NovelToon NovelToon

Gadis Kesayangan Bos Mafia

Bab 1. Transmigrasi Gadis Cupu

"Kau tahu aku bangga dengan mu Alexsa, tapi aku terpaksa harus membunuh mu karna kau merupakan batu sandungan dalam keluarga ini!" ucap pria umur 30 an kepada seorang wanita yang berlumuran darah namun masih hidup.

"ken..apa? Ap..apa..salahku?" tanya lirih wanita yang bernama Alexsa itu, ia lemah wajahnya pucat pasi akibat banyaknya darah yang keluar dari perutnya.

"Alexsa..kau adikku yang baik, tapi sayang kau terlalu naif!" sahut pria itu kasar lalu ia mencabut pisau di perut Alexsa dengan keras

"Akhhh...kak Mor..vin" lirih Alexsa kesakitan

"Maafkan aku adikku sayang, kakek kita terlalu memanjakan mu hingga mengatakan bahwa kau yang akan mewarisi seluruh harta ini. Itu sungguh tidak adil...." kata pria itu lirih seraya memeluk Alexsa yang perlahan memejamkan mata nya dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Pria itu menangis tapi setelah itu tertawa dengan keras,

"Roy! Makamkan adikku ini dengan layak!" perintahnya Morvin tegas kepada salah satu anak buah nya yang bernama Roy.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

3 Tahun Kemudian...

"Akhhh..hiks, hiks am..pun.." ucap lirih seorang gadis dalam hodie hitam karna ia baru saja di injak dan di jambak oleh geng Vania,

"Cihhh, kau gadis cupu berani mendekati Ernando! Kau harus tahu siapa diri mu!! Ngacaa cupu ngaca!" teriak Vania sambil menjambak rambut gadis itu.

"Dengar Xana Alexsandra sekali lagi kamu berani menyentuh Ernando maka aku tidak akan segan-segan lagi berlaku kasar pada mu!" kata Vania tegas dan ia mendorong Xana hingga kepala nya terbentur keras kedinding.

Mereka pergi meninggalkan Xana yang terbaring di lantai, tanpa perduli akan kondisi Xana yang ternyata sudah tidak bernafas lagi akibat kekerasan fisik yang ia peroleh.

Beberapa jam kemudian, tepat pukul 12.00 malam.

"Akhh..kepala ku sakit" ucap seorang gadis yang masih terbaring dilantai, ia memegang kepala nya yang sakit lalu melihat ke arah kiri dan kanannya.

"Dimana aku? Aku pikir aku sudah mati akibat tusukan dari Kak Morvin." ucapnya lagi yang ternyata gadis itu adalah Alexsa Elvano.

Hanya karna harta warisan dari keluarga Elvano, Alexsa di bunuh oleh kakaknya sendiri. 'Tapi apa yang telah terjadi saat ini bukan ingatan ku?'

"Akhh ini bukan ingatanku" ucap Alexsa ketika ia mengingat pemilik tubuh ini bernama 'Xana Alexsandra' gadis SMA yang selalu dibully oleh geng Vania yang merupakan anak dari keluarga terpandang.

"ternyata ini bukan tubuhku, melainkan tubuh orang lain yang bernama Xana Alexsandra. Nama nya cukup mirip dengan namaku.." ucap Alexsa yang kini telah berada ditubuh Xana Alexsandra.

"Aku sudah diberikan kehidupan kedua lagi, apakah aku harus balas dendam kepada kakak ku yang sudah membunuhku?" tanya Alexsa kepada dirinya sendiri.

Alexsa bangun dengan tertatih-tatih tubuhnya terasa sakit dan lemah, ia menatap seluruh ruangan kumuh yang cukup gelap.

"Menurut ingatan tubuh gadis ini, aku di bawa kegudang oleh geng Vania dan disiksa hingga mati. Jarak ke rumah ku cukup jauh sedangkan ini sudah tengah malam..akhh aku cukup lelah.." gumam Alexsa lagi

Alexsa Elvano atau Xana Alexsandra identitasnya saat ini, ia berjalan kaki menuju rumah berdasarkan ingatan pemilik tubuh ini.

15 menit kemudian Alexsa sampai di rumah Xana, ia membuka pintu rumah yang tak terkunci. Di sana terlihat ruangan kecil yang hanya cukup untuk dirinya sendiri, menurut ingatan pemilik tubuh ini Xana adalah seorang yatim piatu dan tinggal sendiri dirumah kecil yang ditinggalkan ibunya sebelum meninggal.

