dengan Gun. Erza belum mengobrol banyak dengan Gun dan bahkan belum tahu apa-apa.

“Gun, apakah dunia ini masa abad pertengahan di kehidupan sebelumnya.”

[Itu sepenuhnya berbeda. Satu-satunya hal yang sama adalah sistem pemerintahan feodal dimana sitem politik dijalankan oleh Raja dan Bangsawan]

“Sepertinya memang begitu. Kedua dunia sangat jauh berbeda. Bahkan disini ada sihir dan monster.” Erza merenung dan kembali berpikir.

“Gun, apakah aku bisa menggunakan sihir atau mengalahkan monster?”

[Kemungkinan anda dapat menguasai sihir elemen adalah 60%]

[Untuk membunuh monster: Insting bertarung ada sangat bagus setelah mendapat ingatan kehidupan sebelumnya, namun teknik bertarung anda tidak layak. Kemungkinan anda membunuh monter biasa 96%, monster pertengahan 54%, Monter tinggi 2%, monter spesial 0%]

Erza terus mendengar Gun dan tak menyangka ia selemah itu. Erza hanya bisa pasrah dan menghembuskan napas panjang.

Emily melihat wajah Erza yang kurang bersemangat, “Ada apa, Kak? Apakah kakak tidak suka bermain denganku?”

“Tentu saja kakak suka bermain dengan Emily,” Erza mengelus kepala Emily untuk menenangkannya.

Emily tersenyum dan memeluk Erza, “Kakak sepertinya tidak bersemangat. Emily bisa bantu kakak semangat lagi. Kata Ibu, orang akan lebih bersemangat kalau dipeluk.”

Erza sudah tak tahan lagi dan memeluk Emily cukup erat, “Terima kasih, Emily.”

Keduanya tetap begitu sampai Emily tertidur.

Erza berniat melepas pelukannya namun pelukan Emily cukup erat, “Ah, sepertinya sudah waktunya bagi Emily tidur siang.”

Sera yang dari tadi tersenyum memperhatikan keduanya lalu mendekat, “Sepertinya sudah tidur duluan, ibu terlambat menjemputnya.”

Erza ikut tersenyum malu diperhatikan ibunya.

“Sini, Emily. Ibu gendong ke kamar.” Sera berusaha memindahkan pelukan Emily ke gendongannya pun tidak bisa.

“Aku mau sama Kakak!” Rajuk Emily yang sedikit sadar karena gangguan Sera.

“Baiklah, baiklah Ibu menyerah,” Sera melapaskan tangannya dari Emily, “Kalau begitu, Erza, bisa tolong bawa Emily ke kamarnya?”

“Tentu, Ibu.”

Erza membawa Emily yang dalam pelukannya ke kamar Emily.

Erza kembali ke kamarnya.

”Gun, bagaimana kekuatanku saat ini?”

Tiba-tiba muncul panel hologram di depannya.

...[Status]...

...[Nama: Erza Diozor...

...Ras: Manusia...

...Umur: 10 tahun...

...Job: Kesatria (Novice)...

...Experience Point (Exp): 10/50...

...Health Point (HP): 70/70...

...Mana Point (MP): 30/30...

...Strengh: 8...

...Agility: 7...

...Vitality: 7...

...Inteligent: 3...

...luck: 14...

...Bonus Point: 0...

...Skill: Basic Swordman, Expert Street Fighter....

...Assist: Gun, Ingatan kehidupan sebelumnya]...

“Oh ini seperti permainan internet di kehidupanku sebelumnya. Tapi kenapa tidak ada levelnya?”

[Saya mengakumulasikan apa yang dimiliki lewat hal yang mudah dipahami. Klasifikasi level makhluk tidak bisa di tentukan lewat angka. Saya bisa membandingkan dua makhluk lewat angka. Apakah diperlukan?]

“Eh, begitu? Coba bandingkan aku dengan ayahku.”

[Perbandingan Erza 1:52 Luth]

Erza menghela napas panjang, “Kapan aku bisa mengejarnya?”

