NovelToon NovelToon

GELORA ASMARA TUAN SAMYOKGIE Tema : Benang Merah Pernikahan

Gelora Asmara Tuan Samyokgie

(1) TUAN ARATA

"Ayo, Cy. Bisa ndak main ke Hotel Ritz," Pinta Rudiyan kepadanya di bawah gemerlap lampu diskotik.

Malam sudah menginjak pukul 22.30. Cytra masih harus tampil dua lagu lagi sebelum jam tugasnya selesai.

"Aku tidak bisa keluar. Masih ada tugas dua lagu lagi," Cuek Cytra menanggapi ditengah gemuruhnya suasana kegembiraan pengunjung.

"Sudah ditinggal saja. Nanti saya yang akan bilang sama bos," Rudiyan tak mau menyerah.

Kata-kata Rudiyan sangat bisa dipercaya. Sebab dia adalah orang kedua setelah Brandon di tempat hiburan malam yang padat pengunjung itu.

Tapi ada satu hal lagi yang membuat Cytra ragu untuk menjalankan tugas yang sangat menantang kali ini.

"Kok di Hotel Ritz, sih. Aku takut main disana?" Cytra mencoba menawar.

"Kenapa kalau di Hotel Ritz. Itu permintaan pelanggan. Bukan saya," ucap Rudiyan kesal.

"Iya, saya tahu. Cuma ko kenapa di hotel itu," terbayang di benak Cytra lelaki sangat menakutkan si empumya hotel bintang lima itu.

"Katanya pingin jadi penyanyi terkenal. Ini peluang emas. Tak perlu dipikir lagi."

"Lalu bagaimana teman-teman. Mereka pasti akan curiga. Malam-malam begini saya keluar untuk menemui tamu hotel."

"Sudahlan tidak usah di dengar omongan seperti itu. Mereka toh tidak lebih baik darimu, Cy."

"Bagaimana, ya. Berangkat apa tidak???" Bingung Cytra untuk memutuskan.

"Ini adalah kesempatanmu mengembangkan karier sebagai penyanyi. Tuan Arata adalah produser infotainment. Barangkali dia cocok dengan vokal emasmu. Ingat kesempatan tidak akan datang dua kali," kata Rudiyan sangat menggoda.

Akhirnya Cytra putuskan keluar dari tempat hiburan malam itu tepat pada pukul 00.00.

Dengan mengemudikan mobil sendiri ia lalui jalanan kota raya yang tak henti-hentinya padat oleh kendaraan. Ia membayangkan Mamanya. Dulu perjuangan Mamanya sebagai penyanyi di tempat hiburan malam lebih berat. Karena saat itu hanya punya sepeda motor. Yang dipakai untuk belanja dan pergi memenuhi panggilan job.

Jantung Cytra bergetar ketika di hadapannya berdiri bangunan tinggi dengan tulisan berhuruf emas di bagian atasnya: Ritz!

Langkah kaki rasanya berat sekali memasuki lobby gedung tinggi itu. Tiga karyawan resepsionis hotel segera berdiri menyambutnya. Usia mereka sebaya dengan Cytra.

"Mampus deh! Semoga mereka tidak mengenaliku," gumamnya.

Setelah mengatakan mau bertemu dengan tamu hotel yang bernama Tuan Arata, seorang dari mereka mengantarnya ke lantai atas.

Cytra mengikuti seorang karyawan wanita sampai di depan pintu jati ukiran Bali. Jelas itu bukan kamar hotel. Karena tertera tulisan Cheif Operating Officer.

"Ada hubungan apa Tuan Arata dengan pemilik hotel ini?" Tanya Cytra dalam hati.

Apa mungkin Tuan Arata hanya pinjam ruangan kantor sebentar. Untuk keperluan menerima Cytra yang akan didengar suara emasnya.

Semoga Rudiyan benar Tuan Arata adalah produser infotainment yang akan memperkenalkan suara emasnya kepada publik.

Nyaris sekujur tubuh Cytra dingin membeku ketika karyawan resepsionis memanggilnya untuk segera masuk ke dalam ruangan yang cukup lebar itu.

Dari arah meja kerja nampak seorang lelaki keturunan Jepang sedang sibuk dengan laptopnya. Di belakangnya terpampang foto berukuran besar pemilik hotel. Lelaki yang paling disegani dan ia takuti selama ini.

Melihat Cytra masuk Tuan Arata berdiri menyambutnya dengan senyum manis.

"Kamu pasti Cytra vokalis dari Diskotik Rainbow, Ya," sapa Tuan Arata dengan logat Jepangnya yang masih kentara.

"Iy...ya..Tuan," jawab Cytra gugup sambil menyalami Tuan Arata.

"Saya bukan orang Indonesia. Tetapi sudah kenal kamu...Hemm...Tepatnya sudah dengar suaramu yang merdu itu," kata Tuan Arata penuh percaya diri.

Lelaki itu mengamati kaki hingga wajah Cytra yang cantik itu dengan manggut-manggut.

"Saya penyanyi biasa, Tuan. Belum pernah rekaman. Tidak mungkin suara saya sudah sampai di negeri Tuan," kata Cytra mulai berani.

"Itulah kelebihan kamu. Kamu mau kan aku promosikan menjadi newcomer di infotainment?" Kata Tuan Arata begitu menggiurkan.

"Mau Tuan. Tapi bagaimana soal..." Cytra tak melanjutkan kalimatnya karena langsung disambar oleh Tuan Arata...

"Santai saja dulu. Tidak usah buru-buru," kata Tuan Arata lalu melangkah mengambil dua gelas bening di lemari. Dan menuangkan minuman dari botol berwarna kuning keemasan yang diambil dari tasnya.

Cytra tahu itu minuman beralkohol. Di tempat kerjanya biasa minuman sejenis itu beredar. Dan pernah sekali Cytra mencicipi sekedar basa-basi pergaulan. Tetapi tidak sampai mabuk.

"Mari kita rayakan proyek kita," Tuan Arata menyerahkan gelas minuman yang sudah ada isinya itu kepada Cytra.

Cytra dan Tuan Arata kemudian bersulang.

"Kata-kata tuan bisa dipercaya kan?" Tanya Cytra masih ragu.