Xana Alexsandra hidup seadanya, sepulang sekolah ia bekerja di caffe hingga malam hari. Xana bersiap untuk membersihkan dirinya setelah mengunci pintu, ia masuk kekamar mandi.

Beberapa menit kemudian tepatnya pukul 02.33, Xana beristirahat di kasur kecil yang hanya muat untuk dirinya sendiri. Ia perlahan mengingat apa yang telah terjadi terhadap dirinya dan Xana pemilik tubuh asli ini.

Dibandingkan hidup Alexsa yang tampak lebih enak daripada hidup Xana, tapi itu hanya menurut tempat tinggal dan segala kebutuhan hidup mereka. Sedangkan jika berdasarkan nasib yang menimpa mereka berdua tidak kalah jauh sama-sama menyedihkan karna harus terbunuh dengan cara yang keji.

...Next......

Bab 2. Xana Dan Alexsa

Keesokan paginya, seharusnya Xana sekolah namun ia meliburkan diri. Sedangkan dahulu Alexsa adalah seorang wanita karier yang sudah bekerja dan umurnya juga jauh berbeda dengan Xana, Alexsa 23 tahun dan Xana baru 18 tahun.

Karna Alexsa saat ini telah berada ditubuh Xana, maka ia akan melanjutkan pendidikan seperti yang Xana lakukan setiap harinya.

"Akhh aku lapar.." gerutu Xana

Xana membuka lemari es nya yang ternyata ada berisi dua buah apel juga mie instan, Xana menyantap dua hidangan seadanya untuk mengganjal perutnya yang sudah keroncongan.

Tidak lama sehabis Xana makan, ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Di perjalanan Xana melihat seorang gadis dirampok oleh dua orang preman,

"Akhh..tolonggg hiks, hiks.." teriak gadis itu

"Heyy lepaskan gadis itu!" teriak Xana tegas dan berani

"Woww kita dapat mangsa lagi bro!" ucap preman itu dengan nada ejekan, Xana tersenyum kecil.

"Kalian terlalu meremehkan.." sahut Xana di sertai dengan tendangan dan tamparan bertubi-tubi yang membuat dua preman itu tumbang sekaligus

"Cihh dasar lemah! Begini saja tidak mampu" ledek Xana yang membuat dua preman itu semakin emosi

"Kau cepat lari!" perintah Xana kepada gadis yang hampir dinodai oleh para preman biadab.

Gadis itu tak tega meninggalkan sang penolongnya, tapi apa boleh buat ia hanya gadis lemah tak seperti Xana yang mampu merobohkan dua preman tadi.

Sesekali gadis itu menoleh kearah Xana yang masih berkelahi dengan dua preman itu, namun kakinya terus berlari tanpa henti.

Sesampainya ditempat yang aman gadis tadi langsung menelpon kakak nya,

"Hallo kak, tolong aku.." ucap gadis itu tanpa basa-basi ia menjelaskan apa yang telah terjadi terhadap dirinya.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil mewah menghampiri gadis tadi,

"Ellena kau baik-baik saja?" ucap seorang pria sambil mencek seluruh tubuh adiknya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Aku baik-baik saja kak, tapi ada seorang gadis yang menolongku dan dia masih di gang sempit disana" tunjuk gadis yang bernama Ellena itu

"Dony cepat cek gang yang dikatakan adikku dan selamatkan gadis itu!" perintah pria tampan tadi

"Baik Bos Cullen.." sahut anak buahnya yang bernama Dony

Dony bergegas kearah yang dikatakan oleh Ellena tadi, ia mencari-cari namun tidak ketemu. Tidak ada siapapun digang tersebut.

Dony kembali dengan tangan kosong,

"Bagaimana mungkin, apa gadis itu tertangkap juga?" kata Ellena ketakutan

"Apa kau benar-benar sudah mencarinya dengan benar?" tanya Cullen datar

"Iya bos, tidak ada siapapun digang tersebut" ucap Dony gelagapan

"Ellena mungkin gadis yang kau katakan tadi sudah baik-baik saja, kau tenang oke" ucap Cullen menenengkan adiknya yang panik

Ellena mengangguk pelan,

"Ayo pulang!" perintah Cullen kepada anak buahnya

Setelah mobil mewah itu pergi, sosok gadis yang mereka cari tadi sedang bersembunyi didalam semak-semak. Tubuhnya yang mungil dapat dengan mudahnya bersembunyi dimana pun yang ia mau,

"Ternyata mereka dari keluarga tingkat atas.." gumam Xana pelan, sedangkan preman yang ia hajar tadi sudah kabur dan tidak berani lagi mendekati Xana. Karna Xana bisa dengan mudahnya mematahkan kaki dan tangan preman yang angkuh itu.