[Akumulasi kemajuan saat ini: 22 tahun]

“Umurku saat ini 10 tahun. Jika 22 tahun yang akan datang berarti aku bisa mengejarnya saat umur 32 tahun. Ayah saat ini berumur 28 tahun. Bukannya kemajuanku lebih lambat dari ayah, meskipun sudah mendapat ingatan kehidupan sebelumnya?”

[Disarankan menggunakan gacha pertama gratis]

“Gacha?!”

Bab 2: Keberuntungan Pemula

“Gacha?!”

[Terdapat 3 klasifikasi gacha: Common Gacha, Rare Gacha, dan Legend Gacha. Hadiah dari gacha tentu saja acak, bisa berupa peralatan, perlengkapan, skill, job, serta hadiah pendukung lainnya.]

[Gacha Point yang dimiliki: 0. Memiliki kesempatan pertama gratis di tiap kelas gacha]

“Baiklah, Gun kita coba gacha!” Erza terlalu bersemangat hingga mengeluarkan suara.

Muncul panel hologram seperti panel status di depannya.

...[Gacha]...

...[Gacha Point (PG): 0...

...Common Gacha: 100 PG/spin; 900 PG/10 spin. Free Spin/week...

...Rare Gacha: 1.000 PG/spin; 9.000 PG/10 spin. Free Spin: 1/month...

...Legend Gacha: 10.000/spin; 90.000 PG/10 spin. Free Spin: 1/Year...

“Tunggu aku punya keberuntungan pemula, akan sia-sia jika memakainya di common. Apakah rare dulu? Ataukah langsung legend?” Erza kebingungan dan berguling-guling di kasurnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk langsung mencoba legend gacha terlebih dahulu.

Papan gacha berbentuk bulat. Terdapat warna hitam serta banyak yang berwarna lebih bias dan paling banyak yang berwarna putih.

“Gun, lebih bagus hitam atau putih?”

[Hitam]

“Baiklah kita mulai Legend Gacha!”

Erza menekan rombol mulai. Roda gacha pun beputar dan panahnya berhenti di zona hitam.

[Selamat! Anda memenangkan hadiah utama: Job Necromancer]

Erza tertawa kencang, “Sudah kuduga aku memiliki keberuntungan pemula.”

Erza penasaran dengan dua lainnya, namun ia lebih penasaran dengan hadiahnya. “Gun, tolong beri tahu apa yang aku dapat.”

[Anda mendapatkan Job kelas legenda: Necromancer. Apakah perlu di pasangkan?]

“Bukankah aku sudah punya?”

[Iya, saya hanya perlu menambahkan sub job]

“Apakah aku bisa menguasai semua job?”

[Tidak, Kemampuan tubuh yang anda miliki terbatas]

“Baiklah, pasangkan! Lagipula ini job kelas legenda, mana mungkin bisa buruk.”

[Membuka Sub job... Berhasil]

[Memperbaharui sub job menjadi Necromancer... Berhasil!]

Setelah menerima pemberitahuan Gun, tubuh Erza merasa hangat.

“Tubuhku sangat ringan,” Erza melompat-lompat dan mengepal. Ia mengepal-ngepalkan tangannya. “Kurasa, aku lebih bertenaga.”

[Kemampuan utama Necromance: Risen (Aktif), membangkitkan tubuh makhluk yang sudah meninggal menjadi undead; Soul Catch (Aktif), menangkap jiwa makhluk yang telah mati; Call and Return (Aktif), memanggil dan mengembalikan makhluk yang telah terbangkitkan; Necro World, dunia tempat familiar hidup]

Erza tersenyum gembira, “Aku tak sabar ingin langsung mencobanya, tapi sebelum itu.”

Erza menyentuh panel Common Gacha dan memulainya.

[Selamat! anda mendapat skill Energy Sword]

Erza tak bisa menyembunyikan kesenangannya, ia melompat-lompat seperti anak kecil.

