NovelToon NovelToon

Bapak Tentaraku

Bab 1

Hari itu aku bersama kakak sepupuku pergi ke salah satu tempat bakso yang ada di Banda Aceh. Setengah jam kemudian sampailah kami di warung tersebut.

Sesampainya kami di sana kami langsung memesan makanannya.

“Pesan apa kak” tanya pelayan kepada kami

“Mie bakso telur satu” jawabku

“Saya mie ayam satu”

“Minumnya apa kak”

“Es jeruk peras dua”

“Baik, silahkan ditunggu ya kak pesanananya” pergi meninggalkan kami

Selagi menunggu pesanan datang suami kak Yuni datang dengan seorang temannya.

“Jauh juga ternyata tempatnya ya” mengambil kursi

“Iya, tapi gak sesat kan bang”

“Gak lah kan aku sering lewat sini, tapi gak pernah tau sih di sini ada warung bakso” jawabnya kocak yang membuat semuanya tertawa

“Oh ya dek kenalan dulu lah sama abg ini” menyuruh aku berkenalan dengan temannya

“Ya Allah bang” menepuk jidatnya sambil tersenyum malu “oh hai aku Andi” mengulurkan tangannya mengajakku salaman

“Hai” mengulurkan tangan

“Nama adek siapa” tanyanya balik

“Panggil aja Kanza, kalau abang”

“Andi” muka memerah kayak tomat

Dan pesanan kami pun datang, kemudian kak Yuni dan suaminya pergi ke pasar untuk belanja sedangkan kami tinggal berdua di warung bakso tersebut.

Keheningan pun terasa, karena keduanya masih sama-sama malu untuk memulai pembicaraan.

Aku yang terus memakan baksonya sedangkan Andi memainkan handphonenya dengan sesekali mencuri pandang terhadapku.

“Kok liat aku sih bang”

“Eum gak ada” langsung memalingkan mukanya malu

“Oh ya ngomong-ngomong adek masih sekolah apa udah kuliah?” Menaruhkan handphonenya di meja dan memulai pembicaraan.

“Kuliah bg” makan bakso sesekali menatap Andi

“Kuliah dimana dek” mengambil minuman dan meminumnya.

“Di universitas islam negeri bang”

“Oh sudah semester berapa dek”

“Alhamdulillah udah tamat bg, kalau abg sendiri masih kuliah atau sudah kerja?” Menanyakan Andi balik

“Abg kerja dek”

“Kerja abg bang kalau boleh tau”

“Biasa abang suka ikut-ikut bang Adam di kantornya”

“Haha abang ini masa iya ikut-ikut bang Adam kerja” merasa tidak percaya dengan jawaban Andi

“Loh iya lo dek, dari pada abang gak ada kerjaan ya mending ikut-ikut bang Adam kan”

“Iyain ajalah bang” mulai pasrah

“Abang orang mana memangnya?”

“Eum abang orang-orangan” jawabnya mengajakku bercanda

Aku pun kesal dengan jawabannya “ish seriuslah abang “

“Abang asli orang sini rumah abang di Indrapuri, tau kan adek Indrapuri”

“Dih siapa yang tanya”

“Kan barusan adek yang tanya”

“Itukan tadi bukan sekarang, gak mau tanyak lagi deh” memasang muka cemberut

“Adek ini cepat sekali ngambeknya, eh adek cemberut kek gitu makin manis deh”

“Halah abang ini” aku tersenyum kepada Andi

“Iii malu-malu dia”

“Enggak tuh” menjulurkan lidahnya

“Alah bilang aja gak usah malu-malu”

“Enggak bang andi enggak”

“Oh iya rumah adek dimana apa serumah sama bang Adam tapi kok abg pas ke rumah gak pernah lihat adek ya”

“Oh enggak bang, rumah adek ke depannya lagi dari rumah bang Adam”

Pembicaraan itu akhirnya berlanjut dengan perkenalan mendalam.

“Nanti deh abang cari tahu siapa tahu kan abang pulang ke sana besok amin”

“Haha” tertawa mendengar ucapan Andi “baru juga kita kenal bang”

“Ya aminin aja dulu dek siapa tahu Allah mudahkan jalannya”

“Amin juga deh” tertawa bareng Andi

Kini Aku benar-benar tertawa bahagia melihat tingkahnya Andi yang mencoba membuatku nyaman.

“Dek”

“Iya bang kenapa”

“Eum apa ya” Andi yang malu-malu untuk menanyakan sesuatu suaranya terbata-bata

“Apa bang”

“Boleh minta nomer whatsappnya” ngomong dengan sekali nafas

“Alah abang ini aku kira kenapa, abg mau nomer whatsapp nya”

“Iyakan gak enak dek takut lancang baru kenal sudah minta nomer whatsapp, tapi kalau adek izinkan boleh sih”

“Yasudah mana handphonenya abg”

“Jadi adek kasih ni”

Aku pun mengambil handphonenya Andi dan mencatat nomerku.

“Udah adek save ya nomernya” mengembalikan handphonenya “ coba abang chatkan biar adek save nomernya abg”

“Alhamdulillah makasih ya dek” mengambil handphonenya di tanganku dan membuka aplikasi whatsapp lalu menulis pesan.