Xana berjalan ditrotoar dengan santainya, ia menggunakan hodie seperti biasa yang sering dilakukan oleh gadis pemilik tubuh ini. Walau pun cuaca cukup panas, Xana tidak masalah dengan apa yang ia pakai.

Xana sampai ditempat yang ia tuju 'RS. Ratma Jaya' ia masuk kedalam dengan hati-hati

"Ku harap kakek masih disini..." gumam Xana dalam hati, biar bagaimana pun ia berharap agar kakek nya masih hidup karna sudah tiga tahun lamanya setelah kejadian penusukan yang dilakukan oleh Morvin Elvano kakaknya Alexsa Elvano sendiri.

Xana bertanya kepada perawat disana, ia menuju ruang administratif.

"Permisi sus, saya mau nanya..." ucap Xana ramah

"Iya silahkan.." ucap suster ramah

"Rumah sakit ini milik keluarga Elvano kan?" tanya Xana berusaha hati-hati agar tidak mencurigakan

"Iya betul sekali.." sahut suster

Xana tersenyum cerah, berharap orang yang ia cari masih hidup.

"Saya mau mencari Tuan Besar Elvano Xizer" ucap Xana dengan semangat

"Ouh...maaf..Tuan Besar Elvano Xizer sudah meninggal dua tahun yang lalu" ucap perawat itu agak heran. Wajah Xana pias ketika mendengar kakek nya sudah meninggal dunia, air matanya perlahan mulai menetes.

"Lalu siapa yang mengelola Rumah Sakit ini?" tanya Xana berusaha terlihat kuat

"Tuan Muda Morvin Elvano.." sahut suster itu, seharusnya ia tidak mudah memberikan info itu tapi entah kenapa gadis yang ada di depannya ini terlihat sedikit familiar.

"Terimakasih sus, sebenarnya saya fans Tuan Besar Elvano..." ucap Xana lirih ia tak sanggup lagi menahan tangis, dan seketika tangis nya pecah didepan suster yang memberikan informasi tersebut.

"kakek maafkan Alexsa yang tidak menemani mu disaat terakhir..hiks, hiks..." Alexsa atau Xana menangis sejadi-jadinya tanpa rasa malu ia tetap berjalan seperti gadis yang baru saja dicampakan oleh kekasihnya. Suster tadi hanya menatap Xana dalam keadaan bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa.

Xana meninggalkan RS. Ratma Jaya, dan tanpa sadar ia menabrak seorang pria.

"Ma..maaf.." ucapnya lirih lalu melanjutkan jalannya sambil menangis

"Bos Cullen, anda tidak apa-apa?" tanya anak buahnya

"Ya, Dony cepat bawa berkas yang akan ditanda tangani oleh Morvin!" perintah pria itu yang ternyata adalah Cullen.

Cullen berjalan menuju ruang administratif,

"Dimana ruangan Tuan Morvin?" tanya Dony anak buah Cullen

"Dengan siapa?" tanya suster yang menjaga

"Tuan Muda Cullen Alfarizi.." ucap Dony lagi

"Sebentar..." sahut suster sambil menelpon orang yang dicari oleh Cullen

"Hallo tuan ada yang ingin bertemu, Tuan Muda Cullen Alfarizi.." ucap suster menambahkan

"Suruh masuk! Dia mitra ku.." sahut Tuan Morvin tegas

"iya...silahkan tuan lewat sini.." kata suster itu ramah. Cullen Alfarizi dan Dony anak buah nya berjalan menuju lift rumah sakit.

"Rumah sakit ini cukup mewah..." gumam Cullen dalam hati.

Tidak lama kemudian, Cullen tiba diruangan tempat Tuan Morvin bekerja.

"Selamat siang Tuan Muda Cullen Alfarizi, mohon maaf karna sudah membuat mu menunggu.." ucap Tuan Morvin kepada Tuan Cullen yang sama-sama pewaris tunggal di keluarga nya.

Cullen hanya diam dengan wajah datarnya tidak terlalu serius menanggapi apa yang dikatakan oleh Tuan Morvin tadi,

"Bagaimana dengan kerja sama kita?" tanya Morvin

'Brukk!'

