NovelToon NovelToon

Twins But Different Nature

BAB 1. PROLOG

Aku baru saja pulang dari paris untuk mengikuti peragaan tata busana dan kebetulan busana yang dipakai oleh model tersebut adalah buatanku.

Aku arianna wijaya adalah seorang desainer yang sudah lumayan terkenal di khalayak ramai. Banyak artis-artis dan model yang menggunakan rancanganku.

Aku sangat merindukan kembaranku brianna wijaya dan juga kekasihku Dimas bagaskara, pria yang sudah menjalin kasih denganku selama 9 tahun dan selama itu pula tidak pernah dia berselingkuh atau melakukan hal yang aneh-aneh denganku. Kami hanya berciuman dan berpelukan tidak pernah lebih dari itu. Meskipun aku menggodanya dia tidak akan pernah tergoda.

Kadang aku berpikir apa dia tidak

mencintaiku sampai tidak

......

pernah mau melakukan hal yang lebih dari itu.

Tapi dimas selalu berkata kalau pria yang baik adalah pria yang selalu menjaga kehormatan wanitanya. Aku senang karena dimas adalah pria yang baik dan sangat sabar menghadapi sifatku yang kadang kekanak-kanakan.

Ahhh...memikirkannya membuatku tambah merindukannya. "Sabar arianna sebentar lagi kamu akan bertemu dengan kekasihmu itu?" Ucapku. Tapi sebelumnya aku harus bertemu kembaranku dulu, aku mau memberikan kejutan padanya.

Walaupun aku mempunyai kekasih tetap kembaranku itu yang akan selalu menjadi yang pertama karena memang kata orang darah lebih kental daripada air.

Kami tinggal bersama- sama di rumah yang orangtua kami berikan sedang mereka sekarang tinggal di new zealand, untuk mengurus usaha mereka di sana.

Aku sengaja tidak memberitahu brianna kalau hari ini aku pulang ke jakarta, Aku segera menaiki taksi online yg sudah aku pesan untuk menjemputku di bandara.

Sesampainya aku di rumah, aku kaget karena aku melihat ada mobil dimas yang terparkir di halaman dan juga mobilnya brianna.

Aku segera masuk ke dalam rumah dan memanggil-manggil nama mereka berdua "brianna, dimas...?" Tapi tidak ada jawaban.

Perasaanku sudah mulai tidak enak, Aku segera menuju ke lantai atas di mana kamar briana berada.

Aku melihat pintu kamar brianna sedikit terbuka, dan aku terkejut melihat adegan di depanku ini di mana aku melihat kekasihku bermesraan dengan kembaranku.

Mereka saling berciuman dan berpelukan bahkan sampai pakaian atas brianna terbuka setengah. Pantas mereka tidak menjawab panggilanku karena memang mereka sedang asyikk... !!

Aku merasa sangat lemas, rasanya kaki ini sudah tidak bisa lagi menapak di lantai. Niatku ingin membuat kejutan untuk mereka tapi ternyata malah aku yang terkejut.

"Dimas, Brianna apa yang kalian berdua lakukan...?? Ohhh.... jadi begini kelakuan kalian berdua selama di belakangku? Ya Tuhan...aku tidak percaya brianna kamu tega mengkhianati aku..." aku menangis sejadi- jadinya di depan mereka berdua.

Mungkin hari ini Tuhan menunjukkan sekali lagi kebaikannya untukku. Seandainya aku memberikan kabar kedatanganku pada brianna mungkin aku tidak akan pernah tau dengan semua perselingkuhan ini dan selamanya aku akan terus dibohongi oleh mereka berdua.

"Arianna ini tidak seperti yang kamu lihat??" jawab dimas

"kamu mau cari alasan apalagi dimas, aku sudah melihat semuanya."

"Dan kamu brianna kita ini saudara kembar tapi kamu tega mengkhianati aku seperti ini...!! apa salahku padamu? jawab brianna, kamu tega!!" aku pun menampar brianna sangat keras, aku sangat marah sekali.