“Udah ya dek”

Aku melihat pesan masuknya dan menyimpan nomernya

“Oh siapa tadi nama abang biar di save”

“Ya allah dek, kita sudah dari tadi loh ngobrolnya masak lupa nama abang siapa” menepuk jidatnya

“Yaudah kenalan lagi dulu lah bang sekarang abang kenalinnya mulai nama, alamat, hobi, cita-cita”

Andi yang mendengar “wah kayak disensus nih guwe”

“Abg mau gak”

“Iya deh apa lagi”

“Udah itu saja, nama lengkap abang, tempat tanggal lahir, hobi dan cita-cita”

“Oke baiklah tapi setelah abang giliran adek ya kasih tahunya”

“Oh gak bisa, ayolah abang cepetan”

Andi pun pasrah dengan permintaanku dan mulai menjawabnya

“Oke nama lengkap Wanda Andriansyah biasa dipanggil Andi atau Wanda tapi kalau adek mau panggil sayang juga gak apa-apa boleh-boleh saja”

“Kalau panggil syah boleh”

“Boleh dek panggil syah apalagi kalau syah dibilang sama penghulu”

Aku tersenyum kecil mendengar jawaban Andi

“Udah abang lanjut lagi, penasaran ini”

“Iyah gak sabarin nih, mulai kepo ya” ledeknya

“Cepat lah abang”

“Apa lagi, eum abang lahir di Indrapuri tanggal 9 maret 1993, tapi habis abang adek ya”

“Gak mau gak mau”

“Oh ayolah” membujuknya agar mau juga memberi tahu biodatanya

“Iya deh, abang lanjut dulu hobi dan cita-citanya” jawabku pasrah

“Cita-cita abang mau jadi pilot tapi abang takut ketinggian”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar cita-citanya “jadi gimana caranya abang mau jadi pilot tapi takut ketinggian terus pesawatnya gimana terbangnya”

“Itulah dek abang juga capek mikirnya” tersenyum sambil menggaruk kepalanya “maka dari itu abang ikut-ikut bang Adam biar ada kerjaan biar sibuk kita”

“Ada-ada saja abang ini” kembali menertawainya “terus hobi abang apa?”melanjutkan pertanyaan. Satu pertanyaan seribu jawaban benar-benar Andi berbakat menjadi komedian, bisa mengalahkan Sule.

“Hobi abang travelling, jajan, makan, sepedaan dan ngejahilin orang”

“Wah harus hati-hati ni adek sama abang takut dijahilin” tertawa

“Gak lah, adek gak usah takut sebenarnya abang baik kok”

“Bagus” mengacungkan jempol

“Udah sekarang giliran adek yang disensus sama abang ganteng” ketawa dan mengedipkan matanya.

“Ah gak deh malu tahu”

“Ngapain malu sih kan sama abang udah buru”

“Oke nama panjang nama lengkap Kanza Auliya, biasa dipanggil zaza “

“Kalau panggil sayang boleh” nyamber kayak petasan

“Boleh asal istri abang gak marah, nanti dikira adek pelakor lagi”

“Wesh abang mah alhamdulillah masih single”

“Gak percayalah”

“Kenapa gak percaya emang beneran kok boleh tu ditanyakan ke bang Adam, adek ni nanti dimarahkan”

“I am single too”

“Ini nih yang bohong banget masak cewek cantik kayak adek gak punya pacar sih”

“Kalau pacar sih punya, tapi kan belum jelas hubungannya belum dilamar jadi masih bisa dibilang single kan”

“Iya juga sih, jadi kapan nih hubungannya diseriusin” ekspresi wajahnya mulai datar

“Eum gak tau juga sih bang belum ada kejelasan”

Andi mulai merasa takut untuk mendekatiku “Jadi mau nikahlah ya adek sama dia? jadi takut ni abang mau deketin adek”

“Alah abang ini jodoh siapa yang tahu, kalau Allah berkehendak adek jodohnya sama abang gimana”

“Emang adek mau kalau berjodoh sama abang” mulai meyakinkan dirinya lagi

“Ya gak tau juga haha, kalau sama-sama cocok, baik ya lanjut”

“Amin semoga ya Allah”

“Amin”

Perbincangan panjang itu pun berakhir dengan pulangnya bang Adam dan kak yuni dari pasar.

“Mulai PDKT ni” bang Adam yang berjalan menuju ke tempat duduk kami

Andi dan Aku tertawa bersamaan

“Wah ketawanya saja barengan, benar-benar cocok deh kalian”

“Aduh kakak ini” aku tersipu malu dengan ucapan kak yuni barusan

“Gak apa - apa lagi dek, kakak setuju kalau kamu sama Andi”

“Udah dapat lampu hijau ni satu”

“Kok satu, dua dong” menyetujui juga jika andi dan aku mempunyai hubungan

Setelah semuanya selesai bang Adam pun membayar kami semua dan kami pulang

Diperjalanan pulang Andi yang diintrogasi sama bang Adam

“Gimana Ndi?

“Alhamdulillah nyaman bang”

“Nyaman gimana ni maksudnya”

“Ya adem bang dekat sama dia ngobrol sama dia, tapi sayang bang dia sudah punya pacar”

“Kan baru pacar bukan suami, usaha dulu lah” mencoba meyakinkan Andi supaya melanjutkan hubungannya

“Iya bang akan aku usahakan sampai penghulu berkata sah”

“Amin guwe dukung lo Di”

“Makasih bang”

Sementara Aku dan kak Yuni….

Bab 2

Sementara aku dan kak yuni di motor

“Dek gimana sama Andi” teriak karena suara angin

“Kakak mau jodohin aku sama bang Andi”

“Kalau kamu suka ya lanjut dek, kakak setuju kalau kamu sama dia, dia baik kok orangnya dan keluarganya juga orang baik kakak sama bang Adam kenal baik sama keluarganya”

“Hehe”

“Kok ketawa sih, serius kakak bilang”

Kami pun akhirnya sampai. Malamnya Andi menghubungiku via Whatsapp

“Assalamualaikum”

Aku yang menonton televisi mendengar bunyi handphone dan mengambilnya kemudian membaca sebuah pesan yang berisi Assalamualaikum, aku membalas pesannya dengan Waalaikumussalam.

