Tidak ada yang tidak mengenal The Three Musketeers di kotanya. Si Pintar Athos, si Tampan Prothos, dan si Kuat Aramis.
Namun seorang pemuda lain lebih terkenal dibanding ketiga saudara kembar tersebut. Seorang pemuda yang selalu menunjukan senyum bodoh dan menyembunyikan sifat aslinya. Si pemilik julukan Sang Raja Hutan Lion.
Keempat pemuda itu terpusat pada seorang gadis yang selalu bersikap dingin pada apapun. Dialah Melody, adik si Kembar Musketeers dan gadis yang selalu dilindungi Sang Raja Hutan.
...****************...
Novel ini bisa dibilang lengkap, semuanya ada. Masalah cinta, harapan, impian. Tentang kehidupan pelajar, persahabatan, keluarga dan permusuhan. Ada cerita cinta pada pandangan pertama, permainan cinta, cinta sesaat, cinta murni, cinta yang mustahil dan cinta sejati. Banyak mengandung konflik dari berbagai macam karakter di dalamnya. Ada action, balas dendam, obsesi, air mata, dan komedi. Terdapat cara pandang yang berbeda dari setiap karakter dalam menyelesaikan konfliknya. Pokoknya lengkap (Kata author ya tapi).
Bisa bikin baper, kesel, marah, gemes dan melting pokoknya (Ini kata author juga sih). 😂😂😂
Ikutin ajalah pokoknya... komentar pedes juga dipersilahkan karena ini murni karangan author ya. Author sudah berusaha untuk tidak terlihat mustahil pada semua konflik yang ada tapi kalau ada hal-hal yang kiranya aneh dan tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata, komen aja, kita selesaikan dengan baik-baik.
Cuma mau bilang, novel ini tercipta dari seorang author pecinta segala macam hal mustahil seperti anime dan drama Korea, bahkan tontonan emak² alias drama India wkwkwkkk...
Yuk nikmatin, jangan lupa komentarnya yaa dan dukungannya yang lain juga.
Arigatou... ❤❤❤❤
...----------------...
MELODY MUSKETEERS (M911 & TTM), adalah sekuel dari MELODY 911 With The Three Musketeers.
Masih menceritakan tentang kehidupan keempat bersaudara, Melody bersama dengan ketiga kakak kembar laki-laki yang terkenal dengan sebutan The Three Musketeers.
Hubungan Melody bersama Lion semakin dekat setelah Melody menyadari kalau dirinya menyukai pemuda yang selalu datang menolongnya itu, semua berjalan dengan lancar hingga akhirnya mereka berdua berkencan. Namun di saat kedekatan mereka semakin terjalin, secara tanpa diduga siapapun, kemunculan seorang teman Lion yang dijuluki Vampir dari Rusia bernama Niko membuat hubungan mereka berdua berantakan.
YA idu za toboy (Aku datang untukmu). pesan yang diterima Melody di akun sosial medianya dari Niko.
Secara terang-terangan Niko mengatakan menyukai Melody pada Lion dan meminta Lion membantunya. Entah karena apa Lion menyetujui hal tersebut walau harus melawan The Three Musketeers yang merupakan musuh Niko.
"Aku akan mendukung dan membantumu, Niko. Seperti yang kau bilang, aku ini temanmu." kata Lion.
Kekecewaan Melody pada Lion sangat membuatnya bersedih namun pada akhirnya dia menyetujui untuk mendengarkan semua keinginan Lion. Semua itu karena pengakuan Lion yang mengatakan kalau semua hal yang dilakukan oleh dirinya hanyalah karena ketiga kakaknya yang memintanya dan bukan atas keinginan dirinya sendiri.
"Ato bilang padaku untuk menjagamu, aku melakukannya karena Ars kakakmu adalah sahabatku. Bahkan tiket taman hiburan itu, aku dapat dari Oto yang memintaku mengajakmu. Setiap kali kau meminta bantuanku, aku lakukan hanya semata-mata untuk memenuhi tugasku bukan keinginan diriku sendiri." ucap Lion.