Tuan Arata tidak menjawab malah menuangkan lagi cairan bening itu ke gelas yang ada dalam genggaman Cytra.

GLEK!

Air api itu pun kembali melewati tenggorokan. Terasa badan mulai menghangat.

"Sudah Tuan...," ucap Citra tatkala Tuan Arata menuangkan lagi minumannya.

GLEK!

Kembali minuman itu masuk ke perut. Kepala Cytra tiba-tiba terasa pening.

'Blaik! Pandanganku mulai kabur. Tapi aku tak bisa mencegahnya untuk tidak menyuruhku minum terus' keluh Cytra yang sulit untuk menolak.

"Sekali lagi ya. Tinggal sedikit nih...habisin sekalian," suara Tuan Arata sangat manis terdengar.

"Sud....dah...Tuan," suara Cytra terdengar lemah.

Segelas minuman terakhir itu diletakan lagi ke atas meja. Tapi Tuan Arata mengangkatnya kembali dan mendekatkan ke mulut Cytra.

HEEK !!

Tubuh Citra tiba-tiba limbung dan jatuh ke dada Tuan Arata. Citra tak mampu menolak tubuhnya diangkat dan didudukan ke sofa panjang.

"Tuan tidak bohong mau menjadikan saya penyanyi terkenal bukan..." kata Cytra memohon.

Tuan Arata tidak menjawab. Dia malah mendekatkan wajahnya ke wajah Cytra. Dan terasa bibirnya dicium dengan kasar.

"Tuan mau apa?" Kaget Cytra menerima ciuman itu. Dan ia tahan mulut Tuan Arata yang maju seperti sosor bebek itu.

Tetapi gadis itu terus didesak. Hingga ambruk ke sofa. Secara reflek Cytra tengkurapkan kepalanya mencium sofa. Tapi dasar jahil!! Tuan Arata malah memelorotkan celana jeans Cytra. Terpaksa ia pun membalik badannya kembali berhadapan dengan Tuan Arata.

"Jangan Tuan...," tangannya menahan dada Tuan Arata agar tidak mendekat.

"Ayo...kita bersenang-senang sebentar saja. Merayakan proyek besar yang sudah di depan mata."

"Jangan Tuan...Aku takut..," Cytra berusaha menahan tekanan tubuh Tuan Arata yang gendut itu.

Tuan Arata terus menekan hingga wajahnya menempel ke payudara Cytra yang menengadah. Gadis itu merasa kegelian. Ia takut tidak kuat lagi menahan syahwat yang mulai merambat pelan karena terus didera rangsangan dari Tuan Arata.

Disaat situasi genting itu tiba-tiba Cytra mendengar suara ada orang masuk dan suara bentakan yang keras seperti geledek.

BRAAK !!

Hanya dalam hitungan detik Cytra melihat Tuan Arata diangkat oleh seorang lelaki itu. Kemudian pak!...buk..! Dua pukulan keras menghantam wajah dan perutnya hingga terjungkal menabrak meja.

Lalu pria tinggi tegap itu mencengkram kerah baju Tuan Arata.

"Ma..em...maaf, Tuan Sam. Saya khilaf," Tuan Arata merunduk ketakutan di hadapan lelaki yang tinggi tegap itu.

"Please...You, kembali ke kamar. Lupakan acara kita malam ini!" Suara lelaki yang dipanggil Tuan Sam itu seperti harimau mengaum.

Dan Tuan Arata berubah menjadi kucing yang kalah duel. Badannya menciut dan ngeloyor pergi....

Bersambung ke bab 2.....

(2) TERGODA

Saat dua lelaki itu sedang bersitegang, kesempatan itu digunakan oleh Cytra untuk membenahi kancing baju dan resleting celananya yang terbuka.

Setelah Tuan Arata pergi, lelaki satunya yang seperti harimau galak itu mendekati Cytra. Sontak lelaki itu kaget melihat wajah gadis cantik itu yang sangat dikenalnya.

"Cytra !"

"Iya..ya saya, Tuan," Cytra menunduk dengan hormat.

(Pernah seorang pelayan hotel yang baru bekerja, lupa tidak memberi hormat dengan menundukkan kepala. Akibatnya tendangan melayang ke wajahnya hingga bibirnya sobek dan berdarah.)

Cytra tidak ingin mengalami hal serupa. Maka dia menunduk memberi hormat. Tetapi ia juga merasa malu dan takut. Jangan-jangan dia akan seperti pelayan hotel itu.

"Kenapa Kamu Cytra...Kenapa ada disini dengan Tuan Arata?" Suara lelaki itu melengking berat.

Jantung Cytra seakan berhenti berdenyut.

"Hai! Lihat aku. Kenapa kamu ada disini?" Bentak lelaki itu sambil mengangkat dagu wajah Cytra agak kasar.

Cytra memejamkan matanya. Tetapi wajahnya yang sendu itu justru menarik sekali ketika sedang ketakutan. Sehingga membuat hasrat Tuan Sakyogie muncul ingin menciumnya.

Kaget Cytra merasakan bibir Tuan Besar itu tiba-tiba menyentuh bibirnya. Ia pun membuka matanya. Dan orang yang sangat ditakuti itu wajahnya tepat berada di depan mata.

Menyesal Cytra kenapa tidak dari dulu berani memandang wajahnya lekat-lekat. Lelaki itu ternyata memiliki ketampanan yang luar biasa. Mata yang kebiruan dan kulitnya yang putih dengan bekas jambang yang baru dicukur sangat mempesona sekali.

Cytra tergoda...

"Maaf...Saya telah mencium kamu," ucap lelaki itu manis membuat Cytra makin tergoda.

Jantung Cytra seperti tersedot magnit. Tak sadar wajahnya bergerak maju membalas mencium bibir lelaki itu dengan beraninya.

Tanpa batas etika yang mestinya mereka tahu dan patuhi, kedua insan lain jenis itu saling membalas ciuman dan saling memagut lidah begitu dalam.

Walaupun baru pertama kali. Cytra tak merasa jijik. Beberapa kali lidah dan liur lelaki itu ia sedot dan cecap penuh perasaan. Membuat nafsu lelaki itu makin memburu. Apalagi tangan Cytra di bagian bawah tak henti *******-***** sesuatu.

