NovelToon NovelToon

PASUTRI (Troublemaker)

Bab 1

Seorang perempuan cantik tengah berjalan menelusuri lobby bandara dengan menyeret koper di tangannya. Tak ada yang tau akan kepulangannya saat ini karena dirinya berniat ingin membuat sebuah kejutan untuk keluarganya tercinta.

Saat dirinya telah keluar dari lobby bandara tersebut ia langsung menuju ke salah satu taksi yang ada di bandara itu.

Dimana saat ia sampai di samping taksi, ia mengetuk kaca yang beada disebelah kursi kemudi. Ketukan yang ia lakukan tadi membuat sang sopir taksi yang berada didalam taksi tersebut menurunkan kaca itu.

"Pak, bisa antar saya ke perumahan Sekar Jaya?" Tanya perempuan tersebut tak lupa dengan senyum manisnya.

"Tentu saja bisa. Silahkan masuk," ucap sopir taksi tersebut yang diangguki oleh perempuan tadi sebelum ia kini masuk kedalam kursi penumpang.

Mobil itu kini berjalan membelah jalanan malam yang masih tampak ramai itu. Namun semakin mobil itu memasuki jalanan yang tampak sepi, suasana menjadi sangat mencekam. Hingga tiba-tiba sopir taksi itu mengerem mobil tersebut secara mendadak.

"Astaga , kenapa sih Pak?" Tanya perempuan tersebut dengan dada yang berdetak sangat kencang. Jika saja dirinya tadi tak memakai seat belt, ia yakin kepalanya akan menjadi korban atas tingkah sopir taksi tadi.

"Maaf mbak, didepan ada seseorang yang tiba-tiba menghadang jalan kita," ucap sopir taksi itu dengan suara bergetar syarat akan ketakutan.

perempuan tersebut yang hampir memarahi sopir taksi tadi yang sudah membahayakan dirinya, ia urungkan dan kini ia mengalihkan pandangannya kearah depan. Dan benar saja jika didepan sana ada dua orang yang tengah menghadang jalan mereka.

Perempuan dan sopir taksi itu semakin di buat terkejut kala melihat jika kedua orang yang mencegat jalan mereka ternyata membawa senjata tajam.

"Keluar kalian!" Teriak salah satu dari laki-laki itu sembari menggedor kaca yang berada disisi sopir.

"Apa yang harus kita lakukan, Mbak? Saya tidak bisa bela diri untuk melawan mereka berdua," ucap sopir taksi itu.

"Saya juga tidak tau, Pak. Saya pun juga tidak bisa bela diri seperti bapak. Bagaimana kalau kita langsung tancap gas saja?"

"Lho kok disuruh tancap gas saja sih, Mbak. kalau saya tancap gas yang ada motor mereka atau kalau tidak salah satu dari mereka akan tertabrak dan terluka nantinya. Dan ujung-ujungnya saya yang nanti akan masuk ke penjara," balas sopir taksi itu yang tak ingin mengambil resiko tinggi.

"Ck, tapi kalau tidak begitu nyawa kita yang terancam Pak," ujar perempuan tersebut.

"Keluar kalian!" Teriak kedua laki-laki tadi yang semakin keras menggedor kaca taksi tersebut.

"Jika kalian tidak keluar segara, jangan salahkan kita jika kaca mobil ini akan kita pecah dan nyawa kalian akan melayang saat ini juga. Tapi jika kalian keluar sekarang dan serahin semua barang berharga kalian termasuk mobil taksi ini, nyawa kalian akan tetap aman," sambung salah satu pembegal itu yang membuat kedua orang yang ada didalam mobil taksi tersebut semakin panik saja.

"Gimana ini, Mbak? Saya masih mau hidup soalnya," ujar sopir taksi itu.

Perempuan yang sama bingungnya dengan sopir taksi itu, ia kini tampak menghela nafasnya sebelum akhirnya ia mengucapkan sebuah ide yang tiba-tiba terlintas didalam otaknya itu. Dimana ide itu satu-satunya jalan yang harus mereka berdua coba.

"Begini saja Pak. Kita berdua keluar sekarang, tapi sebisa mungkin kita tidak menyerahkan barang yang kita miliki saat ini ke mereka berdua. Nah saat kita sudah keluar nanti kita kabur saja dengan sedikit memberikan perlawanan ke mereka berdua. Bapak lawan laki-laki yang sekarang tengah menggedor kaca di sebelah bapak itu dan saya akan melawan laki-laki yang berada disamping pintu disebelah saya ini. Nah terus setelahnya kita kabur karena jika kita berniat melumpuhkan mereka berdua, saya jamin kita akan kalah, secara kan mereka bawa senjata tajam yang sekali tebas nyawa kita akan hilang. Jadi bapak paham kan apa yang saya katakan ini?" Jelas perempuan tersebut menjabarkan ide yang ia dapatkan tadi. Dimana ide itu berupa mereka berdua harus melarikan diri.