"Kalau memang itu maumu aku akan melakukannya sesuai dengan kata-katamu." jawab Melody menyetujui semua perkataan Lion yang ingin dirinya membiarkan Niko mendekatinya.
...***...
Hubungan Athos bersama sang kekasih Tasya masih baik-baik saja walau pada kenyataannya Tasya akan segera menikah dengan tunangannya, Dion. Athos terlihat bersikap santai mengenai hal tersebut, namun sesungguhnya hal itu terus mengganggu pikirannya.
"Dua bulan lagi kau akan menikah dengan tunanganmu." ujar Athos menatap Tasya yang berdiri di hadapannya.
Tasya sang kekasih yang sangat mencintainya sangat yakin kalau Athos tidak akan membiarkan dirinya menikah dengan tunangannya. Athos pasti akan melakukan sesuatu agar pernikahan itu batal.
"Aku yakin kau tidak akan membiarkan itu terjadi." senyum Tasya pada Athos.
...***...
Hubungan Prothos bersama kekasihnya yang merupakan seorang guru di sekolahnya mengalami masalah saat dia mengetahui kalau seorang murid perempuan di sekolah mengetahui rahasia hubungan mereka berdua.
Pagi ini aku melihat mereka berdua di restoran. Wali kelasku beruntung sekali berpacaran dengan si tampan. Tapi itu bukan urusanku. Demikian yang tertulis di jurnal yang ditemukan Prothos.
Prothos merasa harus melakukan sesuatu agar murid perempuan bernama Wilda itu tidak membeberkan rahasia itu pada pihak sekolah. Karena Prothos dan kekasihnya akan terancam dikeluarkan jika rahasia itu diketahui pihak sekolah.
"Di jurnal itu tertulis beberapa hal tentangku. Apa itu bisa jadi rahasia kita saja?" tanya Prothos pada Wilda.
...***...
Aramis sudah melamar Anna dan berencana menikahi gadis itu setahun lagi setelah Anna lulus sekolah dan memanjangkan rambutnya. Pada kenyataannya Anna sangat bahagia.
"Setelah kau lulus dan rambutmu sepanjang itu, aku akan menikahimu." ucap Aramis menatap Anna lekat.
Akan tetapi Anna merahasiakan sakit yang dideritanya dari Aramis. Aramis sama sekali tidak mengetahui mengenai penyakit tersebut dan selalu berpikir kalau gadis yang dicintainya baik-baik saja.
"Siapapun juga tidak boleh tahu, terutama Ars. Jangan katakan apapun padanya, jika memang aku harus menerima pengobatan, itu juga harus dirahasiakan darinya. Katakan saja kalau aku baik-baik saja padanya. Aku tidak ingin dia selalu mengkhawatirkan aku."
...***...
Scene Terakhir dari Season 1
(MELODY 911 With The Three Musketeers)
Jam lima sore Melody tiba di rumah. Niko mengantarnya dan setelahnya pemuda itu langsung pergi. Melody masuk ke dalam rumah di mana ketiga kakak dan ayahnya Leo menatap kehadirannya.
Leo dan Athos sedang akan memulai memasak makan malam, sedangkan Prothos dan Aramis duduk berjajar membelakangi pintu masuk.
"Kau sudah pulang, Melo?" tanya Leo melihat kehadiran putri kesayangannya. "Malam ini kau mau makan apa?"
"Aku sudah makan, aku tidak ikut makan dengan kalian." jawab Melody.
Leo melepas apron yang baru saja dia kenakan.
"Melo, duduklah dulu." seru Leo menatap Melody. "Ato, kau juga duduk!"
Melody dan Athos mengikuti perintah ayah mereka dan duduk berjajar di hadapan Prothos dan Aramis. Setelah itu Leo duduk di meja tunggal di antara Melody dan Prothos yang saling berhadapan.
