Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Aku segera menutup pabrik tempat aku bekerja. Setelah hampir sepuluh jam bekerja sebagai buruh akhirnya pekerjaanku hari ini telah berakhir.
Tempat itu begitu sepi, diantara ratusan buruh yang berkerja di tempat ini hanya aku yang belum pulang. Hal seperti ini merupakan sebuah rutinitas yang aku rasakan setiap hari. Terasa begitu sunyi seperti kehidupanku.
"Yaelah malah jadi anak senja," aku menertawakan diri sendiri.
Setelah memastikan semua telah terkunci, aku segera mengambil motor di tempat parkir lalu keluar dari kawasan pabrik. Tetapi sebelum pergi aku harus menyerahkan semua kunci pabrik pada satpam yang berjaga di pintu gerbang. Baru setelahnya segera tancap gas meninggalkan pabrik.
Aku sudah sangat lelah setelah bekerja hampir 10 jam hati ini, itu terjadi setiap hari. Besok adalah hari minggu, hari libur yang biasanya aku gunakan untuk beristirahat sepanjang hari.
Mengendarai motor bebek, aku melihat langit malam hari ini begitu gelap, suara guntur sesekali terdengar, udara terasa begitu dingin dan rintik hujan membasahi jalan yang menjadi licin. Harus lebih berhati-hati agar motor tidak tergelincir.
Aku merasa badai akan segera datang.
“Bukankah ini malam yang buruk untuk keluar rumah,?.” gumamku yang berpikir jika lebih baik berdiam diri di dalam rumah di cuaca seperti ini.
Tetapi sepertinya pemikiran ku sepertinya berbeda dengan para muda mudi yang sedang menikmati masa muda mereka. Beberapa kali aku melihat pasangan anak muda yang sedang asik bermesraan di pinggir jalan.
Melihat mereka membuatku agak iri.
Dibandingkan mereka yang sedang menikmati masa muda dengan melakukan hal yang menyenangkan. Aku justru melewati itu semua dan menggantinya dengan kehidupan melelahkan sebagai budak pabrik.
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil sedan dari belakang, entah apa tujuannya. Padahal aku sudah minggir paling kiri, sementara jalan yang sepi membuat mobil di belakang bisa dengan mudah menyalip motorku.
Tapi kenapa mobil di belakang terus membunyikan klakson?.
Aku berusaha mengabaikan bunyi klakson yang mengganggu dari belakang. Mobil sedan itu pun akhirnya menyusul ku. Mungkin akhir mereka menyerah setelah melihat aku tidak menanggapi provokasi suara klakson yang mereka lakukan.
“Terkadang hidup memang tidak adil, tapi aku merasa justru setiap detik dari hidupku penuh akan ketidakadilan.” kataku setelah melihat enam orang di dalam mobil itu masihlah begitu mudah, mungkin usia mereka setara dengan ku yang saat ini berusia 23 tahun.
Dengan jelas aku melihat mereka sedang minum dan mabuk. Menyadari itu aku menjadi khawatir kecelakaan.
“Mereka sangat menikmati hidup yang mereka miliki.”
Mobil sedan melaju dengan kencang tanpa terlihat akan menurunkan kecepatan, walaupun di depan terdapat lampu merah yang menyala.
Tanpa peduli dengan aturan lalulintas, Mobil sedan menerobos begitu saja, sementara aku dengan patuh berhenti menunggu lampu hijau. Selanjutnya yang bisa aku lakukan hanyalah menatap mobil itu menjauh dengan suara gelak tawa anak-anak mudah yang seakan tengah menertawakan aku.
Aku sangat itu pada mereka yang begitu bebas, melakukan apa yang dilanggar tanpa takut mendatangkan masalah.
Sedangkan aku ini hanya ‘warga’ biasa yang selalu berusaha untuk menghindari masalah. Tapi setidaknya aku ingin mencoba satu kali melakukan pelanggaran.
Tatapanku tertuju pada lampu merah yang tidak kunjung beralih. Jalan yang sepi dan udara dingin membuatku berpikir untuk segera meninggalkan perempatan lampu merah tanpa menghiraukan peraturan.
Itu merupakan hal buruk, tapi setidaknya aku ingin mencobanya, lagi pula tidak ada kamera di tempat ini.
Berusaha meyakinkan diri, dengan satu tegukan liur aku mulai menancap gas membuat motor bebek melaju kencang melewati lampu merah.