"apa yang kamu lakukan arianna, kalau mau pukul, pukul saja aku jangan brianna karena ini semua salahku bukan salah dirinya. aku yang memang selama ini salah orang, aku mencintai brianna bukan kamu arianna." dimas pun melindungi brianna di belakang punggungnya.

Aku pun tersenyum mengejek mendengar perkataannya.

" tidak cinta katamu??...bullshitt!! Kalau memang kamu tidak mencintaiku kenapa membiarkan aku mempertahankan hubungan ini selama 9 tahun dimas? Kenapa dimas??" Teriakku kepadanya.

aku tidak menyangka selama 9 tahun ini aku tertipu, aku dipermainkan. tubuhku luruh di lantai, aku rasa kakiku seperti jelly yang sudah tidak bisa menapak lagi di tanah.

"maafkan aku arianna, aku menyayangimu, tapi aku tidak bisa menolak rasa ini" brianna berkata sambil jongkok di lantai menghadapku, aku pun mendorongnya sampai dia terjatuh.

"aku benci kamu brianna, aku benci kalian berdua. lebih baik kalian pergi...pergi...!! aku tidak mau melihat wajah kalian lagi, aku muak melihat wajah pengkhianat seperti kalian."

"sekali lagi maafkan aku arianna, aku mohon jangan karena masalah ini hubungan persaudaraan kita menjadi retak" jawab brianna sambil menangis.

"Hahahaha....apa aku tidak salah dengar brianna? kamu bilang jangan sampai persaudaraan kita retak? bukan lagi retak tapi hancur berkeping-keping dan aku sudah tidak mau lagi mengenal saudara sepertimu, aku anggap kamu sudah mati!!" balasku padanya. enak sekali dia berbicara seolah-olah ini masalah kecil.

"jaga bicaramu arianna, bagaimanapun kalian adalah saudara kembar" bentak dimas

"cih...saudara kembar?? kamu pernah dengar saudara kembar merebut pacar kembarannya? apa pantas pengkhianat seperti dia dianggap saudara..ahhh... lebih baik kalian pergi, jangan pernah menampakkan wajah kalian lagi di hadapanku, karena aku sudah tidak mau mengenal kalian lagi." aku pun langsung berlari menuju kamarku meninggalkan mereka berdua.

aku menangis sejadi-jadinya, aku tidak menyangka hubungan yang berjalan selama 9 tahun harus berakhir dengan cara seperti ini.

aku pacaran dengan dimas dari awal masuk SMA sampai tamat kuliah dan sampai pada hari ini.

aku begitu mencintainya dan aku menjaga kesetiaanku selama ini, aku berharap dialah cinta pertama dan terakhirku tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, hilang sudah harapan selama ini.

Ya Tuhan aku merasa dadaku sesak sekali, seperti inikah rasanya patah hati?

kenapa harus brianna, kenapa harus kembaranku? kalau wanita lain aku masih bisa terima tapi ini saudaraku sendiri...hikkss...hikkss...

Kenapa dari dulu aku selalu kalah dari brianna. Dari dulu selalu brianna yang diagung-agungkan oleh kedua orangtuaku dan oleh keluargaku. bahkan dia pun tega merebut dimas dari aku. Dibalik wajah polosnya ternyata terdapat sifat liciknya.

Sedangkan aku biarpun aku sudah menjadi desainer yang terkenal tetap tidak ada arti apa-apa bagi mereka.

Padahal semuanya aku usahakan sendiri dari nol tapi tetap tidak pernah dianggap sedangkan brianna dia selalu dipuji-puji.

Dia yang rajin, cerdas, tidak suka keluyuran, sexy . sedangkan aku bodoh, suka buat onar, pembangkang. Seperti itulah penilaian mereka terhadapku.

Meskipun kami kembar tapi kami begitu berbeda sifat. Bahkan dilihat dari postur tubuh pun sangat berbeda. brianna sexy, montok sedangkan aku kurus, Bodyku rata.

Apa mungkin karena brianna lebih menggoda sehingga dimas lebih tertarik padanya...??