"Selama ini aku hanya bertanya tentang rencana pendidikan atau hal akademis lainnya pada kalian bertiga. Bahkan ayah jarang bertanya padamu Melo." tatap Leo pada Melody. "Aku rasa kali ini aku akan bertanya masalah lainnya pada kalian bertiga."
"Masalah apa?" tanya Athos.
"Bagaimana hubunganmu dengan Tasya?" tanya Leo menatap anak tertuanya. "Apa aku harus khawatir dengan hubungan kalian?"
Athos menarik tatapannya dari sang ayah.
"Tidak, semua akan baik-baik saja." jawab Athos.
"Bagaimana denganmu, Oto?" kali ini Leo menatap Prothos. "Apa kau serius dengan pacarmu yang sekarang?"
"Ya, aku yakin kali ini aku akan serius. Walau jalanku masih panjang tapi aku sangat serius dengannya." jawab Prothos sambil mengangguk-angguk.
"Bagaimana denganmu, Ars?"
"Kau sudah mendengar rencanaku setahun lagi. Tidak ada yang harus aku jelaskan padamu lagi." jawab Aramis.
Leo menatap pada Melody, anak bungsunya yang merupakan harta paling berharga keluarga itu.
"Bagaimana hubunganmu dengan Niko?" tatap Leo pada Melody.
"Kami hanya berteman." jawab Melody singkat.
Leo mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi.
"Aku tidak pernah sebelumnya bercerita ini pada kalian semua. Tapi aku rasa aku harus bercerita agar kalian bisa mengambil kesimpulan sendiri dari ceritaku ini dengan ibu kalian." ujar Leo. "Kalian tahu, aku dan ibu kalian bisa dibilang teman bukan atau musuh juga bukan. Kami selalu bertengkar setiap bertemu. Sampai akhirnya kami menikah tapi hanya tiga tahun kami berdua menghabiskan hidup bersama hingga akhirnya ibu kalian meninggal karena penyakitnya."
Melody mengepalkan tangannya karena merasa ibunya yang meninggal saat melahirkannya adalah kesalahannya.
"Melo, ibumu lebih sayang padamu sehingga dia memilih untuk melahirkanmu. itu bukan salahmu." tatap Leo pada Melody sambil memegang tangan anaknya yang terkepal di pangkuannya.
Melody mengangkat kepalanya melihat ayahnya yang tersenyum.
"Setelah kepergian ibu kalian, aku sering merasa menyesal karena dulu ketika kami masih bersama kami sering bertengkar hanya karena hal kecil. Bahkan seharusnya dulu saat kami masih sekolah kami tidak bertengkar dan lebih memilih menghabiskan waktu kami bersama-sama. Sesuatu akan terasa begitu berharga ketika kita kehilangannya. Tapi semua sudah terjadi, penyesalan hanya ada di akhir dari setiap kesalahan. Seberapa aku berusaha merubahnya, tapi lagi-lagi ada hal yang tidak bisa kita lawan."
Leo menelan salivanya dengan mata berkaca-kaca menatap satu per satu anaknya.
"Ingatlah untuk kalian semua, teruslah berusaha lakukan yang terbaik untuk hubungan kalian, jika sesuatu hal buruk terjadi itu bukan salah kalian dan berpikir kalian melakukan kesalahan atau kurang berusaha. Yakinlah kalau kalian sudah melakukan semua yang terbaik untuk itu. Namun semua kembali lagi pada kenyataan, karena satu-satunya hal yang tidak bisa kita ubah adalah takdir."
Keempat anaknya menyimak dengan sangat serius tak ada satupun dari mereka memotong atau mengomentari perkataan ayahnya saat ini.
"Tapi simpan hal ini dalam hati kalian. Selalu ada pelangi setelah hujan." lanjut Leo. "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar pada apapun, karena masa depan akan ada dan harapanmu tidak akan hilang."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Untuk yang belum baca MELODY 911 With The Three Musketeers, baca dulu ya biar nyambung karena yang ini beneran lanjutan dari novel yang judulnya itu.