Kemudian Andi menanyaku sedang apa

“Lagi apa adek ganggu gak ni kalau abang chat”

Aku membalasnya

“Lagi nonton televisi ni, gak ganggu lah abang, abang sendiri lagi apa”

Dia membalasnya “biasa abang lagi jaga kantor”

Aku pun heran dengan jawabannya dan aku langsung membalasnya lagi “kok jaga kantor sih bang biar gak hilang ya kantornya”

Dia membalasnya lagi “ ah adek ini ada-ada saja”

Aku membalasnya “ya apa lagi kalau biar gak hilang kantornya makanya abang jagain”

Dia membalasnya dengan cepat “kan duduk dek, bergosip”

Aku tertawa dengan jawabannya “oh orang laki ada bergosip juga rupanya ya bang”

Dia membalasnya “iya dong dek, oh iya adek gak lagi telponan sama cowok adek tu”

Aku membalasnya “gak abg sekarang dia sudah jarang berkabar, ditelpon pun cuman seminggu sekali”

Dia menasehatiku supaya jangan galau karena masih ada dia yang mau perdulikan aku dan akan menjaga aku lebih dari 24 jam. Chattingan itu pun berakhir.

Aku yang kepikiran dengan kekasihku yang sekarang ini sama sekali lagi tidak menghubungiku lagi entah apa yang terjadi apa dia sibuk atau dia sudah punya kekasih baru.

“Aku gak nyangka semuanya seperti ini sekarang, keakrapan ku dengannya kini perlahan sirna, aku gak mau semua ini mengacaukan hidupku, dia memang penyemangatku, lagian aku punya bang Andi sekarang yang selalu baik sama aku ya walaupun aku tahu ia bukan milikku” mengeluarkan air mata

Aku mengapus air mata “aku tahu Allah akan kasih yang terbaik untukku dan keluargaku, amin” mengusap wajahnya dengan kedua tangan “jadi buat apa aku galau buat orang yang gak ngepeduliin aku lagi”

Telponnya berdering, aku mengecek dan menjawabnya, ternyata yang menelpon adalah Andi

“Assalamualaikum bang” suara serak habis nangis

Waalaikumsalam, lo adek nangis kenapa, tanyanya

“Gak kok abang”

Pasti gara-gara cowok adek lagi ya, udah ya dek jangan pikirkan dia lagi, jawabnya

“Iya bang masih gak nyangka aja bang dia begitu sekarang”

Udah mending sekarang adek hapus air matanya, adek ingat ya masih ada Allah yang bisa ngasih adek yang terbaik jadi adek gak boleh bersedih karena seseorang yang belum tentu juga dia jodoh adek ya, pintanya

“Iya bang makasih ya akan adek usahakan”

Iya dek, abang siap kok jadi teman adek yang siap ngebuat adek bahagia inshaallah abang akan ngelakuin apa saja yang bisa buat adek bahagia, pinta Andi kepadaku

“Iya bang, adek gak mau galau lagi dari sekarang, maaf ya abang telpon adek lagi nangis”

Haha itulah mungkin kenapa Allah menyuruh abang dekat sama adek biar bisa abang ngebahagiain adek, serunya

Panggilan itu berakhir. Malam semakin larut aku pun tertidur pulas.

Sebulan kemudian kedekatan Aku dengan Andi semakin akrab, sementara kekasihku ia benar-benar tidak ada lagi kabarnya.

Paginya Aku sedang duduk bersama guru lain di sekolah, ketika sedang berbincang-bincang ada pesan masuk di handphoneku, aku melihatnya

Via whatsapp

Assalamualaikum

Waalsikumussalam, balasku

Lagi apa sayang, tanyanya

Lagi sampul buku ni di perpustakaan, abang sedang apa? balasku lagi

Biasa di kantor lagi piket , balasnya yang membuatku terheran

Piket apa?, tanyaku

Hehe jaga kantor, siapa yang gak masuk kerja, pokoknya gitulah, balasnya

Emang kerja abang apa sih, tanyaku yang semakin penasaran saja

Adek dimana sekarang, kita pergi sebentar boleh, pintanya

Boleh bang

Chattingan berakhir aku menunggu kedatangannya.

Tak lama kemudian ada sebuah mobil yang parkir di depan gerbang sekolah. Handphone ku kembali berdering

“Assalamualaikum”

Waalaikumsalam, abang di depan pagar ni adek keluar ya

“Iya bang sebentar ya” mematikan telponnya “ibu saya keluar sebentar ya” pintaku kepada bosku

“Iya jangan lama-lama ya sebentar lagi istirahat nanti siswa-siswa ada yang meminjam buku”

“Iya bu” keluar dari perpustakaan dan menghampiri Andi

Sesampaiku di gerbang aku tidak melihat ada orang sama sekali hanya satu mobil yang berparkir di sana. Aku menelpon Andi

“Abang dimana”

Di dalam mobil depan adek berdiri, jawabnya

Tak pikir panjang aku langsung berjalan ke arah mobilnya lalu membuka pintu, betapa terkejutnya aku ternyata Andi yang kukenal selama ini adalah seorang…….

