NovelToon NovelToon

Adorable Love

AL 1

Indira Azzura Prasetya, gadis cantik berusia 23 tahun. Di usianya yang masih muda, ia sudah menjadi seorang dosen. Selain menjadi seorang dosen, Indira juga sudah menjadi seorang pengusaha muda di bidang kuliner.

Indira merupakan anak ketiga dari pasangan Zaid dan juga Adinda. Si bungsu yang cantik ini, memiliki sifat dingin dan tak banyak bicara, sama seperti sifat yang dimiliki sang ayah. Namun ia akan menjadi pribadi yang hangat saat bersama dengan keluarga dan orang terdekatnya.

Selama ini, keluarga tidak pernah mengetahui jika Indira dekat dengan seorang pria. Oleh karena itu, Adinda dan Zaid merasa khawatir dengan anak bungsunya itu.

" Pagi, bunda... " sapa Indira saat melihat sang ibu tengah menyiapkan sarapan di meja makan.

" Pagi sayang... Hari ini ngajar ? " tanya Adinda saat melihat sang putri bungsu kini duduk di depan meja makan.

Indira menggelengkan kepalanya.

" Hari ini, Indira gak ada jadwal ngajar. Paling siangan mau lihat resto. Bunda mau ikut gak ? " tanya Indira.

" Bunda minta ijin sama ayah dulu ya... "

" Mau minta ijin apa sih ? " tanya Zaid yang tiba-tiba sudah berada diantara mereka.

" Ini lho Mas... Dira ngajakin Bunda ikut ngecek ke resto, mumpung lagi gak ada jadwal ngajar " jawab Adinda.

" Ya udah, gak apa-apa kalau mau pergi. Sekalian aja ayah juga ikut. Nanti malam kita nginep aja di vila, kan deket tuh sama restonya Dira. Lagian sekalian ayah ada undangan resepsi deket vila. Jadi kita semua datang kesana " seru Zaid.

" Oh... Resepsinya anak Pak Khairul itu ya, Mas ?" tanya Adinda.

" Iya, sayang " jawab Zaid.

" Dira gak mau ikut ah, palingan nanti jadi ajang pencarian jodoh. Biasanya juga kan gitu... " ucap Indira sambil merengut.

" Ish... Dira. Anaknya Pak Khairul itu kan temen kamu SMA, masa gak datang " sahut Zaid.

" Oh, Andra ya Mas ! Yang pernah ngejar-ngejar Dira itu ya ? Oalah... Akhirnya nikah juga dia, Bunda kira mau terus nungguin Dira " ucap Adinda sambil terkekeh.

" Iih... Bunda mah malah ngingetin sih... Males banget " celetuk Indira mengerucutkan bibirnya.

" Lho kenapa ? Nyesel ditinggal nikah si Andra ? " goda Zaid.

" Dih, ngapain nyesel. Yang ada tuh Dira bersyukur banget dia berhasil nikah juga. Gak melulu ngejar Dira " jawab Indira asal.

" Udah... Udah... Sekarang sarapan dulu ! Nanti malam kita semua berangkat kesana. Lagian kalau udah diundang ya harus datang. Itu namanya kita menghormati dan menghargai mereka " tukas Adinda.

Siang harinya, Indira bersama kedua orang tuanya mengunjungi restoran. Indira melihat perkembangan restoran yang didirikan oleh sang ibu dan kini pengelolaannya dipercayakan kepadanya.

Setelah menjambangi restoran, mereka menuju vila untuk beristirahat sebelum nanti malam mereka menghadiri undangan resepsi pernikahan.

Adinda dan Indira telah siap dengan mengenakan tunik kebaya berwarna biru. Sementara Zaid memakai batik berwarna biru yang senada dengan kebaya Adinda dan Indira. Ketiganya kini telah memasuki ruang resepsi.

Zaid menggandeng tangan sang istri dengan mesranya. Sementara Indira berjalan di belakang mereka. Setelah naik ke panggung dan memberi ucapan selamat kepada pengantin, mereka pun menikmati hidangan yang ada.

" Wah rupanya ada Pak Zaid. Apa kabar pak ? " ucap seorang kerabat menyapa Zaid yang tengah berdiri bersama Adinda.

" Lho... Pak Surya disini juga. Alhamdulillah, baik Pak... Kabar Bapak gimana ? Kayaknya baik juga nih " sahut Zaid sambil menjabat tangan rekannya itu.

