Hari ini merupakan perayaan kelulusan bagi remaja yang sudah menyelesaikan pendidikan SMA. Banyak siswa-siswi yang merupakan adik kelas mereka datang mengucapkan selamat serta perpisahan kepada kakak tingkat yang baru saja lulus. Fajar tengah berdiri melihat disekitar aula, menunggu kehadiran kedua orangtuanya. Aula yang sedang riuh, terhening setelah seseorang berbicara di podium agar siswa-siswi yang sudah lulus untuk segera mengambil tempat duduk yang telah tersedia karena acara akan segera dimulai.
Fajar masih melihat di pintu masuk aula. Bima yang merupakan sahabatnya menghampiri fajar dan mengajak untuk duduk bersama.
" Bro, yuk kita duduk. Acaranya udah mau mulai." Ajak Bima menarik tangan fajar.
Karena tidak ada tanda-tanda kehadiran orangtuanya, fajar akhirnya menurut untuk duduk bersama dengan Bima. Acara sudah mulai sang mc acara sudah mulai dengan kata sambutannya. Sudah hampir di penghujung acara, namun orang tua Fajar belum juga datang. Fajar mencoba berfikir positif mungkin kedua orang tuanya sedang sibuk dengan pekerjaan. Makanya mereka berdua melewatkan acara kelulusannya.
Sang MC panggung mulai membacakan lulusan di SMA itu.
" Baiklah, disini aku akan membacakan lulusan terbaik SMA negeri Pancasila jatuh kepada.... Fajar Saputra." Teriak MC menyebutkan nama Fajar.
Bima yang duduk disampingnya fajar memeluk sahabatnya itu sekaligus mengucapkan selamat kepadanya. Fajar berdiri dan tersenyum kepada semua orang yang disitu. Dirinya mulai berjalan menuju panggung. Diatas panggung, fajar menerima penghargaan yang diberikan oleh kepala sekolahnya.
Diatas podium, fajar mulai memberikan kata-kata sambutan nya, " Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih kedua orang tuaku yang hari ini tidak sempat hadir, terima kasih juga buat bapak dan ibu guru. Jujur, menjadi lulusan terbaik menurut aku tidaklah mudah. Dimana kita harus rajin belajar. Aku sebenarnya tidak menginginkan ini, karena memang diri aku sendiri sangat suka belajar. Pesan untuk adik-adik kelas yang sempat hadir disini untuk tetap rajin belajar. Karena untuk lulus itu tidaklah mudah. Terima kasih."
Acara kelulusan telah usai, orang tua fajar baru saja tiba di aula. Fajar yang berdiri menerima ucapan selamat dari teman-temannya segera menghampiri orangtuanya.
" Maaf ya nak, Ayah dan mama datang telat ke sini. Soalnya ada urusan mendadak tadi." Kata mama fajar mencoba memberikan penjelasan kepada anaknya.
" Gak apa-apa kok, mah." Ujar fajar sambil tersenyum.
Mama fajar melihat piagam yang dipegangi oleh anaknya itu akhirnya bertanya, " piagam apa itu?"
" Ah ini, aku barusan mendapat penghargaan sebagai lulusan terbaik, ma."
" Selamat ya, anak ayah ini memang hebat." Ucap ayah fajar sambil memeluk anak semata wayangnya itu.
Karena acaranya sudah selesai, fajar pamit kepada teman-temannya untuk pulang bersama dengan kedua orangtuanya. Selama perjalanan tidak ada suara. Sang ayah ingin berbicara, namun dia urungkan kembali niatnya.
Sesampainya di rumah, ayah meminta fajar untuk menemuinya nanti setelah selesai makan siang. Fajar mengangguk, dan setelah makan siang fajar segera menemui ayahnya di ruangan kerja.
" Ada apa ayah?" Tanya fajar karena baru kali ini ayahnya meminta untuk berbicara berdua.
" Ada yang ingin ayah dan mama ingin sampaikan."
" Apa ayah?" Tanya fajar.
" Jadi dulu ayah sempat berjanji kepada sahabat dekat ayah. Bahwa kami ingin menjodohkan kedua anak kami."
" Maksud Ayah, ayah ingin menjodohkan aku dengan anak dari sahabat ayah?" Tanya fajar yang mulai paham dengan pembicaraan ayahnya.
Ayah hanya mengangguk sebagai tanda jika yang tanyakan fajar adalah benar.