Adrenalin terasa memuncak begitu aku melanggar sebuah peraturan, aku merasa kesenangan tersendiri melakukan sesuatu yang ilegal.
Tapi kesenangan itu berakhir manakala jalan ditengah perempatan tiba-tiba amblas sehingga membuatku terperosok kedalam lubang tersebut.
Aku hanya bisa berteriak karena terkejut, sedangkan motor yang tidak terkendali terus melaju kedalam lubang membuatku masuk lebih dalam.
Ding!
[Kau memasuki Dungeon, Membuka Job Explorer]
Suara tidak dikenal terdengar di kepalaku, tapi aku tidak cukup memperhatikan karena begitu panik melihat berbagai binatang dengan ukuran besar keluar dari arah sebaliknya.
Semua hewan malang itu terlindas motorku yang terus melaju hingga menemukan sebuah bola bercahaya di ujung Goa.
Berusaha untuk menghindari tabrakan dengan bola itu. Namun aku tidak cukup mampu mengendalikan motorku sehingga tabrakan pun tidak terhindarkan.
Tubuhku terjungkal ke depan, sementara motorku mengalami kerusakan berat setelah menabrak tiang tempat kristal itu berada.
Tiang kecil itu hancur beserta bola bercahaya yang ada di atasnya.
Ding!
[Berhasil menaklukkan Dungeon]
[Menjadi yang pertama membersihkan Dungeon. Mendapatkan Gelar First Hero]
[Membersihkan Dungeon disaat level nol. Mendapatkan gelar The Conqueror]
Suara kembali terdengar, tapi aku hanya diam terkapar di tanah akibat rasa sakit yang aku alami akibat tabrakan.
Sepertinya lengan kiri terluka.
Serangga dan tikus besar yang sebelumnya aku tabrak dengan motor segera datang menghampiri. Sepertinya mereka marah karena aku menghancurkan Kristal barusan.
Mereka hendak menyerangku, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin mati dimakan tikus sebesar kucing dan kelabang raksa.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa aku mencoba mempertahankan diri melawan segerombolan hewan yang bisa disebut sebagai monster itu.
“Sungguh, aku hanya ingin segera pulang dan beristirahat.” rasa kantuk yang begitu kuat mulai membuatku kehilangan fokus
Tikus besar berlari dengan cepat menuju ke arahku. Gigi besarnya membuatku takut menyebabkan luka fatal jika binatang pengerat itu menyerang. Dengan panik aku menendang tikus itu sekuat tenaga.
Bunyi tulang patah langsung terdengar begitu tendangan mengenai tikus besar, mendengar itu membuatku semakin panik karena mengira kakiku telah patah. Tapi beruntung kaki masih baik-baik saja, sepertinya bunyi tulang patah yang barusan bukan dariku.
Selanjutnya kelabang sepanjang dua meter menghadang ku. Aku bertanya-tanya dari mana datangnya serangga sebesar itu.
Dua taring kelabang raksasa mengkilap seperti mata pedang dengan bentuk gunting, leherku pasti akan terpotong dengan mudah jika terkena gigitan kelabang.
Aku akan mati. Kelabang besar begitu kuat, kaki-kakinya mencengkram tubuhku, mulut yang mengerikan hendak melahap kepala. Aku berusaha bertahan dengan menahan kedua taring kelabang.
Seakan menahan pedang dengan tangan kosong, telapak tanganku mulai terluka karena menahan dua taring kelabang.
Merasa tidak kuat menahan lebih lama lagi, aku akan dimakan oleh kelabang raksasa. Tapi disaat aku hampir menyerah tiba-tiba...
Ding!
[Membunuh tikus besar +15 Exp]
[Level Up]
Setelah suara aneh itu terdengar tiba-tiba seluruh luka di sembuhkan dan tenaga kembali pulih. Bukan hanya itu, aku merasa tambahan kekutan yang mengalir dalam diriku hingga mampu mendorong mundur kelabang.
Dua taring itu aku patahkan membuat kelabang menjerit keras, walaupun dalam prosesnya membuat telapak tanganku kembali terluka, tapi aku tidak peduli.
Menggunakan taring tajam, aku menyayat perut kelabang yang membuatnya semakin kesakitan. Darah hijau menyembur keluar, kelabang melepaskan cengkraman kakinya lalu terkapar di tanah.