" Alhamdulillah baik, Pak. Bapak nih tambah mesra aja sama ibu. Bikin saya iri lho... " candanya.

" Gak usah ngiri pak... Nganan aja barangkali ada yang nyantol " seloroh Zaid sambil terkekeh.

" Wah, Pak Zaid ini bisa aja. Mendingan saya cantolin jodoh buat anak saya saja. Biar cepet dapet cucu " sahutnya sambil tertawa.

" Betul itu, saya juga lagi cari jodoh buat anak saya itu " tunjuk Zaid pada Indira yang tengah mengambil makanan.

" Oh, itu anak bungsunya Pak Zaid... Kira-kira kalau jadi menantu saya mau gak ya ? " tanyanya terdengar serius tapi santai.

" Memangnya anak Pak Surya mau sama anak saya ? " tanya Zaid balik setengah bergurau.

" Kalau lihat anak Pak Zaid itu, memangnya siapa yang bisa nolak... " ucap Pak Surya dengan senyuman.

" Tapi, itu kan hanya keinginan kita saja. Kalau anak-anak itu punya maunya sendiri. Jadi biar mereka yang menentukan pilihannya " tambah Pak Surya bijak.

Sementara itu, Indira yang kini membawa minuman tak sengaja menabrak seorang pria hingga menyebabkan minumannya mengotori pakaian pria tersebut.

" Eh, maaf... " ucap Indira sambil mendongak melihat pria yang ditabraknya. Indira melebarkan matanya melihat pria yang kini tersenyum sambil menatapnya.

" Galang... "

" Indira... ? Hah, emang dasar kita tuh jodoh ya ! " ucapnya sambil tersenyum manis.

Indira tersenyum sinis.

" Dih, memangnya siapa yang mau berjodoh sama kamu. Gak udah kepedean deh ! " sahut Indira ketus.

" Aku tuh gak kepedean... Dulu kan kamu sendiri yang bilang, kalau kita bisa ketemu lagi setelah berpisah berarti kita ini jodoh " tukasnya enteng.

" Gak usah ngehalu " timpal Indira lalu melangkahkan kakinya menjauhi Galang.

Namun pria tersebut justru mengikuti kemana Indira melangkah membuat Indira merasa jengah.

" Kamu ngapain sih, ngikutin terus ? " kesal Indira.

" Siapa yang ngikutin ? Orang aku juga mau ke sini. Ini berarti kita tuh udah sehati... " sahutnya.

Indira memutar bola matanya kesal. Entah mengapa ia harus dipertemukan kembali dengan pria di hadapannya ini. Pria yang paling dihindarinya saat masih sekolah dulu. Pria tengil yang tak punya urat malu, yang selalu terang-terangan menyatakan cintanya kendati Indira selalu menolaknya.

Indira mengusap wajahnya, setidaknya pikirannya harus lebih waras dan dewasa ketimbang dulu saat dirinya masih remaja.

Tanpa memedulikan Galang yang kini mulai mengekorinya, Indira mengantri untuk mengambil makanan. Namun saat sedang mengantri tanpa sengaja Indira terdorong sehingga membuatnya hampir terjatuh jika saja Galang tidak menahan tubuh Indira.

" Eh, maaf ya Neng... ! Untung aja pacarnya sigap jagain " ucap seorang ibu yang tak sengaja mendorong Indira.

" Iya... Saya memang selalu siap jagain dia, Bu " celetuk Galang menimpali ucapan ibu tersebut.

" Waduh, Neng... Beruntung banget sih, punya pacar udah cakep, perhatian lagi... Ibu doain semoga kalian cepet menikah dan jadi keluarga samawa ya " tambah ibu tersebut.

" Aamiin " ucap Galang sambil mengangkat lalu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.

Ibu tadi pun segera meninggalkan Galang dan Indira.

Indira menatap Galang dengan kesal. Entah mengapa, jika bertemu dengan Galang seolah membuat dunianya berantakan dan membuatnya selalu emosi. Ada saja tingkah Galang yang membuatnya kesal padahal Indira menyadari jika Galang tak selalu salah. Tetapi sikap dan tingkah Galang yang slengean, tengil dan super percaya diri membuat Indira menjadi ilfeel dan tak ingin berurusan dengan pria tampan itu.

AL 2

Indira melangkahkan kakinya menjauhi Galang, sayangnya pria itu seolah tak ingin kehilangan jejak Indira. Dia selalu membayangi Indira, membuat gadis cantik itu kesal sendiri.

" Ih, kamu ngapain sih dari tadi ngikutin terus ! " kesal Indira.

