NovelToon NovelToon

Sinful Angel

Opening

Assalamualaikum. Halo teman-teman pembacaku tersayang. Bagaimana kabar kalian sekarang? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT di manapun berada.

Sudah kangen sekali ingin menyapa dan kali ini aku kembali membawa kisah baru berjudul SINFUL ANGEL dengan tokoh utama Bisma dan Tya. Yang sudah baca novelku yang berjudul FORGIVE ME pasti sudah tahu siapa itu Bisma Putra Prasetyo. Bisma adalah anak bungsu dari pasangan Viona dan Bima.

Nah, bagi yang bertanya-tanya siapa itu Tya alias Cintya, yang sudah membaca novelku yang berjudul Suci Dalam Noda pasti sudah kenal ya dengan tokoh Tya. Bagi yang lupa, Tya adalah teman Khalisa yang terpaksa harus berkerja di bawah kuasa Jordan tanpa mampu lari meski dia ingin. Maka dari itu disarankan membaca dulu dua judul novelku di atas juga supaya korelasi ceritanya dapat lebih dipahami dan dimengerti ya, readers.

Blurb Novel Sinful Angel

Bisma berniat menghadiri sebuah pesta yang sejujurnya tidak ingin didatanginya. Acara perayaan yang sudah pasti membuka kembali perihnya luka lama yang masih berusaha disembuhkannya susah payah. Sebuah undangan pesta anniversary pernikahan dari mantan istri dan mantan sahabat karibnya sendiri, dua orang pengkhianat yang menghancurkan mahligai rumah tangganya juga perusahaan yang diwarisinya dari sang ayah hingga habis tak tersisa.

Semula Bisma hendak menghindar. Mengurung diri di dalam cangkang ibarat pengecut seperti biasanya, tak ingin menambah sembilu lara dalam hatinya kian menganga, bermaksud mengabaikan undangan beramplop warna marun yang dikirimkan ke rumahnya. Akan tetapi, pesan singkat yang masuk ke alamat surelnya yang dikirimkan Prita Arhdya si mantan istri ibarat bara api yang mendidihkan gejolak amarah yang selama ini berusaha dipendamnya, tekad untuk datang dengan dagu terangkat menggebu tak tertahankan.

Hanya saja, Bisma ingin kemunculannya di pesta mantan istrinya menghasilkan impact berbeda. Dia harus membawa pasangan ke pesta tersebut guna mematahkan keangkuhan Prita, agar dirinya tidak terus diremehkan dan diolok-olok sebab rasa cintanya terhadap si model berwajah blasteran itu dulu memanglah sepenuh jiwa. Ingin Prita melihat bahwa getar hatinya sudah tidak lagi jalan di tempat.

Bisma berencana datang membawa pasangan guna mematahkan keangkuhan si mantan istri, Prita Arhdya. Namun, Bisma kebingungan sekarang. Selama dua tahun ini dirinya menutup diri, tak pernah berminat dekat lagi dengan wanita manapun terlebih lagi menjalin hubungan serius. Dia masih didera trauma ketika ketulusan sepenuh hatinya pada sang model pujaan dicampakkan ibarat sampah, melukainya hingga ke titik sanubari terdalamnya.

Bisma memutuskan mencari wanita bayaran yang akan dimintanya berpura-pura menjadi kekasihnya. Dan dalam usahanya mencari kekasih palsu membawanya bertemu dengan Tya. Si kupu-kupu bersayap noda dan dosa.

Seiring intensitas pertemuannya dengan Tya, akankah hati Bisma yang mati rasa kembali bergetar asanya oleh sosok wanita yang sama sekali bukan kriterianya? Mengingat Tya bukanlah bunga indah sesuci embun pagi dan semurni binar sang surya di pagi hari.

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Ikuti dan nantikan kelanjutan kisah Sinful Angel.

Author berharap semoga kisah baru yang akan kutuang dalam cerita ini bisa dicintai dan diapresiasi sebagaimana author menuliskannya penuh curahan cinta dalam setiap ketikan jari untuk disajikan kepada para penikmat aksara yakni para pembacaku tersayang. Jangan lupa masukan ke rak favorit kalian ya, thank you.

Love to the moon & back 💞

Senjahari_ID24

SA Bab 1

Sinful Angel Bab 1

Rintik gerimis menyapu Kota Bandung pada waktu lewat tengah malam kali ini. Lampu-lampu jalan membiaskan rinai halusnya yang nyaris tak terlihat, membasahi atap Fortuner putih berpelat D yang berhenti di depan pagar sebuah rumah minimalis bernuansa sage green.