" Tapi ayah, fajar baru saja lulus SMA. Fajar juga ingin melanjutkan kuliah."
" Nak, kamu bisa melanjutkan kuliah mu. Ayah hanya ingin memberitahu mu saja. Agar gak ada kebohongan diantara kita."
" Lalu kapan akan melaksanakan pertunangannya?" Tanya fajar.
" Masih belum tahu. Ayah dan ibu belum membicarakan itu kepada sahabat ayah. Tapi kamu gak keberatan dengan perjodohan ini?"
" Selama ayah dan ibu merasa jika itu yang terbaik untukku. Aku gak akan keberatan." Jawab fajar.
Ayah tersenyum, dia begitu bangga dengan anaknya. Fajar begitu penurut bahkan tidak sekalipun bersikap kurang ajar kepada kedua orangtuanya.
Fajar keluar dari ruangan kerja ayahnya, meski ada rasa yang tidak terima dengan keputusan orangtuanya yang mendadak. Bagi fajar sebagai anak yang baik dia tidak mau menolak keputusan orangtuanya itu. Karena baginya, ayah dan ibunya adalah yang terbaik. Namun, teringat sesuatu dia kembali masuk ke ruangan kerja ayahnya.
" Ayah."
" Ada apa nak?"
" Bagaimana dengan gadis yang dijodohkan denganku. Apakah dia juga mau?" Tanya fajar.
" Masih belum tahu, sahabat ayah belum memberitahu dia." Jawab ayah.
" Ayah, apakah aku boleh tahu siapa calon istri ku nanti?"
" Boleh, kamu nanti mau kuliah di Jakarta, kan? Gadis itu juga sudah kuliah disana. Nanti ayah akan kasih tahu nama serta jurusan yang calon istri mu ambil."
" Makasih ayah." Ujar fajar lalu keluar dari ruangan kerja ayahnya. Dia begitu penasaran dengan gadis yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya itu.
Hari terus berlalu, tidak terasa sudah dua Minggu fajar di rumah sebagai anak yang baru lulus SMA. Dirinya sudah mendaftarkan kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Dan Minggu ini dirinya harus berangkat, untuk melaksanakan penerimaan mahasiswa baru. Fajar tengah mengisi pakaiannya kedalam koper. Mama masuk kedalam kamar anaknya. Dia membantu fajar merapikan pakaian di koper. Dia menatap wajah anaknya itu, seolah tidak tega anaknya harus kuliah ditempat yang jauh dari jangkauannya.
Fajar yang mengetahui jika ibunya khawatir mencoba untuk menenangkan ibunya, " Mama gak usah khawatir. Disana fajar akan baik-baik saja."
" Tapi sayang, kamu akan sendirian hidup disana."
" Gak kok mah, pasti akan ada teman mah. Disana juga ada Bima serta calon istri fajar juga ada disana." Kata fajar mencoba menyakinkan ibunya.
" Tapi sayang, dia belum tahu kalau kamu adalah calon suaminya."
" Gak apa-apa ma, mama gak usah khawatir."
Sang ibu hanya bisa mengikhlaskan meski dirinya jauh amat khawatir dengan anak semata wayangnya itu.
Fajar menaiki bus menuju kota Jakarta, dia membuka dompetnya yang berisikan sebuah foto seorang gadis. Gadis itu ialah calon istrinya, di belakang foto itu juga tertulis alamat tempat tinggal gadis itu.
" Sebentar lagi kita akan bertemu di jurusan teknik arsitektur." Ujar fajar kepada foto itu.
Fajar mengambil jurusan yang sama dengan calon istrinya. Karena dirinya ingin melihat serta mengenal lebih dekat dengan sang calon istri. Meski dia tahu orang tua gadis itu belum memberitahu tentang perjodohan mereka berdua.
Hampir tiga jam perjalanan, fajar sudah sampai di Jakarta. Di terminal fajar sudah disambut oleh sahabat Bima. Yang sudah duluan berada di Jakarta.
" Selamat datang di Jakarta, bro." Ucap Bima sebagai kata sambutan untuk sahabat itu.
Masa orientasi mahasiswa baru telah di mulai, Fajar bersama dengan Bima menuju aula. Sebelum masuk mereka diminta untuk mengecek kehadiran dan juga mengambil name tag untuk digantung dileher, sebagai bentuk tanda pengenalan. Fajar begitu antusias dihari pertamanya memasuki dunia perkuliahan. Dia tersenyum ramah kepada kakak panitia.
