NovelToon NovelToon

Terjerat Kontrak Pernikahan

Terpaksa

Di sebuah rumah mewah, di kamar paling kecil, seorang gadis tengah duduk melamun di depan cermin rias di dalam kamar. Entah apa yang harus ia lakukan saat ini, ketika sang ayah memintanya menikah dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal.

"Apa salahnya kamu membantu perusahaan Ayah? Jika sampai bangkrut, ini semua adalah kesalahan kamu yang tidak ingin berkorban sedikitpun untuk keluarga kita!" ucap Pria paruh baya itu dengan tegas.

Kaina hanya bisa mengangguk pasrah ketika suara tegas dan berat itu terdengar menakutkan.

Sekarang aku harus apa? Bahkan untuk memilih jodoh pun tidak bisa. Batin Kaina.

Tok, tok, tok.

"Non, Tuan besar memanggil anda ke ruang tamu," ucap seorang pelayan.

"Iya," ucap Kaina sembari menghela nafas beratnya.

Ia segera bangkit dan keluar dari kamar dengan wajah lesu. Ingin rasanya ia pergi, tapi tidak tau harus kemana.

Mengingat, tidak ada harta yang bisa ia bawa pergi keluar dari rumah ini selain tabungan yang ia miliki.

Terlihat ayah dan ibu tirinya sedang duduk bersama dengan dua orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Apa dia laki-laki yang akan menjadi suamiku?. Batin Kaina memegang ujung bajunya

Kaina segera mendekat dan berjalan sambil menunduk dan berdiri di samping sang ayah.

"Nah, Tuan Along ini putri pertama saya, Kaina. Ia baru saja masuk kuliah dan masih semester 1 di salah satu kampus ternama di kota ini," ucap Leo tersenyum.

Pria tampan itu menatap keadaan Kaina dari atas hingga ke bawah.

"Kenapa penampilannya sangat berbeda dengan putri anda yang lain?" tanya Along mengernyit.

Pandangan mereka langsung melihat ke arah Kaina dan membuat gadis itu merasa malu.

Dasar anak syalan! Apa tidak pandai sedikit bergaya?. Batin Sisca mendelik sebal menatap putri sambungnya.

"Putri saya memang sederhana dan berbanding terbalik dengan adik-adiknya, Tuan!" Ucap Leo tersenyum canggung.

"Saya tidak yakin jika Tuan Haikal akan menyukai dia," ucap Along.

Ternyata bukan dia. Semoga saja bukan kakek-kakek tua yang menjadi suamiku. Batin Kaina mulai takut.

Along mengamati wajah Kaina yang terlihat cukup cantik dengan kulit yang bersih walaupun sedikit coklat.

Sangat berbanding terbalik dengan adik-adiknya yang hidup glamor dan penuh kemewahan. Hanya ada dua alasan, yang pertama dia memang sederhana, atau menjadi padi di dalam sekarung beras. Batin Along.

"Pernikahan akan berlangsung dua hari lagi, persiapkan diri kamu. Jangan sampai sakit atau semacamnya!" ucap Along tegas.

Kaina hanya mengangguk. Lidahnya kelu dan tidak bisa berkata-kata, mengingat dua hari lagi ia akan berganti status menjadi seorang istri.

Dua laki-laki itu berpamitan pergi. Leo dan Sisca mengantarkan mereka hingga ke gerbang sembari melontarkan pujian yang tidak hentinya kepada orang berkuasa itu.

Kaina memilih untuk kembali ke kamarnya dengan lesu.

"Eh, ada yang sebentar lagi bakalan menjadi istri kakek tua bangkot nih," ucap Bobi adik tiri laki-laki Kaina.

"Kasihan banget, dinikahkan tapi malah sama kakek-kakek. Selamat bahagia kakakku tersayang," ucap Selena tertawa.

Kaina tidak menanggapi ucapan mereka yang selalu saja mencari masalah kepadanya. Ia tetap berjalan menuju kamar yang terletak paling ujung bersebelahan dengan gudang.

Kaina Chandriani, gadis cantik yang dijual oleh sang ayah agar bisa mendapatkan bantuan dari perusahaan terbesar di kota itu.

Semenjak ibundanya meninggal, tak ada lagi kasih sayang yang ia dapatkan dari sang ayah, setelah laki-laki itu menikah kembali.