Dari dalam rumah, sesosok pria paruh baya tergopoh-gopoh membukakan pagar lebar-lebar sembari mengucek mata, memberi akses si mobil putih untuk masuk ke dalam garasi.

Seorang pria dewasa dengan garis rahang tegas dilengkapi bahu lebar, turun dari bangku kemudi. Wajah tampannya tampak kuyu dan lelah, kedua matanya memerah menahan kantuk. Membuka bagasi, dia beranjak ke bagian belakang mobil dan menurunkan dus-dus jinjing berlogo Bakpia Pathok 25, oleh-oleh khas Yogyakarta.

Si pria paruh baya berselimut kain sarung yang tadi membukakan pagar menghampiri. Mengambil alih semua bingkisan oleh-oleh.

“Mamang kira Den Bisma jadi nginap dulu di perjalanan pulang dari Yogyakarta dan tidak langsung pulang ke rumah. Jadinya Mamang ketiduran di gazebo belakang sambil nonton bola piala dunia. Maaf, tadi Mamang pules tidurnya, jadi agak telat buka pagarnya.”

“Enggak masalah, Mang Eko. Rencana awalku memang mau nginap dulu di perjalanan dan melanjutkan kepulangan keesokan harinya. Tapi besok pagi aku ada jadwal dadakan dengan beberapa relasi penting terkait pekerjaanku. Mereka mengajak main futsal bersama, jadinya aku langsung tancap gas pulang ke Bandung walaupun capek berat.”

Bisma meraba punggungnya yang tegang. Meringis merasakan sekujur tubuhnya yang pegal-pegal di mana-mana. Betisnya pun terasa kaku, mengemudi sendiri menempuh perjalanan jauh bukanlah hal enteng.

“Sebaiknya Den Bisma langsung masuk saja dan beristirahat. Ini sudah hampir jam 2 dini hari. Cuma ada waktu beberapa jam lagi menjelang pagi. Biar Mamang yang ngangkut dan beresin semua oleh-oleh ke dalam, sekalian mau kunci pagar lagi,” kata si Mang Eko cepat tanggap saat mendapati ekspresi Bisma lelah luar biasa.

“Oke. Makasih, Mang,” ucapnya yang terdengar lelah terbungkus kantuk yang kian menghebat.

“Oh iya, Den. Kemarin sore ada tukang paket dokumen anter surat buat Den Bisma. Sudah Mamang taruh suratnya di kamar.”

“Surat dari siapa?” tanya Bisma. Menghentikan langkahnya di ambang pintu masuk.

“Mamang juga tidak tahu. Nama pengirimnya susah dibacanya. Pakai bahasa orang bule kayaknya itu,” jelas Mang Eko apa adanya.

“Ya sudah, biar aku lihat sendiri nanti.”

Menuju kamar utama, Bisma bergegas ke kamar mandi. Bersih-bersih ala kadarnya sebelum membanting tubuh lelahnya ke atas kasur empuk yang sudah seminggu ditinggalkannya.

“Akh, sepertinya aku butuh dipijat. Kenapa badanku terasa jompo padahal usiaku baru 31 tahun? Mungkinkah efek hormon testosteron yang terpendam sudah dua tahun ini membuatku mudah capek dan pegal-pegal akhir-akhir ini?” gumamnya sembari menatap langit-langit dan merebahkan punggung pegalnya.

“Ck, pemikiran macam apa ini? Sudah jelas capek ini terasa karena sibuk bekerja. Sebaiknya tidur saja, biar otak ini enggak mikir yang aneh-aneh!” gerutunya mengomeli dirinya sendiri.

Cepat-cepat Bisma menarik selimut dan bermaksud mengambil remot kontrol penyejuk ruangan di atas meja kecil samping ranjang. Hendak menyesuaikan suhunya supaya nyaman melingkupi tidurnya. Namun, perhatiannya teralihkan pada sepucuk surat yang tergeletak di samping remot AC.

Bisma mengambilnya, mendudukkan dirinya. membolak-balikan amplop lantas memfokuskan mata ngantuknya membaca identitas pengirim yang tertulis kecil di bagian bawah amplop berwarna coklat itu.

Sender: Your Ex-Wife

Bersambung.