“Selanjutnya, Rare gacha.” Erza menekan panel rare gacha. Gacha pun berputar. Dan akhirnya berhenti pada zona putih

[Mohon maaf, keberuntungan anda belum mengizinkan]

Erza sedikit kehilangan semangat setelah tidak mendapat apa-apa di rare gacha, “Keberuntungan pemula habis, harusnya aku memulai rare gacha dulu tadi!”

Erza memaki dirinya sendiri.

“Sudahlah, aku ingin mencoba kemampuan baru.”

Tiba-tiba Leni, dengan senyum riang yang biasanya, masuk ke kamar Erza, “Tuan muda, sudah waktunya latihan pedang.”

Erza melihat ke luar ternyata sudah sore, “Ah, habislah aku.”

Leni menyimpan pakaian latihan Erza lalu keluar.

Erza pun bergegas ke tempat latihan.

***

“Erza, Kamu terlambat! Setelah pemanasan, lakukan tebasan kepala, tebasan badan dan tusukan masing-masing 100!” Teriak Tommy, instruktur pedang keluarga Diozor.

Tanpa mengucapkan apa-apa, Erza mulai pemanasan dan mengayunkan pedangnya.

Erza mencoba menggunakan energi pedang yang baru didpatnya.

Mana mengalir dari tubuhnya ke arah pedang. Bilah pedangnya terselimuti cahaya putih.

Tommy yang terus memperhatikan sangat terkejut. Ia berjalan mendekati Erza, memastikan bahwa itu bukan kebetulan.

“Erza, sejak kapan kamu menguasai energi pedang?” Tommy mengerutkan keningnya.

“Kurasa, sejak tadi.” Erza mengindari tatapan Tommy.

Tommy menghela napas panjang, “Baiklah.”

Tommy memalingkan tubuhnya. “Apakah dia itu jenius? Dia bisa menguasai energi pedang pada 10 tahun. Normalnya perlu 3-10 tahun latihan, sejak kapan dia latihan energi pedang?” Pikiran Tommy berkecamuk.

“Erza, cobalah serang target itu,” Tommy menunjuk orang-orangan.

Erza mengalihkan pandangannya ke orang-orangan lalu berlari menyerang orang-orangan itu. Tebasan badan yang digunakan Erza mampu membelah target dengan mudah.

Erza sendiri pun terkejut bisa membelahnya semudah itu.

“Sekarang coba lepaskan energi yang ada di pedangmu ke sana!” Tommy menunjuk ke arah target lainnya, kali ini dengan zirah besi.

Energi pedang melesat meninggalkan pedangnya ke arah target.

Suara benturan energi pedang dan zirah tedengar. Itu hanya meninggalkan goresan di zirahnya.

“Itu cukup bagus.” Tommy mengangguk puas.

“Terima kasih, Pak!” Erza senang, ini pertama kalinya ia dipuji Tommy selama 3 tahun latihan.

[Selamat! Anda meningkatkan job utama kesatria Novice menjadi Beginner]

Pemberitahuan Gun sedikit mengejutkan Erza, “Apa maksudnya, Gun?”

[Job bisa ditingkatkan ditingkatkan. Anda baru saja meningkat dari Novice ke Beginner. Tahap selanjutnya terdapat Expert, Master dan Grandmaster]

“Peringkat apa yang dimiliki Pak Tommy dan Ayah?” tanya Erza sedikit penasaran.

Dia sudah menebak sebelumnya, Tommy di Master dan ayahnya di Grandmaster. Namun, Ia terkejut mendengar jawabannya.

[Tommy: Kesatria Grandmaster dan Luth: Kesatria Grandmaster. Perbandingan Tommy 2:1 Luth]

Meskipun keduanya Grandmaster, terdapat perbedaan yang sangat besar.

Erza pernah melihat Luth bertarung dengan monter dan itu sangat menakjubkan baginya. Erza selalu melihat ayahnya merupakan orang terkuat di kediaman Diozor, tak di sangka Tommy jauh lebih kuat.