Ia merasa hidup sendiri, mereka tidak pernah menganggapnya ada dirumah itu. Bahkan sering kali ia tidak diajak ketika ada acara keluarga ataupun liburan.

Tumbuh besar dengan memeluk diri sendiri, membuat Kaina terbiasa diabaikan. Ia tidak peduli asalkan masih bisa makan dari pagi hingga malam tiba. Mendapatkan uang agar ia bisa membayar kuliah, itu saja sudah cukup baginya.

Kini, ia harus menjadi tumbal sang ayah hanya demi perusahaan. Tidak ada harapan yang besar tersemat dalam pikirannya. Melainkan hanya sebuah lobang neraka baru setelah ia keluar dari rumah ini.

Ia memutup pintu kamar dan memilih untuk beristirahat, namun ketukan pintu yang sangat tergesa-gesa membuatnya harus kembali terbangun dan membuka pintu.

Brak!

Pintu terbuka dengan sangat keras dan sedikit membentur kening gadis cantik itu.

"Sshh," desisnya pelan.

"Apa kau tidak bisa berdandan sedikit? Bikin malu saja!" ucap Sisca membentak Kaina.

"Maaf, Bu! Saya tidak tau jika ada tamu yang datang," ucap Kaina menunduk.

"Maaf-maaf! Kau itu memang tidak berguna dan pembawa sial! Semoga bandot tua itu segera membawa kau keluar dari rumah ini!" ucap Sisca geram.

Kaina hanya terdiam tanpa berani menjawab. Sebab itu hanya akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri nanti. Bukan hanya hinaan, bahkan tamparan sering ia dapat ketika ia berani menjawab perkataan sang ibu sambung.

Sisca segera pergi keluar dari kamar. Tidak ada air mata lagi bagi Kaina, ia sudah terbiasa mendapatkan bentakan bahkan pukulan setiap ada kesempatan. Bahkan hal yang bukan salahnya pun, dia tetap mendapatkan amukan dari ibu sambung yang kejam ini.

Ia hanya duduk termenung di depan meja rias. Mengambil salep dan mengusap keningnya yang mulai terlihat memerah.

Hingga malam semakin larut, ia hanya duduk termenung dengan pikiran kosong. Hingga pintu terbuka tanpa ada yang mengetuk nya, membuat Kaina tersadar.

"Ayah?" panggil Kaina menunduk.

"Kenapa belum tidur?" tanya Leo.

"Belum mengantuk, Yah. Ada apa?" tanya Kaina yang enggan untuk berbicara lama-lama dengan siapapun.

"Ayah harap kamu bisa bertahan dalam pernikahan ini, hingga tuan Haikal menceraikanmu. Jika bisa, kamu harus bisa bertahan dan memohon untuk tidak di ceraikan. Lahirkan anak untuknya agar statusmu bisa di akui. Sekarang nasib kami ada di tanganmu, jika kamu tidak bersikap baik, maka jangan harap kamu bisa di terima lagi di keluarga ini," ucap Leo tegas tanpan menatap Kaina.

Gadis cantik itu hanya terdiam dan mengangguk. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya ketika mendengar ucapan sang ayah yang terdengar begitu menyakitkan.

"Tidurlah, jangan begadang! Besok pagi akan ada yang menjemputmu!" ucap Leo keluar dari kamar Kaina.

Air mata gadis itu langsung menetes tanpa bisa ia cegah. Bahkan ayah pun tidak menginginkan aku ada di keluarga ini lagi. Bunda, jemputlah aku bersamamu. Aku sudah tidak kuat!. Batin Kaina menangis sesegukan.

Ia berusaha untuk menahan tangis yang tidak bisa berhenti. Hati yang tersakiti dan terasa sangat pedih membuat matanya terjaga hingga pagi menjelang.

Tanpa sempat tertidur, ia sudah mendapatkan panggilan jika Along sudah menunggu di ruang tamu untuk menjemput dirinya.

"Cepat kau bersiap! Jangan biarkan Tuan Along menunggu terlalu lama! Jangan lupa berdandan juga!" ucap Sisca sambil mencubit lengan Kaina.