Para mahasiswa baru diminta untuk duduk dengan rapi, dan panitia mulai meminta mahasiswa baru untuk bernyanyi bersama bahkan ada pula diminta untuk mereka. Suasana saat orientasi begitu menyenangkan bagi para mahasiswa baru. Namun, kesenangan itu tidak berselang lama. Ketua panitia orientasi berserta jajarannya memasuki aula. Suasana begitu hening, Fajar melihat ke arah ketua panitia yang masuk. Dia mengenali gadis dengan rambut panjang yang diikat, serta pipi yang cabi dan berkulit putih yang kini tengah memperlihatkan wajah tegasnya sambil berdiri tegak dihadapannya.
Gadis itu dengan dengan tatapan tajam melihat ke arah semua mahasiswa baru. Lalu dirinya berkata, " Selamat pagi, para mahasiswa-mahasiswa baru. Nama aku Nadia Kharisma. Aku menduduki semester enam di fakulitas teknik. Aku bertugas sebagai ketua Ospek. Jika ada tidak tahu Ospek ialah orientasi studi pengenalan kampus. Aku berharap adik-adik semua dapat mengikuti acara ini dengan baik. Dan aku juga mengucapkan selamat kepada adik-adik semua yang sudah diterima di kampus universitas Jakarta. Tetapi untuk saat ini aku belum menerima kalian sebagai mahasiswa baru sebelum kalian memiliki gelang ini." Kata gadis itu mengangkat sebuah gelang yang berlambangkan logo kampus.
" Bagi kami selaku mahasiswa di kampus ini, gelang ini sangat berharga bagi mahasiswa karena ini adalah lambang untuk kita para mahasiswa di kampus ini. Bukan hanya itu ini juga sebagai pembeda bagi kita dan mahasiswa dari kampus lain. Jadi kalian semua harus belajar dan juga memahami apa itu ospek sebenarnya." Kata gadis itu dengan tegas.
" Selain itu kalian semua harus wajib datang ke acara ospek ini dan jangan sampai terlambat. Dan yang paling penting dalam pelaksanaan ospek ini kalian semua harus hormat kepada panitia." Kata salah satu panitia cowok dengan suara yang tegas dan lantang.
" Jadi apapun perintah dari aku ataupun para panitia lain kalian semua harus mengikuti. Kalian semua paham?" Teriak Nadia.
" Paham." Jawab para mahasiswa-mahasiswi baru dengan kompak.
Mata fajar tidak lepas padangan dari gadis yang bernama Nadia itu. Entah sejak kapan sebuah senyuman manis terukir diwajahnya.
" Jadi sekarang apa kalian ingin kenal dengan panitia lainnya?" Tanya Nadia.
" Iya." Jawab para mahasiswa baru.
" Sebelum itu, aku ingin kalian memperkenal diri kepada semua para panitia dan dapatkan semua tanda tangan dari mereka. Itu berlaku selama satu hari." Teriak Nadia dengan tegas.
Para mahasiswa baru yang mendengar mulai berbisik-bisik. Bagi mereka tidak mungkin mendapatkan tanda tangan semua panitia dalam waktu satu hari, karena panitia yang melaksanakan orientasi itu begitu banyak. Nadia yang melihat semua mahasiswa baru yang terlihat berbicara membuat Nadia kembali bertanya, " Apa ada masalah?"
" Oh iya, aku lupa memberitahukan satu aturan penting lagi. Sebelum kalian semua untuk berbicara, kalian harus berdiri, sebutkan nama dan fakulitas kalian. Sebelum kalian mengatakan sesuatu atau menyampaikan sesuatu kepada panitia." Ujar Nadia.
Namun, fajar mengangkat tangannya dan berdiri untuk mewakili semua teman-temannya untuk mengajukan protes mengenai persoalan tanda tangan panitia tadi.
" Fajar Saputra, fakulitas teknik. Dan aku ingin meminta izin untuk berbicara?" Kata fajar. Nadia menatap fajar dengan tatapan tajam.
" Bagi aku kurun waktu dalam satu hari itu terlalu sulit bagi kami, karena bisa dilihat banyak sekali panitia yang melaksanakan ospek ini. Jadi aku ingin meminta kepada ketua panitia agar menambah waktu bagi kami sekira tiga hari."
" Apakah kamu sudah mencobanya? Jika kalian tidak dapat menyelesaikan tugas kecil ini, akankah kalian bisa menyelesaikan sesuatu di masa depan." Kata Nadia dengan tegas.