Erza tak tahan dengan rasa penasannya, “Pak Tommy, apakah kamu lebih kuat dari ayah?”

Tommy menutup matanya seakan tidak mendengar apa-apa, namun mata Erza terus memandang penasaran.

Tommy batuk pelan, “Komandan sangat kuat dan juga pintar, tapi dalam adu pedang, setidaknya aku sedikit unggul.”

Erza memasang wajah meragukan. “Gun sudah jelas mengatakan bahwa Tommy 2 kali lebih kuat.” pikir Erza.

Wajah meragukan Erza membuat Tommy kurang nyaman. Ia mengalihkan pembicaraannya. “Baiklah, sekarang latihan satu lawan satu!” Teriak Tommy pada seluruh prajurit.

Tommy kembali mengalihkan pandangan ke Erza, “Cobalah kamu ikut juga.”

Darah petarung Erza naik, hasrat ingin bertarung Erza tumbuh dari ingatan kehidupan sebelumnya yang tiap harinya bertarung di jalanan.

Erza melihat banyak pasangan beradu pedang kayu menimbulkan suara riuh. Erza melihat satu prajurit yang sudah menang hanya dalam beberapa detik.

Erza menantangnya dan dengan sedikit enggan, prajurit itu menerimanya setelah mendapat persetujuan Tommy.

[Peringatan! Anda tidak bisa menang melawan kesatria Expert. Perlu dibantu?]

Erza sudah menduga bahwa orang didepannya tidak setara dengan para prajurit.

Keduanya saling berhadapan memasang kuda-kuda. Setelah mengetahui lawan yang lebih kuat darinya, Erza sangat bersemangat.

“Erza Diozor,” Ucap Erza memperkenalkan diri.

“Luki.” Jawab singkat pemuda yang terlihat 15 tahun.

Erza menerjang kedepan berniat menusuk perut Luki, tapi instingnya mengatakan bahwa dia akan kalah jika melakukannya. Erza berhenti.

Luki Tersenyum lalu berlari ke arah Erza, menyerangnya dengan ayunan ke arah kepala.

Erza menahannya, lalu tiba-tiba tusukan pedang terlihat sangat dekat ke arah lehernya. Erza mundur ke belakang menghindarinya.

“Sepertinya tuan muda punya insting yang bagus, biasanya yang lain akan langsung kalah dengan 2 gerakan,” puji Luki dan langsung kembali ke posisi kuda-kuda.

“Apa-apaan itu, aku tak bisa melihat serangannya,” keluh Erza dalam hati.

Luki kembali menyerang bagian kanan badan Erza. Erza bersiap di tempatnya, ia sangat mengetahui bahwa itu adalah tipuan. Benar saja, saat setengah jalan, Luki berputar menyerang bagian badan kiri Erza. Erza yang sudah bersiap pun menahannya.

Erza menyerang balik ke arah kepala namun dihindari dengan mudah.

Erza melihat pertahanan paha kanan Luki terbuka dan menyerangnya.

Sebelum itu, pedang Luki sudah berada di leher Erza. Erza pun meyerah.

Keduanya memberi hormat lalu kembali.

“Kamu kalah, kalau saja tuan muda sudah Expert,” Bisik Tommy kepada Luki.

Luki tidak bisa menyangkalnya, jika saja Erza lebih cepat di serangan berikutnya, ia akan kalah.

Luki terus berjalan keluar tanpa mempedulikan yang lain.

“Kemana kau akan pergi?” tanya Tommy.

“Aku akan berlatih, Ayah,” jawab Luki.

Tommy tersenyum. “Pelajari lawanmu. Tuan muda tahu serangan tipuanmu.” Ucap Tommy.

Tommy menghirup udara panjang. “Baiklah, latihan selesai. Bersiap makan malam!” ucap Tommy mengisi seluruh ruang latihan.

Bab 3: Kebangkitan Pertama

Keluarga Count Diozor sedang menyantap makan malam.