Gadis cantik itu hanya mengangguk dan membersihkan diri. Ia memilih pakaian sederhana, baju kaos big size lengan panjang dan celana jeans. Tak lupa polesan make up tipis yang membuat wajahnya terlihat lebih segar.

Setelah selesai, ia segera pergi keluar kamar dan bertemu dengan Asisten Along dan Ayahnya.

"Nah, ini sudah selesai," ucap Leo tersenyum.

"Baiklah, Kalau begitu saya akan bawa nona Kaina sebentar," ucap Along mengangguk.

Kaina mengikuti langkah kaki pria tampan itu. Jantungnya berdetak kencang, ketika untuk pertama kali, ada yang membukakan pintu untuknya.

"Terima kasih," ucap Kaina dengan suara lembutnya.

Along terkejut dan mengernyit ketika melihat respon dari Kaina.

Ia segera membawa gadis cantik itu menuju sebuah butik agar bisa melakukan fitting baju pengantin yang akan ia kenakan besok.

Mobil mewah itu bergerak dengan perlahan meninggalkan Rumah mewah Leo dengan membawa salah satu tuan putri mereka.

"Tuan, kita akan pergi kemana?" tanya Kaina dengan suara pelan.

"Apa ayah anda tidak memberitahu?" Tanya Along mengernyit.

Kaina hanya menggeleng dan kembali menunduk takut melihat wajah garang laki-laki yang tengah membawanya.

"Kita akan pergi ke butik untuk melakukan fitting baju. Setelah itu, kita akan pergi menemui tuan muda di kantor," ucap Along.

"Baiklah!" ucap Kaina pelan.

Setelah itu ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga mobil berhenti di salah satu butik ternama di kota itu.

Along kembali membukakan pintu untuk Kaina dan gadis cantik itu kembali mengucapkan terima kasih yang membuat pria tampan itu merasa kesal.

Kaina mencoba sebuah gaun yang minimalis namun terlihat indah di pandang. Terlihat pas dengan lekukan tubuh mungilnya yang ramping.

Along susah menyiapkan gaun yang cocok untuk gadis itu, sehingga Kaina hanya bisa pasrah dengan baju pilihan pria tampan itu

Setelah selesai, Along segera membawa Kaina pergi untuk bertemu dengan tuan muda arogan yang akan menjadi suaminya besok.

Bertemu

Kaina hanya menunduk ketika berhadapn dengan laki-laki gagah dengan badan kekar dan tinggi, tengah menatap dirinya dengan lekat.

"Wanita seperti apa yang dia berikan kepadaku?" bentak Haikal kepada Along.

"Maaf, Tuan Muda. Dia memang putri pertama dari laki-laki itu," ucap Along.

Kaina hanya menggenggam erat ujung baju yang tengah ia pakai. Walaupun sudah biasa mendapat bentakan, namun ia tidak kuat jika harus mendengar teriakan orang lain kepadanya.

"Wanita seperti dia, apa yang bisa aku banggakan? Kau jangan bermain-main, Long! Ini hanya membuang waktuku!" ucap Haikal berteriak.

Pria tampan itu menatap Kaina dengan lekat. Ia berdecak melihat penampilan gadis itu.

"Lihatlah, penampilannya saja tidak mencerminkan seorang Nona keluarga terpandang. Pakaian pelayanan dirumah lebih bagus dari apa yang dia kenakan saat ini," ucap Haikal menggeleng.

Kaina hanya memejamkan mata, wajahnya berangsur pucat mengingat perkataan dari sang ayah semalam.

Apa yang harus aku lakukan? Apa tuan muda ini akan membatalkan perjanjian itu dengan ayah?. Batin Kaina.

"Bawalah dia keluar, katakan pada pria tua itu, aku tidak jadi menanam modal di perusahaannya!" ucap Haikal tegas.

Glek!

Kaina tercekat, matanya melotot mendengar ucapan dari pria tampan itu. Namun ia tidak tau harus berbuat apa.

Genangan air mata mulai terlihat di pelupuk matanya. Bayangan kebencian semakin tergambar jelas, begitu juga dengan amarah sang ayah yang akan meledak dengan sangat.

Aku harus apa? Wajah seperti ini, bukan salahku, jika aku terlahir jelek. Bunda, aku takut!. Batin Kaina mulai gemetaran.

