NovelToon NovelToon

Runes Swordsman

Prolog

Sebuah desa terpencil di kaki gunung diserang oleh para monster. Beberapa prajurit seadanya disana berusaha melawan para monster itu.

"Jangan takut mereka ini cuma Giant Ape, mereka itu cuma monyet. Jangan mundur ingat dengan semua penduduk itu"(Kepala prajurit)

Dengan suara teriakan para prajurit mereka menyerang kera raksasa setinggi pohon. Para pemanah diatas dinding mulai menembak kera-kera itu

"Kapten.. Mereka terlalu banyak, kapten harus turun tangan"(Prajurit) "Aku tahu, prioritaskan evakuasi warga. Aku akan turun ke sana"(Kepala prajurit)

Kepala Prajurit melompat dari atas dinding dan menginjak kepala salah satu kera "Mati!!!"(Kepala prajurit)

Pedang besar di punggungnya ditarik keluar, aura kuning menyelimuti pedangnya. Dengan ayunan kebawah kera yang diinjaknya terbelah jadi 2

Kepala prajurit turun, hanya dengan diam ditempat saja para kera mulai mundur selangkah bersiap untuk pergi kembali kehutan.

Hanya saja getaran terasa dari dalam hutan.

Kingkong dengan bulu hijau keluar dari hutan.

Tingginya 2 kali para kera menatap langsung kearah desa

"Kali ini Hills kingkong ya. Sepertinya aku juga harus serius sedikit. Tahap 2 Manifestasi"(Kepala prajurit)

Aura kuning yang menyelimuti pedangnya berubah jadi padat. Seperti bagian pedang itu sendiri.

Bahkan pedang sebelumnya tidak terlihat lagi

"Majulah dasar buntalan hijau"(Kepala prajurit)

Kingkong itu meraung keras dan berlari dengan empat kaki kearah kepala prajurit.

Kepala prajurit mengayunkan pedangnya.

Dan ledakan terjadi gelombangnya membuat setengah dari depan desa langsung gundul tidak tersisa.

"Hebat"(Josh) Josh menonton pertarungan itu tanpa takut dari atas atap rumahnya yang berlantai 2

Sejak saat itu Josh memutuskan untuk menjadi seperti itu. Seorang Swordsmaster hebat yang bisa melindungi satu desa sendirian.

3 Tahun berlalu

"Ibu aku pergi dulu"(Josh) "Hati-hati nak, jangan lupa bawa bekal makanan mu"(Ibu Josh) "Aku akan makan di Barak saja"(Josh)

Josh berlari menuju lapangan terbesar didesa. Sejak 3 tahun lalu Josh bergabung dengan pasukan relawan yang dibentuk oleh baron didesa itu.

Tujuan sebenarnya adalah membentuk pasukan ekspedisi untuk membunuh dan mengurangi populasi monster di Monster Mountain.

"Josh dari mana saja kamu?"(Sirus) "Biasa membantu ibuku dulu"(Josh) Josh dan Sirus adalah teman sejak dulu.

Berbeda dengan Josh yang masuk ke prajurit sukarela. Sirus masuk ke prajurit karena terpaksa

Atau bisa dibilang tidak memiliki pilihan lain. Baron memiliki 3 panti asuhan di desa ini. Yang menampung anak-anak yatim piatu atau anak yang ditemukan di gunung

Panti asuhan inilah yang jadi tempat menumbuhkannya prajurit untuk desa ini.

Karena desa ini merupakan desa diperbatasan yang bahkan kerajaan sekalipun sulit menjangkaunya hampir tidak ada prajurit yang diambil dari luar desa.

Mau tidak mau penduduk desa inilah yang jadi prajurit disini. Josh bergabung dengan para remaja lainnya yang kebanyakan juga anak-anak dari panti asuhan.

Tidak berselang lama seorang pria berotot dan berbadan besar datang. Dia memakai baju besi yang berat dan membawa pedang besar

Dia adalah satu-satunya Swordsman didesa ini pria ini bernama Willburd. Selama 30 tahun dia menjabat sebagai kepala pasukan yang melindungi desa

"Baiklah Prajurit. Berdiri dan awali latihan hari ini dengan lari keliling lapangan 30 kali"(Willburd) "Siap pa"(Semua remaja disitu)

Para remaja mulai berlari termasuk Josh. Meski terlihat galak dan seram sebenarnya Willburd merupakan orang yang ramah.