Ternyata Andi yang kukenal adalah seorang Prajurit TNI

“Gimana sudah lihat kan apa kerjanya abang”

“Hmm iya, adek pikir apa kerja abang ini, selalu kalau ditanya ikut bang Adamlah kerjanya, jagan kantorlah, piketlah apa itu sungguh membuat penasaran”

“Tapi sekarang sudah tahukan apa kerja abang gak bikin adek penasaran lagi”

“Iya bang, by the way kita mau kemana ni bang”

“Ke acara pesta abang sebentar ya”

“Boleh bang”

Aku dan Andi pergi ke pesta temannya Andi yang tidak jauh dari tempat kerjaku. Handphoneku berdering aku melihatnya dan menjawab panggilannya yang ternyata mamaku

“Kamu dimana sayang” tanyanya

“Lagi sama bang Andi ma, temanin dia ke pesta temannya sebentar”

Panggilan itu berakhir

“Siapa dek” tanya Andi yang lagi menyetir mobilnya

“Mamanya bang, tanya adek lagi dimana”

“Jadi mau ni kenalan sama mama”

“Kenalan saja”

“Nantilah, siapin mentalnya dulu”

Aku tertawa “masak bapak tentara malu-malu sih”

“Ya kan ini beda, ini sama calon mertua jadi mesti hati-hati waspada” ikut tertawa bersamaku “oh ya mamanya abang selalu menanyakan kamu, katanya kapan kamu ke rumah, mama pengen ketemu sama kamu”

Aku terkagum mendengarnya, lelaki yang beberapan bulan kukenal ini sudah mau memperkenalkan aku dengan orang tuanya. Sedangkan pacarku dulu yang sudah bertahun-tahun bersamaku tidak pernah sama sekali mengajak ku ke rumahnya untuk memperkenalkanku dengan keluarganya, batinku

“Mamanya abang kenal sama adek”

“Iyalah abang selalu certain adek di rumah, makanya mama penasaran banget sama kamu”

Aku tersenyum malu mendengarnya bagaimana tidak belum apa-apa aku sudah dispesialkan begini

“Bahkan ya dek, setiap abang pulang ke rumah bukan abang ya ditanyakin mama, tapi kamu tahu” tertawa menceritakannya

Aku juga tertawa bahagia mendengarnya “abang gak boleh cemburu ya”

“Adek mau gak bicara sama mama sekarang”

“Abang mau ke tempat mama sekarang”

“Enggak, kita telpon saja beliau”

“Boleh bang, tapi adek takut bang, gak berani”

“Sama calon mertua gak boleh malu”

Andi pun menelpon mamanya

“Assalamualaikum ma”

Waalaikumsalam di, kenapa Andi, jawabnya suaranya begitu lembut memanggil nama putranya

“Andi lagi sama calon mantu mama ni” cengengesan sesekali melirik wajahku

Mana, tanyanya

“Ni sayang” memberikan handphonenya kepada

“Assalamualaikum tante” seruku

Waalaikumsalam kamu Kanza ya, duh mama senang banget bisa ngomong sama kamu, kamu kapan ke sini sayang, tanyanya yang sontak membuatku bahagia jantung berdegub kencang

“Iya tante nanti kapan-kapan Kanza main ke sana ya”

Iya sayang mama tunggu ya, oh ya kalian mau kemana ini, tanyanya lagi

Aku langsung memberikan handphonenya kembali ke Andi “ini bang handphonenya”

“Kenapa ma”

Itu tadi mama tanya kalian mau kemana, apa mau ke tempatnya wahyu. jelasnya

“Iya ma, ke tempat acaranya wahyu tadi Kanza gak kenal makanya dia kasih handphonenya ke Andi”

Mamanya tertawa “lucu sekali anak itu, makanya Ndi kenalan teman-teman kamu sama dia, biar dianya gak bingung” jelasnya lagi

“Iya ma”

Panggilan itu berakhir. Tak butuh waktu lama akhirnya kami sampai di tempat tujuan.

“Hai komandan selamat datang, silahkan nikmati hidangan”

“Siap-siap Dan”

“Ini siapa dan”

“Calon istri”

“Amin” Andi dan wahyu tertawa bersama.

“Dek” memanggilku “kenalin ni wahyu”

Aku mengulurkan tangan “kanza”

“Wahyu, masuk ke dalam terus ya”

Aku dan Andi masuk ke tempat acara dan menikmati hidangan, setelah mengambil beberapa makanan yang disediakan kami duduk di sebuah meja yang dekat dengan pengantin.

“Sayang, kapan ya kita gini” Andi melihat kearah pengantin lalu melihat wajahku

“Entah abang”

“Nanti ya, adek tunggu saja abang lagi usahakan ini” jawabnya yang memberiku harapan

“Sudah abang makan dulu saja, nanti keselek malu jadinya lagian abang diacara orang abang pake segala ngegombal”

“Kan sambil nyelam minum air sayang” nyehir kuda

“Awas tenggelam”

“Abang sudah tenggelam kok dek, dalam lautan cinta adek”

Aku tertawa ngakak “pandai ya abang ngegombalnya”

“Andi gitu, tapi cuma sama adek abang berani gombal kaya gini”

“Awas saja kalau berani sama yang lain”

“Kenapa kalau gombal sama yang lain, adek cemburu kah”

“Gak tuh, paling abang tinggal namanya saja nanti, abang tahukan istilah di indonesia bisa membunuh tanpa menyentuh” ancamku

“Uh sadis ya”

“Harus, oh ya abang kita balik yuk, nanti keburu pulang sekolahnya”

“Oke ayu” berdiri dan berjalan ke luar dari tempat pesta

Aku dan Andi kembali ke sekolah

“Dek gak bawa oleh-oleh” tanya salah satu guru di sana yang juga sahabatku dari kecil

“Aduh kak, cuman ke pesta tadi sebentar mana ada oleh-oleh”

“Lain kali dibawa ya oleh-olehnya ya kan bu Reza” mereka menggodaku

“Orang mana dek calonnya itu yang tadi jemput kamu” tanya bosku

“Orang indra puri bu”

“Kapan acaranya dek, nanti jangan lupa undang kami biar kami jadi bridesmaidnya ya” mereka lagi-lagi menggodaku yang membuat aku tersipu malu

“Insha allah bu doakan saja biar bisa secepatnya”

Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa keluar kelas berhamburan.

