Plak, plak, plak..
Nafas ketakutan,
Renata berkali-kali menoleh ke belakang, melihat lelaki berbaju hitam yang mengejarnya, sebilah pisau berkilat saat terkena cahaya lampu.
Renata berusaha berlari cepat, namun sial Renata tersandung dan tidak mampu lagi untuk bangkit.
Tik Tik Tik..
...
"*Sayang, sayang.. ada apa? kamu harus bertahan, kamu harus kuat kita akan segera sampai" terdengar Suara lelaki yang sangat Renata sayangi memanggilnya berkali-kali, sambil menangis.
Renata berusaha membuka matanya namun berat, tak ada lagi tenaga semuanya sudah hilang.
"Geo. Cari Dia (Sahabat Renata) nikahi dia, sayangi dia seperti kamu menyayangi aku. kamu harus berjanji untuk menikahinya, berjanjilah kepadaku Geo, waktuku sudah dekat, kamu harus berjanji*"
..
Seorang gadis muda tiba tiba terbangun dari tidurnya, dia adalah Anara yang terkejut dengan kondisi kamarnya yang berubah megah, saking megahnya Anara sampai berfikir dirinya saat ini baru terbangun di dalam surga.
Namun hal mengejutkan belum berakhir, tiba tiba saja ia menjadi calon pengantin seorang lelaki yang bernama Geo, menurut kabar yang ia dengar Geo telah menerima wasiat dari kekasihnya yang dua hari yang lalu meninggal, Kekasihnya itu bewsiat untuk menikahi dan menjaga Anara seperti Geo menjaga dirinya selama hidup.
Hari ini, sejak pagi hujan gerimis membasahi bumi, sampai malam tiba rintik hujam masih menitis lesu menapaki bumi, tidak begitu deras.
Malam itu didalam toko perhiasan mewah. seorang lelaki tampan, duduk, berdiri, duduk kembali lalu berjalan kecil penuh keresahan. Jam ditangannya telah beberapa kali ia tengok. Kekasih hatinya terlambat datang, seharusnya sejak setengah jam yang lalu.
Sebelumnya setiap kali merencanakan janji untuk bertemu dia tak pernah terlambat, jangankan setengah jam semenit saja tidak pernah.
Ditengah keresahan dan kecemasannya sesuatu didalam saku celana betgetar.
"RENATA." Ucapnya. karena begitu khawatir lelaki yang bernama Geo itu segera menggeser layar handphonenya.
"Sa..
Uapan Geo terhenti saat mendengar pekikan dan jeritan Renata, tanpa berpikir panjang Geo langsung berlari terburu buru mengambil langkah lebar, terpanting-panting .. Saat Geo tiba Renata telah terkapar bersimbah darah dengan kondisi tak sadarkan diri.
Geo ingat betul "Kata terakhir yang keluar dari mulut Renata 'Geo sepertinya mereka ingin membunuhku,'
" Siapa? Apa kau mengenalnya.?" tanya Geo panik.
'Geo cepat datang mereka semakin mendekat!".suara Renata terdengar sangat ketakutan.
"Kau bisa melihat ciri² mereka.?"
'Disini sangat gelap, yang satu masih sangat muda dan yang lainnya sudah sangat tua."
..
💔💔
Setelah mengucapkan wasiatnya Renata pun tutup usia. Renata telah pergi meninggalakan duka, sesal dan dendam membara dihati Geo. Geo bersumpah akan mencari pembunuh itu dan membalaskan dendam kematian Renata.
Watu itu ditempat kejadian seorang perempuan memegang pisau belati berukuran kurang lebih sepuluh senti yang hampir seluruhnya dibalut darah segar, dia tampak begitu marah dan dendam.
Tak lama kemudian perempuan itu ikut tertelungkup menangis penuh penyesalan disamping tubuh Renata yang telah terkapar penuh luka tusukan.
"DIA PEREMPUAN ITU," Geo yakin dialah pembunuhnya.
Dilain tempat. Seorang gadis berusia sekitar 23 tahun teduduk lemah diatas lantai rumah sederhana, membenamkan wajahnya pada kaaur lusuh yang terhampar diatas ranjang tua, tubuhnya penuh luka, dan sepertinya ia mengalami geger otak ringan .
Sejak tiga hari terakhir hanya itulah yang ia lakukan dikamarmya.
Atas kecelakaan yang menimpanya, tampaknya dia sangat terpukul dan mengalami tarauma batin yang cukup dalam, kehilangan sang ayah membuatnya menangis selama itu.
"Ayah, ayah, ayah." Panggilnya berulang kali.