Ding!
[Membunuh mantan Dungeon master +100 Exp]
[Level Up]
[Level Up]
Kembali terdengar suara misterius, itu membuatku aku sangat penasaran suara siapa yang terus terdengar di dalam kepalaku.
Tapi saat ini aku sedang dikepung oleh kelabang dan tikus dalam jumlah besar, mereka seperti binatang kelaparan yang bersiap memperebutkan makanan.
Aku harus mempertahankan diri agar tidak menjadi menu makan malam hewan-hewan agresif ini. Dengan dua taring kelabang yang baru saja didapatkan aku mulai melawan.
Satu persatu tikus dan kelabang aku kalahkan, tapi jumlah lawan yang terlalu banyak membuatku kesulitan.
Teriakan bergema saat tubuhku mulai menumpuk luka dari gigitan monster-monster. Tapi aku tidak menyerah dan terus melakukan perlawanan.
Baju robek-robek, mata kiri terluka hingga tidak bisa melihat lagi. Ini merupakan pertarungan hidup dan mati.
Kelelahan dan rasa sakit yang menumpuk membuatku hampir menyerah.
Tapi seakan ada sesuatu yang mendorongku, aku tetap melawan dan terus melawan, berusaha keras untuk mempertahankan hidupku.
Hingga akhirnya aku bernafas dengan begitu berat ditengah tumpukan mayat kelabang dan tikus.
Seluruh tubuhku terasa sakit, penglihatanku menjadi buram, kepala terasa pening, keseimbangan pun mulai goyah.
“Sepertinya aku tidak akan pulang hari ini.” aku tertawa kecil lalu terjatuh tidak sadarkan diri.
[Beberapa makhluk agung terkesan dengan pertempuran yang kau lakukan]
[Mendapatkan kotak harta perunggu sebagai hadiah]
***
Terbangun oleh bau busuk serangga dan tikus yang aku jadikan sebagai tempat tidur. Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur di goa ini.
Tapi melihat kondisi mayat yang mulai membusuk membuatku mengira tidak hanya satu hari yang sudah terlewatkan.
Apakah tidak ada orang yang melihat lubang Goa tempat aku berada saat ini?. Rasanya itu mustahil karena mulut goa berada di perempatan jalan yang seharusnya sangat ramai.
Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di luar sana, tapi tubuhku masih kelelahan membuatku lebih memilih untuk segera pulang dan kembali beristirahat.
Di dalam tumpukan mayat kelabang, aku mengambil motorku lalu segera kembali ke permukaan.
Daerah itu begitu sepi, tidak ada satupun kendaraan yang melintas padahal ini siang hari. Aku menyadari jika lampu lalulintas tidak menyala.
Sebenarnya apa yang terjadi?.
Perasaan cemas semakin menguat membuatku segera menyalakan motor. Sepanjang sisa perjalanan menuju rumah, yang aku lihat hanyalah kekacauan.
Semuanya terasa seperti setting film bencana besar atau wabah zombie. Mayat tergeletak di pinggir jalan, mobil terparkir tidak beraturan dan rumah warga terbakar.
“Sebenarnya apa yang terjadi saat aku tidur?.”
Karena tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku pun memilih untuk mengabaikan.
Motor dipercepat agar segera sampai di rumah. Sebuah kompleks perumahan yang biasanya ramai, hari ini begitu sepi. Aku mengabaikan semua yang aku lihat sepanjang jalan komplek. Sesampainya di rumah aku segera mengunci pagar lalu masuk ke dalam.
Baju yang aku kenakan segera ku buang ke tong sampah karena rusak dan dipenuhi oleh noda darah.
Saat ingin mandi aku merasa kesal karena listrik tidak menyala, tapi beruntung rumahku memiliki sumur galian. Walaupun aku harus susah payah mengangkat air, tapi itu lebih baik daripada terus merasa tubuh lengket dan bau yang sangat tidak nyaman.
Setelah selesai mandi aku merasa begitu segar, tapi kelelahan yang ku rasakan belum sepenuhnya hilang.
Di dalam kamar aku mencoba melupakan apa yang ku lihat selama perjalanan menuju rumah. Itu sangat mengerikan mungkin akan selamanya tersimpan di dalam ingatan.