"Tapi gimana dengan mobil taksi ini? Saya hanya menyewanya soalnya."

"Untuk urusan mobil ini kita pikirkan lagi nanti Pak. Bapak save nomor saya dan saya minta nomor telepon bapak saja. Setelah kita berhasil kabur nanti, saya ataupun bapak bisa saling menghubungi nantinya. Intinya siapa yang dalam posisi aman saja yang memberikan kabar terlebih dahulu. Bagaimana? Apa bapak setuju? Dan bapak tenang saja setelah kita benar-benar bebas kita akan laporkan permasalahan ini kepada pihak berwajib yang otomatis akan membuat dua pelaku ini di tangkap juga mobil taksi ini akan kembali ke tangan bapak lagi nantinya," ujar perempuan tersebut panjang lebar.

Sopir taksi itu tampak diam, sepertinya ia tengah memikirkan tentang ide yang didapatkan boleh penumpangnya tersebut, sebelum terpaksa ia mengangguk kepalanya karena gedoran di mobil itu semakin lama semakin keras.

"Baiklah saya ikut ide mbak saja." Saat sopir itu sudah mensetujui ide tadi, sopir tersebut bergegas menuliskan nomor ponselnya begitu juga dengan perempuan itu. Dimana setelah mereka berdua saling bertukar nomor telepon, sopir taksi tersebut kembali angkat bsuata.

"Kalau begitu kapan kita akan bergerak?" Tanya sang sopir taksi.

"Pastikan dulu barang-barang berharga bapak sudah bapak bawa semua."

"Barang berharga saya hanya dompet serta ponsel ini saja mbak dan dua benda itu sudah ada didalam saku celana saya sekarang." Perempuan itu tampak menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu dalam hitungan ketiga kita siap untuk keluar."

Dua orang itu kini tampak bersiap dengan mata yang fokus kearahnya pembegal yang bisa mereka lihat lewat kaca mobil tersebut sebelum suara perempuan itu terdengar.

"Satu." Perempuan itu sudah mulai memberikan aba-aba. Dimana hal tersebut membuat tangan kedua orang itu berada di pintu mobil tersebut.

"Dua." Lanjutnya.

"Tiga."

Saat hitungan ketiga dua orang itu membuka pintu mobil tersebut yang membuat kedua pembegal tadi otomatis memundurkan tubuhnya.

Dimana saat keduanya telah keluar, dua pembegal tadi tampak tersenyum lalu mendekati keduanya.

Perempuan dan sang sopir taksi tadi saling pandang satu sama lain sebelum keduanya menganggukkan kepala mereka. Lalu tanpa aba-aba mereka berdua berlari, bukan mendekati dua pembegal tersebut untuk melawan mereka seperti yang keduanya telah rencana tadi, melainkan keduanya langsung lari terbirit-birit menjauh dari tempat tersebut untuk menyelamatkan nyawa mereka masing-masing.

Dan apa yang kedua orang itu lakukan membuat dua pembegal tadi tampak melongo tak percaya, sebelum keduanya tersadar jika mangsa mereka malam ini telah berhasil kabur dari tangan mereka berdua.

"Sialan, kita kecolongan. Kejar mereka sekarang juga!" Ucap salah satu dari pembegal tadi. Namun saat dirinya ingin menyusul perginya dua mangsanya itu, lengannya lebih dulu di cekal oleh teman satu profesinya tersebut.

"Bagaimana kita akan mengejar mereka berdua sedangkan keduanya lari beda arah dan kita hanya punya motor satu. Ya kali kita mengejar mereka motor kita, kita tinggal disini begitu saja yang ada kita yang berprofesi sebagai begal justru nanti kita yang akan menjadi korban dari begal lainnya yang juga tengah berkeliaran dan mencari mangsa disini. Kita juga tidak bisa membawa mobil ini karena mobil ini di tinggal tanpa kunci. Jika kita harus mensabotasenya terlebih dahulu akan percuma karena aku yakin mereka sudah tak akan bisa kita kejar lagi. Jadi lebih baik biarkan saja mereka berdua kabur yang penting kita sudah dapat mobil yang bisa kita jual nantinya," ujar temannya.