Dari dulu aku selalu mengalah dengan brianna. Walaupun mereka suka membanding-bandingkan aku dengan brianna dan terkadang aku suka merasa iri terhadapnya tapi aku berusaha untuk menerima itu semua dengan hati terbuka dan aku tetap menyayanginya dengan sepenuh hatiku.

Aku teringat ketika kami sedang bermain lari-larian, brianna terjatuh dan menangis.

Itupun aku yang pada akhirnya akan dimarahi oleh papa dan mama karena tidak bisa menjaga brianna dengan baik.

Maka mulai dari hari itu sampai hari ini aku selalu menjaganya dengan baik.

kami pun dari TK sampai kuliah tidak pernah pisah sekolah.

Aku seperti baby sitternya saja, Hanya saja setelah tamat kuliah kami mencari pekerjaan masing-masing sesuai dengan jurusan yang kami ambil ketika kuliah dulu.

Tapi mulai detik ini juga aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

Aku tidak akan pernah perduli lagi dengan brianna ataupun dimas. AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN KALIAN BERDUA, TIDAK AKAN PERNAH."

***

Aku mengambil hp dan segera menghubungi sahabatku sandra.

Tut...tut...tut...

Ketika deringan yang ketiga sandra pun mengangkatnya.

" san...hikksss...hikksss...kamu di mana?"

"Ar...kenapa kamu menangis say?" Tanya sandra

"San, apa kamu sibuk malam ini? Bisakah kita bertemu di bar biasa kita nongkrong dulu? Aku betul- betul butuh hiburan. Hikss..hikss..hikss.."

"Tapi kamu kenapa say?"

"Nanti aku akan ceritakan semuanya sama kamu sandra?" Aku segera mematikan sambungan teleponku.

Aku segera mengambil tas dan kunci mobilku untuk pergi ke bar bertemu dengan sandra.

Aku betul-betul tidak bisa berpikir dengan jernih, ujian ini betul-betul berat untukku.

Tuhan, bantu aku untuk melupakan semuanya.

Bersambung***

Jgn lupa like, comment, subscribe dan vote ya🙏🙏😘😘

BAB 2. PERTEMUAN DI CLUB

Aku segera memarkirkan mobilku di parkiran club dan segera masuk ke dalam bar.

aku mencari sandra dan akhirnya aku menemukan dia sedang duduk sambil mengobrol dengan bartender.

"malam sand", tegurku sambil mencium pipi kanan dan kiri sandra.

"ya ampunn sayang, kenapa matamu sembab sekali, dan wajahmu ini ckckck... kamu bukan seperti arianna yang biasa aku kenal." sandra terkejut karena melihat wajahku yang tidak seperti biasanya.

"kamu duduk dulu ar", sambil menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

aku pun segera duduk dan memesan minuman. "mas, vodkanya satu ya?" bartender itu pun segera menghidangkan minuman itu, aku pun langsung menenggaknya tanpa sisa.

"sebenarnya kamu ada masalah apa arianna?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut sandra.

"kamu tau sand, hubungan yang sudah aku jalin selama 9 tahun ini harus kandas hanya karena adanya orang ketiga. dan kamu tau siapa orang ketiga itu san?" tanya arianna pada sandra.

"mana aku tau arianna, kalau kamu gak kasih tau aku." jawab sandra bingung.

"dia adalah brianna, saudara kembarku!" aku kembali meneteskan air mataku, karena aku masih tidak menyangka kalau brianna berani merebut kekasihku.

"haaa...kamu yakin ar? masa iya brianna tega sama kamu, setau aku kalian saling menyayangi."

"yakin sandra, karena aku sendiri yang memergoki mereka sedang bercumbu di kamarnya brianna." jawabku sambil menangis terisak-isak.

Sandra pun memelukku dengan erat dan berusaha menenangkanku.

lalu dia meminta air putih kepada bartender dan segera memberikannya padaku.

"kamu minum dulu, dan lebih baik kamu tenangkan dulu diri kamu say, aku masih gak menyangka kalau brianna tega melakukan itu padamu? apalagi kalian saling menyayangi dan brianna itu kelihatannya polos sekali." sandra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kelihatannya sih polos tapi munafik!! aku benci sekali dgn brianna, aku juga benci dimas, aku benci mereka berdua." teriak arianna pada sandra.

tapi biarpun arianna berteriak tidak ada orang yang akan mendengar karena memang di club suara musik sangat besar.

aku pun memesan vodka lagi dan lagi. mungkin dengan minum aku bisa menghilangkan rasa sakitku ini.