Kembali memikirkan apa yang sedang terjadi pada kota ini, tapi tidak ada jawaban yang bisa aku temukan. Hingga aku menyerah memikirkannya, pada akhirnya rasa lelah baik tubuh fisik maupun mental membuatku tertidur lelap.
Esok harinya aku merasakan tubuhku begitu luar biasa. Tidak ada rasa sakit yang terasa, bahkan otot pegal yang berminggu-minggu aku derita karena pekerjaan pun kini menghilang.
Teringat apa yang terjadi kemarin, aku segera membuka jendela kamar di lantai dua dan berharap kondisi luar berubah.
Tapi sayangnya itu tidak terjadi, yang aku lihat selama perjalanan ke rumah kemarin bukanlah sebuah mimpi. Di sepanjang jalan perumahan masih tergeletak mayat para tetangga dalam kondisi yang mengenaskan.
Perut merasa mual, aku ingin muntah melihat semuanya, melihat kenyataan jika apa yang aku alami kemarin bukanlah mimpi buruk belaka.
Hingga penglihatanku menangkap sesosok serangga raksasa yang berkeliaran di sekitar kompleks.
Itu adalah seekor belalang sembah setinggi pria dewasa dengan empat sabit berlumuran darah. Sangat menakutkan melihatnya, aku segera menutup jendela karena takut jika monster itu melihatku.
Lolongan anjing terdengar di sekitar diikuti suara Geraman seperti bintang buas, aku merasa disekitar rumahku sudah dikepung oleh monster.
Di dalam kamar aku mencoba tetap tenang, berusaha tidak menimbulkan banyak suara. Kembali memikirkan apa yang sedang terjadi aku menemukan beberapa kemungkinan.
Pertama aku berpikir jika semua ini adalah akibat perang, tapi permasalahannya perang dengan siapa. Yang aku tahu negara ini tidak sedang berkonflik dengan negara manapun.
Yang kedua mungkin ini adalah invasi alien, itu bisa menjelaskan kenapa banyak monster berkeliaran. Walaupun terdengar agak gila tapi aku tidak mampu memikirkan kemungkinan lain.
“Oke kemungkinan pertama ini adalah ulah dari makhluk asing.” aku mencoba membuat catatan.
“Lalu apakah musibah seperti ini hanya terjadi di kota atau seluruh dunia mengalami hal yang sama?.” terus mencatat.
Kemudian pertanyaan selanjutnya membuat aku sangat penasaran, yaitu tentang suara misterius yang aku dengar saat bertarung dengan puluhan kelabang dan tikus besar.
“Ini pasti ada hubungannya, tapi apa.” aku kembali mencatat.
Tapi sekeras apapun aku memikirkannya, tidak ada jawaban yang berhasil aku temukan. Berbaring di atas tempat tidur aku kembali memikirkan kehidupanku selanjutnya.
Apa yang aku lihat membuatku berpikir jika cerita fiksi pada novel yang pernah aku baca menjadi kenyataan. Itu terlalu gila jika seandainya menang benar.
“Entah kenapa aku mulai memikirkannya. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?.”
Dalam novel itu diceritakan, setelah dunia diguncang bencana besar akibat munculnya monster dari dalam lubang.
Para manusia yang berhasil bertahan hidup diberikan anugerah berupa kekuatan yang disebut sistem.
Sebuah sistem yang akan membuat para manusia menjadi lebih kuat ketika mengalahkan monster.
Seperti sebuah permainan... Yang perlu aku lakukan hanyalah mengucapkan kata kuncinya.
“Open status!.”
Walaupun aku tidak yakin, tapi tetap ku coba tanpa berharap jika ini akan berhasil. Tapi selanjutnya apa yang tiba-tiba muncul di depan wajah membuat mataku terbelalak.
___________________________________________
Nama : Budi (Pria 23 tahun)
Ras: Manusia
Job: [Kosong] [Kosong] [Kosong]
Sp: 2
Gelar: {First Hero} {The Conqueror}
Skill:
Skill Unik:
Job List: [Hero LV 1] [Explorer LV 1] [Conqueror LV 1]
___________________________________________
“Aku tidak mengerti.” statistik di depanku ku tidak seperti yang aku pikirkan. Perlu beberapa jam melakukan berbagai pengujian hingga aku memahami sistem ini.