Sang ayah meninggal ditempat sedangkan dirinya selamat dengan beberapa luka ditubuhnya.
Dalam kondisi memprihatinkan itu. Tiba-Tiba pintu rumah reyotnya digedor berulang ulang, beberapa orang diluar terdengar berteriak teriak meminta agar pintu dibuka, gadis yang masih menangis itu tak sedikitpun menghiraukan teriakan dan gedoran dipintu rumahnya, ia masih menangis seolah menyesali takdir yang menimpa dirinya.
Tak lama kemudian.
Dua orang lelaki bertubuh besar dan tinggi berdiri didepan membuat gadis itu ketakutan.
"Ikut kami sekarang!" Paksa kedua lelaki bertubuh besar itu. Dengan kasar mereka menyeret tubuh gadis itu setengah melemparnya masuk kedalam mobil.
Gadis yang tidak tau Apa-Apa itu berteriak ketakutan, segenap tenaga yang tersisa ia keluarkan untuk berteriak meminta tolong. sampai suara itu serak tapi tak ada satupun dari mereka berusaha menolong gadis itu.
"Diamlah!" teriak seorang lelaki berparas menyeramkan itu.
"Lepaskan aku. lepaskan !"
"Kami tidak akan melepaskanmu !" bentaknya.
"Lepaskan aku mau pulang."
"Diam!"
"Tunggu mau kau bawa kemana aku ?" tanya gadis itu ketika mobil terus melaju kearah jalan yang tidak pernah ia lewati sebelumnya.
"Nanti juga kau tau." Balasnya dengan suara yang menakutkan.
"Turunkan aku turunkan !" Pinta gadis itu ia terus meronta ronta. Karena kewalahan dua lelaki itu akhirnya membiusnya.
Mobil suruhan Geo pun akhirnya sampai, tampak seorang lelaki membopong seorang gadis yang terkulai lemas entah itu tidur ataupun pingsan Geo tidak begitu memperdulikannya.
"Bawa masuk !" Suruh Geo dengan nada dingin.
Tanpa bertanya lagi Lelaki itu pun menuruti perintah tuannya. Membaringkan gadis itu diatas ranjang kamar dan membiarkannya begitu saja.
"Tugas kami selesai Bos" Ucap lelaki itu.
"Pergilah!" Usir Geo.
Gadis itu terkulai lemas diatas tempat tidur.
"Gadis yang sangat manis, tidak aku sangka dibalik parasmu yang polos, Kau dengan keji membunuh calon istriku," Gumam Geo. Kertas photo digemggamannya kian mengecil, terus menyusut didalam gemggam Geo yang semakin mengerat penuh dendam.
Waktu pun berlalu Gadis yang bernama Amara itu telah tersadar dari pingsannya, saat terbangun ia sempat melihat sekeliling, ini bukan rumahnya, ya jelas ini bukan rumah Amara, sejak kapan rumahnya memiliki pelapon tinggi berhias lampu kristal yang begitu indah, ini bukan rumah ku, sejak kapan rumahku memiliki tirai mahal seperti itu, ini bukan kamarku sejak kapan kasurku berubah empuk, ini bukan kamarku sejak kapan ditempat tidurku memiliki selimut tebal?" Fikir Amara, Antara percaya tidak percaya.
"Aku dimana? Semuanya terlihat begitu megah Apa aku disurga ? Ya ini surga, lalu dimana ayah dan ibuku? Apa ini benar benar surga? Ayah ibu kalian dimana? Apa mereka ditaman surga?" Gumam Amara. Ia masih belum berhenti memerhati sekeliling yang ia anggap surga.
Amara pun bergerak turun dari tempat tidurnya, kaca jendela yang ditujunya, tapi tiba-tiba rasa pusing menyergap kepalanya dingga tubuh Amara kembali terduduk dengan sangat keras.
"Kepalaku" ucap Amara sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing, karena itu pula Amara akhirnya tertidur kembali.
Diruangan lain.
"Mah, apa geo harus menikahi dia ? Apa geo harus menikahi perempuan pembunuh itu?" teriak geo kepada ibu paruh baya yang gagal menjadi mertuanya.
"Sayang, kamu sendiri dengarkan, itu adalah permintaan Renata, itu adalah wasiat sayang, kamu wajib menjalankannya."
"tapi dia pembunuh Mah, pembunuh ! Dia yang membunuh Renata."
"Geo. Mamah mohon ! Ini adalah permintaan terakhir Renata kamu mau ya sayang jangan kecewakan dia, biarkan Renata tenang disana"
Tanpa menjawab lagi geo pergi meninggalkan perempuan yang menatapnya dengan tatapan kosong.