"cukup sudah arianna, kamu sudah terlalu banyak minum." tegas sandra

sandra adalah teman baikku dari kuliah dulu sampai saat ini. dia selalu ada saat aku senang maupun susah dan selalu menghiburku di saat aku merasa kecewa dengan orangtuaku yang selalu membanding-bandingkan aku dengan brianna. bahkan saat aku cekcok dengan dimas, sandra selalu memberikan aku nasehat dan juga saran, karena itulah hubungan aku dengan dimas langgeng sampai pada sore hari tadi sebelum aku menemukan dia berselingkuh di belakangku.

"aku benci mereka san, benci sekali. rasanya aku ingin membunuh mereka berdua." aku menangis lagi.

aku belum bisa menerima ini semua, karena aku merasa perbuatan mereka sangat melukai hati, perasaan dan harga diriku.

"iya aku ngerti arianna, tapi kamu gak perlu menangisi pengkhianat macam mereka. kamu harus buktikan pada mereka berdua kalau kamu, tanpa mereka masih bisa bahagia. kalau mereka tau kamu seperti ini mereka pasti akan menertawakanmu." nasehat sandra padaku

aku pun berpikir apa yang dikatakan sandra ada benarnya juga, buat apa aku menangisi pengkhianat seperti dimas dan brianna.

tapi, Ya Tuhan kenapa rasanya sakit sekali. bantu aku Tuhan untuk dapat melupakan ini semua.

"kamu benar sandra, buat apa aku menangisi pengkhianat seperti mereka. tapi susah sekali rasanya untuk melupakan itu semua, bayangan mereka bercumbu terekam jelas di kepalaku." keluhku padanya.

"kamu tidak usah takut arianna, ada aku yang akan selalu menemanimu, membantumu untuk melupakan semua ini. percaya padaku arianna?" sandra memelukku dengan sangat erat dan mengelus punggungku dengan penuh kasih sayang.

pelukan dari arianna membuatku merasa tenang dan nyaman, memang betul dia adalah sahabat sejatiku.

"terimakasih sandra, kamu memang sahabat sejatiku, aku sayang kamu sandra." ucapku tulus dari hati.

aku pun segera melepaskan pelukannya dan ijin untuk ke toilet.

sandra menawarkan untuk mengantarkanku, tapi aku menolaknya, aku masih bisa berjalan sendiri.

aku merasa kepalaku sangat sakit dan juga aku merasa sangat mual dan ingin muntah, mungkin karena aku terlalu banyak minum.

karena aku sudah tidak tahan lagi ingin muntah aku segera masuk ke toilet.

tapi ternyata yang aku masuki adalah toilet pria, dan di situ ada satu pria yang sedang mencuci tangan.

belum sempat berbalik ingin keluar dari tempat itu, pria itu sudah memanggilku.

"hei, nona apa yang kamu lakukan di sini? di sini toilet pria bukan wanita!" teriaknya padaku.

baru saja aku ingin berlari keluar dari toilet itu, aku merasakan badanku sudah mau limbung ke belakang, tapi pria itu pun langsung menahan badanku dan bertanya

"nona, apakah anda baik-baik saja?"

belum sempat aku menjawab, aku sudah merasakan mual yang teramat sangat dan "HUEEEKKK, HUEEEKK...!!" aku pun langsung muntah di hadapan dirinya, dan muntahanku mengenai jasnya.

"AHHH...apa yang kamu lakukan??" bentak pria itu dengan sangat marah.

dan setelah itu aku pun pingsan dan tidak ingat apapun lagi.

***Bersambung***

BAB 3. BERTEMU PRIA AROGAN

Aku terbangun di pagi hari dan aku pun masih merasakan pusing yang teramat sangat di kepalaku ini.