Pada intinya aku bisa menggunakan berbagai job yang tersedia pada kolom job List. “Aku bisa menggunakan tiga job sekaligus, dan kebetulan aku juga sudah membuka tiga Job. Bukankah ini terlalu sempurna jika disebut sebagai kebetulan?.”
Mencari tahu lebih detail, aku melihat rincian setiap job.
___________________________________________
[Hero]
Rank: Epik
Keterangan: Pahlawan adalah seorang yang berhasil menutup Dungeon dan memberikan kedamaian. Menaikkan kekuatan (Besar) dan setiap stat (Sedang).
Kekuatan: ★★★
Stamina: ★★
Kecerdasan: ★★
Kelincahan: ★★
Kemahiran: ★★
Skill Job: (Hero Sense) (Courage)
___________________________________________
___________________________________________
[Explore]
Rank: Rare
Keterangan: Explorer adalah para penjelajah Dungeon. Memberikan tambahan stamina (Sedang) dan kekuatan (Kecil).
Stamina: ★★
Kekuatan: ★
Skill Job: (Item Box)
___________________________________________
___________________________________________
[Conqueror]
Rank: Legendaris
Keterangan: Conqueror, job untuk seorang yang dapat menaklukkan Dungeon lebih cepat dari siapapun. Menambah setiap stat (Ekstrim)
Kekuatan: ★★★★
Stamina: ★★★★
Kecerdasan: ★★★★
Kelincahan: ★★★★
Kemahiran: ★★★★
Skill Job: (Aura) (Intimidasi)
___________________________________________
Semua job berkaitan dengan Dungeon, tempat yang hanya aku ketahui berada di dunia fantasi novel dan game.
Itu membuatku bertanya-tanya kapan aku pernah menaklukkan tepat seperti Dungeon. Di tempat pertama apa memang ada Dungeon di dunia nyata?.
Tapi aku kemudian teringat dengan lubang besar yang aku masuki saat pulang kerumah. Sebuah goa yang tiba-tiba muncul dan hampir membuatku terbunuh oleh para penghuninya.
“Apa itu yang dinamakan dengan Dungeon?.”
Tidak ada alasan lain yang bisa menjelaskan kenapa aku bisa mendapatkan tiga job itu.
“Jika seperti itu, apa mungkin Dungeon yang menyebabkan bencana ini?.”
Aku kembali melihat ke luar jendela untuk melihat keadaan. Kelabang besar itu sudah tidak ada, sementara monster masih berkeliaran. Jika dugaanku benar, maka semua monster itu berasal dari Dungeon.
Titik cerah terlihat, aku merasa sedikit tenang setelah menemukan jawaban dari mana asal para monster. Kini aku perlu memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Apakah itu berburu monster?
Aku pikir akan sangat menyenangkan jika mulai berburu dan menaikan level. Aku ingin mencoba skill yang aku miliki.
Beberapa jam lalu aku merasa ketakutan melihat monster dan banyak mayat di pinggir jalan. Aku pikir akan mati.
Tapi kini aku justru bersemangat seperti seorang bocah yang mendapat mainan baru.
Sambil memasukkan semua job yang bisa aku gunakan, tanpa sadar bibirku mulai terangkat membentuk senyum.
Berpikir jika mulai hari ini kehidupanku akan berubah drastis, mungkin aku bisa menjadi seseorang yang lebih baik.
“Pahlawan atau seorang penakluk. Hahaha aku ingin menjadi yang terkuat.”
Dunia baru dan sebuah tujuan baru. Seperti sebuah game, aku ingin menjadi yang terkuat dan berdiri dipuncak dunia.
***
Ada yang mengatakan jika seseorang mendapatkan kekuatan besar, makan kekuatan itu perlahan akan menguasai dirinya dan secara perlahan merubah diri dan kepribadian pemilik kekuatan.
Mungkin baru saja aku mengalami hal semacam itu.
“Menjadi yang terkuat dan berdiri di puncak dunia. Bukankah itu konyol?.” aku menertawakan kekonyolan diriku sendiri.
“Bagaima bisa menjadi terkuat di dunia jika aku bahkan tidak memiliki makanan apapun yang bisa aku makan.” Rasa lapar menyadarkan aku kembali ke dunia nyata.
Tidak ada apapun di dalam lemari pendingin, karena kebiasaan ku yang setip hari selalu makan di warteg. Alasan kenapa aku lebih memilih makan di luar daripada di rumah sangatlah sederhana.
“Aku tidak bisa masak.”