AAKH!!

Lelaki itu menjerit nikmat.

Entah karena sisa-sisa pengaruh alkohol dari Tuan Arata, atau karena memang sangat menyukai ketampanan lelaki itu, Cytra pasrah saja seluruh pakaiannya ditanggalkan. Terlihat dua gunung kembar di dadanya tegang dan menengadah.

Lelaki itu pun tak sabaran langsung menghisap dan mencercapnya. Hingga Cytra kegelian dan beberapa kali keluar suara mendesis dari mulutnya.

Kemudian serangan berikutnya dari lelaki itu ke bagian bawah membuat Cytra melayang ke awang-awang. Sampai kemudian milik lelaki itu menerabas kegadisannya, Cytra sudah tidak berpikir lagi tentang akibatnya di kemudian hari.

Tak peduli siapa gadis yang ia tindih, lelaki itu menaik turunkan badannya berkali-kali. Erangan dan ******* nafas semakin gemuruh di ruangan cukup lebar itu.

Sampai kemudian mencapai puncaknya, kedua insan itu sama-sama menjerit menjangkau nikmat sorga duniawi.

Setelah itu Citra baru membuka matanya dan terpampang wajah lelaki itu kembali. Wajah orang yang selama ini ia takuti dan segani. Kini nampak tak berdaya di hadapannya.

"Cytra...kau seperti Agustin melayaniku," ucap Tuan Besar Samyokgie dengan suara parau dan masih dalam posisi memeluk Cytra penuh sayang.

Cytra cuma mengangguk tersenyum kecil. Ia masih menikmati suana hatinya sendiri. Ia tak percaya dengan yang dialaminya barusan. Seperti dalam mimpi saja tubuhnya digauli dua lelaki pada tempo yang hampir berurutan.

Jika yang pertama ia dipaksa Tuan Arata untuk melayani. Yang kedua ia sendiri yang merasa pingin melakukannya.

'Dan kenapa aku bisa rela harta miliku yang sangat berharga direnggut olehnya. Apa mungkin karena aku telah jatuh cinta padanya' batin Cytra bertanya-tanya.

"Sudahlah tidak usah dipikir apa yang sudah terjadi," Tuan Besar Samyokgie menenangkannya.

Lalu bibir Cytra yang terbuka sedikit itu diciumnya lagi dengan lembut.

"Tuan Mau lagi?" Suara Cytra lirih terdengar.

Nafas Cytra belum normal masih terengah. Sehingga bibirnya terbuka. Tetapi itu justru membuat lawan biologisnya terangsang kembali.

"Sudah terlanjur basah...kita berenang sekalian..." kata lelaki itu nakal.

"Iya, Tuan. Tapi sebentar kita istirahat dulu. Saya masih lemes," Cytra memohon.

"Ya, ampun...maaf saya lupa. Kamu pasti belum makan, Kan?" Tanya lelaki itu. Lalu bergegas berdiri melepas pelukannya.

Cytra tersenyum kecil memandang sekujur tubuh Tuan Samyokgie yang masih sangat proposional untuk lelaki seusianya.

Setelah lelaki itu bersih-bersih dan keluar dari kamar mandi, ganti Cytra yang berlari malu ke kamar mandi dengan membawa semua pakainnya. Lelaki itu melihatnya dengan tertawa.

Sejumlah menu makanan yang dipesan begitu cepat datang setelah lelaki itu menelpon pelayan hotel. Komplit menu makanannya. Ada roti, nasi, soto dan lainnya dibawa oleh dua orang pelayan wanita. Setelah diletakan di atas meja mereka bergegas keluar dari ruangan itu.

Cytra setelah bersih-bersih, mengenakan seluruh pakaiannya, dan menata kembali mukanya, keluar dari kamar mandi.

Wow!! Kaget Cytra melihat makanan yang ada di meja begitu banyak. Sampai bingung mana dulu yang akan ia makan.

"Banyak sekali, Tuan," ucap Cytra sambil menyantap roti yang dilumuri keju dan coklat kacang.

Saking laparnya ia lupa mengajak lelaki di depannya yang sedang memandanginya penuh arti.

"Tuan, kok tidak ikut makan," ajak Cytra.

'Saya tidak doyan roti atau nasi, saya inginnya makan kamu saja,' suara hati lelaki itu.

"Tuan, ayo. Jangan memandangi saya terus begitu."

"Aku senang bila melihat kau makan. Karena mirip Agustin."

Cytra heran. Lagi-lagi nama wanita itu yang disebut. Kenapa bukan istrinya yang sekarang masih hidup. VIONITA!

HEEKH !!

Cytra mendadak tersedak. Makanan yang hendak ditelannya muncrat keluar.

"Kalau makan yang bener. Jangan sambil melamun." Lelaki itu mengingatkan.

"Ya, Tuan...maaf," ucap Cytra setelah menggelontorkan air putih ke tenggorokannya.

"Mulai malam ini kamu tidak usah pulang ke tempat kosmu," kata lelaki setengah baya itu.

"Saya harus tidur dimana. Disini?"

"Bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku bersama Vionita."

"Apa? Aku tidak mau, Tuan," Cytra menolak.

"Dengarkan dulu saya bicara! Saya tidak akan ceritakan kepadanya kalau kita telah berhubungan badan!" Lelaki itu tiba-tiba kembali ke wataknya semula. Egois dan tidak mau tahu perasaan perempuan.

"Saya tetap tidak mau," Cytra bersikukuh.

"Kamu tidak perlu takut tinggal bersama saya Vionita! Karena semuanya akan saya penuhi sesuai porsinya," kata lelaki itu tanpa punya perasaan.

Cytra cepat-cepat menyudahi makan makanannya. Lalu memandang Tuan Besar Samyokgie dengan tatapan sebal.

"Bagaimana? Mau kita tinggal bertiga?" Tanya Tuan Samkyogie lagi.

"Saya tidak mau tinggal di rumah mewah tapi makan hati," kalimat Cytra tegas terdengar.

"Kalau begitu kamu menolak saya jadikan istri ket...," Tuan Samkyogie tidak melanjutkan kalimatnya. Karena Cytra terlihat berdiri dan meninggalkan lelaki yang telah melukai perasaannya itu.