" Bisakah kamu diberi waktu tiga hari saja." Ucap fajar terus mengungkapkan protesnya.
" Tidak bisa!" Bentak Nadia.
" Kalau begitu, untuk ketua panitia sendiri apakah bisa menyelesaikan tanda tangan selama kurun waktu satu hari?" Tanya fajar balik kepada Nadia.
Nadia begitu kesal dengan fajar, yang tidak mengikuti perintahnya.
" Kamu tidak diperkenankan untuk mengajukan pertanyaan kembali. Perintahku itu adalah mutlak. Paham!" Bentak Nadia.
Namun, fajar tetap tidak menyerah dia tetap berdiri dan menatap wajah Nadia. Nadia benar-benar merasa kesal dengan fajar yang menuruti perintahnya.
" Sekali lagi aku bertanya kepadamu, apakah kamu paham?" Teriak Nadia.
Semua mahasiswa baru menjawab, tidak bagi dengan fajar. Nadia menatap tajam fajar, lalu pergi dari situ bersama dengan panitia lainnya. Panitia yang menyambut kedatangan mereka masuk dengan membagikan sebuah buku dengan ukuran kecil, dimana buku itu akan dipergunakan untuk meminta tanda tangan semua panitia.
Salah satu teman disamping fajar menyentuh lengan fajar dengan berkata, " Wah gila! Tadi kamu keren banget. Btw, nama aku Yoga. Oh iya, tadi nama kamu siapa?"
" Namaku Fajar." Jawab fajar.
" Apa kamu ada rencana malam ini di kos mu?" Tanya yoga.
Bima yang duduk disampingnya fajar, juga memperkenalkan diri kepada yoga.
" Mau main game bersama?" Tanya Bima.
Salah satu mahasiswa yang bernama Kevin yang duduk dibelakang juga ikut nimbrung. Berawal dari perkenalan itu, mereka akhirnya tahu jika kos mereka berdekatan. Hingga akhirnya muncul rencana jika malam ini mereka akan bermain game bersama.
Mahasiswa baru mulai diperintahkan untuk bergerak meminta tanda tangan panitia. Terlihat hiruk pikuk mahasiswa baru dengan pakaian putih hitam membawa name tag mondar mandir di area kampus. Nadia bersama dengan rekan-rekannya menghukum dua mahasiswa dengan push up. Salah satu panitia tengah membicarakan Fajar yang berani protes kepada Nadia. Padahal sedari dulu, Nadia memang terkenal dengan ketegasannya, tidak ada mahasiswa baru yang berani melawannya. Itulah sebabnya fajar menjadi trending dikalangan para mahasiswa senior khusunya fakulitas teknik karena berani protes kepada Nadia.
Fajar terus bersemangat mencari tanda tangan. Sedangkan Bima malah sibuk bermain game di ponselnya. Yoga menghampiri Bima dan mengajak Bima untuk bersama meminta tanda tangan kepada semua panitia. Namun, Bima tidak mau melakukan sebab dirinya bingung harus memulai bagaimana saat berhadapan dengan panitia. Yoga mencoba membujuk, namun kelihatannya tidak begitu bersemangat. Hal itu membuat yoga meninggalkannya. Tiba-tiba seseorang gadis menghampiri Bima.
" Kamu gak sibuk, kan? Ikutlah denganku." Kata gadis itu menarik tangan Bima untuk ikut dengannya.
Ternyata mereka menghampiri seorang panitia cowok yang meminta gadis itu untuk mencari satu orang teman. Panitia itu meminta Bima untuk memperkenalkan diri.
" Namaku Bima, mahasiswa baru dari fakulitas industri."
" Baiklah, kalau begitu bisakah kalian menarikan tarian ayam."
Gadis itu dengan semangat mengatakan iya, sedangkan Bima bingung dengan maksud dari panitia itu.
" Kita harus menari.. Disini?" Tanya Bima.
" Iya, disini." Jawab panitia cowok itu.
" Bisakah kita push up saja?"
" Hey! Menari itu lebih mudah. Kalau begitu kak, aku siap." Kata gadis itu.
Gadis itu mulai menari dengan semangat, Bima yang melihat mulai mengikuti dengan gerakan yang begitu kaku.
" Oke! Berikan buku tanda tangan kalian." Perintah panitia cowok itu. Panitia itu mulai menandatangani buku Bima dan gadis itu.