Termasuk kepada anak-anak itu, karena dia tidak memiliki istri maupun anak meski sudah berusia kepala empat.

Karena itu dia selalu melatih para prajurit muda setiap tahunnya. Meski begitu dia skeptis karena tidak ada yang memiliki bakat menjadi Swordsman menggantikannya.

Sudah 10 putaran seperempat remaja mulai pergi dan istirahat setelah 20 putaran hanya tersisa 9 orang saja begitu 25 putaran tersisa 4 orang.

Hanya Josh yang bisa berlari 30 putaran full

Yang lain cuma bisa menatap Josh dengan iri

Josh istirahat dengan nafas terengah-engah

Willburd mendatangi Josh dan menepuk pundaknya "Kerja bagus. Istirahat 3 menit dan lanjut Push up 100 kali"(Willburd) "Siap pa"(Semua remaja)

Meski kelelahan Josh merasa senang karena dipuji oleh idolanya. Apalagi dia melihat sendiri aksi dari idolanya itu.

Karena itu Josh bertekat untuk jadi Swordsmaster sepertinya yang bisa melindungi seluruh desa

**TO BE COUNTINUE...***

Part 1

Josh POV

"Josh menang"(Willburd) aku terengah-engah dan kehabisan nafas "Kamu benar-benar hebat"(Sirus) "Kamu juga luar biasa"

"Bagus Josh. Istirahat satu jam dan latihan lagi setelah makan siang"(Willburd) Willburd pergi, melihat itu aku mengikutinya

"Pak" "Ada apa Josh?"(Willburd) "Tolong ajarkan saya tentang Sword Force" "Kamu masih terlalu muda. Jika kamu menguasainya sekarang menunjukkan betapa menderitanya dirimu. Jadi cukup latih ilmu pedangmu"(Willburd)

"Tapi aku ingin lebih kuat" "Baiklah, sore nanti temui aku ditempat biasa"(Willburd) "Baik pak"

Willburd pergi dan aku hanya menatapnya.

Sudah 3 tahun aku ikut latihan disini untuk jadi Swordsman seperti dia. Aku sudah banyak berlatih menggunakan pedang sampai aku bisa menggunakan pedang dengan mata tertutup.

Tapi tetap saja tidak bisa menguasai Sword Force. Meski sebenarnya tidak ada cara pasti menguasainya.

Pak Willburd menguasai Sword force dalam perang melawan monster, ada juga yang hanya berdasarkan pencerahan.

Tidak ada titik jelas menguasainya. Sudahlah lebih baik makan siang saja.

Karena waktu makan kantin selalu ramai, kantin hampir selalu penuh.

"Josh kemari!!"(Sirus) Aku mengambil makananku dan duduk bersama Sirus, selain Sirus ada 2 orang lain disitu.

Yang pertama Barhan dia memiliki kulit hitam dan rambut hitam dan yang terakhir Kenzie memiliki rambut pirang dan terkesan tenang

"Josh, apa kamu akan latihan lagi dengan Pak Willburd?"(Kenzie) "Begitulah, aku ingin menguasai Sword Force"

"Apa kamu tidak terlalu memaksakan diri?"(Barhan) "Tidak ko" "Josh berbeda dengan kita yang terpaksa disini. Dia kesini dengan kakinya sendiri"(Sirus)

"Karena itu dia bisa memilih latihan seperti apa yang dia ambil. Menurutku itu wajar untuk seseorang yang ingin jadi prajurit karena usahanya sendiri mendapatkan perlakuan seperti itu"(Kenzie)

"Sehabis ini ada pelajaran berkuda ya?"(Barhan)

"Aku tidak ikut kali ini" "Ingin memaksimalkan waktu latihan dengan pak Willburd itu"(Sirus)

"Begitulah"

"Kalau yang kutahu Josh, tidak perlu terburu-buru menguasai Sword Force soalnya itu berasal dari dalam diri kita sendiri. Dari banyak kasus baik dari pak Willburd atau di ibukota. Sword force akan terwujud saat kamu paling membutuhkan potensi lebih di bidang yang kamu kuasai"(Kenzie)

"Aku tahu soal itu. Karena itu aku fokus dengan pedang dan latihan fisik"

"Maksudku juga itu, jangan terlalu dipaksa. Nanti malah melukai tubuh sendiri sebelum menguasai Sword Force kebanyakan kegagalan terjadi karena hal itu"(Kenzie)

"Begitu ya" Kami menyelesaikan makan siang dan kembali latihan. Beberapa sparing sederhana, bertarung tangan kosong dan diakhiri berkuda.