Erza yang telah selesai melahap makanannya membuka obrolan, “Ayah, boleh aku ke hutan?”

“Tidak boleh!” Sera dan Emily menjawab bersamaan.

“Erza, di hutan banyak binatang buas dan monster. Itu berbahaya!” Ucap Sera memperingati.

Emily mengangguk-ngangguk setuju, “Kata Bibi Luna juga hutan berbahaya. Disana banyak makhluk menggigit.” Emily merujuk pada kakak perempuan Luth.

“Sudahlah, perjalanannya ke Ibukota juga melewati hutan, itu akan menjadi pengalaman yang bagus” ucap Luth

Luth menoleh ke arah Erza. “Boleh saja, tapi mau apa kamu ke hutan?” lanjut Luth

“Aku mau berburu di hutan,” ucap Erza dengan santai.

“Bawalah beberapa prajurit, akan lebih bagus jika Tommy mau menemanimu.” Luth melanjutkan suapannya.

“Terima kasih, Ayah!” ucap Erza gembira.

Setelah mengobrol ria, Erza kembali ke kamarnya.

“Gun, Status!”

...[Status]...

...[Nama: Erza Diozor...

...Ras: Manusia...

...Umur: 10 tahun...

...Job: Kesatria (Beginner)...

...Sub Job: Necromancer (Novice)...

...Experience Point (Exp): 5/70...

...Health Point (HP): 70/70...

...Mana Point (MP): 100/130...

...Strengh: 10 (+)...

...Agility: 7 (+)...

...Vitality: 8 (+)...

...Intelligent: 13 (+)...

...luck: 14 (+)...

...Bonus Point: 6...

...Skill: Basic Swordman, Expert Street Fighter, Risen,Soul Catch, Call and Return, Necro World, Energy Sword....

...Assist: Gun, Ingatan kehidupan sebelumnya]...

“Eh, rasanya exp ku berkurang?” Tanya Erza heran.

[Setelah exp mencapai batas, anda mendapat status poin secara acak, kemudian exp akan di reset dan menambahkan batas. Anda juga mendapat tambahan 3 Bonus Point]

“Bagaimana caraku mendapat exp?”

[Exp dihitung melalui pengalaman anda. Kegiatan berulang seperti mengayunkan pedang atau bertarung, seperti yang telah anda lakukan. Tak terkecuali membunuh atau melakukan kegiatan pasangan]

Erza berdeham setelah mendengar kalimat terakhir. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan, “Kenapa MP-ku bertambah banyak?”

[Setelah mendapat job Necromancer, anda mendapat tambahan poin pada Intelligent sebesar 10 poin]

Erza cukup senang dengan perubahan pada statusnya. Namun, ada hal yang mengganjal

“Kemungkinan Necromancer perlu banyak mana. Aku perlu menambahnya sebelum mencoba skill besok.”

Erza berpikir dan memutuskan untuk menambahkan semua poinnya pada Intelligent.

[Intelligent: 13>19; MP: 130>190]

“Sepertinya cukup, aku ingin cepat-cepat esok hari!”

***

“Tuan muda, sudah waktunya bangun.” Suara ketukan terus terdengar dari luar pintu kamar Ezra.

Erza perlahan bangkit dari tempat ditidurnya, kepalanya sedikit pusing.

Leni masuk ke dalam kamar dengan membawa baju ganti, “Tuan muda, apakah anda merasa tidak enak badan?”

Erza menggelengkan kepala, “Ah, tidak. Aku hanya kurang tidur karena semalam terlalu bersemangat.”

“Baiklah, bilang padaku kalau butuh sesuatu.”

“Terima kasih, Leni.”

Leni pergi dengan senyum riangnya.

Setelah sarapan, Erza langsung berangkat ke hutan pinggiran kota. Cukup sulit membujuk Emily, tapi akhirnya Erza bisa pergi dengan tenang.