Cullen menyerahkan surat pembatalan kerja sama,

"Ap..apa ini Tuan Cullen?" tanya Morvin terbata-bata

"Aku tidak ingin bekerja sama!" ucap Cullen santai

"Tu..tunggu dulu tuan, tolong jelaskan apa yang terjadi? Kenapa kau membatalkannya?" tanya Morvin heran

"Aku sudah mencek seluruh riwayat keluarga mu dan ada kecacatan dalam kerja sama kita, aku tidak ingin mengambil langkah jika itu membuat ku terjatuh dalam lubang yang sama!" tegas Cullen

Morvin terdiam ia tidak paham dengan penjelasan Cullen,

"Begini tuan Morvin, kau bukan ahli waris sesungguhnya jika kerja sama kita ini dijalankan kami takut akan terjadi konsekuensi yang besar dan menimbulkan kebangkrutan." ucap Dony kembali menjelaskan

"Tapi aku memang ahli waris keluarga ku" ucap Morvin tegas

"Saudara ku sudah meninggal sejak tiga tahun lalu.." ucap nya lagi

"Walaupun begitu, tapi didokumen mu memiliki kecacatan tuan Morvin dan kami tidak ingin bekerja sama dengan mu" ucap Dony menegaskan

"Huhhh baiklah jika itu keputusan kalian, ku harap kalian tidak menyesalinya" ucap Morvin kecewa. Lalu tanpa banyak bicara lagi Cullen dan Dony pergi dari ruangan itu, mereka tidak ingin bermain dengan liciknya keluarga Elvano semejak diambil alih oleh Tuan Morvin.

"Untunglah kita mendapatkan dokumen rahasia itu..." gumam Cullen dalam hati seraya tersenyum tipis.

...Next......

Bab 3. Kembalinya Gadis Cupu

Xana berbaring dikasur seadanya, pikirannya melayang jauh moment-moment masa lalu yang terbayang dalam ingatannya. Ia memang satu-satunya cucu yang sangat disayangi oleh kakeknya, hingga membuat anggota keluarga lainnya iri juga dengki terhadap Alexsa.

Kakaknya Morvin dulu sangat baik kepadanya, namun tidak disangka ia akan mengalami pengkhianatan oleh kakak kandungnya sendiri.

Seketika Xana meneteskan air mata hatinya terasa hancur, sakit sekali.

"Beginikah rasanya dikhianati?" gerutu Xana dalam hati, setelah itu ia terlelap namun tetasan air matanya masih mengalir.

Malam semakin larut, Xana tertidur pulas karna kelelahan.

'Tidur setelah menangis adalah hal yang paling nyaman dirasakan.'

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya, tepat pukul 05.20 Xana bangun ia berolahraga sebentar seperti push up, **** up dan pull up lalu mandi. Selesai mandi ia bersiap untuk berangkat kesekolah, tidak lupa sarapan sebentar walaupun yang ia makan hanya roti dan air putih saja.

'Dikehidupan kedua ini aku malah terlahir miskin, padahal dahulu aku sangat kaya' gerutu Xana dalam hati.

Selesai ia sarapan, Xana berjalan menuju halte bus yang biasa ia naiki. Untuk yang pertama kalinya Xana tidak menggunakan hodie ketika diluar rumah, penampilannya berubah walaupun masih anak sekolah tapi ia terlihat mempesona.

Rambut yang tidak terikat seperti biasa, dan kepercayaan diri yang membuat Xana berbeda. Ia mempunyai wajah cantik namun sering ditutupinya 'sayang sekali'.

Ketika Xana sampai disekolah, seluruh mata tertuju padanya kecantikan alami dan tubuh mungil berkesan manis.

"Itu Xana??" tanya siswa dan siswi tidak percaya, yang mereka tahu Xana adalah seorang introvert, sangat tertutup dan jelek.

Xana tidak peduli dengan tatapan siswa siswi di sekolahnya, yang ia inginkan saat ini hanya duduk di kelas belajar lalu pulang dan kerja seperti biasa yang Xana lakukan setiap harinya.

Namun tidak semudah itu, baru sampai Xana dikelas dia sudah dihadang oleh geng Vania

"Hayy cupu, apa kamu sudah sehat?" tanya Vania, Celsy dan Keren mereka adalah geng pembully yang sudah membuat Xana menderita.