"Ok. Lalu berapa saya harus membayar kamu malam ini?" Tiba-tiba Tuan Samyokgie bicara sinis.

"Tuan tidak perlu membayar saya. Karena saya bukan PSK!" Cytra membalas kesinisan itu dengan sinis pula.

"Maaf...maaf. Saya tidak bermaksud menghina kamu."

"Sudah terlambat, Tuan. Terimakasih atas kebaikan Tuan malam ini. Saya mohon permisi mau pulang," pungkasnya.

Bersambung ke bab 3...

(3) PENYESALAN

Cytra tak peduli apakah Tuan Samyokgie melakukannya atas dasar cinta atau tidak. Tapi ajakannya untuk tinggal bersama dengan Vionita membuktikan bahwa dia memang jahat. Tidak mau peduli terhadap perasaan wanita.

Cytra melangkah menuju pintu keluar. Tuan Samkyogie berdiri hendak mencegatnya tapi terlambat.

"Tunggu! Saya antar kamu pulang," teriak lelaki itu.

Cytra tidak menggubris. Kakinya melangkah cepat melewati beberapa ruangan, loby hotel kemudian tembus ke area parkir mobil.

"Cytra tunggu sebentar. Berbahaya kamu pulang sendirian."

Tuan Besar mengejarnya dengan berlari. Sejumlah mata heran memperhatikan.

Tuan Besar baru bisa menangkap Cytra dengan nafas ngos-ngosan, setelah gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

"Tuan harus banyak olah raga. Agar lebih kuat bermain di ranjang," sindir Cytra.

Sentilan itu membuat mata Tuan Besar terbelalak.

"Memangnya tadi saya kurang kuat," ucapnya sewot.

"Kalau ingin dipuja wanita lelaki seperti Tuan harus punya hati yang baik. Tidak cukup berbadan tegap dan kuat bermain di ranjang," kata Cytra sangat pedas didengar.

"Ok, akan saya lakukan itu semua asal kau mau ja..." Tuan Samyokgie tak melanjutkan kalimatnya. Karena Cytra sudah menjalankan mobilnya dengan cepat

"Cytra...!" Tuan Samyokgie berteriak memanggil.

"Awas kau...!" Tuan Samyokgie menendangkan kakinya ke aspal.

Dari dalam mobil Cytra tersenyum puas telah memberi pelajaran kecil kepada lelaki yang berhati batu itu.

***

Ketika Cytra sampai di tempat kerjanya kembali suasana sudah sepi. Karena sudah hampir subuh. Hanya terlihat beberapa gelintir pengunjung sedang bersantai. Musik juga sudah berhenti.

Cytra langsung menuju ke ruangan manajemen. Disana ternyata beberapa teman seprofesinya sedang ngerumpi. Ketika melihat Cytra datang sontak canda ria makin gemuruh terdengar.

"Hai! Cytra darimana kau," sapa Betsi yang bekerja sebagai waitress.

"Bagi-bagi dong rejekinya," celetuk Baim Bartender.

"Iya dong. Kita-kita ini sedang sepi nih. Sampai pagi belum ada yang ngajak ML" si banci Tosa ikut bicara ngawur.

"Ha..ha...ha"

Tawa mereka seperti bensin yang membuat 'api' di dalam dada Cytra makin berkobar.

Gadis itu tidak menanggapi celotehan murahan itu. Matanya jelalatan mencari sosok Radiyan yang tidak kelihatan batang hidungnya. Ngumpet dimana dia?

Cytra lalu menuju ke ruangan Bosnya berada. Nyalinya ia tata kembali. Pasti Rudiyan ada disana bersama Brandon.

Menghadapi Rudiyan bagi Cytra enteng. Tapi Brandon, lelaki tinggi besar dan kasar itu pasti akan ngotot menyalahkan dirinya. Karena tidak mau melayani Tuan Arata dengan baik.

Karena sudah sangat dongkol sama Rudiyan, Cytra nekat membuka pintu. Benar. Brandon terlihat sedang serius telepon dengan seseorang. Sementara Rudiyan duduk di depannya menunduk dengan muka pucat.

"Kebetulan kau datang. Sini duduk!" Teriak Brandon sambil meletakan pesawat telepon.

Jantung Cytra seperti mau copot. Tapi berupaya tetap tenang. Berjalan menghampiri dan duduk di depan lelaki sangar itu.

"Berapa kau terima uang dari Tuan Arata. Sini aku minta?" Tanya Brandon dengan mendengus. Seperti sapi yang sedang kelaparan.

Dengan keyakinan bahwa dia tidak bersalah Cytra menjawabnya dengan santai.

"Tanyakan saja sama dia saya menerima berapa," kata Cytra menunjuk kepada Rudiyan yang duduk di sampingnya.

"Saya yang salah, Bos. Saya tahunya Tuan Arata..." Rudiyan berhenti bicara karena tenggorokannya terasa tercekat.

"Goblok kalian berdua!" Bentak Brandon sambil menggebrak meja.

"Pokoknya kalian harus bayar ganti rugi atas kejadian itu!"

"Maaf, Bos. Atas dasar apa kami harus bayar ganti rugi," bantah Cytra berani.

"Goblok!" Brandon menggebrak mejanya lagi. "Atas pemukulan itu kini Tuan Arata masuk rumah sakit tahu!"

Cytra tahu siapa yang memukul Tuan Arata. Tapi apa pedulinya dibahas. Yang perlu dibahas adalah kenapa Rudiyan menjebaknya untuk 'dimakan' tamu hotel yang kurang ajar itu.

"Ayo bicara kalian!" Bentak Brandon karena Cytra dan Rudiyan diam membisu.

"Saya tidak tahu, Bos. Karena saya mabuk dicekoki minuman oleh Tuan Arata," Cytra membela diri.

"Saya tidak mau tahu. Kalian berdua harus membayar ganti rugi!"

"Tidak salah itu, Bos. Bukankah justru saya yang dirugikan. Tugas saya adalah menyanyi. Bukan jadi PSK yang melayani pengunjung."

"Pokoknya saya tidak mau tahu. Saya sudah keluar uang banyak untuk pengobatan Tuan Arata. Kalian harus ganti itu!"

"Aku tidak mau bos," tegas Cytra.