" Wah, ternyata kamu perhatian juga ya sama aku. Sampai-sampai tahu kalau aku ngikutin kamu " seloroh Galang sambil terkekeh.

" Gak lucu tahu ! " sentak Indira kesal.

" Lah emang aku bukan pelawak kok, jadi mana bisa lucu " sahut Galang santai.

Indira hanya berdecak, ia malas menyahuti ucapan Galang yang sudah pasti akan berlangsung panjang dan lama.

Indira tak mempedulikan Galang yang terus menatapinya dengan tatapan penuh cinta.

" Lama gak ketemu, kamu tambah cantik deh Ra. Aku tambah cinta nih kayaknya sama kamu " ucap Galang setengah berbisik di telinga Indira.

Reflek Indira menggeser badannya menjauhi Galang, namun pria itu malah ikut bergeser mendekati Indira.

Aduh, nih orang lama gak ketemu kirain udah insyaf... Eh taunya malah tambah gesrek

Gerutu Indira dalam hati.

" Ra, kamu mau jadi istri aku gak ? " tanya Galang tiba-tiba yang langsung membuat Indira membelalakkan matanya menatap Galang.

" Hah ? Jadi pacar kamu aja gak mau. Apalagi jadi istri. Jangan ngarep deh ! " sewot Indira.

" Ya, ngarep lah Ra... Dari dulu yang aku harapin tuh bisa jadi imamnya kamu " Galang membalas dengan santai.

" Ya ampun, Galang... Dari dulu sampai sekarang tuh masih belum bisa move on ? Tuh lihat si Andra, bisa ketemu jodohnya juga kan sekarang. Jadi, jangan berharap yang enggak mungkin terjadi deh " timpal Indira sambil melangkahkan kaki menjauh dari Galang.

" Aku juga udah ketemu jodoh, Dira. Jodoh aku itu kamu !! " ucap Galang dengan yakin. Ia melangkahkan kakinya berjalan di samping Indira.

" Sok tahu kamu ! " sanggah Indira tanpa melihat Galang.

" Tahu dong, karena Tuhan sendiri yang ngasih tahu kalau kamu itu jodohku ! " jawab Galang percaya diri.

Indira malas meladeni Galang, dia terus berjalan menjauh tanpa menoleh.

Galang tersenyum samar, kali ini ia tidak akan membiarkan gadis yang dicintainya itu menjauh lagi.

Indira... Cukup 5 tahun ini aku membiarkanmu menjauh. Saat ini dan seterusnya, aku akan berusaha untuk mendapatkan hatimu...

Galang mengalihkan pandangannya dari Indira, gadis yang telah lama berada di lubuk hatinya. Sejak masa putih abu bersama.

Banyak hal yang ia lakukan untuk mendapatkan perhatian dari Indira namun gadis itu seolah tak peduli bahkan menolak cintanya berkali-kali.

Sampai akhirnya mereka berpisah saat lulus SMA dan meneruskan pendidikan mereka di tempat yang berbeda pula.

Saat itu, tak banyak yang bisa Galang lakukan untuk mengejar Indira. Ia hanya fokus pada pendidikannya dan akhirnya ia dinyatakan lulus dengan nilai yang sangat baik.

Tak berbeda dengan Galang. Indira pun sangat fokus pada pendidikannya. Bagi Indira tak ada waktu untuk melayani para pemuda yang mengejar cintanya, termasuk Andra.

Andra merupakan teman SMA yang juga merupakan teman sekampusnya. Andra mengejar cinta Indira, namun penolakan demi penolakan yang diberikan oleh Indira membuat Andra mengambil langkah untuk mundur dari pengejaran cinta Indira.

Galang saat ini memutar haluan untuk mengantri di stand makanan. Dan ia telah berhasil mendapatkan zupa-zupa sup setelah berjuang cukup lama dalam antrian.

Belum sempat ia merasakan makanan yang ada di tangannya, seorang anak menangis karena sang ibu tidak berhasil mendapatkan zupa-zupa sup. Melihat itu, Galang segera memberikan miliknya kepada anak yang menangis itu.

Adinda yang berada di dekat Galang melihat hal itu dan dia begitu tersentuh melihat kebaikan Galang. Galang tak hanya memberikan sup miliknya, namun ia juga mengambilkan es krim untuk menghibur anak yang menangis tersebut. Bahkan Galang juga berhasil membuat anak itu berhenti menangis dan kini malah asyik tertawa bersama Galang.