Xana diam ia tidak menanggapi ucapan Vania, lalu saat Xana ingin duduk dibangkunya

'Srett'

Kursi Xana didorong oleh Vania hingga membuat Xana terduduk dilantai,

"Upss sorry sengaja!" ucap Vania ditelinga Xana sambil tertawa mengejek, tapi Xana berusaha untuk tetap sabar seperti biasa ia tidak melawan.

'Tringgg tringg tringgg'

Bel sekolah sudah berbunyi, semua siswa dan siswi bergegas masuk kelas lalu duduk dibangku mereka masing-masing.

Tidak lama kemudian, seorang guru masuk kekelas 12A IPA.

Mereka belajar seperti biasa, didalam kelas Xana ada beberapa siswa populer yang terdiri dari Ernando Ketua Tim Basker, Victor Siswa Teladan dan Ferdian Ketua Kelas. Mereka bertiga adalah siswa paling populer disekolah dan sama-sama satu kelas, hingga kelas mereka sering dikatakan kelas unggulan.

Xana juga cukup pintar, ia selalu menjadi no 2 dikelasnya sedangkan no 1 diambil alih oleh Victor Siswa Teladan dan no 3 diambil alih oleh Lily gadis tercantik setelah Vania.

Mereka semua bukan orang biasa melaikan ada yang anak pengacara, anak dokter, anak guru dan anak ketua yayasan sekolah. Mereka dari keluarga terpandang dan kalangan atas yang koneksinya cukup rumit untuk dijelaskan.

Sedangkan Xana ia bukan siapa-siapa, hanya karna otak cerdasnya ia dapat beasiswa dan masuk kesekolah terfavorit ini. Itulah kenapa Xana sering dibully oleh geng Vania yang ternyata ia anak dari seorang jaksa.

'ckckck kehidupan yang rumit'

Beberapa jam kemudian, bel istirahat berbunyi dan mereka berhamburan menuju kekantin sekolah.

Xana yang tidak ada teman hanya bisa berjalan sendiri kekantin, namun tiba-tiba

"Heyy kamu?" ucap seorang gadis yang ternyata ia gadis yang Xana tolong kemarin.

"Syukurlah kau selamat, padahal kemarin aku mencarimu.." ucapnya sambil memeluk Xana

"Kenalin aku Ellena Alfarizi..." ucapnya seraya bersalaman dengan Xana

"i..iya..aku Ale..ehh, aku Xana Alexsandra" ucap Xana yang hampir menyebut namanya sendiri Alexsa

"Hemm akhirnya kita bertemu Xana, thanks yaa soal kemarin" ucap Ellena lagi

"Ternyata dia dari keluarga Alfarizi toh" gumam Xana dalam hati

"Eh kamu sama siapa kekantin?" tanya Ellena

"Sendiri.." ucap Xana singkat

"Bareng aku aja yuu" ajak Ellena dan diangguki oleh Xana, karna ia tidak memiliki teman sama sekali jadi Xana menerima ajakan Ellena

Saat dimeja makan kantin, Xana memilih dipojokan seperti biasa.

"Kak Xana kelas berapa?" tanya Ellena

"Aku kelas 12A IPA" sahut Xana

"Ouhh aku kelas 11B IPS kak" ucapnya sambil tertawa kecil dan Xana hanya menganggukan kepalanya saja

"Kamu gak ada teman?" tanya Xana

"Belum ada kak, soalnya aku baru pindah kemarin" ucap Ellena

"Yukk kita pesan makan" ajak Ellena, Xana hanya menganggukan kepala saja

"Bu pesen bakso dua versi jumbo sama es jeruk dua juga" ucap Ellena dan Xana menatapnya tidak percaya

"Tenang aku yang traktir.." ucap Ellena padahal Xana menatapnya tidak percaya karna vorsi makan gadis itu tidak biasa

"Ternyata dia rakus juga yah.." gumam Xana dalam hati.

Setelah pesanan mereka datang, dari bau saja sudah menggoda dan langsung diserbu oleh Ellena dan Xana. Ternyata mereka sama-sama rakus ckckck.

Dikejauhan ada tatapan tidak suka dari tiga orang gadis, mereka menatap tajam ke arah Xana yang kini mempunyai teman.

"Sepertinya gadis cupu itu semakin berani" ucap Vania dengan sorot mata tajam, ia tidak suka melihat Xana dekat dengan siswa atau siswi lain. Entah kenapa Vania begitu iri dengan Xana, dan sebab itu juga Xana tidak pernah memiliki teman lagi. Orang-orang menjauhinya karna takut berurusan dengan Vania yang dikenal si pembully paling keras.

...Next........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!