Jangan lupa dukung terus ya.
Like, komen, subscribe, rate, gift dan vote.
Jangan pelit-pelit dan tolong hargai dengan dukungan kalian biar semangat terus update-nya.
Kritik dan saran boleh dilontarkan sebebas mungkin dengan bahasa yang baik ya.
Mohon maaf kalo cerita kurang menarik dan kata-katanya berantakan.
Terimakasih untuk yang masih setia membaca novel karyaku.
Jangan lupa baca karyaku yang lainnya juga.
IG : Natzsimo
Ketika jam setengah enam pagi, ketiga Musketeers berada di meja makan. Mereka sedang sarapan dan menunggu Melody yang sedang bersiap-siap untuk ke sekolah bersama mereka. Seperti biasanya mereka mengobrol banyak hal membuat keakraban mereka bertiga semakin bertambah.
"Aku tidak mengerti maksud ayah dengan ucapannya kemarin." Gumam Prothos sambil memakai kacamata. "Tumben sekali dia bicara seperti itu."
"Mungkin itu caranya untuk memberi semangat pada kita." Jawab Athos yang duduk di hadapan Prothos. "Ars, itu lebih ditujukan untukmu! Jangan terus bertengkar dengan Anna!"
"Apa yang kau bicarakan? Kami tidak pernah bertengkar!" Jawab Aramis santai.
"Itu benar Ato, itu cara mereka untuk mengungkapkan rasa cinta mereka." Celetuk Prothos.
Aramis hanya tertawa kecil mendengar perkataan kembarannya yang duduk di sebelah kanannya.
"Aku baru membuat akun sosial media." Ujar Athos menunjukan handphone-nya. "Sebaiknya kalian berdua membuatnya, jaman sekarang semua orang memilikinya. Ini akan berguna suatu hari nanti."
"Astaga, pengikutmu langsung dua ribuan orang?" Tanya Prothos takjub. "Kapan kau membuatnya?"
"Semalam."
"Aku tidak butuh mainan anak-anak." Jawab Aramis sambil memakan pisang.
"Pengikutku dulu hanya lima ribuan terakhir kali aku buka saat masih pakai handphone." Kata Prothos. "Sepertinya video itu sangat berdampak padamu."
Athos mengutak-atik handphone-nya lalu memperlihatkan akun sosial media prothos.
"Pengikutmu sekarang tiga ratus ribuan orang." Ucap Athos.
"Benarkah?" Tanya Prothos terkejut. "Mengalahkan pengikut café yang hanya seratus ribuan."
"Ars, kau bisa membuatnya, aku membutuhkannya nanti. Oto, sebaiknya kau beli handphone."
"Akan aku pikirkan." Jawab Prothos.
...***...
Melody menunggu bel masuk berbunyi yang tersisa masih lima belas menit lagi. Murid lain belum banyak yang datang, biasanya semua murid ramai datang lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Lion juga belum datang.
Niko muncul di pintu kelas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum pada Melody.
Tumben sekali dia sudah datang. batin Melody saat Niko berjalan kearahnya.
Niko duduk di tempatnya dan menatap Melody, tepat ketika Lion masuk ke kelas dan memperhatikan mereka.
"Vy ochen' krasivy. Ya skhozhu po tebe s uma. YA obyazatel'no zastavlyu tebya polyubit' menya tozhe. My pozhenimsya i budem zhit' schastlivo vmeste." Ucap Niko dengan senyum pada Melody.
"Kau sedang berkumur-kumur?" Tanya Melody melirik pada Niko.
Niko hanya tersenyum dan tertawa kecil.
Dari tempat duduknya, Lion memperhatikan mereka karena tampaknya Niko sudah kembali seperti biasa dan mereka berdua terlihat lebih dekat. Lion menarik pandangannya ketika Melody menoleh padanya.
"Kenapa perutku tiba-tiba sakit?" Gumam Lion sambil menidurkan kepalanya ke atas meja.