Aku tidak ikut berkuda malah pergi ke dekat gunung. Disitu ada pohon tempat aku dan Willburd berlatih disana.

Aku sudah sampai, seperti biasa pak Willburd belum tiba. Bagaimanapun dia termasuk instrukstur disini jadi wajar

Aku menatap keatas pohon dan melompat, menggapai satu ranting naik keatas sedikit demi sedikit hingga sampai ditempat tinggi

Dari sini menatap gunung dan desa merupakan pemandangan yang indah.

Setelah menunggu satu jam Pak Willburd datang dengan telanjang dada membawa 2 pedang.

Satu pedang merupakan miliknya yang ada di punggungnya "Hei turun. Katanya ingin berlatih"(Willburd) "Baiklah"

Aku turun ketanah. Pak Willburd memberikan pedang panjang ringan padaku "kamu itu cepat, dan memiliki stamina yang baik jadi cocok dengan pedang seperti itu"(Willburd)

"Aku tahu. Hanya saja aku merasa bingung saja sudah 3 tahun tapi tidak ada perkembangan tentang sword force itu"

"Tidak perlu dipikirkan soal itu. Force itu selalu ada hanya saja kamu belum bisa mengendalikannya. Semua manusia memilikinya dengan nama yang berbeda seperti Fotress force untuk Knight, Flows untuk Archer atau hunter dan Mana untuk para penyihir. Tidak perlu buru-buru"(Willburd)

"Begitu ya. Kalau begitu ayo latihan pak tua"

"Sepertinya kamu sudah berani ya menghinaku"(Willburd)

Pak Willburd mengeluarkan pedang besarnya. Menahan dampaknya langsung merupakan hal yang buruk. Karena itu bergerak lebih dulu adalah pilihan terbaik. Jangan sampai terkena pedangnya.

Aku membungkukan tubuh dan melesat kearahnya. Seperti sudah tahu, dia menghalangi jalanku dengan pedangnya.

Tapi aku langsung berhenti dan menusukkan pedangku. Dengan mudah dia menangkis pedangku.

Pedangnya mulai terangkat, aku langsung mundur selangkah dan langsung melesat kedepan.

Ayunan dengan pedang sebesar itu meninggalkan banyak celah. Tapi tidak jika ditangan Willburd, pedang nya mengayun miring sehingga aku tidak bisa menerobosnya.

Tapi bukan tidak mungkin. Aku menggunakan pedangku untuk menahan sedikit dampak dari pedangnya dengan meletakkan pedangku di punggungku.

Begitu pedang besar itu mulai terasa aku langsung melesat maju dan meninju per-

Tinju Willburd duluan yang mengenaiku

"Selalu kesalahan yang sama"(Willburd) "uhuk.. Uhuk... Apa perlu meninju sekeras itu?"

"Sudah kubilang manfaatkan kecepatanmu untuk melihat celah. Bukan nekat menerobos maju dengan kesempatan setipis itu"(Willburd)

"Habis kan, celah darimu itu jarang sekali"

"Hei.. Bodoh, jika aku menggunakan force tubuhmu sudah terbelah 2 duluan sebelum melawan. Jika aku sedikit serius saja, bukan cuma pedangnya yang patah setengah tulangmu juga akan ikut hancur tau"(Willburd)

"Aku tahu. Aku gegabah tapi kan sayang melewatkan kesempatan" "Itulah kebiasaanmu. Yang jelas jangan bertaruh dengan nyawamu. Jika kamu jadi prajurit yang menjaga desa lawanmu kebanyakan monster yang jauh lebih kuat daripada manusia biasa. Jika kamu terus seperti ini sama saja bunuh diri"(Willburd)

"Baiklah aku tahu. Ayo kita lanjutkan" Aku dan pak Willburd terus berlatih sampai matahari terbenam.