"Tuan, maaf jika saya lancang. Tapi sebaiknya Tuan memang memilih gadis ini, dari pada memilih adiknya!" ucap Along berbisik.

Haikal menatap tajam kearah Asisten pribadinya. "Untung-untung hiburan kalau anda sedang berada di rumah, Tuan!" Sambung Along.

Haikal menarik kerah kemeja pria tampan itu. "Awas saja kalau dia menyusahkanku!" ucapnya mengancam.

Ia berjalan mendekat kearah Kaina yang sudah terlihat ketakutan. Ia mengernyit bingung melihat respon gadis yang ada di hadapannya.

Kenapa dia seperti itu? Apa dia ketakutan? Bukankah aku belum mengatakan apapun?. Batin Haikal menggeleng.

"Hei, kau!" Panggil Pria tampan itu dengan sedikit membentak.

Kaina terlonjak kaget dan semakin menundukkan pandangannya. Haikal semakin mengernyit, dan tersenyum penuh rencana yang tiba-tiba saja tersusun dalam pikirannya.

"Apa yang kau bisa, gadis kecil?" tanya Haikal.

"Sa-saya, saya bisa melakukan pekerjaan rumah, sa-saya juga bisa menyiapkan perlengkapan tuan," ucap Kaina terbata-bata sambil menahan tangisnya.

"Kau belum apa-apa sudah menangis, bagaimana nanti malam pertama? Ketika aku merenggut keperawananmu. Itupun jika kau masih perawan. Kau tau rasanya seperti di gigit harimau!" ucap Haikal menakuti.

Kaina terdiam tanpa menanggapi perkataan dari calon suaminya. Terdengar helaan nafas yang terasa berat keluar dari mulut Haikal.

Pria tampan itu berjalan menuju meja kerjanya, ia mengambil sebuah map yang sudah ia persiapkan sedari kemari.

"Tanda tangani surat kotrak itu. Mulai detik ini kau sudah menjadi milikku. Baca dan pahami apa isi kontrak yang sudah tertulis di sana," ucap Haikal.

Dengan tangan yang bergetar, Kaina mengambil map itu dan membacanya dengan seksama. Begitu banyak isi poin yang harus ia penuhi selama menjadi istri dari tuan muda ini.

Sepuluh lembar, berisikan begitu banyak poin perjanjian yang tidak ada satupun terlihat menguntungkan untuk gadis cantik itu.

Semua poin hanya menegaskan bahwa apapun yang terjadi, tuan muda harus dipatuhi dan tidak boleh membantah.

Kaina hanya menghela nafas yang terasa berat. Tidak ada pilihan selain menandatangani kontrak pernikahan itu.

"Apa kau bisu?" tanya Haikal mengernyit, melihat Kaina tidak melayangkan satupun pertanyaan.

Gadis cantik itu menggeleng namun tidak mengeluarkan suaranya.

"Kenapa kau tidak berbicara sedari tadi?" tanya Haikal.

"Maaf," cicit Kaina dengan suara lembutnya.

Hiks, padahal aku sudah menjawab pertanyaannya tadi!. Batin Kaina

Haikal mengernyit mendengar suara Kaina yang begitu kecil. "Perkenalkaan dirimu!" ucapnya.

Kaina terdiam, dengan rasa takut ia mulai memperkenalkan diri.

"Sa-saya Kaina, Tuan," ucap Gadis kecil itu.

Haikal mengernyit. Kenapa gadis ini tidak berani menatap wajahku? Apa aku terlihat begitu menyeramkan?. Batinnya.

"Angkat kepalamu dan tatap saya!" ucap Haikal tegas.

Jantung kaina berdetak kencang, dengan berani ia menatap pria tampan yang tengah duduk dihadapannya.

Deg!

Wajah dingin dan sedikit sangar, tubuh yang tegap dan besar membuat Kaina merasa takut jika sewaktu ia membuat kesalahan dan memancing amarah laki-laki ini.

Ia langsung menunduk dan menggenggam tangannya sendiri. Haikal semakin bingung dengan reaksi Kaina.

Tanpa berbicara, ia berdiri dan masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di dalam ruanga itu.

"Nona, saya harap anda tidak memancing emosi tuan muda, atau kami yang akan menjdi sasaran kemarahan beliau," ucap Along setelah pintu tertutup.