Kalau aja, Indira bisa dapat suami seperti anak ini. Rasa-rasanya aku dan Mas Zaid bisa tenang.

Batin Adinda.

Adinda segera berlalu setelah melihat Zaid melambaikan tangan memanggilnya.

Zaid masih bersama Pak Surya, rupanya mereka meneruskan obrolan mengenai perjodohan anak-anak mereka.

" Sayang... Mas sama Pak Surya punya rencana untuk menjodohkan Indira dengan anaknya Pak Surya ini. Ternyata Indira udah kenal sama Galang " ucap Zaid saat Adinda sudah berada di tengah mereka berdua.

" Galang ? " tanya Adinda.

" Iya, Galang itu anaknya Pak Surya. Tadi Mas sama Pak Surya sempat lihat kedekatan Indira dan Galang " jawab Zaid antusias.

Adinda menarik tangan Zaid agar sedikit menjauh.

" Mas yakin mau jodohin Dira ? Mas kan tahu sendiri gimana sifatnya Dira. Dira itu paling gak mau dipaksa... " ucap Adinda berbisik.

" Iya, sama kayak kamu dulu. Gak suka dipaksa tapi akhirnya mau nikah juga kan sama Mas " kilah Zaid mengenang kisah cinta mereka dulu.

" Ih... Mas ini... ! " cebik Adinda mencubit perutsang suami.

" Mas ngerti kamu khawatir, tapi Mas yakin kalau anak Pak Surya itu anak yang baik. Mas kenal betul siapa Pak Surya. Beliau mendidik anak dengan akhlak yang baik " Zaid menenangkan sang istri.

" Udah, kamu gak usah khawatir. Nanti kamu kenalan dulu sama anaknya. Mas yakin kalau kamu suka sama anaknya itu " tambah Zaid kemudian.

Mereka kembali menghampiri Pak Surya yang kini telah bersama dengan sang anak. Adinda sedikit kaget melihat siapa yang berdiri di samping Pak Surya.

" Ah iya, Bu Dinda... Ini Galang, anak saya satu-satunya " ucap Pak Surya sambil menunjuk Galang yang memasang raut wajah ramah.

" Malam, Tante... Om... Saya Galang " sebut Galang lalu menyalami Adinda dan juga Zaid.

" Ah iya... Selamat malam, Galang " sahut Adinda menyambut uluran tangan Galang sambil mengamati pemuda itu.

" Galang ini, pemuda yang anti main stream sayang. Disaat pemuda lain berlomba untuk mendapat pendidikan di bidang yang sedang berkembang saat ini, justru Galang memilih menempuh pendidikan di jurusan pertanian " tutur Zaid dengan kagum.

" Ah, Om itu terlalu melebihkan. Saya hanya ingin mengembangkan lahan pertanian yang dimiliki Papa aja kok Om... Jadi Papa gak usah bayar orang lain, Galang bisa bantuin usaha Papa sama bisa ngirit pengeluaran juga " jawab Galang merendah dengan tawa kecil.

" Om salut sama kamu, Lang... Masih muda, bisa membantu usaha orang tua lalu bisa memberikan manfaat dan ilmu untuk para petani yang ada. Apalagi Om denger kamu juga dapat penghargaan sebagai pengusaha muda terbaik di bidang pertanian. Hebat kamu, Lang... " puji Zaid.

" Alhamdulillah, Om. Semua atas ijin Alloh " sahut Galang sambil tersenyum.

Adinda menatap Galang dengan takjub. Tak menyangka jika pemuda yang tadi ia lihat memiliki prestasi yang begitu hebat. Di usianya yang masih muda sudah bisa berprestasi, selain itu sikap dan tingkah lakunya pun sangat baik. Sepertinya, Adinda pun setuju dengan sang suami untuk menjodohkan Indira dengan pemuda di hadapannya ini.

AL 3

" Lang... Papa dan Om Zaid sudah setuju untuk menjodohkan kamu dan anak bungsunya. Kamu mau gak ? " tanya Pak Surya pada Galang sesampainya mereka di rumah.

" Galang sudah besar, Pa... Bisa menentukan siapa yang mau Galang jadikan istri. Jadi Papa gak perlu repot nyariin calon istri buat Galang " tolak Galang halus.

" Memangnya kamu sudah punya calon ? Perasaan kamu gaulnya sama kambing betina, sapi betina... Mau kenal perempuan dimana coba kalau gaulnya banyakan di kandang sama di kebun " cibir Pak Surya yang memang begitu dekat dengan sang anak.