“Maaf, Tuan muda. Jadi saya yang menemani anda,” ucap Luki. “Meskipun kurang pengalaman, tapi tenang saja. Saya berjanji tidak akan ada yang bisa membahayakan anda,” lanjut Luki.

“Tidak apa, justru aku lebih nyaman denganmu. Tapi, Pak Tommy biasanya di mansion. Kemana dia pergi?”

“Ayah pulang semalam, ada sedikit urusan di rumah.”

Erza berhenti melangkah dan berbalik ke belakang, “Ayah?!”

Luki ikut berhenti dan memasang wajah heran, “Eh, apa beliau belum bilang? Saya anaknya.”

Erza cukup terkejut, namun berusaha tenang. “Eh? Pantas saja dia sangat kuat di usianya,” pikir Erza.

Setelah lama berjalan dan mengobrol di jalan. Luki jadi tidak terlalu kaku bicara dengan Erza.

Mereka pun sampai di pinggiran hutan.

“Tuan muda, dari sini, sebaiknya aku di depan.” Luki melangkah lebih dulu masuk ke dalam hutan.

Tidak banyak yang mereka temu di pinggiran hutan. Hanya ada beberapa kelinci dan ayam liar.

Erza memutuskan masuk lebih dalam.

Terdengar suara pertempuran di dalam hutan, keduanya berlari mendekat, tapi tetap menjaga jarak aman.

“Itu semut baja dan kesatria tua yang sedang bertarung. Sepertinya keduanya seimbang,” ucap Luki memperhatikan dalam semak. “Apa yang harus kita lakukan tuan muda,” lanjutnya.

Erza memperhatikan pertarungan, “Tidak, kesatria tua itu tidak akan bertahan lama.”

Erza langsung menerjang.

“Tung-“ belum sempat menyelesaikan ucapannya.

Erza berlari, menggunakan energi pedang dan menusuk semut baja.

Semut baja yang tengah fokus pada musuh di depannya tidak bisa menghindari serangan Erza kemudian mati setelah beberapa saat.

[Mendapat 10 Point Gacha]

[Mendeteksi jiwa yang baru terlepas. Disarankan menggunakan skill Soul Catch]

Erza bergegas menggunakan Soul Catch seperti yang disarankan Gun.

[Mendapat jiwa monter biasa (unik), semut baja terbang]

Erza sangat senang mengetahui bahwa monternya tipe unik. Sebeumnya tidak terlihat karena sayapnya telah terpotong oleh kesatria tua.

Kesenangan Erza berhenti setelah mendengar suara batuk.

Erza begegas mendekati kesatria tua dan mengeluarkan potion penyembuh, “Kakek, minumlah ini.”

Saat Erza hendak meminumkannya, tangannya ditahan oleh kesatria tua. “Tidak apa, anak muda. Itu hanya akan menyia-nyiakan potion. Tolonglah aku dengan hal lain.”

“Aku akan melakukan sebisaku,” jawab Erza tegas.

Dengan nada terbata-bata, kesatria tua berusaha memberikan wasiat terakhirnya, “Tolong lindungi dan rawat cucuku. Dia sedang bersembunyi tak jauh dari sini.”

“Baiklah, aku berjanji.”

Kesatria tersenyum dan memejamkan matanya.

Luki yang tadinya berdiri di belakang Erza mendekat dan memeriksa nadi kesatria tua, “Tuan muda, sepertinya dia sudah meninggal.”

[Mendeteksi jiwa yang baru terlepas. Disarankan menggunakan skill Soul Catch. Target meminta anda menggunakannya]

Pemberitahuan Gun sedikit berbeda. Awalnya, Erza tak berniat menggunakannya, namun ia dengan enggan menggunakannya.

[Mendapat jiwa manusia job kesatria beginner]

“Luki, cari cucu yang dibicarakan kakek ini!” perintah Erza.

“Baik!” Luki pun langsung pergi.

Erza berdiri dan berjalan ke bangkai monster, “Baiklah, kita coba skill lainnya.”

Erza menggunakan Risen pada monter.