" Namaku Yusuf, aku semester 3 dari fakulitas industri. Jika kalian butuh bantuan, kalian boleh datang kepadaku." Ucap panitia itu memberikan buku yang sudah ditandatanganinya kepada Bima dan gadis itu.
" Hey! Namamu Bima, kan? Namaku Mina. Makasih ya udah mau bergabung tadi.. kalau begitu aku pergi dulu." Ujar Mina pergi meninggalkan Bima yang terus menatapnya.
Fajar datang menghampiri Bima yang sedang melamun.
" Sudah berapa banyak tanda tangan yang kamu dapat?" Tanya Fajar kepada Bima.
" Aku baru dapat tiga, kalau kamu bagaimana?"
Fajar tidak menjawab, dia memberikan bukunya untuk dilihat langsung oleh Bima.
" Wah! Kamu udah tanda tangan mu udah hampir 3 halaman. Kamu mengagumkan, Man." Bima memberikan pujian kepada Fajar.
" Berikan buku tanda tangan mu. Biar aku bantu?" Fajar menawarkan bantuan, melihat Bima masih mendapatkan tiga tanda tangan dari panitia.
" Apa itu ide yang baik?" Tanya Bima karena takut jika panitia mereka tahu kalau Fajar meminta tanda tangan panitia menggunakan buku tanda tangannya.
" Para panitia menyuruh untuk melakukan hal yang kamu gak bisa. Aku benci melihat orang ketika dipaksa melakukan hal yang gak dia bisa." Fajar tahu betul sahabatnya itu sangat pemalu dan takut dengan orang lain. Makanya itulah alasan kenapa Fajar ingin membantu Bima meminta tanda tangan panitia menggunakan buku tanda tangan Bima.
Fajar mengambil buku tanda tangan Bima, saat hendak mencari panitia ospek. Ada dua panitia menghampiri Fajar.
" Kamu fajar ya?" Tanya salah satu panitia itu.
" Iya kak, ada yang bisa aku bantu?" Fajar tidak mengerti kenapa kedua panitia itu menghampirinya.
" Kamu belum punya tanda tangan kami berdua di bukumu itu, kan? Mana sini, berikan buku tanda tanganmu." Ujar panitia itu.
Dengan senyuman manis, dia memberikan buku tanda tangannya.
" Jika kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa meminta bantuan kami kapan saja, mengerti?" Ujar panitia itu, terlihat panitia itu begitu menyukai fajar.
" Baiklah, jika kakak berdua gak keberatan bisa gak untuk tanda tangan dibuku ini juga?" Pinta Fajar memberikan buku tanda tangan Bima yang dibawanya.
Bima yang sedari tadi berdiri memperhatikan fajar yang didekati dua panitia cewek itu. Dengan senang hati pula, kedua panitia itu menandatangani buku tanda tangannya Bima. Fajar menengok kepada Bima, dan mengedipkan sebelah matanya.
" Boleh juga si fajar!" Pikir Bima.
Disisi lain ada tiga cewek yang merupakan mahasiswa baru yang sama dengan fajar tengah duduk menikmati minuman di kantin. Mereka adalah Gladis, Citra dan Mina. Salah satu diantara mereka yaitu Gladis mengeluh karena masih hanya mendapat sedikit tanda tangan dari panitia. Padahal waktu yang diberikan mereka cuman hari ini saja.
" Itu ma gampang. Kamu tinggal minta tanda tangan panitia yang lewat di depanmu saja." Ujar Citra memberikan saran kepada Gladis agar dia tidak usah mengeluh karena masalah tanda tangan yang didapat.
Gladis melihat disekitar, mungkin saja ada panitia yang tengah menikmati makanan di kantin. Gladis melihat satu kelompok panitia tengah duduk dibelakang mereka.
" Apa yang kamu maksud juga panitia yang duduk dibelakang kita?" Tanya Gladis kepada Citra.
Citra dan Mina melihat kearah yang dimaksud oleh Gladis.
" Yang pertama, ialah kak Kiran. Dia orang yang kalem, tenang dan sangat pendiam. Dia selalu menolak semua orang yang ingin meminta tanda tangannya. Kamu lihat orang yang duduk disebelahnya kak Kiran, dia ialah Kak Price, dia orang yang sangat tidak memiliki perasaan. Mahasiswa baru yang datang kepadanya untuk meminta tanda tangan harus melakukan push up 100 kali. Dan orang yang selanjutnya, dia adalah orang yang tersulit diantara kedua orang itu. Aku sendiri gak ingin mencari masalah dengan panitia itu." Jelas Gladis tentang panitia yang duduk dibelakang mereka.