"Kamu Rudiyan...mau bayar ganti rugi tidak!?" Tanya Brandon kepada Rudiyan.

Cowok ceking itu cuma menatap Brandon dengan memelas.

"Ok. Kalau kalian tidak mau bayar!"

Brandon berdiri lalu menyeret Rudiyan dan Cytra ke kamar gelap tempat menyimpan botol-botol minuman.

Cytra berontak. Ia tarik tangannya kembali. Tetapi tangan Brandon mencengkramnya sangat kuat. Hingga Cytra meringis kesakitan.

Tiba-tiba Brandon seperti melihat malaikat datang. Dia menghentikan aksinya. Melepaskan cengkeramannya ke tangan Cytra dan Rudiyan. Mereka jatuh tersungkur di lantai.

"Lepaskan anak itu!. Atau kamu yang akan aku seret ke kantor Polisi!" seorang lelaki tinggi tegap berdiri membentak Brandon.

Semua memperhatikannya dengan heran. Seperti siluman lelaki itu datang. Tiba-tiba saja sudah berada di tengah-tengah mereka.

Cytra yang mengenal lelaki itu cuma duduk diam di lantai. Lelaki itu mengulurkan tangannya ke Cytra. Lalu gadis itu dibantu berdiri kembali.

"Ayo Cytra tinggalkan tempat ini!"

"Jangan begitu dong, Bang. Ini kan tidak ada sangkut pautnya dengan Abang?" Brandon memohon.

"Diam kau! Dasar pengecut!" Bentak Tuan Samyokgie.

Brandon bos diskotik yang sangar itu cuma berdiri mematung. Cytra baru tahu sekarang. Nama besar Tuan Samyokgie ternyata tidak hanya punya pengaruh di dalam dunia usaha saja. Tetapi di dunia hitam pun dia disegani.

"Nanti kita bicarakan sendiri masalah kita!" kata Tuan Samyokgie menuding kearah Brandon.

Cytra digandeng keluar dari kantor Brandon.

"Mana kunci mobilnya?" tanya lelaki itu setelah berada di tempat parkir.

Tanpa banyak tanya Cytra mengeluarkan benda itu dari dalam tasnya.

Setelah menyuruh sopir pribadinya pulang ke kantornya, Tuan Samyokgie cepat membawa Cytra pergi dari tempat maksiat itu.

Cytra tak tahu mau dibawa kemana. Ia sudah tak bersemangat lagi berdebat soal tempat tinggal dirinya. Apakah ia akan dibawa ke tempat kosnya. Atau ke rumah besar seperti istana itu. Pasrah.

Tak lama kemudian mobil memasuki halaman rumah Tuan Samyokgie. Jantung Cytra berdegup kencang. Gawat!!

Vionita pasti akan menuduhnya sebagai anak durhaka. Betapa malang nasib wanita itu. Mempunyai anak yang akan menjadi duri dalam dagingnya sendiri!!

"Nyonya Vionita pergi dari kemarin belum pulang Tuan?" Kata Mbak Mimin pembantu rumah tangga yang membukakan pintu.

Tuan Samyokgie tidak menggubris. Cuma mengibaskan tangannya supaya PRT Itu lekas menjauh.

"Jangan banyak tanya. Kita sudah sangat lelah dan ngantuk. Bisok saja akan saya jelaskan," kata Tuan Samyokgie ketika Cytra mau mengajukan banyak pertanyaan.

Cytra diberi kamar sendiri tepat di depan kamar utama. Ia rebahan dengan batin menangis. Tak menyangka hubungannya dengan Samyokgie menjadi masalah yang serius begitu.

"Sungguh aku telah menjadi anak durjana, tidur dengan suami ibuku sendiri," suara Cytra merintih menangis.

Sementara itu di permukiman padat penghuni, di sebuah rumah yang berdempet-dempet, Vionita duduk melamun. Dia tinggalkan rumah Tuan Samyokgie karena sudah terlalu lelah menghadapi lelaki yang jahat itu. Tentu akan lebih menderita lagi andai Vionita mengetahui si harimau lapar itu telah memakan anaknya.

"Ooh...Maafkan aku Bunda..."

***Maaf, samentara sampai bab 3 dulu. Menunggu jawaban dari editor...

4. PUKULAN TELAK

Tuan Samyokgie membuka matanya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk orang beberapa kali. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Sudah cukup lama dia tidur.

Seorang pemuda dengan mengenakan jas dan dasi blue black berdiri dengan sabar di depan pintu. Menunggu respon dari dalam kamar.

"Pagi, Pa," sapa pemuda itu sopan ketika Samyokgie membuka pintu kamarnya.

"Lho kamu sudah di rumah, kapan pulang?" Tanya Tuan Samyokgie muncul di depan pintu masih mengenakan pakaian piyama.

"Tadi malam. Papa dan Mama tidak ada jadi Radit langsung tidur aja capek," jawab pemuda bernama Radita itu.

Tuan Samyokgie menggaruk-garuk rambutnya sambil melirik ke kamar di depannya. Kelihatan masih tertutup rapat. Radita tidak mungkin masuk ke sana karena itu kamar khusus untuk tamu. Berarti dia belum tahu Cytra dia sembunyikan disana.

'Sembunyikan? Oh tidak. Kalau dengar anak tomboy itu bisa tersinggung dan ngamuk lagi nanti.'

"Papa...Radit mau ngecek hotel sebentar. Sudah satu bulan Radit tidak kesana. Silahkan Papa tidur lagi kalau masih mengantuk," kata Radita kemudian.

Anak itu tahu bahwa Papanya sering kelayaban kalau malam sejak Mamanya, Prama Agustin meninggal dunia. Sedang kalau siang sibuk bekerja. Mama Vionita hampir tak pernah dijamah.

"Oh iya, Pa...Mama Vionita kemana. Kok tidak kelihatan?" Tanya Radita.

"Sudah tidak usah mikir dia," ucap Tuan Samyokgie ringan.

Setelah mencium tangan papanya Radita pun berjalan keluar lewat pintu samping. Karena garasi mobil ada disana.

"Dit...Dit! Sebentar Papa mau bicara."

Radita yang sudah sampai pintu keluar terpaksa kembali lagi mendekat ke Papanya.