"Hah, benar juga apa yang kamu katakan tadi dan lebih baik kita urus mobil ini segara sebelum ada orang lain yang lewat nantinya," balasnya. Dan setelahnya, keduanya kini segera melakukan sabotase ke mobil taksi tersebut tanpa memikirkan lagi nasib dari dua orang yang mereka begal tadi.

Bab 2

Perempuan itu terus berlari tak tentu arah dengan koper yang sedari tadi ia sederet kesana kemari dengan sesekali ia menolehkan kepalanya ke belakang, memeriksa apakah dua orang laki-laki tadi mengikutinya atau tidak.

Setelah ia rasa dua pembegal tadi tak mengejar dirinya, ia kini menghentikan aksi larinya tadi dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Huh, aku rasa aku sudah aman sekarang," ujarnya yang tampak lega karena nyawanya yang tadi sempat terancam akhirnya bebas juga.

Namun sesaat setelahnya rasa lega di hatinya itu hilang saat dirinya menatap ke arah depan dan menyadari jika dirinya saat ini tengah tersesat.

"Aku ada di mana?" gumamnya pada dirinya sendiri dengan mengedarkan pandangannya menatap ke sekelilingnya yang tampak sepi tak ada satu orang pun yang terlihat di jalan itu bahkan ia tak melihat ada pemukiman warga di sekitarnya.

"Jangan-jangan aku tersesat lagi?" Ia kini memutar tubuhnya untuk melihat ke arah sekitarnya dan dari situ ia baru sadar jika dirinya benar-benar tersesat saat ini.

"Ya Tuhan. Kenapa bisa tersesat sih? Mana aku di sini cuma sendirian lagi. Dan Sumpah demi apapun ini benar-benar sangat menakutkan." Ia mengelus kedua lengannya yang tampak merinding.

"Aku harus segera menghubungi orang rumah. Aku sudah tidak peduli lagi dengan yang namanya surprise yang penting aku sekarang keluar dari sini," gumamnya dengan menahan rasa takut yang semakin lama semakin menguasai dirinya.

Dengan cepat perempuan itu mencari ponselnya yang ia taruh di tas selempang. Di mana saat dirinya telah menemukan ponselnya dan baru jari lentiknya ingin meluncur ke kontak telepon, layar ponselnya itu mati.

"Arkhhhh! Sialan, aku lupa kalau bateraiku tadi saat sampai di bandara tinggal 2% saja dan sekarang aku harus gimana? Aku tidak bisa menghubungi siapapun. Tapi aku juga tidak bisa di sini terus menerus. Mana ini sudah pukul 12.00 malam tepat. Disini juga terlihat sangat horor. Jadi sebaiknya aku harus cepat pergi dari sini jika aku tidak mau ada makhluk astral menggangguku. Tapi aku harus melangkahkan kaki ke mana? Apa aku harus kembali ke arah begal tadi ya? Tapi aku juga lupa lupa ingat jalannya. Haishhhh, sudahlah aku akan mencoba dulu siapa tahu nanti di jalan ketemu seseorang yang baik hati ingin mengantarku pulang ke rumah," ucap perempuan tersebut. Kemudian setelahnya ia bergegas pergi dari tempat berdirinya saat ini untuk menelusuri jalanan yang sekiranya ia ingat tadi.

Semakin lama ia melangkahkan kakinya, semakin ia tak tahu arah. Jalanan yang tadi dia yakini jika jalan yang ia pilih akan mengantarkan dirinya ke jalan saat dia di begal tadi, namun ternyata keyakinannya itu salah besar. Ia justru masuk jalanan yang hanya ada pohon besar di sisi jalan dan sedikit pencahayaan di sana. Ditambah suara hewan malam juga sesekali angin berhembus menambah kesan horor yang semakin membuat perempuan itu ingin menangis saat ini juga.

"Mama, Papa jemput Maura sekarang juga," gumam perempuan yang bernama Maura itu dengan mata yang berkaca-kaca, mungkin sebentar lagi air mata yang dari tadi ia tahan akan keluar juga.

"Ma, Pa, Maura takut," sambungnya yang tak berani menatap ke arah depan. Ia terus menundukkan kepalanya.