" Siapa yang kamu maksud?" Tanya citra yang tidak tahu, panitia siapa yang membuat Gladis tidak berani untuk berurusan dengannya.
" Kak Nadia. Meski dia cewek, dia sungguh brutal. Aku dengar gak ada satu orang pun yang berani meminta tanda tangannya."
Citra menatap panitia yang duduk dibelakang, dari penjelasan Gladis membuat dirinya takut untuk meminta tanda tangan kelompok panitia itu.
" Kalau begitu, aku pikir kita lewatkan saja kelompok panitia yang duduk dibelakang kita. Mungkin itu lebih baik." Ujar Citra.
" Gak, justru itu gak baik-baik saja. Kamu sendiri tadi yang bilang kalau kamu akan meminta tanda tangan kepada semua panitia yang lewat di hadapanmu. Mereka duduk dibelakang kita, sekarang dapatkan tanda tangan mereka." Ujar Gladis mendorong citra untuk meminta tanda tangan para panitia yang duduk dibelakang mereka.
" Kenapa harus aku?" Citra begitu takut untuk meminta tanda tangan setelah mendengar omongannya Gladis.
" Karena kamu paling cantik diantaranya, siapa tahu kak prince tertarik dan bisa meminta kedua temannya itu untuk menanda tangani bukumu."
" Itu gak ada hubungannya, kamu sendiri yang bilang kalau kak prince yang gak punya perasaan."
" Justru dengan wajah cantikmu bisa meluluhkannya, ayo berdiri akan aku bantu." Ujar Gladis menarik tangan citra.
" Kak prince ada yang ingin berkenalan dengan kakak." Ujar Gladis mengantarkan citra beristri dihadapan panitia itu dan segera pergi meninggalkan citra sendiri.
" Eum.. kak prince..."
" Sebutkan nama dan fakulitas mu." Ujar Nadia.
" Citra dari fakulitas teknik."
"Ada apa?" Tanya nadia
" Aku ingin kakak menanda tangani bukuku."
" Bukannya ini terlalu mudah untuk mendapatkan tanda tanganku hanya dengan meminta." Ujar Nadia, sedangkan prince yang seharusnya dimintai tanda malah justru terdiam. Menyaksikan Nadia akan memberikan hukuman apa kepada mahasiswi baru itu.
" Maksudnya kak?" Citra tidak mengerti dengan kalimat yang Nadia sampaikan.
" Kamu harus melakukan sesuatu untukku."
" Apa yang harus aku lakukan, kan?" Tanya citra.
" Kamu harus berteriak, dengan menyebutkan aku suka kak prince yang sangat tampan sebanyak 3 kali." Ujar Nadia menatap prince, sedangkan prince hanya terkekeh saat mendengar itu.
" Apa?" Citra kaget saat dirinya diperintah untuk melakukan hal itu.
" Kamu mau minta tanda tangan kita atau tidak?" Ujar prince dengan tatapan tajam.
Citra begitu malu untuk melakukan itu, dia melihat di sekitarnya banyak mahasiswa yang berlalu-lalang. Dengan sedikit keberanian dia mulai berteriak.
" Kak prince yang sangat tampan. Aku suka sama kakak." Ucap citra dengan pelan.
" Kami gak mendengar mu." Bentak prince.
" Kak prince yang sangat tampan, aku suka sama kakak." Teriak citra sebanyak 3 kali. Membuat suasana ricuh.
" Terima kasih atas pengakuan cintanya. Kalau begitu, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" Ujar prince memberikan ponselnya kepada Citra, disusul dengan citra memberikan buku tanda tangannya untuk ditandatangani oleh prince, dan teman-temannya.
Setelah bertukaran kontak dan tanda tangan, citra segera pergi dari situ. Prince melihat Fajar tengah dikelilingi oleh panitia cewek.
" Nadia, kamu gak mencoba untuk meminta nomor ponselnya?" Tanya prince karena dirinya sudah mendapat nomor ponsel mahasiswa baru yang cantik tadi.
" Kayaknya kamu gak akan bisa dapat nomor ponselnya deh, lihat saja dia dikelilingi oleh banyak panitia cewek." Ujar prince kepada Nadia. Sedangkan menatap fajar yang sedang menerima buku yang telah ditanda tangani oleh para panitia cewek itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!