Setelahnya itu aku pulang kerumah dengan tubuh lebam dimana-mana dan baju kotor karena berguling-guling ditanah

"Josh"(Ayah) Aku terkejut melihat ayah yang berjalan kearahku membawa keranjang kentang

"Ayah, baru kembali dari kebun?" "Begitulah, tolong bawakan"(Ayah) "Baik" Ayah memberikan keranjang itu untuk aku bawa

"Bagaimana latihanmu?"(Ayah) "Seperti biasa, aku masih tidak bisa Sword force dan tidak bisa menang melawan pak Willburd"

"Kalau kamu bisa menang dengan mudah harusnya dia sudah tidak jadi kepala pasukan lagi lah. Pasti sudah ada yang menggantikannya"(Ayah) "Ayah benar"

Aku dan Ayah sudah tiba dirumah, ibu menyambut dari dalam rumah "Kalian sudah kembali?"(Ibu) "Iya bu" Aku memberikan keranjang kentang itu pada ibu.

"Kamu bau, mandi dulu sana"(Ibu) "Baik" "Besok masih pergi latihan?"(Ibu) "iy-"

"Besok kamu ikut aku ke kota untuk menjual hasil panen ya"(Ayah)

"Tapi aku ada latihan ayah" "Latihan kayak gitu mah tiap hari. Nanti aku yang bilang dengan kepala pasukan, tidak baik terus terlalu keras pada tubuh. Kamu perlu jalan-jalan sesekali"(Ayah)

"Baiklah aku mengerti" Aku masuk ke dalam dan pergi ke belakang. Aku mandi menggunakan air di sumur sekalian mencuci bajuku

**TO BE COUNTINUE...***

Part 2

Pagi-pagi sekali aku membantu ayah meletakkan beberapa keranjang yang berisi sayuran keatas gerobak kayu

Ayah sudah pergi menemui pak Willburd untuk mengabari alasan aku tidak bisa pergi ke tempat latihan sekarang.

Setelah setengah jam semua keranjang sudah diatas gerobak. Ayah mulai terlihat dikejauhan

"Semua sudah naik ya"(Ayah) "Begitulah, ayah kenapa lama sekali?" "Aku tidak sepertimu yang memiliki tenaga dan stamina yang kuat. Ini dari kepala pasukan"(Ayah)

Ayah memberikan pedang panjang yang biasa kupakai buat latihan "Apa ini tidak masalah? Nanti jika ketahuan prajurit di kota bukanya akan jadi masalah?"

"Tentu saja tidak, sudah wajar pedagang membawa pedang dan pengawal tidak perlu khawatir asal kamu tidak cari ribut saja dengan prajurit kota"

"Baiklah kalau begitu" Aku mengambil pedangnya dan mengikatkan sarungnya di pinggangku

"Ini"(Ibu) "Ahh terima kasih"(Ayah) "Ini bekalmu"(Ibu) "Terima kasih ibu" "Kita berangkat dulu"(Ayah) "Hati-hati dijalan"(Ibu)

Aku dan Ayah mulai naik keatas gerobak. Ayah jadi kusir yang mengendarai gerobak.

Tidak menunggu lama gerbang desa terlihat.

Lahan kosong didepan desa terlihat jelas mengingatkan pertarungan Pak Willburd yang melindungi seluruh desa disini

Perjalanan terasa damai dan tenang, awalnya aku sedikit panik saat melewati hutan. Untungnya tidak ada monster yang menyerang.

Perjalanan terasa sangat cepat sampai Ayah berhenti untuk makan siang "Ayo makan dulu"(Ayah) "Apa tidak terlalu cepat?"

"Memang kenapa? Aku sudah lapar. Nanti kita bisa beli makanan lagi dikota untuk bekal pulang"(Ayah) "Terserah ayah saja"

Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan hingga tidak terasa kota sudah terlihat

Beberapa penjaga melihat kami tapi mengacuhkannya. Apa ini sungguh tidak apa-apa?

Ayah bertemu seorang pedagang disitu. Ayah bicara sebentar dengannya dan kembali "Ayo turunkan keranjangnya"(Ayah)

"Baik" Aku menurunkan keranjang sayuran satu persatu. Ayah juga membantu beberapa orang datang membantu juga.