"di mana aku? kenapa aku bisa berada di kamar mewah ini? bukannya tadi malam aku di club dan...?" beribu pertanyaan aku tanyakan tapi tidak ada yang bisa menjawab.

aku juga mendengar bunyi shower di dalam kamar mandi, dan ketika aku menyadari bahwa aku tertidur dalam keadaan telanjang dan hanya ditutupi selimut, aku pun berteriak "TIDAKKK..."

"hei...apa-apaan kamu, baru bangun sudah berteriak-teriak!!" bentak pria itu yang berlari dari kamar mandi karena kaget mendengar teriakanku.

aku pun terpana melihat pria tampan itu keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dengan memakai baju handuk menambah aura maskulinnya. dia bahkan lebih tampan dari dimas, dengan badan yang tinggi dan kekar, sangat mempesonaku.

aku pun segera tersadar dan balas membentaknya, " apa yang kamu lakukan padaku? kenapa aku bisa telanjang begini, kamu pasti sudah memperkosaku kan?" aku berkata sambil menangis.

"hahaha...aku memperkosamu? jangan berkhayal terlalu tinggi nona, aku tidak tertarik dengan wanita kurus sepertimu."

sialan pria itu malah tertawa dan mengatakan aku kurus, dan aku pun melemparnya dengan bantal dan tepat mengenai wajahnya.

"hahaha...rasakan itu! dasar pria sombong. kamu pikir aku juga akan tertarik padamu? aku tidak suka pria arogant sepertimu. sekarang lebih baik kamu jelaskan padaku kenapa aku bisa ada di kamar ini bersama denganmu?" tanyaku dengan tegas padanya.

"jadi kamu tidak ingat apapun?" tanya pria itu dan aku pun hanya menggelengkan kepalaku.

"tadi malam itu kamu dalam keadaan mabuk dan salah masuk ke toilet pria, ketika aku menegurmu kamu malah memuntahkan semua isi perutmu bahkan sampai mengenai jas mahalku dan seketika itu kamu langsung pingsan."

aku mendengar penjelasan pria itu, dan ketika aku mengetahui semuanya, aku jadi merasa malu dan tidak enak hati dengan pria ini.

"lalu kenapa aku bisa ada di kamar ini, dan siapa yang menggantikan pakaianku?"

"tadi malam ketika aku melihatmu pingsan, aku tidak tau harus menghubungi siapa? apalagi aku juga tidak mengenalmu. akhirnya aku pun memutuskan membawamu ke penthouseku ini, kebetulan jaraknya tidak jauh dari club yang tadi malam aku kunjungi, dan yang menggantikan pakaianmu adalah rara, asistenku." jelas pria itu panjang lebar padaku

aku pun segera meminta maaf padanya,

"maafkan aku yang sudah menuduhmu macam-macam, aku tidak tau kalau ternyata kamu yang telah menolongku."

"makanya lain kali kalau tidak bisa minum jangan bergaya, ujung-ujungnya buat susah orang. sudah ditolongin malah menuduh yang aneh-aneh! dan gara-gara kamu aku harus tidur di sofa."

mulai nyebelin lagi ini orang, gumamku.

"aku kan sudah minta maaf tadi, kenapa diungkit-ungkit terus. kamu tidak ikhlas ya nolongin aku?" tanyaku.

"kalau tidak ikhlas, tadi malam aku pasti sudah meninggalkanmu di jalan?" ketus pria itu padaku.

aku pun hanya bisa menarik nafas kesal mendengar perkataannya, kalau aku tidak ingat dia yang sudah menolongku, aku pasti sudah memakinya. betul-betul pria yang sangat arogant.