...***...
Hari ini matahari sangat terik dan cuaca sangat lembab membuat siapapun merasa lebih berkeringat. Prothos yang sangat tidak suka berkeringat membasahi kepalanya di toilet saat bel istirahat berbunyi dan sebelum ke gudang untuk tidur siang.
Seragam sekolah Prothos menjadi basah karena rambut dan wajahnya meneteskan air.
"Hari ini benar-benar sangat panas. Apa sebaiknya mandi dan mengganti pakaian olahraga? Seragamku juga basah. Jam terakhir jam olahraga sepertinya tidak apa-apa kalau aku ganti seragam olahraga dari sekarang." Ucap Prothos memperhatikan wajahnya di cermin. "Kau memang sangat tampan, Prothos. Seharusnya kau menjadi aktor dan punya banyak uang."
Prothos melihat dirinya di pantulan cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum penuh gaya di depan cermin memamerkan senyum menawannya dengan dirinya sendiri.
"Ah, seharusnya cepat aku ambil seragam olahraga."
Setelah itu Prothos berjalan keluar toilet dan menuju ruang kelasnya. Tidak berapa lama berjalan kembali ke toilet dengan membawa seragam olahraganya.
"Jangan mimpi kau bisa mendekati, Oto!!" Seru seorang murid perempuan di toilet wanita.
Prothos mendengarnya, dan membuat langkahnya terhenti saat melewati toilet wanita. Dia mendengar namanya disebut-sebut dalam percakapan itu.
"Kau itu jelek!! Dia hanya kasihan padamu! Oto tidak akan menyukai wanita jelek sepertimu!" Tambah murid perempuan lainnya.
Prothos mengintip ke dalam toilet dan melihat Wilda sedang dirundung oleh tiga murid perempuan lainnya. Prothos tidak ingin ikut campur dan berjalan masuk toilet pria. Dia merasa kalau itu bukan urusannya.
Namun lagi-lagi Prothos menghentikan langkahnya dan berbalik. Dengan kesal Prothos masuk ke toilet perempuan tersebut untuk menghentikan perundungan yang terjadi pada Wilda.
Ketiga murid perempuan melihat kehadirannya dengan terkejut, begitupun dengan Wilda yang mengangkat kepalanya melihat Prothos.
"Kalian tidak boleh membulinya, itu bukan tidakan yang baik untuk seorang pelajar." Seru Prothos berjalan mendekati keempat murid perempuan tersebut. "Wanita jelek itu tidak ada, yang ada hanya wanita dengan hati yang jelek. Apa kalian berhati jelek?"
Ketiga murid perempuan yang merundung Wilda langsung berlari keluar meninggalkan toilet.
Prothos melihat Wilda yang seragamnya basah semua, pasti karena mereka mengguyurnya dengan air. Sedangkan Wilda menatap Prothos seperti seorang pahlawan di matanya saat ini.
"Ganti seragammu dengan ini." Seru Prothos memberikan seragam olahraganya pada Wilda.
Prothos menunggu Wilda mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga miliknya.
"Ya, tidak apa-apa kebesaran, dari pada harus memakai seragam yang basah kuyup." Ucap Prothos saat Wilda keluar setelah mengganti seragamnya. "Sebaiknya kembalikan sebelum seminggu setelah hari ini, aku membutuhkannya untuk pelajaran olahraga. Hari ini aku akan bolos pelajaran olahraga." Ujar Prothos sambil berjalan keluar dari toilet wanita.
Prothos menghentikan langkahnya ketika melihat Widia berdiri tidak jauh dari toilet melihatnya keluar bersama Wilda.
Prothos mencoba membaca ekspresi wajah kekasihnya tersebut karena saat ini posisinya tidak bagus. Dia baru saja keluar dari toilet perempuan dengan seorang murid perempuan ada di belakangnya, dan saat ini dirinya bersama gadis itu sedang panas dibicarakan di sekolah.