Aku dan ibuku juga pulang ke rumah.

“Kakak tadi pergi sama Andi kemana” tanya mamaku yang penasaran dengan kepergianku dengan Andi tadi

“Gak ma, cuma nemanin dia ke acaranya temannya”

“Terus sama yang dulu gimana”

“Dia sudah gak ngehubungi kakak lagi ma, lagian bang Andi ini juga baik orangnya ma”jelasku pada mama

“Alhamdulillah kalau orangnya baik mama setuju, dia orang mana kak kok jemput kamu tadi”

“Dia asli indrapuri ma, ternyata dia tentara sama kaya bang Adam”

“Terus kok bisa kenal sama dia”

“Itu ma yang kemaren kakak diajak pergi sama kak yuni, ternyata ada bang Andi di sana jadi mereka kenalin aku sama dia”

Perbincangan itu semakin seru sehingga kami pun sampai ke rumah

Malamnya ketika kami semua sedang duduk bersama

“Kak mama mau tanya lagi tentang Andi” mamaku memulai perbincangan dia masih sangat penasaran dengan sosok Andi yang tadi siang aku ceritakan.

“Kenapa ma”

“Coba mama mau lihat fotonya yang mana sih orangnya”

“Ini ma” memperlihatkan foto Andi yang ada dihandphone ku

“Oh ganteng ya, gak kalah sama yang dulu”

“Iya ma, udah ganteng baik lagi orangnya. Tau gak ma kakak sudah dikenalin sama orang tuanya”

“Oh ya, alhamdulillah kak, terus gimana respon mamanya sama kamu”

“Alhamdulillah ma mamanya suka sama kakak walaupun belum ketemu, ini ya ma setiap hari pas Andi pulang ke rumah mamanya selalu tanyain kakak”

“Iya sayang kita kalau bisa dekat sama mertua ada poin plus dalam hidup kita sayang”

“Mama nanti kakak kenalin sama Andi ya ma, mama harus dekat juga sama dia”

“Iya kan calon anak laki-laki mama, tapi jujur kemaren mama sudah berharap dia yang menjadi anak laki-laki mama” mamaku masih mengenang baiknya mantan ku yang pergi begitu saja meninggalkan ku padahal sebelumnya kebaikannya begitu luar bisa sampai mamaku sangat menyayanginya.

“Iya, tapi gimana ma dia sudah gak mau dekat lagi sama Kanza, kan kita gak boleh maksa kan ma buat orang terus suka sama kita”

“Iya sayang, sabar saja semua akan indah pada waktunya”

Seminggu kemudian aku berencana jalan-jalan bersama 3 sahabatku Dewi, Laras dan Lia. Sebelum menjembut Dewi aku menelpon Andi

“Assalamualaikum bang”

Waalaikumsalam, jawabnya

“Abang kanza mau jalan-jalan sebentar ya sama kawan-kawannya kanza”

Kemana, tanyanya

“Biasa bang ke tempat bakso” bakso adalah makanan favoritku apa pun keadaannya tetpo bakso yang terngiang-ngiang di otakku.

Kamu selalu bakso ya, ledeknya

“Enak tahu bang, apalagi cuaca seperti hari ini, sangat mendukung kita kalau makan bakso”

Iya pergi terus, oh ya adek boleh mampir sebentar ke koramil mama ada nitip sesuatu buat adek

“Boleh bang, sebentar lagi adek ke sana ya”

Panggilan itu berakhir, aku menjemput Dewi. Setelah menjemput Dewi aku pergi ke koramil untuk menemuin Andi

Andi telah menungguku di sana. Betapa gantengnya dia ketika memakai seragam TNI sampai membuat kedua mataku tidak bisa berkedip, hatiku berdegub kencang

“Jadi dimana kalian mau makan baksonya”

“Di bakso cita rasa bang”

“Oh ya sebentar lagi abang harus berangkat ke medan untuk ikut seleksi”

“Kok abang ngasih tahunya mendadak”

“Iya soalnya abang juga baru tadi dikasih tahu komandan, jadi dari tadi abang siapin berkasnya bentar lagi abang pulang ke rumah buat packing”

“Iya bang hati-hati ya nanti di sana”

Bab 3

Cp 3

Selagi aku dan Andi berbincang-bincang datanglah bang Adam yang menghampiri kami

“Kemana bang, sudah selesai berkasnya” tanya Andi

“Sudah, ini mau packing baju dulu di rumah, loh dek kok di sini mau kemana?” Tanya bang Adam kepadaku

“Itu bang mau ke Warung bakso, tapi disuruh jumpai anak ini dulu” menunjuk ke arah Andi

“Suruh lapor dulu ya ndan” bang Adan menggodaku

“Itulah bang” aku dan bang Adam menertawain Andi

“Kamu udah siap semua berkasnya Ndi?”

“Sudah juga tinggal packing bang”

“Yaudah abang pulang dulu ya ndi, dek”

“Iya bang”

Bang Adam pergi ke motornya dan pulang ke rumah.