Kaina hanya mengangguk, ia berharap bisa keluar dari ruangan ini dengan segera.

Sementara di dalam ruangan pribadi CEO. Haikal menatap diri pada pantulan cermin.

"Apa aku terlihat menyeramkan?" ucapnya sembari bergaya.

"Baru kali ini ada perempuan yang tidak berani menatapku. Ah, Shiit!" ucapnya kesal.

Lihat saja, kau sendiri yang akan menatapku tanpa aku minta!. Batinnya.

Ia segera keluar dari ruangan itu dan melihat Kaina yang masih saja menunduk.

"Bukankah dia terlihat aneh? Apa aku yang terlihat menyeramkan?" ucap Haikal berbisik kepada Along.

"Sepertinya dia memang takut membuat kesalahan, Tuan. Dia juga pendiam dan bahkan tidak memiliki teman," ucap Along.

"Apa sudah ditandatangani perjanjiannya?" tanya Haikal.

"Su-sudah, Tuan," ucap Kaina lirih.

"Sudah tau kapan pernikahan ini akan berakhir?" tanya Haikal mengangkat dagu Kaina agar ia bisa melihat wajah lugu gadis itu.

Kaina mengangguk pelan, sambil memejamkan matanya.

"Buka matamu! Apa aku sejelek itu sehingga kau tidak ingin memandangku sedikit saja?" tanya Haikal geram.

"Ma-maaf, Tuan," ucap Kaina lirih dan perlahan membuka matanya.

Pandangan mereka terkunci, Terpesona dengan keindahan mata masing-masing.

Begitu tampan calon suamiku, namun sayang, hanya berstatus nikah kontrak. Batin Kaina.

Kenapa matanya begitu indah. Ah, Shiit! Apa yang aku pikirkan?. Batin Haikal.

"Pulang dan kemasi barang-barangmu! Jangan beritahu siapapun tentang pernikahan ini! Jika tidak, kita lihat saja apa yang akan saya lakukan kepada keluargamu!" ucap Haikal semakin mendekatkan wajahnya kepada Kaina.

Glek!.

Gadis cantik itu hanya mengangguk dengan air mata yang menggenang. Hingga Haikal melepaskan cengkraman nya.

"Ka-kalau begitu saya pamit dulu, Tuan! Permisi," ucapnya bergegas keluar dari ruangan.

"Hei, Kau berhenti! Siapa yang menyuruh kau keluar?" Bentak Haikal.

Kaina tidak lagi bisa menahan air mata. Ia berdiri di depan pintu dan enggan berbalik. Sebisa mungkin ia menahan tangis agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Belum lagi ku menjadi istriku sudah berani lari seperti ini! Ingat, kontrak pernikahan sudah berlaku mulai hari ini!" ucap Haikal tegas.

Along mengambil inisiatif untuk segera mengajak Kaina keluar sebelum Haikal semakin kesal.

"Kami permisi terlebih dahulu, Tuan Muda!" Ucap Along mempersilahkan Kaina keluar terlebih dahulu.

Haikal hanya tersenyum tipis. Ia merasa mendapatkan permainan baru ketika berada di rumah nanti.

"Kita lihat saja kucing kecil! Aku akan membuat kau tersiksa bersamaku!" ucap Haikal tersenyum smirk.

Pernikahan Sederhana

Pernikahan sederhana digelar di sebuah gedung yang hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Bahkan keluarga Haikal tidak ikut dalam upacara pernikahan kali ini.

Dekorasi minimalis namun masih terlihat mewah, menghiasi ruangan itu dengan indah.

Janji pernikahan sudah terucap masing-masingnya. Kini mereka sudah sah menjadi suami dan istri.

"Kini kau sudah menjadi istriku! Kontrak pernikahan itu sudah berjalan sedari kemarin. Setelah ini akan ada beberapa aturan tambahan yang sangat detile tentang apa yang harus kau kerjakan setiap harinya!" ucap Haikal.

Kaina hanya mengangguk pasrah. Ia memaksakan senyuman untuk menghiasi wajah cantik yang tengah mengenakan make up tipis dan terlihat cocok dengan gaun yang tengah ia kenakan hari ini.