Hingga saat dirinya tengah melewati pohon beringin besar, hembusan angin terasa sangat kencang hingga membuat beberapa ranting berjatuhan dan bertepatan dengan itu, terdengar suara burung hantu yang benar-benar sangat ia benci. Dan tak berselang lama terdengar suara…

"Hihihi." Tawa cekikikan dari Mbak Kun yang membuat kaki Maura langsung lemas seketika. Ia sudah tak bisa melangkahkan kakinya kembali dan berujung ia berjongkok dengan kedua tangannya menutup kedua telinganya.

"Aku tidak mengganggu kalian. Aku hanya menumpang lewat saja hiks," ucap Maura yang berhasil meloloskan air matanya.

Namun setelah ia mengucapkan perkataannya seperti itu, suara tawa tadi bukannya menghilang justru semakin jelas ia dengar.

"Aku sudah bilang, aku hanya lewat saja bukan untuk mengganggu kalian. Jadi menjauh lah sekarang hiks," ucapnya lagi. Tapi lagi-lagi suara itu semakin nyaring bahkan ia merasakan jika makhluk yang mempunyai tawa itu sekarang telah berada di belakangnya. Apalagi saat ia merasa ada tiupan angin yang menerpa leher jenjangnya.

"Huwaaaaa! Sumpah aku tidak kuat lagi. Siapapun tolong aku. Jika orang yang menolongku hari ini berjenis kelamin perempuan akan aku jadikan saudara. Tapi jika yang menolongku adalah seorang laki-laki akan aku jadikan suami!" sesumbar Maura yang membuat seseorang berada tepat di belakang Maura mengerutkan keningnya.

Ya, suara tawa dan angin sepoi-sepoi yang Maura rasakan tadi bukan berasal dari makhluk astral namun dari seseorang yang tentunya sudah memiliki niat jahil kala dirinya pertama kali melihat Maura berjalan sendirian.

"Coba ulangi apa yang kamu katakan tadi," bisik orang tersebut tepat di samping telinga Maura yang masih perempuan itu tutupi dengan kedua tangannya. Namun walaupun telinganya sudah tertutupi dengan tangan, Maura tetap bisa mendengar suara bisikan tersebut.

Dengan sesenggukan Maura menjawab, "Perkataan yang mana hiks?" tanyanya dengan suara bergetar, rasanya ia ingin pingsan saat ini juga kala suara yang ia anggap dari makhluk astral itu terdengar.

"Yang terakhir tadi." Maura tampak mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum dirinya kini mulai mengulangi ucapannya tadi.

"Siapapun tolong aku. Jika orang yang menolongku hari ini berjenis kelamin perempuan akan aku jadikan saudara. Tapi jika yang menolongku adalah seorang laki-laki akan aku jadikan suami!" ulang Maura yang membuat seseorang di belakangnya itu memperlihatkan senyum liciknya. Dan dengan menghentikan pemutaran suara Mbak Kun itu dan menghentikan kipasan di belakang kepala Maura, seseorang itu berkata, "Tepati ucapanmu itu."

"Iya. Aku akan menempati ucapanku itu jika memang ada yang menolongku, hiks. Jadi aku mohon sekarang kamu kembali ke asalmu. Jangan ganggu aku lagi. sudah cukup sampai di sini kita komunikasinya ya Mbak Kun. Pergilah sekarang juga dan biarkan aku melanjutkan perjalanan malamku yang tak tentu arah ini," pinta Maura yang benar-benar sudah tak kuat menahan rasa takutnya lagi.

Dimana ucapannya itu membuat seorang laki-laki yang tadi menjahilinya kini memutar bola matanya malas.

"Berdiri sekarang!" perintah laki-laki tersebut yang membuat Maura tampak terdiam sesaat.

"Apa makhluk yang menggangguku beda lagi? Tadi Mbak Kun dan setelah pergi diganti dengan Mas Hulk yang siap menculikku. Huwaaa tidak mau, Aku tidak mau diculik Mas Hulk. Ya Allah ya Tuhanku, mama, papa help me please!" jerit Maura di dalam hatinya dengan pikiran yang sudah kemana-mana dan sudah tak bisa ia ajak untuk berpikir positif lagi.

Ia bahkan menganggap jika di hari ini adalah hari sial baginya. Sudah dibegal, tersesat, bertemu Mbak Kun dan terakhir ia akan diculik oleh Mas Hulk yang nantinya ia tak bisa kembali ke dunia ini lagi. Lengkap sudah deritanya hari ini, pikir Maura yang terus memutar di otak pintanya itu.