“Wi sudah sampai Lia dan Laras”

“Sudah ini, ini mereka lagi chattingan sama aku” menunjukkan handphonenya

“Oh iya bang kenalin ini sahabat aku namanya Dewi”

“Hai pak” dengan nada bicaranya yang centil

Andi tertawa mendengar Dewi “aku dipanggil pak”

“Ya betul kan bapak tentara”

“Yaya bapak tentara, berdua saja ni kalian perginya”

“Ada dua lagi bang, mereka tunggu di sana”

“Oh ya ini adek titipan mama” memberikan paper bag

“Makasih abang, memangnya mama pergi kemana bang kok ada hadiahnya”

“Itu kemaren mama ke Kuala Simpang”

“Mama so sweet banget, mau ucapin terima kasihlah sama mama, abang save nomer mama bentar” memberikan handphonenya

“Za mereka sudah nungguin kita ni”

“Bang kami pergi dulu ya”

Aku dan Dewi melanjutkan perjalanan

“Za, siapa tadi bapak tentara itu? Tanya Dewi mengintrogasiku

“Teman”

“Teman hidup ya, terus sama yang itu gak aca lagi hubungan?”

“Eum gak tahu, dia gak pernah ngehubungi aku lagi”

“Uuh jangan galau ya” mengelus pundakku

“Gak lah kenapa harus galau kan sudah ada bang Andi”

“Oh jadi bapak tentara tadi nama Andi, seh yang sebentar lagi mau jadi ibi persit” dia lagi-lagi menggodaku

“Ih apa sih, amin doakan saja semoga jodoh”aku tersipu malu

“Iya semoga, kenal sama bapak tentara dimana”

“Dijodohkan sama abg yang tadi, dia suami kakakku”

“Oh dijodohin, tapi tadi aku perhatiin wajah kamu sama bapak tentara hampir mirip deh, kata orang nih ya kalau misalnya sepasang kekasih kalau wajahnya mirip bakalan berjodoh”

“Mirip dari mananya coba”

“Pokoknya aku lihat kalian mirip titik”

“Kamu ini ada-ada saja”

Perjalanan kami menuju ke warung bakso akhirnya sampai

“Wi paper bag ini aku bawa aja ya”

“Iya bawalah sekalian kita lihat isi”

“Apa itu za?” Tanya Laras yang menghampiri kami

“Gak tahu ni Ras tadi di kasih orang” jawabku asal

“Dikasih camer”

“Cie za” ledek Lia

“Apa sih kalian”

Di warung bakso

“Mau pesan apa kak” tanya penjaga warung

“Aku mie bakso pakai ayam”

“Aku juga”

“Aku mie bakso telur”

“Aku bakso beranak”

“Minumnya kak”

“Orange jus”

“Baik, silahkan ditunggu ya”

Selagi pesanan datang kami kembali berbincang-bincang.

“Za coba buka paper bag tadi”

“Oke”

Aku membuka paper bagnya di dalamnya berisi satu kotak jam tangan, gelang emas kecil dan simpel, dan sebuah hijab

“Eh cantik lo jam nya, memang calon mertua kamu pandai milihnya, vibesnya anak muda banget”

“Itu dari mamanya Zeny ya” tanya Lia yang ia pikir dari Zeny mantanku

“Bukan”

“Terus”

“Pacar baru Bapak Tentara” jawab Dewi memecahkan rasa penasaran Lia dan Laras

“Ih dia bukan pacar aku guys” bantahku

“Terus apa juga”

“Calon”

“Memangnya kamu sama Zeny sudah putus za?”

“Iya, soalnya dia gak pernah nemuin aku lagi, bahkan gak pernah sekalipun dia ngehubungi aku”

“Kenapa gitu”

“Aku juga bingung, mungkin dia sudah ada perempuan lain dan melupakan aku begitu saja”

“Ya Allah za, guwe nyangka dia seperti itu, guwe kira kalian bakalan nikah berdua”

“Itulah memang rencananya gitu, tapi apa boleh buat sekarang dia sudah gak perduli sama guwe, masak iya guwe harus bersedih terus-terusan”

“Yang sabar ya beb, mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu, makanya Allah menjauhkan dia dari mu”

“Makasih ya kalian udah nyemangatin guwe”

“Iya sama-sama, kan kita berempat sahabatan”

“Iya sayangku”

“Iya kan lagian lo sudah punya bapak tentara sekarang”

“Lo mah”

“Berarti sekarang lo sudah pacaran sama bapak tentara itu”

“Enggak, kami gak pacaran cuma dekat saja”

“Dekat banget gitu maksudnya ya za” ledek Dewi

“Iya kami dekat saja, gak pacaran tapi mencoba untuk serius gitu dan semoga saja benaran berjodoh”

“Amin”

“Doa yang terbaik untukmu beb”

“Oh iya guwe mau chat mamanya dulu”

Via whatsapp

Aku

Assalamualaikum tante, ini Kanza, tan terimakasih ya giftnya, kanza suka

Sepuluh menit kemudian mamanya Andi membalas pesan dari ku

Mama Andi

Waalaikumsalam iya sayang sama-sama, semoga pas ya sama kamu

Pesanan kami akhirnya datang

“Selamat makan”

Malam harinya tanteku mengajak aku bersama mamaku ke rumah om Iwan yang sedang sakit. Tidak terasa perjalanan yang kami tempuh akhirnya sampai

“Assalamualaikum” mamaku mengetuk pintu

Dari dalam terdengar suara langkah kaki

“Waalaikumsalam” membukakan pintu “silahkan masuk semuanya”

Aku dan yang lainnya masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu

“Om Iwan mana tan” tanya Ria sepupuku

“Ada di kamar”

“Hai kak” sapa anggi yang merupakan anak dari om Iwan ia duduk bersama kami di ruang tamu

“Hai juga, gimana sudah libur ya kuliahnya”

“Iya kak, kuliahnya daring”

“Oh enak dong bisa selalu di rumah gak harus merantau”

“Iya dong kak”

Handphoneku berdering, aku melihatnya dan menjawab panggilannya

Aku

Assalamualaikum

Andi

Waalaikumsalam, lagi dimana sayang

Aku

Lagi di tempatnya om abang

Andi

Abang cuma mau bilang sama adek, abang berangkat ya

Aku

Iya abang hati-hati ya nyetirnya jangan ngebut-ngebut dan cepat kembali

Andi

Iya sayang

Panggilan itu berakhir. Andi berangkat ke medan untuk mengurus keperluannya naik pangkat.