Bunda, hari ini aku menikah. Dia sangat tampan bukan? Tapi sayang, mulutnya kejam dan sedikit kasar. Tapi aku yakin, dia juga memiliki sisi baik yang akan keluar tanpa ada paksaan. Bunda, restui aku ya. Bantu aku agar bisa menjadi istri tuan ini, walaupun hanya sebatas istri kontrak. Batin Kaina sambil menatap sebuah cincin peninggalan terakhir sang ibunda.

Pergerakan Kaina tidak lepas dari pengawasan Haikal. Pria tampan itu mengernyit bingung dan juga bertanya, cincin siapa yang dipakai oleh sang istri dan tersemat di jari tengahnya.

Pernikahan yang terasa kaku tanpa terlihat kebahagiaan yang menghiasi wajah kedua pengantin. Bahkan keluarga Kaina pun juga terlihat cemberut, sebab bukan laki-laki tua yang dinikahkan melainkan pria tampan yang sangat terkenal melebihi artis.

"Ayah, kenapa bukan aku saja yang dijodohkan dengan tuan muda itu?" ucap Selena kesal.

"Ayah juga tidak tau jika tuan muda yang menikahinya langsung. Bahkan kemarin, dia sendiri yang mengatakan sedang mencari istri baru untuk pamannya!" ucap Leo menghela nafas.

"Dih, aku kesal! Lebih baik aku pulang saja!" ucap Selena menghentakkan kakinya.

Leo dan sang istri memilih untuk menemui Kaina dan memberi selamat. Wajah mereka masih terlihat terpaksa karena terkejut melihat laki-laki yang di nikahi oleh Kaina.

Sementara wanita cantik itu hanya terdiam dan tersenyum manis menyembunyikan perasaan sedih yang tak pernah lepas dari hatinya.

"Selamat ya, Nak! Jadilah istri yang baik. Kamu bisa mencontoh Ibu, bagaimana cara menjadi istri yang hebat," ucap Leo tersenyum.

Kaina hanya mengangguk dan tetap mempertahankan senyumnya. Hal itu semakin membuat Haikal mengernyit bingung.

"Selamat, Nak!" ucap Sisca bersandiwara. "Betul kata ayah. Baik-baik jadi istri, jangan sering kelayapan terus. Semua kebiasaan buruk kamu jangan di bawa, kasihan tuan muda nanti, bisa kewalahan menghadapi sikapmu itu!" Sambungnya.

Kaina masih tersenyum manis dan mengangguk. Padahal di dalam hati, ia tak henti mengumpati mereka yang telah membuat dirinya terjebak dengan laki-laki berkuasa ini.

Setelah itu undangan juga ikut memberikan ucapan selamat kepada Haikal dan Kaina. Walaupun mereka terkejut, namun tidak menolak juga undangan yang diberikan oleh pria tampan itu.

Hingga acara telah selesai, mereka segera pergi menuju kamar pengantin yang sudah di siapkan. Kamar yang terlihat indah dan dipenuhi bunga mawar yang membuat ruangan itu menjadi semerbak.

Haikal berjalan lebih dulu tanpa menghiraukan Kaina yang tertinggal di belakang. Beruntung gadis itu memilih gaun simpel yang tidak membuatnya kesulitan.

Ia berjalan dengan gontai, dan tubuh yang begitu lelah. Sebab, sedari siang tadi belum ada sesuap pun makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Ia menatap kamar dan merekam jelas bagaimana indahnya kamar pengantin.

Ternyata sangat indah. Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana tidur di kamar pengantin untuk pertama dan terakhir kalinya. Batin Kaina tersenyum kecut.

Ia melihat Haikal mulai melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Ia meraih koper dan menyiapkan baju untuk sang suami dan juga untuknya.

Tak lama, pria tampan itu keluar dengan balutan handuk di pinggang. Kaina hanya menunduk sambil berjalan menuju kamar mandi tanpa mau melihat keindahan lekuk tubuh sang suami.

Haikal mengernyit kesal melihat Kaina yang seolah enggan untuk menatap kearahnya.

Apa aku sebegitu jelek, hingga gadis itu tidak ingin menatapku?. Batin pria tampan itu.

Ia memilih untuk membaringkan tubuh di atas ranjang dan bermain ponsel sembari menunggu Kaina keluar dari kamar mandi.