Geo berjalan menyusuri rumah yang telah selesai dihias, dihias semewah mungkin sesuai keinginan Renata, ketika melihat itu hati Geo kembali terasa sakit.
Renata telah pergi untuk selama lamanya meninggalkan luka didalam hati Geo. Acara pernikahan yang mereka rencanakan sebelumnya hanya tinggal kehampaan karena Rena telah pergi untuk selama lamanya.
Kain kulambu yang membalut ruangan menjadi saksi betapa Geo merasakan sakitnya kehilangan perempuan yang sangat dicintainya, Renata telah pergi, sekali lagi telah pergi, pergi meningalkan dunia untuk selama lamaya.
"Renata" Geo kembali membuka gulungan photo yang sempat diremasnya.
"Aku masih belum bisa menerima kepergianmu, dan kau malah memintaku menikahi perempuan yang telah membunuhmu. Sayang aku tak bisa melakukan ini, aku tak bisa menikahi perempuan yang menyebabkan kamu pergi. Sayang besok aku hanya menginginkan kamu duduk disampingku tak ingin perempuan lain, apalagi pembunuh itu."
Tetapi GEO kembali mengingat wasiat yang diucapkan Renata saat menyodorkan sebuah photo 'Aku mohon nikahi dia!" pinta Renata dengan suara lemah. "Berjanjilah untuk menikahinya !" peemintaan itu menjadi pungkas hidup renata.
..
Geo berdiri memerhatikan pantulan dirinya dicermin. Dalam cermin, kejadian malam itu kembali tergambar.
Bagai mana Renata terbaring lemah bersimbah darah, tangannya yang lesu mencoba menggapai tangan Geo.
Renata tersenyum senang saat Geo berhasil menemukannya,
"Geo" Renata mencoba meraih wajah Geo dengan tangan lemahnya.
Geo menangis sejadinya, Geo panik, tak sabar menuggu ambulance datang.
"Kamu jangan banyak berbicara dulu sayang," sambil terisak isak.
"Mereka menakutkan Geo" ucap Renata dengan suara terpatah patah,
Genangan darah dari luka di perut dan dada Renata mengotori kemeja putih milik Geo.
Geo mencoba menghapus percikan yang ada di wajah Renata agar wajah cantiknya tidak tertutupi, hati Geo semakin hancur ketika Renata yang penuh luka mencoba tersenyum kepadanya, Renata mencoba mengisyaratkan bahwa dirinya baik baik saja.
"Kamu harus bertahan sayang!" di kecupnya punggung Renata berulang ulang, Renata hanya membalasnya dengan senyum kecil.
..
Uiw Uiw Uiw..
Sepuluh menit kemudian Renata berhasil di bawa menuju rumah sakit terdekat.
.....
***Pesta pernikahan.
Mata tamu terperanah kepada Anara dan Gio,
Plakkkk,. Geo menampar gadis yang semenit yang lalu sah menjadi istrinya penuh amarah.
Anara menoleh spontan, Anara kebingungan mengapa Geo tiba tiba menamparnya.
saat melihat perlakuan kasar gio kepada Anara yang baru selesai diperistrinya mereka ternganga hebat dan ada juga yang dibuat tidak percaya dengan yang di lihatnya saat ini.
Bagai mana bisa di hari pertama pernikahan yang biasanya berwujud manis, disini dihari pertama pernikahannya Geo telah menghadiahi istrinya dengan tamparan keras didepan banyak orang.
Seny yang saat itu berdiri disamping Anara mulai mendengar desas desas desus yang tidak menyenangkan dari para tamu ia pun merasa risih dan merasa dipermalukan oleh Geo.
Sementara Anara masih terdiam kaku, memegangi pipinya.
Rasa sakit yang di rasakan di pipi Anara tidak lebih sakit dari hatinya yang dilukai oleh Geo.
Seny menyeret Geo keluar dari ruang pernikahan. "Geo ! perlakuan macam apa ini.? Geo kau telah mempermalukan Mama! Didepan para tamu. Apa apaan ini Geo? kekanak kanakaan !" Bentak Seny
"Cepat kembali dan minta kepada Anara dan meminta maaf kepada para tamu !"
"Mama pikir Geo akan melakukan itu?" Bentak Gio keberatan.
PLAKKK.. Seni menampar keras pipi Geo. "Jangan keras kepala Geo, jangan permalukan Mamah, cepat pergi dan minta maaf terutama kepada Anara.