" Ada lah, Pa... Tadi Galang udah ketemu. Papa tinggal doain aja " ucap Galang tersenyum sendiri sambil membayangkan Indira.

" Yakin gak nyesel nolak calonnya Papa. Anaknya Om Zaid itu cantik lho, terus pinter juga. Baguslah buat perbaikan keturunan " ucap Pak Surya melirik Galang.

" Calonnya Galang juga cantik terus pinter juga. Calon istri idamanlah " sahut Galang tak mau kalah.

" Papa penasaran... Coba Papa liat fotonya ! Kamu punya gak ? "

" Aih, papa nih gak percayaan banget sih. Ayo, Galang tunjukin fotonya ! " Galang menggiring sang ayah menuju ke kamarnya.

Galang menunjukkan foto kebersamaan anak-anak OSIS diantaranya dia dan Indira.

" Nih, perempuan inceran Galang. Gimana Pa ? " tanya Galang sambil tertawa penuh kemenangan.

Pak Surya terkejut saat Galang menunjuk foto seorang gadis berseragam putih abu.

" Ini kan... " Pak Surya menghentikan ucapannya lalu menyeringai.

" Gimana Pa ? " tanya Galang.

" Masih cantikkan anaknya Om Zaid " jawab Pak Surya kemudian lalu mengambil ponselnya.

Pak Surya segera memperlihatkan foto yang tadi diambilnya saat Indira bersama dengan sang ibu.

" Galang gak mau lihat, Pa ! Cuma dia yang bakalan jadi istrinya Galang " seru Galang teguh pendirian.

" Yakin gak mau lihat ? Nanti nyesel lho kalau nolak " ucap Pak Surya.

" Gak bakalan nyesel Pa "

" Yakin kamu ? " tanya Pak Surya memancing Galang

" Yakin banget " jawab Galang.

" Ya sudah, kalau gitu Papa batalin rencana perjodohan ini. Tapi sebelum Papa batalin, Papa mau kamu lihat dulu fotonya biar gak nyesel ! " seru Pak Surya dengan penekanan di akhir kalimatnya.

" Ish, Papa maksa banget sih... Ya udah sini, mana Galang lihat fotonya. Tapi cuma lihat aja " sahut Galang mengalah lalu mengambil ponsel sang ayah.

" Mana Pa ? " tanya Galang.

" Itu yang pake kebaya biru sama ibunya " jawab Pak Surya tersenyum samar.

" Mana sih ? " gumam Galang sambil terus mencari foto yang dimaksud sang ayah, hingga akhirnya ia menemukan foto tersebut yang membuatnya melebarkan matanya.

" Indira... " gumam Galang tak percaya dengan foto yang baru saja dilihatnya itu.

" Nah betul yang itu... Gimana cantik kan ? Sayangnya kamu tolak ! " sahut Pak Surya menahan tawanya sambil mengambil ponselnya dari tangan Galang.

" Ya sudah, Papa hubungin dulu Om Zaid. Biar dia cari orang lain aja buat jodoh anaknya itu " ucap Pak Surya dengan sengaja.

Pak Surya ingin tahu reaksi Galang jika mengetahui gadis yang ia cintai adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya.

" Pa... Tunggu dulu ! Jangan batalin perjodohan ini " cegah Galang saat sang ayah beralan keluar kamarnya.

" Lho memangnya kamu mau ? Tadi katanya kamu sudah punya calon sendiri. Gimana sih jadi laki-laki kok plin plan " gerutu Pak Surya.

" Ck... Ini orangnya sama Pa " sahut Galang.

" Oh ya ? Perasaan cantikkan foto yang ada di Papa " goda Pak Surya.

" Sama Pa... Orangnya juga sama. Namanya Indira kan " tebak Galang.

Pak Surya tersenyum smirk.

" Sejak kapan kamu suka sama Indira ? " tanya Pak Surya.

" Sejak SMA, Pa... Tapi ditolak terus " jujur Galang

" Kalau sering ditolak, kenapa masih mau ? " selidik Pak Surya.

" Namanya juga cinta, Pa... " jawab Galang.

Pak Surya manggut-manggut.

" Galang mau terima perjodohan ini, Pa. Bilang sama Om Zaid dan Tante Dinda kalau Galang mau jadi menantu mereka " ucap Galang yakin.

" Ish, memangnya Indira mau ? Jadi pacar aja kamu ditolak berkali-kali. Apalagi sekarang mau jadi suami... " cibir Pak Surya padahal dalam hatinya tersenyum karena Galang bersedia.