Seminggu setelah kepergian Andi. Andi menghubungiku kembali

Via whatsapp

Andi

Sayang

Aku

Iya sayang

Andi

Maaf ya sudah seminggu abang gak kasih kabar

Aku

Iya abang tidak apa, gimana sudah selesai dengan urusan abang di sana?

Andi

Sudah insyallah besok abang baru pulang ke sana

Aku

Syukurlah kalau gitu

Andi

Makasih ya sudah mengerti, oh iya adek mau dibawakan oleh-oleh apa

Aku

Gak usah, yang penting abang cepat pulang saja

Andi

Siah ada yang kangen ini

Aku

Engak tuh, sayang kantor abang gak ada yang jagain

Andi

Awas kamu ya, tunggu pembalasanku

Aku

Iya

Andi

Nantang ya rupanya

Chattingan itu berakhir. Aku kembali tidur. Dua hari kemudian setelah kepulangan Andi. Andi mengajakku untuk menemui mama dan papanya untuk pertama kalinya.

Via whatsapp

Andi

Sayang, dimana?

Aku

Di sekolah

Andi

Pulang jam berapa hari ini?

Aku

Biasa abang jam 13.30

Andi

Nanti sore kita keluar ya, abang jemput di rumah

Aku

Mau kemana bang

Andi

Ke rumah, mama nanya kamu terus ini, abang bilang nanti sore kamu ke sini

Aku

Aduh gimana ya bang kanza belum berani ke sana

Andi

Kenapa gak berani, sama mama pun, mama orangnya asik tahu

Aku

Iya deh bang, kanza nurut saja

Andi

Nah gitu dong nurut, yasudah abang lanjut kerja dulu

Chattingan itu berakhir.

Duh gimana ya nanti, malu banget, masa iya sih secepat ini tapi, aku senang banget bisa dikenalin sama mamanya gak kayak hubungan aku sebelumnya aku cuman dibiarkan mengenal dia tapi aku disembunyikan dari keluarganya bahkan untuk resepsi abangnya sendiri bukannya diundang justru aku malah dibohongi seakan acara itu tidak terjadi, batinku.

Sore harinya, Andi datang ke rumah untuk menjemputku. Aku telah bersiap-siap untuk pergi ke sana. Handphoneku berdering

Via telepon

Aku

Assalamualaikum

Andi

Waalaikumsalam, Abang sudah sampai di rumah ni adek keluar terus ya

Aku

Ha, gimana bang di luar ada ayah, Kanza takut dimarahin kalau harus dijemput sama cowok

Andi

Ayah, ini abang lagi ngobrol sama ayah

Aku terkejut mendengar pengakuan Andi yang sudah akrab dengan ayahku

“Mah, ayah Kanza pergi sama bang Andi sebentar ya”

“Iya jangan pulang kemalaman ya”

“Pergi ya pak buk” Andi bersalaman dengan orang tua ku

Aku dan Andi menaiki mobil. Andi menyetirnya perlahan

“Bang”

“Iya kenapa”

“Abang kok bisa akrab sama Ayah”

Andi tertawa mendengar pertanyaanku “sama Ayah, abang sudah pernah ketemu sama ayah di rumahnya bang Adam. Kebetulan pas abang ke sana ayah juga ke sana, terus”

Aku memasang muka serius mendengar penjelasan Andi

“Dengerinnya serius amat” menepuk jidatku

“Ih sakit tahu” meringngis lebay

“Iya terus abang dikenalin sama Ayah sama bang Adam, dan Alhamdulillahnya Ayah setuju sama hubungan kita, gitu ceritanya”

“Oh pantesan tadi abang berani ke rumah”

“Abang boleh tanyak sesuatu”

Suasana di dalam mobil mendadak serius dengan pertanyaan yang akan dilempar Andi

“Tanya apa bang” hatiku menjadi deg degan aku penasaran dengan hal apa yang bakalan ditanyakan Andi

“Kamu gak dekat sama cowok lain selain abang kan?” Menatapku serius dan kembali menatap jalanan

“Enggak bang, kan abang tahu adek selalu bersama abang”

“Baguslah kalau seperti itu, oh iya abang minta maaf abang gak bisa jadiin adek sebagai pacarnya abang”

Kenapa, apa dia gak suka sama aku, terus apa tujuan dia mendekatiku, apa hanya untuk main-main saja, apa aku sebegitu gak pantasnya untuk dia, batinku

“Iya bang gak apa-apa” jawabku pasrah hatiku seakan hancur mendengarnya aku merasa dia hanya mendekati ku, baik kepadaku hanya untuk bermain-main bukan untuk menjalin sebuah hubungan.

Andi tersenyum melihatku “abang gak jadiin adek sebagai pacar abang karena abang anggap adek sebagai calon istri abang”

Perasaanku berubah seketika. Aku terkejut mendengar pengakuan dia. Aku kembali tersenyum menatapnya.