Wilda melihat Prothos yang berhenti di depannya dan menoleh ke arah Widia.
Ekspresi Widia biasa saja karena dirinya percaya pada kekasihnya itu. Hal itu yang membuat Prothos tersenyum melihat padanya.
"Ada apa denganmu, Wilda?" Tanya Widia menghampiri Wilda. "Apa ada yang merundungmu?"
"Tiga murid perempuan membasahi seragamnya. Aku jadi meminjamkan seragam olahragaku padanya." Jawab Prothos.
"Benarkah?" Tanya Widia masih menatap Wilda yang terdiam. "Siapa saja mereka? Kau tahu nama-nama mereka Wilda? Ibu akan melaporkan mereka ke kepala sekolah agar mereka di hukum."
"Tidak apa-apa bu, aku sudah baik-baik saja." Jawab Wilda menatap Widia. "Aku akan kembali ke kelas."
Setelah itu Wilda berlari meninggalkan Prothos dan Widia.
"Terimakasih ya, sudah menolong muridku." Ucap Widia pada Prothos karena saat ini banyak sekali murid berlalu lalang.
"Bu guru, kau tidak berpikiran yang tidak-tidak kan?"
"Pakaianmu juga basah." Ucap Widia pada Prothos.
"Hari ini sangat panas bu guru." Ujar Prothos hendak memegang lengan Widia namun Widia mundur selangkah, menghindarinya.
Prothos sadar dia hampir saja kelepasan melakukannya, memegang lengan gurunya itu.
"Aku akan ke tempatmu sepulang sekolah." Ujar Prothos agak berbisik sambil berjalan melewati Widia.
Ternyata Wilda yang berlari pergi hanya menyembunyikan dirinya di kejauhan, namun masih memperhatikan Prothos yang bersama dengan Widia, dengan perasaan yang mulai berkembang di dalam dirinya.
...–NATZSIMO–...
Athos masuk ke salah satu cabang café miliknya. Tasya sudah menunggunya di dalam dan langsung menghampirinya. Semua mata pengunjung memperhatikan mereka. Sejak video tentang mereka beredar hubungan mereka sudah bukan rahasia lagi. Banyak di antara mereka mendukung hubungan mereka namun tidak sedikit juga yang iri pada Tasya.
"Ato, kau membuat akun sosial media? Kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Tasya menghentikan langkah Athos yang hendak ke ruang ganti.
Athos mengambil handphone-nya dan membuka akun sosial medianya.
"Lihat, kau orang pertama yang aku ikuti." Senyum Athos melihatkan handphone-nya pada Tasya.
Semua mata pengunjung melihat ke arah mereka, bahkan tak sedikit dari mereka mengambil foto diam-diam.
"Kau itu, aku jadi mau menciummu." Gumam Tasya menahan gemasnya pada kekasihnya.
Tiba-tiba Athos merangkul Tasya dan mengambil foto mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Tasya karena setelah berfoto Athos langsung sibuk dengan handphone-nya.
"Kau sangat cantik di foto ini." Ujar Athos memperlihatkan foto yang baru saja diunggahnya di akun sosial medianya
Tasya melihat foto tersebut dengan sebuah caption...
Will you be mine ❤
"Aku ikut ke ruang ganti ya."
"Tunggulah disini, aku tidak akan lama, hanya mau memeriksa keadaan disini saja." Jawab Athos setelah tertawa kecil mendengar permintaan Tasya.
...***...
Sepulang sekolah Prothos langsung ke tempat Widia. Dia menunggu gurunya tersebut di apartemen-nya karena Widia masih harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.
Prothos memperhatikan Widia yang baru saja masuk dari tempatnya duduk di meja bulat yang berada di tengah apartemen itu. Widia melihat Prothos dengan rasa lelah karena hari ini tugasnya menjadi guru sangatlah berat.