Alasan sederhana yang kini membuatku kebingungan.
“Bagaimana caranya aku mendapatkan makanan, apa warteg langganan ku masih buka dalam kondisi seperti ini?.”
Dari jendela aku melihat warung makan langganan ku, ada seekor kadal besar di atap warung itu.
Rasanya itu mustahil warung itu masih bisa beroperasi dalam keadaan seperti ini.
“Lalu bagaimana?.”
Kembali memperhatikan menu statistik, aku melihat ada pesan yang tertera pada sistem, tertulis jika surat itu adalah sebuah hadiah dari makhluk agung yang merasa terhibur.
Tidak tahu apa maksudnya, tapi terserahlah. Berharap mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan, aku membuka surat itu yang seketika memunculkan korak perak di depanku.
Saat aku membukanya, yang aku temukan hanya sebuah bola mata, melihat itu membuatku sangat terkejut.
Kotak itu begitu besar tapi isinya hanya bola mata aneh sebesar kelereng. Apa seseorang sedang mengerjaiku?.
___________________________________________
[Dragon Eye]
Rank: Unik
Keterangan: Mata dari naga yang begitu berpengetahuan. Material langka yang bisa memberikan efek penilaian jika dijadikan equipment.
___________________________________________
Sepertinya bola mata ini merupakan material langka, tapi aku tidak butuh benda seperti. Saat ini aku sangat kelaparan dan yang aku butuhkan hanyalah makanan.
Untuk mengganjal perut aku terpaksa meminum air sumur. Aku merasa kembung setelah meminum cukup banyak air.
Rasa lapar sedikit terobati, tapi aku harus secepatnya mencari sumber makanan lain sebelum rasa lapar kembali menyerang.
Entah sudah berapa lama aku tertidur hingga aku merasa begitu kelaparan.
Mengambil pisau di dapur aku bersiap untuk berburu binatang. Sebelumnya aku melihat seekor kelinci aneh dengan telinga tajam seperti pisau. Aku sadar itu adalah monster, tapi tidak ada cara lain, aku harus memburunya demi kelangsungan hidupku sendiri.
Mengendap-endap keluar rumah, aku mencoba tidak membuat keributan hingga menarik perhatian para monster. Tapi entah bagaimana aku merasa area sekitar aman dari monster.
Aku tidak tahu kenapa merasa demikian, apa ini karena pengaruh dari tiga job yang aku gunakan?.
___________________________________________
Nama : Budi (Pria 23 tahun)
Ras: Manusia
Job: [Hero LV 1] [Explorer LV 1] [Conqueror LV 1]
Sp: 2
Gelar: {First Hero} {The Conqueror}
Skill:
Skill Unik: (Job Setting 0/4)
Skill Job:
___________________________________________
Setelah melihat rincian skill aku sepertinya mengetahui kenapa merasa begitu aman pada area sekitar.
Hero Sense, skill dari job Hero membuat panca Indra yang aku miliki semakin kuat. Aku dapat mendengar suara lebih jelas dan mencium bau dengan lebih baik.
Mataku juga melihat lebih jelas, walaupun kini hanya ada satu mata yang aku miliki.
Sambil tetap waspada aku Mulan mencari keberadaan kelinci. Perasaan bahaya aku rasakan saat mendekati mayat di pinggir jalanan.
Aku penasaran kenapa merasakan bahaya pada mayat yang tidak bergerak. “Apa sebenarnya mayat itu masih hidup?.” aku mulai berpikir jika setiap mayat yang tergeletak begitu saja sebenarnya adalah zombie.
Tapi kenapa mereka tidak bergerak?.
Apa karena saat ini adalah siang hari?.
Entahlah lebih baik aku segera mendapatkan buruan karena sudah sangat lapar. Aku kembali berkonsentrasi untuk merasakan area sekitar.
Panca Indra yang aku miliki semakin dipertajam ketika sedang fokus, jangkauan persepsi juga semakin luas. Aku dapat merasakan setiap hal yang ada dalam radius 10 meter di sekitarku.
“Mengagumkan.” ucapku saat merasa seperti bisa melihat 360 derajat, seakan ada sebuah mata di belakang kepalaku.
Bibirku tersenyum ketika merasakan pergerakan dalam jarak 7 meter, itu berada di dalam rumah tetangga. Kelinci yang sedang aku buru.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!