"Nanti tidak usah lama-lama di hotel. Papa ada rapat di kantor pusat hari ini. Kamu wakili ya. Papa lagi ndak enak badan," kata Tuan Samyokgie.

"Siap bos!" Seru Radita dengan mengangkat tangannya.

"Ah kamu!" Samyokgie menepuk bahu Radita yang tingginya hampir sama dengan badannya yang tegap itu.

Selepas Radita menghilang Tuan Samyokgie melirik lagi ke kamar khusus itu. Hasratnya bangkit seiring adik kecilnya yang mengeras. Tapi nanti dululah. Toh Cytra juga belum bangun. Karena tidak terdengar apa-apa dari dalam kamar itu.

Di dalam kamar mandi Tuan Samyokgie kembali membayangkan tubuh Cytra. Gaya 'bermain' gadis itu benar-benar mirip dengan Agustin. Dia sangat menyukainya. Ibaratnya semua yang dimiliki Agustin, ada pada diri gadis itu.

Sangat sempurna!

#FlASBACK ON

Seandainya Agustin masih hidup tak mungkin ada Vionita di rumahnya. Kedua wanita itu sama cantiknya. Tetapi Samyokgie hampir tak punya hasrat sama sekali dengan Vionita. Bayang-bayang Agustin selalu membayang di benaknya setiap saat.

Maka Sejak menikah dengan Vionita dia hanya sekali menjamahnya. Setelah itu Vionita dibiarkannya tidur sendiri di ranjangnya. Samyokgie selalu menghindar untuk bertemu. Apalagi ngobrol. Hampir tak pernah suami-istri itu duduk berdua.

Alasan Samyokgie selalu mengatakan dalam hati bahwa dia belum bisa melupakan Agustin.

Daya pikat Agustin begitu kuat kepada Samyokgie. Hingga pada hari-hari terakhirnya dia pun menolak istrinya memintanya untuk menikahi Vionita.

"Maafkan aku. Aku sangat mencintai mu Mama. Kalau aku menikah dengan Vionita aku tidak bisa," ucap Samyokgie.

Kondisi Agustin saat itu sudah sangat lemah. Dan tubuhnya makin menyusut karena penyakit kanker. Agustin sering memanggil Vionita ke rumah. Untuk menghibur suasana jiwanya yang semakin mencekam. Karena sudah divonis dokter hanya kurang dari setahun bisa bertahan hidup.

"Mungkin karena masih ada aku. Jadi kamu sulit jatuh cinta pada Vionita, kan?" Tanya Agustin.

Tanpa menjawab pertanyaan itu sebenarnya Agustin faham kalau Samyokgie memang sangat mencintai dirinya. Hampir tiap hari dia mendampinginya. Baik di kamar atau jalan-jalan di taman dengan kursi roda. Kalau tidak jalan-jalan Agustin menghibur diri mendengarkan lagu-lagu nostalgia saat berpacaran.

Biasanya kalau sedang bermain musik di rumah, selalu ada Vionita disitu. Karena Agustin sangat demen sekali dengan suaranya. Pasti wanita single parent itu yang diminta menemani sampai ia terlelap tidur.

Waktu Agustin masih sehat bugar, Vionita itu bekerja di Hard Cafe. Di kafe itu Agustin mengenal Vionita karena suaranya yang merdu melantunkan lagu-lagu kesukaannya. Selain itu pembawaan Vionita yang menyenangkan membuat mereka cepat akrab. Apalagi mereka berasal dari satu daerah. Sehingga hubungan mereka sudah seperti saudara sendiri.

Setelah Agustin meninggal Samyokgie sangat berat melaksanakan amanat istrinya menikah dengan Vionita. Walau pun akhirnya ia laksanakan, itu hanya sebagai bentuk rasa hormatnya pada Agustin. Bukan lantaran dia mencintai Vionita.

Pada malam pertama pernikahan, Samyokgie mau menggauli Vionita. Tetapi malam-malam berikutnya menjadi malam yang sangat kelabu. Tuan Besar tak mau lagi menyentuh. Seperti batang pisang yang tidak berguna Vionita teronggok di ranjang setiap malam. Kesepian merajut wanita itu. Rasanya lebih sepi dibandingkan dia masih sendiri. Batinnya menjerit perih.

Samyokgie yang diharapkan menjadi suaminya yang utuh. Seperti waktu beristrikan Agustin. Bagai panggang jauh dari api.

Samyokgie menjadi lelaki yang sangat ia benci.

Sikap Samyokgie sendiri sangat kejam padanya. Ia dituduh sebagai wanita yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.

Suami macam apa kalau tak pernah pulang dan menyentuh istrinya. Walaupun hidup bergelimang harta, Vionita seperti burung yang dikurung dalam sangkar emas. Sudah tidak tahan dia menderita seperti itu terus. Samyokgie sudah tidak mempedulikan dia lagi. Dia pun tidak peduli sedang apa suaminya yang jahat itu di luar sana. Mau pulang atau tidak terserah.

Dan akhirnya ia pergi dari rumah besar itu ketika rumah sedang sepi. Radita anak Samyokgie juga tidak ada di rumah. Karena sedang berada di luar negeri.

#FLASBACK OF

Usai mandi dan berpakaian santai, Tuan Samyokgie berjalan ke kamar yang semalam untuk menyimpan gadis pujaannya itu.

Lelaki itu telah menjalankan strateginya dengan baik. Tidak mungkin ia akan membawa Cytra ke dalam kamarnya. Karena disana ada Vionita. Ternyata Vionita tidak ada. Entah pergi kemana. Kalau tahu begitu sudah dari awal Cytra ia bawa kamarnya. Akan ia habisi gadis yang mengatakan dirinya loyo itu.

Dengan mudah Tuan Samyokgie membuka pintu kamar. Karena tidak dikunci. Dari pintu terlihat Cytra masih tidur dengan sekujur badannya tertutup selimut. Akhirnya lelaki itu keluar lagi.

"Heran...Pemalas juga gadis itu," gerutunya.

Tuan Besar kemudian menuju ke meja makan. Segenap makanan sudah tersedia di atas meja besar itu.

"Sinaaaah....," teriaknya.