"Kau percaya padaku kan?" Tanya Prothos pada Widia yang berjalan masuk dan langsung meletakan tasnya di meja bulat. "Semuanya terjadi di depan mataku, aku tidak bisa mengabaikannya. Para perempuan itu merundungnya ketika aku lewat, dan ternyata mereka menyiram gadis itu. Secara bersamaan aku memang membawa seragam olahragaku karena berniat mandi dan mengganti seragamku dengan pakaian olahraga."
Prothos menatap Widia yang langsung sibuk dengan handphone-nya. Widia berdiri di dekat Prothos.
"Sudah aku bilang, aku percaya padamu. Kau tidak perlu repot-repot menjelaskannya." jawab Widia. "Kau sudah makan? Aku akan pesankan makanan untuk kita. Kau ingin makan apa?"
Prothos memperhatikan Widia yang sibuk dengan handphone-nya dari tadi. Prothos mendengus kesal melihat kekasihnya yang sama sekali tidak melihat dirinya. Dengan segera Prothos menarik Widia hingga gurunya tersebut jatuh ke pangkuannya.
Widia terkejut dan menatap Prothos yang melihatnya kesal. Dia hendak bangun namun Prothos menahannya.
"Saat aku bicara kau harus menatap mataku, kau mengerti?!" Seru Prothos pada Widia yang wajahnya sangat dekat dengan tatapannya.
Widia sempat terkejut karena untuk pertama kalinya Prothos bersikap dan berkata seperti itu padanya. Biasanya Prothos selalu lembut dan tidak pernah mengaturnya untuk apapun.
Widia mengangguk, setelahnya bangkit berdiri dari pangkuan Prothos. Dia merasa sikap Prothos barusan sangat keren. Widia semakin menyukai kekasihnya itu sekarang.
"Kenapa kau malah tersenyum bu guru?"
Widia hanya menatap Prothos dan menggeleng. Prothos memegang lengan kiri Widia, dan mengecupnya.
"Aku sangat mencintaimu, Widia. Kau harus percaya padaku."
...***...
Anna masuk ke ruangan paman Ronald setelah kemoterapi. Seperti biasanya dia hanya berdiri dan tidak duduk di kursi yang ada di hadapan paman Ronald.
"Anna, makanlah yang banyak, kau terlihat semakin kurus." Ujar paman Ronald. "Kau harus lebih memperhatikan makananmu."
"Aku sudah makan banyak paman. Aku selalu makan lebih dari dua piring." Jawab Anna tersenyum. "Aku akan pulang. Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu di rumah. Kau harus banyak istirahat dan carilah pacar yang bisa mengingatkanmu makan."
Setelah berkata demikian Anna keluar ruangan paman Ronald. Handphone-nya bergetar sesaat setelah menutup pintu. Aramis yang menghubunginya.
"Kau dimana? Apa rapatnya sampai larut malam?" Tanya Aramis yang duduk di pinggiran gedung tua yang berada di lantai tujuh sambil meminum minuman kalengnya. "Kau sudah makan?"
"Belum. Aku ingin kau mentraktirku sekarang. Aku sedang ingin makan banyak." Jawab Anna sambil berjalan.
"Aku akan menjemputmu. Kau ingin makan apa?"
"Kita bertemu di restoran saja, aku ingin makanan yang sangat mahal." Ucap Anna.
Selang empat puluh lima menit, Aramis dan Anna berada di restoran masakan Jepang. Terdapat kompor di tengah-tengah meja mereka.
"Aku ingin kau yang memasaknya, Ars." Seru Anna meletakan beberapa piring daging dan sayuran ke hadapan Aramis yang duduk di depannya.
"Oke, tidak masalah." Jawab Aramis.
Aramis langsung memasukan semua daging ke pemanggang dan beberapa ke panci yang sudah berisi kuah, lalu memasukan sayuran semuanya sekaligus ke panci yang sama. hingga panci tersebut sangat penuh. Dan daging yang ada di atas pemanggang tidak ada yang tidak terpanggang.
Anna tertawa heran melihatnya.