Bab 3

"Huwaaaaa, aku mohon jangan culik aku mas Hulk. Jangan jadikan aku sebagai istrimu karena yang aku katakan tadi hanya untuk manusia sepertiku bukan makhluk lain seperti dirimu! Jadi pergi sana hus hus. Jangan culik aku!" teriak Maura histeris.

Laki-laki yang dianggap sebagai makhluk astral oleh Maura kini memelototkan matanya tak terima. Dan dengan kesalnya, tangannya kini bergerak untuk menyentil kening Maura dengan cukup keras.

"Aduh, sakit mas Hulk," rintih Maura. Namun walaupun ia kesakitan, ia tak membuka matanya sama sekali.

"Mas Hulk, mas Hulk your eyes!" kesal laki-laki tersebut.

"Berdiri sekarang juga!" perintahnya untuk kedua kalinya.

"Gak mau, nanti aku diculik sama mas Hulk lagi," tolak Maura yang membuat laki-laki itu berdecak kesal. Dan dengan terpaksa ia menarik lengan Maura hingga perempuan itu berdiri dan menghadap kearahnya.

"Mas Hulk, jangan culik aku. Huwaaa!"

Happ!

Laki-laki itu kini membungkam mulut cerewet dari Maura sembari berkata, "Berisik. Aku kasih tau ke kamu jika aku ini manusia sama seperti dirimu. Jadi hentikan jangan panggil aku dengan sebutan mas Hulk lagi sebelum mulutmu ini aku sumpel pakai kaos kaki," ucap laki-laki itu yang berhasil membuat Maura yang sempat memberontak kini terdiam. Ia rasa ucapan yang barusan ia dengar itu benar, karena jika yang bersamanya saat ini adalah mas Hulk tidak mungkin dia bisa memegang dirinya. Ditambah harum yang ia cium, bukan bau aneh melainkan bau parfum maskulin.

"Jadi sekarang buka matamu itu. Sebelum aku tinggal kamu biar kamu sendirian lagi disini," ujar laki-laki tersebut

Maura yang sebenarnya masih takut pun akhirnya perlahan ia memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan saat matanya itu terbuka lebar, ia melihat ada seorang laki-laki yang kini tengah menatapnya tanpa ada senyum di bibirnya.

"Sekarang kamu sudah lihat kan kalau aku ini sejenis denganmu," ucap laki-laki itu dengan melepaskan bungkamannya tadi dari mulut Maura.

Dimana hal tersebut membuat Maura menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia juga sudah membuktikan sendiri jika orang yang ada di hadapannya itu benar-benar seorang manusia dengan melihat kearah kaki laki-laki itu yang ternyata menapak tanah. Dan hal tersebut membuat Maura kini menghela nafas lega. Setidaknya ia sekarang sudah tidak sendiri lagi dan mungkin ia akan meminta pertolongan ke laki-laki itu agar mengantar dirinya ke kediaman kedua orangtuanya.

"Hmmm maaf aku tidak tau jika kamu adalah manusia sama sepertiku. Ya lagian sedari tadi aku yang berada disini sendirian tiba-tiba kamu datang entah dari mana tanpa permisi terlebih dahulu. Dan juga sebelum ada kamu, aku tadi juga bertemu dengan Mbak Kun. Jadinya aku tidak salah dong kalau menganggap kamu sebagai mas Hulk," ucap Maura tak mau di salahkan.

Laki-laki itu tampak memutar bola matanya malas.

"Terserah kamu," ucapnya sembari melengos pergi dari hadapan Maura. Dimana apa yang dilakukan oleh laki-laki itu membuat Maura dengan cepat mengikuti langkah kaki laki-laki tadi.

"Heyyy kamu mau kemana?" tanya Maura kala dirinya telah menyamakan langkah kaki laki-laki tadi.

"Pulang," jawab laki-laki tersebut dengan singkat.

"Ehhhh kalau kamu pulang bagaimana denganku? Masa kamu tega ninggalin aku disini sendirian sih. Minimal kamu anterin aku sampai rumah lah."

Laki-laki itu yang mendengar perkataan dari perempuan menyebalkan yang berada di sampingnya tersebut, ia kini menghentikan langkah kakinya. Ia memang berniat meninggalkan perempuan itu di tempat sepi tersebut karena dirinya sudah terlalu sebal dengannya.

"Maaf apa kita saling kenal sebelumnya sampai aku harus mengantar kamu ke rumahmu? Dan kamu tau aku tidak sebaik yang ada di pikiranmu," ujar laki-laki itu dengan bersedekap dada.