Dengan masih memegangi pipinya Geo berkata dengan lirih tapi mengandung emosi. "Selama ini Mamah tidak pernah manampar Geo, tapi demi perempuan itu ? Baik !" Geo yang kecewa lantas mengambil langkah cepat menuju ruang pernikahan.
Disana Anara masih berdiri ditempatnya dengan perasaan malu yang tidak terbayangkan, tatapan juga ucapan miring dari para tamu undangan membuat hati Anara begitu sakit sangat menyakitkan bahkan telinganya terasa dirobek robek oleh setiap ucapan yang keluar, ingin sekali Anara pergi meninggalkan tempat itu, tapi itu tidak mungkin apa yang akan mereka katakan tentang keluarga Geo nanti, untuk itu Anara hanya bisa menunduk dengan linangan air mata yang terus membasahi pipinya meski mencoba menahannya airmata itu tetap saja tercurah dengan deras.
Tak lama kemudian. Geo pun kembali, Anara tampak begitu lega atas itu, tapi saat ini wajah Geo begitu tampak lain, diwajah itu guaratan amarah, emosi, kecewa tertahan.
Geo berjalan dengan tatapan lurus kedepan Geo tak menghiraukan Anara yang hampir tertabrak oleh dirinya, sikap Geo begitu dingin, saat melihat Geo berjalan seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya.
Geo berjalan meraih microphone.
Sekilas melayangkan tatapan kebenciannya kepada Anara yang tengah mencuri pandang padanya, dimata Geo Anara begitu buruk.
Saat Geo masih berdiri memegang microphone Seni pun datang dan berdiri diujung cukup jauh menunggu Geo mengsluarkan prakata baik dari mulutnya untuk meminta maaf kpd para tamu tamu "Hadirin para tamu undangan, sebelumnya saya minta maaf atas ketidak nyaman ini......pernikahan ini telah usai untuk itu saya persilahkan bapak dan ibu untuk meninggalkan tempat ini, terima kasih" Pungkas Geo.
Anara yang tengah tertunduk spontan mendongak menatap Geo dengan tatapan sakit."Segitu bencikah Geo pada pernikahan ini.?"
Malam sebelumnya tanpa sengaja Anara mendengar pertengkaran Geo dengan Ayu beberap kalimat melekat kuat ditelinga Anara, diantaranya, "Tidak ! Ini mustahil, aku. Mana bisa aku menikah dengannya."
Seseorang yang bersama Geo berkata. "Undangan telah disebar, hari pernikahan telah ditentukan, gedung telah selesai dihias, chathring telah dibayar. semuanya. Apa kata orang kalau tiba-tiba kamu membatalkan pernikahan ini,? Dalam waktu yang tinggal sedikit tidak mudah membatalkan ratusan orang, tidak mudah membatalkan semuanya, sekarang perempuan itu ada disini menikahlah."
"Tidak aku tidak akan menikahi dia !"
"Geo"
"Undangan, gedung, katring. Semua ini milik aku dan Renata, hanya aku dan Renata, hanya Renata pengantinku, tidak ada perempuan lain!"
"Tapi Renata telah pergi, dan ingat Geo dia telah mewasiatkan perempuan itu untuk kau nikahi ingat itu Geo, ingat!"
"Persetan dengan wasiat. Aku ingatkan! wasiat, dan perempuan itu tak akan merubah apapun.!"
"Geo Geo." teriak wanita yang sedang berbicara dengan Geo, tetapi tak menghentikan langkah Geo yang beranjak meninghalkannya.
Back to story.
Mendengar ucapan anaknya yang sangat mengecewakan seny berteriak menyangkal, ia mencoba mencegah Geo mengatakan itu, Seny juga beruasaha menenangkan para Tamu undangan yang mulai riuh dengan berbagai pertanyaan yang sangat tidak menyenangkan.
"Tidak ! Geo apa yang kamu lakukan ?" Seny berlari untuk mencegah Geo yang terlampau menyuruh para tamu undangan pulang lebih awal.
Mendengar itu juga sebagian tamu undangan memilih membubarkan diri meninggalkan persta pernikahan yang mestinya menjadi tempatnya kebahagiaan bukan tempat ketegangan.
"Saya mohon kepada bapak ibu untuk tetap di tempat. Maaf telah terjadi kesalahan, kami akan segera menyelesaikannya"
"Geo" sebut Anara, namun Geo tak perduli. Geo lanjut meneruskan langkahnya melewati Anara, Anara sempat melihat kebencian dari mata Geo saat menatapnya dingin***.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!