"maaf apa kamu bisa keluar dari kamar ini dulu, karena aku mau mandi dan berganti pakaian?" ijinku padanya

"memang kamu mau ganti dengan baju apa? kan bajumu tadi malam sudah kena muntahanmu." tanya pria itu

ya ampunn, kenapa aku bisa lupa? kalau aku kan tidak ada baju ganti. oh iya, aku telepon saja sandra untuk mengambil baju di butik dan mengantarkan ke sini, kebetulan jarak tidak terlalu jauh dari butik ke penthouse ini.

aku pun segera mengambil hp di tas dan aku banyak melihat panggilan masuk dari sandra dan dari dua pengkhianat itu.

aku menghapus semua panggilan dari mereka berdua dan memblokir nomor mereka, lalu aku pun segera menelepon sandra.

pada dering ketiga baru terdengar suara sandra, " YA AMPUN ARIANNA, kamu ke mana aja? dari tadi malam aku mencarimu keliling club dan meneleponmu terus- menerus tapi kamu tidak mengangkatnya, apalagi mobilmu masih ada di parkiran, aku takut terjadi apa-apa sama kamu say?" teriak sandra padaku dari seberang telepon.

aku pun tertawa karena mendengar ocehannya, " kamu kok bisa-bisanya tertawa, aku ini serius loh? kamu mau buat aku mati mendadak ya, ar?" marah sandra padaku

"hahaha...janganlah sayang, kalau kamu mati? aku dengan siapa nanti?" jawabku sambil tertawa.

"sudah sayang, jangan khawatir aku baik- baik saja. kamu sekarang bisa tolong aku kan? tolong kamu ambil baju beserta dalaman di butik dan antarkan padaku, sekalian kamu menjemputku ya say? nanti aku sharelock lokasinya dan aku akan menceritakan semua padamu ya sayangku." aku pun segera mematikan sambungan telepon.

pria itu pun masih tetap menatapku tanpa berkedip, "hello" aku pun melambai-lambaikan tanganku di wajahnya.

"hmmm...iya, kenapa?" jawabnya seperti orang kaget. "kamu bisa kan keluar dulu? aku tadi sudah menelepon temanku dan sebentar dia akan mengantarkan pakaianku ke sini, bisa kan?" akhirnya tanpa menjawab pria itu pun meninggalkanku sendiri di kamarnya yang besar ini.

aku segera mandi dan bersih-bersih, aku merasa badanku sangat bau. jadi aku segera berendam di bathtub.

setelah selesai mandi aku segera memakai baju handuk dan keluar dari kamar mandi. dan ketika aku sedang menyisir rambutku, terdengar ketukan di pintu.

Tokk..tokk..tokk..

aku segera membuka pintu tersebut dan ternyata rara, asisten pria itu yang mengantarkan pakaianku, "maaf nona, saya rara, asisten tuan Johannes. beliau menyuruh saya mengantarkan pakaian ini, dan memberitahukan bahwa teman nona yang bernama nona sandra, sudah menunggu nona di bawah." jelasnya padaku.

aku pun mengucapkan terimakasih padanya dan segera menutup pintu kamar.

aku segera memakai pakaian yang sandra bawakan, dress mini berwarna merah yang sangat cantik beserta **********. benar-benar sahabat sejatiku, karena ia tau ukuran badanku. setelah selesai aku pun segera turun ke lantai bawah.

sampai di lantai bawah aku melihat sandra sedang berbicara dengan pria arogant itu.

sandra melihatku dan tersenyum padaku, aku pun segera menghampirinya.

"sandra, makasih ya. pilihan baju kamu aku suka, sangat cantikk." sandra pun hanya tersenyum

"bajunya memang sangat cantik, tapi kelihatan jelek kalau kamu yang memakainya!" ketus Johannes padaku.

aku melotot padanya dan sangat kesal dengan kata-katanya yang selalu menghinaku.

"Tuan johannes yang terhormat, saya tau memang saya salah, tapi tolong ya anda jangan terlalu menghina saya, awas nanti anda jatuh cinta dengan saya." jawabku sambil berkacak pinggang.

"hahaha...sudah- sudah kalian macam anak kecil saja. arianna kenalkan, ini johannes andrean teman SMA ku dulu. dan johannes kenalkan ini sahabatku arianna wijaya." diantara kami berdua tidak ada satu pun yang mau bersalaman, aku sudah terlanjur kesal pada pria arogant ini.