"Kau tidak melakukannya dengan benar." Ujar Anna. "Balik daging-dagingnya, dan aduk sayurannya!!"
"Seharusnya setelah bayar mahal kita tidak perlu masak semuanya sendiri. Kenapa kau mau kesini? Ini merepotkan!" Gumam Aramis. "Aku sudah lapar dan sekarang harus memasak sendiri. Tahu begini lebih baik aku makan di rumah, Ato sudah menyiapkan segalanya dan aku tinggal makan."
"Ya sudah, pulang sana, aku akan makan sendiri disini dan menyiapkan semuanya sendiri. Kau sangat keberatan melakukannya untukku." Kata Anna menatap sinis Aramis.
Aramis teringat perkataan ayahnya kemarin, sehingga dia menahan emosinya dan menuruti permintaan Anna.
"Ini ambilah, makan semuanya!!" Seru Aramis setelah menaruh daging serta sayuran ke mangkok kosong dan meletakannya ke hadapan Anna. "Kau bilang kau ingin makan banyak kan? Habiskan semua ini untukmu. Aku akan makan di rumah nanti."
Anna menahan senyumnya mendengar Aramis yang bicara dengan nada kesal yang tertahan padanya. Anna mengambil mangkok kosong lainnya dan memasukan makanan ke dalamnya.
"Kenapa kau jadi seperti wanita, ini makanlah juga." Ujar Anna memberikan mangkok yang sudah terisi penuh. "Kau habis mengerjakan lukisanmu kan, pasti kau lapar."
Aramis melirik kesal pada Anna sebelum memakan makanannya.
"Bagaimana? Apa sudah selesai?" Tanya Anna.
"Lukisan yang bagus itu dikerjakan dengan sangat hati-hati. Aku menargetkan 100 jam dalam pembuatannya."
"Selama itu?" Ujar Anna. "Aku tidak sabar melihat hasilnya."
"Kau bisa melihatnya saat jadi nanti, tapi sepertinya sekarang aku tidak ingin kau melihat prosesnya." Jawab Aramis.
"Baiklah."
"Anna, Ato menyuruhku membuat akun sosial media. Apa aku harus membuatnya?"
"Buat saja kalau kau ingin buat."
"Aku ingin kau yang pertama menjadi pengikutku!"
"Tidak, aku tidak punya akun sosial media." Ujar Anna berbohong.
"Benarkah?" Tatap Aramis.
...***...
Melody duduk di meja belajar saat malam hari. Dia sedang fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Namun tiba-tiba Niko menghubunginya.
"Kau sedang apa?" Tanya Niko di ujung telepon.
"Mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok." Jawab Melody masih mengerjakan tugasnya. "Kau sudah mengerjakannya?"
"Aku lupa, baiklah akan aku kerjakan." Jawab Niko setelah itu menutup teleponnya.
Melody menatap aneh ke handphone-nya yang langsung dimatikan Niko. Dia kembali teringat saat Niko berbicara dengan bahasa Rusia padanya. Setiap kali Niko berbicara pakai bahasa itu, Melody sangat ingin mengetahui artinya dan sekarang itu membuatnya sangat penasaran karena kalimat yang diucapkannya sangat panjang.
Drrrtt drrrtt
Handphone Melody mendapatkan sebuah pesan. Niko lah yang mengiriminya pesan tersebut.
Melody segera membukanya.
Vy ochen' krasivy. Ya skhozhu po tebe s uma. YA obyazatel'no zastavlyu tebya polyubit' menya tozhe. My pozhenimsya i budem zhit' schastlivo vmeste.
"Apa ini?"
Sebelum Melody mencari tahu artinya, Niko mengiriminya pesan sekali lagi.
Itu yang aku katakan saat melihatmu pertama kali di hari ini.
Dengan segera Melody mencari tahu artinya.
Kau sangat cantik. Aku tergila-gila padamu. Aku pasti akan membuatmu mencintaiku juga. Kita akan menikah dan hidup bahagia bersama.
...–NATZSIMO–...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!