" Itu karena Indira belum sadar aja kalau ada pria tampan yang begitu mencintainya " kilah Galang.

" Kepedean " ucap Pak Surya mentoyor jidat sang anak.

" Ih, Papa nih... Sekali-kali dukung dong perasaan anak satu-satunya ini ! " ucap Galang sambil mengusap keningnya.

" Ya sudah... " ucap Pak Surya sambil melenggang keluar dari kamar Galang.

" Sudah apa, Pa... ? " tanya Galang penasaran.

" Sudah fix, Papa setuju dengan perjodohan kalian " jawab Pak Surya tanpa menoleh.

" Hah ? Yes ! Yes ! Makasih Pa " pekik Galang sambil melompat-lompat girang.

Akhirnya, Indira... Aku menemukan jalan untuk membawamu ke sisiku

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Zaid duduk di halaman belakang vila. Ia memandang langit malam yang bertaburkan bintang.

Adinda datang dengan membawakan jaket untuk sang suami.

" Mas... Pake dulu, udaranya dingin. Nanti Mas sakit, inget umur ! " Adinda mengingatkan sang suami.

" Makasih sayang " ucap Zaid lalu mencium kening sang istri dan segera memakai jaket.

" Mas Mau Dinda buatin wedang jahe, biar anget " tawar Adinda.

Zaid memeluk tubuh sang istri sehingga dadanya menempel pada punggung Adinda, ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh Adinda.

" Melukin kamu gini aja udah bikin anget, sayang " bisik Zaid mengeratkan pelukannya.

Hening... Tak ada kalimat terlontar diantara mereka berdua. Keduanya larut dalam kehangatan dan kenyamanan pelukan.

Indira melihat kemesraan antara ayah dan bundanya dari pintu belakang. Senyuman tersungging di bibirnya.

Hem... Semoga suami Dira nanti bisa mencintai Dira sebesar ayah mencintai bunda...

Baru saja ia akan beranjak, namun langkahnya terhenti saat sang ayah menyebut namanya.

" Dira... Sejak kapan ngintip disitu. Ayo sini ! " seru Zaid melambaikan tangannya agar Indira mendekat.

Indira kemudian mendekati kedua orang tuanya lantas memeluk keduanya sama seperti yang dulu ia lakukan saat ia masih kecil.

" Anak cantiknya ayah sekarang sudah besar. Sebentar lagi, kamu pasti menikah dan suamimu akan membawamu pergi dari sisi kami " ucap sang ayah.

Indira menggeleng,

" Kalau membuat ayah dan bunda kehilangan. Lebih baik, Dira tidak menikah saja " ucap Indira lirih.

Zaid dan Adinda melepaskan pelukan mereka, lalu saling memandang dan mengalihkan pandangan mereka pada Indira.

" Kenapa Dira ngomong gitu ? Memangnya Dira gak mau nikah ? " Adinda merasa heran sekaligus khawatir mendengar perkataan sang putri.

" Dira cuma gak mau ayah dan bunda sedih. Bang Evan sama Bang Bagas udah punya keluarga sendiri-sendiri. Kalau Dira nanti menikah, Dira juga pasti punya keluarga sendiri. Ayah dan Bunda pasti kesepian " jawab Indira.

" Ngaco ! Jawaban apa itu " tukas Zaid.

" Sebagai orang tua, sudah sewajarnya kami melepas anak-anak kami membangun keluarganya masing-masing. Tugas kami, hanyalah mendidik, mengawasi dan menyiapkan kalian agar siap menjalani kehidupan. Sebagai orang tua, kami menyadari jika kalian lambat laun akan meninggalkan kami. Karena itu, kami harus memastikan kalian mendapatkan pasangan yang tepat " jelas Zaid panjang lebar.

" Ayah dan bunda memangnya gak keberatan kalau Dira meninggalkan kalian berdua ? " tanya Indira.

" Selama kamu bahagia, kami tak pernah keberatan sayang... " jawab Adinda.

" Dira... Ayah tahu, mungkin ini terlalu cepat. Tapi kami mau kamu menikah dengan pria pilihan kami. Kami sudah mengatur perjodohanmu, kami yakin ia akan menjadi suami yang baik untukmu. Kamu bersedia ? " tanya Zaid menatap Indira penuh harap.

Nah lho... Dira bakalan terima atau tolak keinginan Zaid ya ? 🤔🤔

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!