"jadi kamu kenal dia san?" tanyaku

"iya say, aku kenal. dia kan teman SMAku dulu, makanya pas kamu sharelock alamatnya tadi, aku merasa tidak asing dengan alamat ini. ternyata dugaanku benar alamat yang kamu kirim adalah alamat penthousenya johannes. aku bersyukur karena kamu ditolong oleh orang yang sangat baik ini." puji sandra pada johannes

"baikk? orang begini kamu bilang baik sandra? hmmm...mungkin baik untuk kamu, tapi kalau untuk aku pria ini sangat arogant!" jawabku dengan sangat ketus.

"lebih baik kita segera ke butik sand, aku gak betah berada di sini lama-lama." ajakku pada sandra.

"kamu gak sarapan dulu say, johannes mengajak kita untuk sarapan pagi?"

"aku lebih baik sarapan di luar aja say, kalau kamu mau sarapan sama dia, gak apa-apa. biar aku ke butik naik taksi online aja?" jawabku pada sandra.

sandra pun akhirnya mengalah denganku, karena dia tau kalau suasana hatiku sedang tidak baik.

"sekali lagi terimakasih banyak Tuan Johannes untuk bantuan anda, semoga ini yang pertama dan terakhir kali aku bertemu anda." tegasku padanya

"jangan terlalu yakin kalau ini akan jadi pertemuan terakhir? karena kamu harus mengganti jasku yang kemarin terkena muntahan kamu?"

"APAA!! itu kan bisa dicuci lagi, kenapa aku harus menggantinya?" teriakku padanya.

"kamu tidak tau kalau jasku itu adalah merek armani yang terkenal dan mahal, dan apalagi aku tau dari sandra kalau kamu mempunyai banyak butik. so, itu tidak akan susah untuk kamu?" jawabnya dengan santai.

aku pun melotot pada sandra karena dia telah memberitahu tentang butikku pada pria sombong ini. yang dipelototi pun hanya senyum-senyum tidak jelas, benar-benar menyebalkan sekali.

aku pun segera merogoh kartu namaku di dalam tas dan memberikannya pada pria itu, "ini kartu namaku, kalau memang kamu mau melihat-lihat jas armani di butikku, kamu bisa datang kapan pun." jawabku padanya dan segera berlalu dari hadapannya.

sandra pun mengucapkan selamat tinggal pada Johannes dan segera berlari meyusulku dan segera masuk ke dalam lift dan menuju lantai 1. dan memang penthouse ini berada di lantai paling atas, yaitu lantai 50.

"arianna, kamu marah ya padaku? karena aku menceritakan tentang butikmu pada Johannes" tanya sandra padaku.

"aku tidak marah padamu san, kamu sahabat baikku. hanya saja aku kesal sekali pada temanmu itu. dia selalu saja mengejekku, sok ganteng dan arogant sekali!" jawabku sambil marah-marah.

"kamu tau gak sih say, Jo itu biasanya cuek dengan perempuan. tapi kalau dengan kamu aku lihat dia senang sekali mengganggumu. dia tidak biasanya loh seperti itu ar?" goda sandra padaku.

"apaan sih kamu sand, dia buka tipeku. aku tidak suka pria arogant?"

"kamu bilang seperti itu karena kamu belum mengenalnya say, kalau kamu sudah kenal, kamu pasti akan merasa nyaman dengannya." jawab sandra

"gak deh say, aku gak mau kenal lebih dekat lagi dengan dia. aku mau fokus sama butikku aja. aku trauma dengan yang namanya cinta." mataku berkaca- kaca mengingat itu semua.

sandra pun menggenggam tanganku, dia memberikan kekuatan padaku.

Makasih Tuhan, walaupun aku dikhianati oleh dimas dan brianna. tapi aku senang karena aku masih punya sandra yang selalu ada untukku.

kami pun segera menaiki mobilnya sandra dan melaju menuju butikku.

sesampainya di butik, ketika kami baru saja menginjakkan kaki di sana.

aku terkejut karena aku melihat dimas bersama brianna ada duduk di sofa sambil bergandengan tangan.

"MAU APA KALIAN KEMARI...?" teriakku pada mereka berdua.

mereka yang kaget pun segera melepaskan pegangan tangan mereka.

"arianna..."

***Bersambung***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!