Seorang perempuan gendut masih muda tergopoh-gopoh mendekatinya dari arah dapur.

"Bangunkan itu anak di kamar itu. Suruh makan sama saya disini," perintah Tuan Samyokgie garang.

Perempuan itu bingung sejenak. Karena kamar yang ditunjuk adalah kamar tamu. Apa mungkin Radita tidur disana. Padahal Radita tadi ia lihat sudah bangun. Dan kini mungkin sudah ada di kantornya. 'Masa saya yang harus membangunkan tamu' gumam Inah.

"Cepaaat...!" Suara geledeknya terdengar lagi.

Si Inah cepat-cepat menuju ke kamar yang ditunjuk. Tetapi semenit kemudian perempuan itu kembali lagi ke tempat Tuan Samyokgie duduk dengan ketakutan.

"Tet...tu...Tuan. Disana tidak ada orang sama sekali," kata Inah gugup.

"Goblok! Itu yang sedang tidur. Seluruh badannya tertutup selimut."

"Itu bantal guling, Tuan."

Samyokgie seperti terkena pukulan telak oi-zuki-chudan dalam ilmu bela dirinya. Hingga perutnya tiba-tiba mual mendengar keterangan Si Inah.

Lelaki itu bergegas masuk ke kamar yang dimaksud. Dan tetnyata memang bantal guling yang ditutup selimut.

"Kemana dia pergi. Dasar anak sialan !!"

Bersambung ke bab 5

BERTEMU MAMA

# yuk kita baca lagi lanjutan kisahnya......

Tuan Samyokgie tidak mempermasalahkan Vionita pergi dari rumahnya yang besar seperti istana itu. Bahkan kalau mau tidak usah kembali lagi. Tidak apa-apa. Karena dia sudah merencanakan untuk menceraikan istrinya itu. Jadi kebetulan kalau wanita itu pergi sebelum dia mengajukan gugat cerai ke PA.

Tetapi lain halnya dengan Cytra. Gadis itu telah membuat Tuan Besar kelimpungan. Ketika mengetahui bahwa gadis yang telah mengikat hatinya itu tidak ada di kamarnya lagi, sontak dunia ini rasanya mau runtuh. Gelora asmaranya makin menggebu untuk segera menemukan gadis itu kembali.

Saking jengkelnya tidak ada orang rumah yang tahu gadis itu hilang, meja makan digebrak keras-keras. Sampai barang-barang yang ada di atasnya berlompatan. Pintu kamar ditendang sampai jebol. Pembantunya Si Inah yang berada di dekatnya langsung ngacir ke belakang.

Perempuan lugu itu minta kepada teman-teman seprofesi tidak ke depan dulu. Jika tak ingin terkena amarah Tuan Samyokgie

"Ada apa, In Tuan Sam," tanya Mbok Yem di dapur.

"HUS! Diam!...tidak usah berisik," jawab Inah terus menyibukan diri bekerja.

"Sinaaah...!!" suara Tuan Samyokgie terdengar berteriak lagi.

Inah melemparkan lagi alat dapur yang sudah ia pegang tadi.

Perempuan itu tergopoh-gopoh lari lagi ke dalam rumah. Mbok Yem yang masih kebingungan ikut diseret mengikutinya menghadap Tuan Besar.

"Bagus...! Bawa kesini semuanya. Badrun mana...Badruuuun," suara Tuan Besar yang seperti geledek itu memanggil tukang kebun yang merangkap tukang bersih-bersih di dalam rumah.

"Kalian tahu tidak ada orang dari kamar itu keluar dan pergi menghilang," Samyokgie menunjuk ke arah kamar tamu yang sudah kosong mlompong tanpa penghuni kepada tiga pembantunya itu.

"Ti...ti..tidak, Tuan," jawab Inah walaupun ia kurang faham yang dimaksud Tuan Besar.

Sedangkan Mbok Yem cuma celingukan seperti ayam dijepret karet. Apalagi Badrun yang bergabung paling akhir. Dia hanya menunduk sambil membayangkan siapa yang dimaksud oleh Tuan besar. CEWEK atau Cowok !!

"Tidak tahu bagaimana! Kalian kan yang selalu tinggal di rumah. Jangan berbohong. Bisa saya hukum kalian semua. Ayo bicara yang tahu siapa?!" Samyokgie semakin marah.

"Bar...ba...barangkali Mbak Mimin tahu, Tuan," kata Inah terbata-bata.

Samyokgie ingat ketika membawa pulang Cytra ke rumahnya saat itu orang yang kali pertama membukakan pintu adalah Mbak Mimin, pembantu rumah juga. Pasti dia tahu!

"Mana Mimin...panggil dia cepaaat!" Tuan Samyokgie menggebrak meja lagi. Tidak tahu apakah telapak tangannya yang lebar itu sakit atau tidak.

"Tet...ta..tapi Mbak Mimin ndak berangkat tuan. Katanya suaminya mau kawin lagi," jawab Inah.

BRAAKK !!

"Siapa yang tanya suami Mimin. Mau kawin lagi sampai lima kali bukan urusanku," Samyokgie makin senewen.

"Maaf tuan...."

"Telpon dia! Suruh berangkat sekarang! Kalian brengsek semua bekerja!"

Tuan Samyokgie berdiri dengan mata mendelik. Ketiga pembantunya itu diusir pergi memanggil Mbak Mimin dengan kakinya. Benar-benar sudah senewen. Sontak mereka pun terjungkal karena kaget lalu lari ke arah masing-masing.

"Suruh Mimin kesini kalau sudah datang. Cepaaat....!!."

"Ya Tuan...," serempak ketiga pembantunya itu menjawab.

DEERRR

Terdengar suara pintu dipukul oleh tangan Samyokgie yang kuat itu.

\*\*

Di sebuah rumah kecil yang berdempetan satu dengan lainnya, terlihat dua orang wanita sedang bersitegang. Suara bicara mereka tertahan-tahan. Karena takut terdengar tetangga samping rumah yang cuma dibatasi papan tripleks.

"Mama harus kembali ke rumah besar. Disini tidak sehat untuk perkembangan hidup, Mama," kata wanita yang lebih muda.

"Tidak Mama tidak akan kembali ke rumah lelaki setan itu," ucap wanita yang lebih tua.