[Harap ambil core monster sebelum menggunakan skill]

Erza mengambil core monster lalu mengulanginya.

[Jiwa tertentu meminta anda menggunakan dirinya]

Erza tak ragu dengan usulan Gun. Mananya terserap ke mayat monster lalu monster itu menghilang.

[Mendapat familiar baru: semut baja]

“Eh, kemana semutnya?”

[Berada di ruang hampa. Gunakan skill Call untuk memanggil familiar dan return untuk mengembalikan ke ruang hampa]

Erza menggunakan call dan semut baja terbang memunculkan dirinya.

Semut baja menoleh ke kanan dan kiri hingga akhirnya matanya tetuju pada Erza.

Erza melihat-lihat semut itu, “Tidak ada yang berbeda dari sebelum mati kecuali sayapnya yang tumbuh lagi.”

Erza menyipitkan matanya, “Apakah dia kuat?”

Tiba-tiba panel hologram muncul di depannya.

...[Status Familiar]...

...[Nama: Tidak ada...

...Ras: Semut Baja Terbang (Undead)...

...Kelas: Biasa (Unik)...

...Health Point: 60/60...

...Mana Point: 40/40...

...Strengh: 5 (8)...

...Agility: 4 (7)...

...Vitality: 8 (11)...

...Inteligent: 1 (4)...

...Skill: Dig]...

“Eh kenapa berbeda dengan punyaku?”

[Familiar bertambah kuat dengan jiwa, tidak dengan exp]

“Kalau gitu, gunakan jiwa lain padanya.”

[Berhasil memberi makan]

[Health Point: 60/60 > 70/70

Strengh: 8 > 9

Agility: 6 > 7

Vitality: 11> 13]

Erza tersenyum puas, meskipun agak sedih melihat familiarnya sedikit lebih kuat daripada dirinya.

Erza belum mencoba satu skill lainnya, lalu menggunakan return. Semut itu menghilang.

Ia mencoba memanggilnya lagi, tapi tidak bisa.

[Masa jeda skill tersisa 4:57]

“Eh, ada jeda setelah menggunakan skill.”

Lamunannya terpecahkan mendengar suara mencurigakan dari semak. Erza bersiaga.

Muncul sosok anak kecil berumur 4 tahun dari semak-semak. Ia nampak lusuh dan ketakutan.

“Tunggu, dia seumuran Emily. Apakah dia yang dimaksud kakek itu? Apa yang dipikirkan kakek itu membawa anak kecil ke hutan?!” gerutu Erza dalam hatinya.

Erza mengulurkan tangannya, “Jangan takut, semuanya baik-baik saja,” Erza tersenyum lembut

Anak itu ragu-ragu menjawab uluran tangan Erza.

Erza mengambil botol minum di tasnya dan menjulurkannya, “Apakah kamu haus?”

Anak yang tadinya ragu-ragu mengambil botol minum itu. Ia berusaha membukanya namun tak bisa. Hanya bisa menatap iba ke arah Erza.

Erza tertawa dan membukakan tutup botolnya.

Anak itu mulai minum.

“Tuan muda, maafkan aku, aku tidak menemukan-“ Kata-kata Luki tersangkut setelah melihat anak kecil bersembunyi di belakang Erza.

Erza tersenyum memberi tanda agar Luki ikut tersenyum. Namun anak itu tetap saja takut pada Luki.

Erza berjongkok, “Boleh aku tahu namamu?” tanya Erza pada anak itu.

“Ceri,” Jawabnya pelan.

“Baiklah, Ceri. Namaku Erza. Apa kamu mau ikut denganku?”

Gadis itu menangis dari terus mengucapkan kata “Kakek”.

Butuh beberapa waktu untuk menenangkan Ceri. Ceri pun tertidur karena terlalu lelah baik secara fisik maupun mental.

Erza meminta Luki membawa Ceri keluar hutan. Sementara Erza berburu monter dan mendapat 14 jiwa monster biasa beserta corenya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!