"Kalau begitu kita kenalan dulu. Namaku, Maura Nauvalia Kaille. Panggil saja Maura. Kalau kamu?" Maura memperkenalkan dirinya sembari mengulurkan tangannya kehadapan laki-laki itu.

Dimana tangannya itu ditatap lekat oleh laki-laki tersebut sembari berucap, "Itu tangan bersih kan?"

Maura melongo saat mendengar ucapan dari laki-laki itu sebelum ia berdecak sebal. Hingga tangan kanannya itu kembali ia tarik kemudian bergerak untuk mengambil tisu basah yang berada di tas kecilnya untuk mengelap tangannya itu.

"Kamu lihat sendiri aku mengelap tanganku tadi, jadi sudah aku jamin tanganku ini terhindar dari yang namanya bakteri," ujar Maura kembali mengulurkan tangannya.

Laki-laki itu tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tangannya bergerak memelas uluran tangan dari Maura

"Erland Drake."

Maura menganggukkan kepalanya saat ia mendengar nama laki-laki tersebut.

"Oke, karena berhubung kita berdua sudah saling mengenal satu sama lain. Maka kamu anterin aku sekarang juga. Let's go." Tanpa mendengar persetujuan dari Erland, Maura lebih dulu berjalan. Tapi baru beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya itu dan segera menolehkan kepalanya kearah Erland yang berada di belakangnya.

"Ehh tunggu sebentar, mobil kamu mana?" tanya Maura sembari menatap ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan alat transportasi itu. Namun ia tak menemukan sebuah mobil pun disekitarnya.

"Aku tidak punya mobil. Dan hanya punya motor," ujar Erland yang tentunya berbohong. Dan setalah mengucapakan hal tersebut ia kini mendahului langkah Maura menuju ke sebuah motor matic yang terparkir tidak jauh dari posisi mereka berdiri saat ini.

Dimana hal tersebut membuat Maura terdiam tempatnya dengan mata yang terus tertuju kearah Erland dan motor laki-laki tersebut.

"Sumpah demi apapun tampilan dia yang keren begitu pakainya pakai motor matic. Aku kira saat dia bilang tidak punya mobil minimal dia punya motor sport lah. Aku sih tidak mempermasalahkan tentang kendaraan yang dia pakai, mau dia pakai sepeda onthel sekalipun selagi bisa di gunakan tidak masalah buatku. Tapi mbok ya stylenya harus menyesuaikan lah. Masa stylenya keren banget kaya anak moge ehhh taunya malah pakai motor begitu. Hadeh." Maura menepuk keningnya sendiri.

Sedangkan Erland, ia mengerutkan keningnya kala melihat aksi Maura tadi. Sebelum dirinya kini angkat suara.

"Jadi gimana? Mau aku antar?" tanya Erland yang membuat Maura tersadar dari pikirannya itu.

"Ya mau dong," ujar Maura. Ya kali dia tidak jadi ikut dengan Erland, bisa-bisa dirinya saat ditinggal Erland sendiri, ia bisa mati kaku di tempat sepi dan menyeramkan itu.

Maura kini berlari kecil mendekati Erland. Namun saat laki-laki itu sudah naik keatas motor tersebut, Maura masih berdiri di samping motor itu yang lagi-lagi membuat Erland berdecak sebal.

"Kenapa bengong disitu? Naik sekarang!" perintah Erland.

"Tunggu sebentar. Koperku mau ditaruh dimana?" tanya Maura bingung

"Buang saja." Maura memelototkan matanya.

"Enak saja. Gak mau. Banyak barang berharga didalam sini." Erland menghela nafas, sepertinya ia harus banyak-banyak bersabar menghadapi perempuan tersebut.

"Sini."

"Kamu mau apa? Aku tidak akan membiarkan kamu membuang koperku ya."

"Tidak ada yang mau membuang koper kamu. Aku mau menaruh koper itu didepan sini. Jadi buruan kasih aku sekarang juga," geram Erland yang membuat Maura kini memperlihatkan cengirannya.

"Ngomong dong dari tadi kalau mau ditaruh disitu. Ya sudah nih." Maura menyerahkan koperasinya itu ke Erland dan setelah benda tersebut berpindah tangan, Maura segera naik keatas motor tanpa aba-aba hingga hampir saja membuat Erland kehilangan keseimbangannya jika dia tadi tidak reflek memegang kedua stir motor tersebut. Dimana hal itu membuat Erland untuk yang kesekian kalinya mendengus kasar. Dan setelah semuanya siap barulah Erland menjalankan motor milik temannya yang ia pinjam tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!