SA Bab 2

Sinful Angel Bab 2

First Wedding Anniversary

Radhika Suroso & Prita Arhdya

Bisma berdecak malas, melempar sembarang surat undangan berwarna marun yang baru saja dibacanya.

Kepalanya lepas landas kembali ke mengempas permukaan bantal. Bisma meniup udara nyaring melalui mulut sembari mengusap wajahnya kasar merasakan hawa panas dari akumulasi kekecewaan dari luka pengkhianatan yang bergemuruh di balik rongga dadanya. Terpantik kembali selepas membaca isi surat yang dikirimkan mantan istrinya, yang ternyata merupakan undangan pesta anniversary pernikahan mantan istri dengan mantan sahabatnya.

Sejurus kemudian Bisma tertawa sumbang saat melihat cicak-cicak di dinding yang sedang memadu kasih, seolah mereka sengaja mengejek kesendiriannya.

“Kalian sedang meledekku ya? Pamer adegan dua satu plus di depan mataku malam-malam begini, mana dingin, hujan lagi!” gerutunya dengan nada memaki sembari menghunuskan kilat sinis pada dua cicak yang menumpang berkembang biak di dalam kamarnya. Melengkapi olok-olok kiriman si mantan istri yang masih saja gemar menari di atas lukanya pasca dua tahun koyaknya ikatan janji suci mereka.

“Arghh. Dasar surat sialan!”

Bisma mengumpat kesal. Menyesali refleksnya beberapa saat tadi yang malah memilih membuka amplop di nakas ketimbang mengambil remot penyejuk ruangan. Membuat gelayut kantuk hebatnya berjatuhan satu persatu, merenggut keinginan tidurnya padahal tubuhnya luar biasa lelah.

Jarum jam terus bergulir, Bisma masih tak kunjung dapat memejamkan mata. Berguling-guling di atas kasur berukuran king size itu, mencoba meredam rasa yang mengganggu pikiran juga hatinya.

Menendang selimut yang membungkus tubuh, Bisma memutuskan keluar dari kamarnya dan menuju ruang kerjanya yang bersebelahan dengan living room. Daripada begadang tak berfaedah akibat sulit tidur, lebih baik dipakai untuk bekerja saja meski kepalanya berdenyut sakit sekarang.

“Lho, Den. Katanya capek dan ngantuk berat? Tapi kenapa malah bikin kopi?” tanya Mang Eko keheranan saat memergoki Bisma menyeduh secangkir cappucino di dapur. Mang Eko baru saja selesai mengunci semua pintu dan berniat menuju gazebo belakang untuk melanjutkan menonton pertandingan bola di televisi yang masih berlangsung.

“Mungkin karena terlalu capek, mendadak kantukku hilang. Daripada begadang tak jelas, lebih baik digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat,” jawab Bisma sembari mengadukan kopi panasnya.

“Kayaknya bukan karena terlalu capek. Tapi karena tidurnya tidak ada yang menemani, tidak ada guling hidup yang bisa dipeluk.” Mang Eko berujar sembari cengar-cengir.

Bisma mendelik galak pada pria paruh baya pengurus rumahnya yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri.

“Mamang jangan sok tahu. Mang Eko juga sudah tiga tahun tidur tanpa ada yang dipeluk. Kita ini enggak jauh beda!” sergah Bisma judes.

“Wuih, jelas beda Den. Mamang ditinggal berpulang sama istri pas udah aki-aki begini. Julukannya saja sudah bau tanah. Beda dengan Aden yang masih muda, segar, bugar, perkasa. Mamang juga pernah muda. Seusia Aden ini lagi menggebu-gebunya. Mungkin saja ini kode alam yang mendorong Den Bisma untuk mulai memikirkan kembali tentang pasangan hidup.”

Tidak bundanya, tidak kakaknya bahkan Mang Eko, semuanya akhir-akhir ini hobi sekali menyarankannya merajut kasih kembali, sering mengangkat topik pembicaraan perihal mencari pasangan. Sebuah hubungan yang sangat enggan dilakukannya lagi, luka lamanya masih terasa perih dan nyeri setiap kali mengingat pengkhianatan tega mantan istri dan mantan sahabat karibnya.

“Lebih baik Mamang nonton bola lagi daripada jadi lambe turah. Aku mau kerja!” tegasnya kentara sebal. Beranjak dapur dengan cangkir kopi di tangan, meninggalkan Mang Eko yang sedang cekikikan puas.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!