“Iya maka dari itu abang berusaha untuk tidak mengajak adek pacaran bukan berarti abang gak sayang sama adek, jangan nanti adek berpikir abang gak ajak adek pacaran abang cuma mau bermain-main sama perasaan adek, adek tahu gak kenapa abang ajak adek ketemu sama mama dan papa?” Andi memberiku penjelasan dengan tujuan dan rencana dia

“Kenapa bang”

“Abang mau mama sama papa mengenal kamu biar bisa akrab”

“Iya bang, terima kasih ya buat semuanya buat kasih sayangnya abang selama ini, perhatian abang pokoknya semuanya deh”

“Iya sayang sama-sama, jadi adek sudah tahu kan alasannya kenapa sampai sekarang abang gak ajak adek pacaran, oh iya abang Alhamdulillah sudah lulus naik pangkatnya”

“Oh iya abang selamat ya sayang, semoga semuanya berkah”

“Terima kasih ya sayang, tapi kayaknya bulan depan abang sudah dipanggil latihannya”

“Yah ditinggal lagi dong”

“Kan demi masa depan kita sayang, nanti setelah abang selesai latihan kita lanjutkan hubungan kita ya”

“Maksud abang”

“Eum nanti di rumah mama akan jelasin”

“Iya deh bang”

Aku kembali penasaran dibuatnya. Apa sebenarnya maksud dia.

Di rumahnya Andi

“Assalamualaikum” Andi mengetuk pintu rumahnya

“Waalaikumsalam” bibinya membukakan kami pintu

“Mama mana mbak”

“Ada di kamarnya bang”

Mama Andi keluar menemui kami

“Hai abang, oh ini Kanza ya” melirik ke arahku

“Iya tante” jawabku malu-malu, memberikan tanganku untuk bersalaman dengannya

“Ayo masuk sayang”

Aku, Andi dan mamanya masuk berbarengan menuju ruang tamu sedangkan mbaknya sudah duluan ke dapur.

“Sebentar ya sayang mama ke dapur dulu”

Aku hanya mengangguknya “bang malu” bisikku ke Andi yang duduk di sebelahku.

“Malu terus sana” Andi meledekku habis-habisan

“Idih abang ini” aku mencubit pinggang Andi karena kesal dengan ledekan dia

Mama Andi datang dengan membawa minuman

“Sini tante biar Kanza saja” aku bangun dari kursi untuk mengambil minuman yang dibawakan mamanya

“Iya sayang” memberiku nampan minuman, berjalan duduk di depanku “silahkan minum ya anggap saja rumah sendiri jangan malu-malu”

“Jangan ma, nanti dijual rumahnya sama kanza” ejek Andi sambil tertawa

“Abang ya ampun” pengen rasanya aku mencubitnya lagi

“Aduh kalian ini”

“Ambil sayang minumannya” mamanya menyuruhku lagi

“Iya tante”

“Duh masih saja dipanggil tante padahal sudah jadi calon mertua, panggil mama juga dong sayang”

Aku tersenyum mendengarnya “iya tante maksudnya ma”

“Gitu dong kan enak didengarnya, jadi gak canggung lagi. Ini dipanggilnya tante memangnya mama tante-tante”

Jawaban mamanya membuat aku dan Andi tertawa. Anak sama mama sama - sama suka bercanda.

“Iya kan sama calon mertua sendiri masa panggilnya tante mama dong”

“Ayah mana ma?“

“Masih di toko, sebentar lagi juga pulang”

Di luar rumah ada seseorang yang mengetuk pintu.

“Itu kayanya ayah sudah pulang”

“Assalamualaikum” ayahnya masuk menemui kami di ruang tamu

“Yah, ini calon menantu kita sudah datang” menunjuk ke arah ku

Aku bangun dan bersalaman dengan ayahnya.

“Cantik ya gak salah pilih ini si Andi, padahal kan dia jelek gantengan juga ayah ya kan ma”

Dia memujiku dan menjelekkan Andi

Memang keluarga ini sangat menyenangkan menurutku ayah dan ibunya begitu senang akan kedatanganku aku gak dianggap orang asing di sana, aku diperlakukan sebagai tamu spesial yang sangat diharapkan mereka. Betapa beruntungnya aku bisa menemukan kekasih yang sangat baik kepadaku dan juga kedua orang tuanya yang begitu baik juga kepadaku. Serasa hidupku benar-benar seberuntung itu.

“Ayah gitu, anaknya sendiri dibilang jelek” rengek Andi seperti anak kecil berumur 5 tahun padahal umurnya sudah sangat tua.

“Ayah benar kali Ndi ngomongnya”

“Mama juga ikut-ikutan”

Aku tersenyum melihat keakraban Andi dengan orang tuanya, ayah ibunya sangat suka bercanda. Mereka bukan tipe orang tua yang kejam kepada anaknya

“Kan mama jujur, itu lihat Kanza saja senyum-senyum”

“Iya mah, dia senyum-senyum karena lihat mama sama ayah aneh” ledek Andi

“Aneh dari mana, orang bener kamu itu jelek dan ayah yang paling ganteng serumah ini”

“Ayah mah kepedean padahal hoaks semuanya”

“Sudah - sudah, berantem saja. Kanza gimana sudah boleh kan sama Andi” tanyanya kepadaku

“Boleh apa maksudnya ma?”

“Maksud mama sudah cocok kan sama hubungannya”

“Kalau Kanza alhamdulillah cocok ma, tapi gak tahu sama bang Andi”

“Kalau siabang gak usah ditanya lagi, dia selalu ceritain kamu sama mama”

“Nah jadi nak” ayahnya mengalihkan pembicaraan, mukanya nampak sangat serius.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!