"Kenapa, Ma? Apa pun alasannya Mama bersalah meninggalkan suami tanpa izin," wanita yang lebih muda ngotot.

"Biar saja Mama dianggap salah. Biar saja Tuan Samyokgie yang jahat itu menceraikan, Mama," jawab wanita yang bernama Vionita itu.

Kelihatan sekali dia yakin bahwa sikapnya lari dari rumah besar seperti istana itu sudah tepat. Daripada bertahan makan hati terus sampai mati.

"Mama memang susah diberi saran. Dulu andaikata Mama nurut tidak menikah dengannya pasti tidak akan terjadi masalah seperti ini," keluh wanita lebih muda yang bernama Cytra.

"Ini rumah Mama. Hasil jerih payah bekerja sekian tahun. Mama lebih senang tinggal disini. Daripada di rumah orang kaya raya tapi makan hati," berkata begitu mimik Vionita berubah menjadi sedih kembali.

Waktu Cytra datang beberapa jam yang lalu Vionita memeluknya dengan menangis berat. Mereka berpelukan saling melepaskan rindu karena sudah lama tidak bertemu.

Cytra pun ikut menangis. Ia teringat insiden di hotel Ritz. Dan tidak mungkin kekhilafan dirinya itu ia ceritakan. Apalagi Vionita sedang bersedih. Mamanya harus ia hibur. Daripada dibebani lagi persoalan pribadi dirinya itu.

"Sudahlah, Ma. Tidak perlu kita sesali apa yang sudah terjadi. Kita syukuri saja apa yang sekarang ada," ucap Cytra menenangkan Vionita yang masih kelihatan emosional.

"Mama memang bersyukur. Akhirnya bisa bersama kembali dengan kamu. Coba kalau Mama masih tinggal dengan Tuan Besar. Pasti kamu dan Mama akan terpisah terus. Karena kamu tidak mau tinggal dengan Tuan yang galak itu..."

#Flasback lagi ya...

Setelah Tuan Samyokgie masuk ke kamarnya sendiri pada dini hari itu (sepulang dari Diskotik Rainbow bersama Cytra), Mbak Mimin berjalan mengikuti Cytra masuk ke kamar.

"Mbak Mimin disuruh pergi Tuan kok malah kesini," Cytra mencegah.

"Sebentar, Non. Saya cuma ngabarin Mama Vionita sudah pergi dari rumah ini. Kenapa Non Cytra malah kesini?" Tanya Mbak Mimin.

"Saya tidak tahu, Mbak. Terus Mama pergi kamana?"

"Katanya mau pulang. Tidak tahu pulang kemana."

Cytra mengira-ngira tidak mungkin Mamanya pulang ke Jawa. Karena sudah bertekad tidak akan pulang ke desa jika belum sukses di Jakarta. Perjuangan Mama sangat keras sejak hijrah ke Ibu Kota.

Tetapi ketika hidupnya makin baik dengan diperistri oleh sang konglomerat, dia tidak bisa menikmatinya sama sekali. Hidupnya justru jatuh terpuruk.

Setelah menyampaikan informasi itu Mbak Mimin buru-buru keluar dari kamar Cytra. Gadis itu pun mengikutinya dari belakang. Dan berbisik kepada Mbak Mimin untuk membukakan pintu depan.

Mimin tidak bertanya lagi karena sudah tahu apa maksud Cytra. Dia buka pintu kembali dan Cytra keluar. Untung Tuan Jahat yang bodoh itu telah menyerahkan kunci mobilnya kembali.

Maka dini hari itu Cytra meninggalkan rumah Tuan Samyokgie yang mungkin sudah terkelap tidur. Tujuannya tidak kemana-mana kecuali ke rumah Mamanya.

#Sudah ya Flasbacknya

.....lanjut lagi ke cerita selanjutnya.....

Pembicaraan Vionita dan Cytra berhenti mendadak pagi itu. Karena terdengar suara mesin sepeda motor yang mendekati teras depan tempat tinggal mereka.

"Siapa, Ma?" tanya Cytra cemas. 'Jangan-jangan Tuan Samyokgie menyusulnya dengan naik sepeda motor'.

Vionita tidak menjawab. Dia melangkah ke depan rumah. Kesempatan itu digunakan Cytra masuk ke dapur untuk bersiap-siap lari kalau yang datang Tuan yang jahat itu.

Beberapa saat Vionita bicara dengan orang yang baru datang di teras depan. Setelah itu terdengar suara mesin sepeda motor meninggalkan rumah itu.

"Siapa, Ma?" Tanya Cytra yang keluar dari tempat persembunyiannya.

"Kamu kok kelihatan ketakutan dan bersembunyi ada orang datang. Ada apa?" Tanya Vionita curiga.

"Tidak kok, Ma. Cytra cuma buang air kecil tadi di kamar mandi," kata Cytra beralasan. Padahal dia memang takut sekali kalau yang datang tadi adalah Tuan Samyokgie.

"Benar kamu tidak sedang punya masalah?" Tanya Vionita.

"Ada sih, Ma. Tapi biasa masalah di tempat pekerjaan," Cytra akhirnya katakan satu dari sejumlah masalah yang sedang meruweti pikirannya.

"Pasti kamu sedang ribut sama bosmu," tebak Vionita.

"Betul, Ma. Saya tidak akan bekerja lagi disana."

"Saya kan sudah bilang dari dulu. Kamu belum saatnya terjun di tempat umum seperti itu. Terus bagaimana Brandon. Dia mencarimu disuruh bekerja lagi?"

"Iya, Ma. Saya kira yang datang tadi Brandon."

"Brandon tidak tahu tempat tinggal ini. Walaupun Mama kenal dia."

"Kalau Tuan Samyokgie, Ma?"

"Apalagi dia. Komglomerat seperti dia mana mungkin mau keluyuran di tempat kotor seperti ini."

"Jadi siapa tadi, Ma, yang datang?" Tanya Cytra khawatir.

"Teman Mama di Hard Diskotik. Mama akan bekerja lagi disana."

Cytra tertegun dengan semangat Mamanya itu. Dia sendiri rasanya sudah tak bersemangat lagi bekerja di diskotik sebagai penyanyi...

Bersambung ke bab 6.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!