Apa aku kerjai saja dia?. Batin Haikal tersenyum jahat.

Ia mematikan lampu kamar mandi menggunakan remot yang ada di dalam laci.

"Aaaaa!" suara Kaina terdengar sangat keras, bahkan membuatnya terkejut.

Bugh!

Haikal mengernyit dan langsung bangun ketika mendengar sesuatu yang jatuh di kamar mandi.

Apa dia terjatuh?. Batinnya terkejut dan segera menghidupkan lampu lalu mendobrak pintu itu.

Benar saja, Kaina pingsan di dalam kamar mandi karena terkejut dan jantungnya tidak siap untuk menghadapi situasi yang sangat ia benci.

"Hei gadis bangunlah!" ucap Haikal menepuk pelan pipi gadis itu.

Namun pandangannya teralihkan ketika melihat tubuh polos Kaina tanpa penutup sehelai pun.

Shiit! ternyata tubuhnya cukup bagus untuk gadis yang memiliki badan kurus seperti ini!. Batin Haikal.

Ia segera menggendong Kaina keluar dari kamar mandi dan membandingkannya di atas ranjang. Memakaikan baju kepada gadis itu dengan asal dan menyelimutinya.

"Hei gadis, bangunlah!" ucap Haikal kembali menepuk pipi Kaina dengan sedikit keras.

Tidak ada pergerakan dari gadis itu. Haikal hanya berdecak bingung tidak tau harus berbuat apa.

Ia segera menghubungi Along agar laki-laki itu datang dan membawa dokter untuk memeriksa keadaan Kaina.

"Hei gadis, bangunlah! Jangan menyusahkanku! Ck, belum satu hari kau menjadi istri, kau sudah membuatku susah!" Ucap Haikal.

Ia menatap wajah pucat Kaina. Bulu mata lentik, bibir mungil dan hidung mancung. Ia terlihat sangat cantik dalam keadaan tenang.

Haikal menggeleng ketika pikirannya mulai memuji sang istri kontrak. Ia hanya terdiam tanpa mengalihkan tatapannya dari Kaina.

Hingga ketukan pintu membuat pria tampan itu tersadar dan segera beranjak untuk melihat siapa yang datang.

"Tolong periksa dia!" ucap Haikal kepada dokter yang notabene adalah sahabatnya.

Rasya hanya menggeleng dan mengernyit menatap Haikal yang terlihat biasa saja dengan keadaan sang istri yang tengah tidak sadarkan diri.

Tanpa berbicara ia langsung melihat keadaan Kaina. Haikal mengawasi setiap gerak gerik Rasya dengan intens.

"Jangan sembarangan kau menyentuh dia!" ucapnya sambil berdiri dibelakang Rasya.

Dokter tampan itu mendelik kesal, namun ia tetap melanjutkan pemeriksaan.

"Apa dia terjatuh?" tanya Rasya mengernyit.

"Iya, di terjatuh di kamar mandi dan langsung pingsan," ucap Haikal.

"Ck, belum sehari kau sudah membuatnya pingsan, jika sebulan dia berada dekat denganmu mungkin sudah mati!" Ucap Rasya kesal.

Ia kembali memeriksa keadaan Kaina. Ia sedikit terkejut dengan hasil diagnosa penyakit yang tengah di derita oleh gadis cantik itu.

"Maaf sepertinya kau harus melewati malam pertama di rumah sakit, Tuan Muda. Along, tolong siapkan mobil. Sepertinya gadis ini harus menjalani ct scan dan pemeriksaan intensif untuk membuktikan diagnosaku!" ucap Rasya bergegas untuk mengemasi peralatannya.

Rasya menarik nafasnya. "Sekarang kau gendong gadis itu sebelum kau ditangkap atas kasus pembunuhan berencana!" ucapnya.

Haikal terdiam dan merasa enggan untuk menggendong Kaina. Rasah geram melihat tingkah sahabatnya, ia memilih untuk menggendong gadis itu dan segera berjalan keluar dari kamar. Namun Haikal tidak membiarkan itu terjadi, ia langsung merebut sang istri dengan wajah kesal.

Mereka segera pergi ke rumah sakit, agar gadis itu segera mendapatkan pertolongan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!