Setelah selesai ayah menerima kantung kain dan mendekatiku "Ayo ikut ayah sebentar"(Ayah)

Aku hanya mengganguk dan mengikuti ayah berjalan disekitaran pasar ini. Setelah beberapa menit ayah berhenti didepan pandai besi dan masuk kedalam

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?"(Pria) "Apa pesananku sudah jadi?"(Ayah)

"Atas nama siapa?"(Pria) "Frank"(Ayah) "Sudah selesai tunggu saya ambil dulu ya. Ayah pesanan atas nama Frank dimana?"(Pria 1) "Ada dibelakang ambil sendiri!! Aku lagi sibuk"(Pria 2)

Pria itu pergi. Aku memperhatikan pedang-pedang yang dipajang disini. Iseng aku mengambil satu.

Berat itu adalah kata yang mendiskripsikannya. Tapi meski begitu terasa lebih baik dari pedangku yang biasanya

"Apa kamu ingin pedang?"(Ayah) "Hanya penasaran saja" Aku mengembalikan pedang itu

"Ini dia"(Pria1) "Tunggu sebentar ya"(Ayah) Aku mengganguk, aku terus memperhatikan semua pedang itu.

Ada beberapa pedang yang terlihat mewah dengan gagang yang dihiasi permata yang cantik.

Tapi entah kenapa aku merasa itu rapuh dan tidak layak digunakan. Aku terus memperhatikan pedang dan tertarik dengan pedang yang panjang tapi sedikit lebih kecil dari yang lain

Aku menarik pedang itu. Ringan hampir mirip dengan pedang yang kupakai sekarang, tapi terasa jauh lebih tajam.

Bahkan meski tidak menyentuhnya aku merasa akan tetap terluka. Inikah pedang itu?

Ini sangat keren, rasanya aku ingin mengayunkannya "Josh"(Ayah)

Aku melompat karena kaget "Iya ayah?" Ayah menatapku dengan tajam. Apa aku akan diomeli?

"Sekalian pedang itu berapa?"(Ayah) "100 Pero"(Pria 1) "Ternyata lebih murah dari yang kutahu. Josh itu pedangmu sekarang"(Ayah)

"Tunggu ayah aku tidak-" "Sudah jangan menolak. Itu hadiah untukmu"(Ayah) "Terima kasih ayah"

Ayah memberikan satu koin perak pada pria itu "Terima kasih, datang lagi ya"(Pria 1) Setelah itu kami berbelanja beberapa hal sebelum pulang.

Aku memperhatikan pedang baruku. Masih terasa mulus tapi sangat tajam, bahkan jika dibandingkan dengan pedangku sebelumnya rasanya jauh.

Kami mendekati hutan, aku mendengar suara kawanan monster yang berlari. Apa ada yang menyerang

"Ayah berhenti dulu" "Ada apa Josh?"(Ayah)

"Ada sesuatu" Aku turun dari gerobak dan memperhatikan sekitar.

Aku melihat seseorang yang berlari tapi terlalu jauh. Tiba-tiba serigala hitam muncul dan menatapku

"AYAH PERGI SEKARANG!!" Aku mengeluarkan pedang "Apa maksud. Awas!!"(Ayah)

Aku menahan terkaman serigala dengan pedangku. Aku membelokannya sedikit dan mendorong serigala itu

"Ayah pergi sekarang!!" "Tapi kamu?"(Ayah) "Aku bisa jaga-" Serigala itu tidak menungguku

Dia langsung menerkam lagi kearahku. Aku menghindarinya sedikit sambil menahannya dengan pedangku.

Membuat serigala itu ada disisi pedangku, dengan cepat aku menebas panjang serigala itu di sepanjang pinggangnya.

Serigala itu ingin mundur tapi aku malah langsung maju. Merasa terpojok serigala itu membuka mulutnya ingin mengigitku.

Hasilnya serigala itu mengigit pedangku. Aku menarik pedangku satunya dan menebas kepala serigala itu.

Karena tidak begitu tajam malah membuat luka di kepala serigala itu. Tapi aku memanfaatkan hal itu untuk menarik pedangku yang digigitnya membuat rahang serigala itu robek.

Aku langsung menusuk leher serigala itu dan menjatuhkannya, dan terus menancapkan pedang ku kelehernya hingga darah mengucur darisana dan serigala itu mati

Aku menghela nafas dan berbalik "Kenapa ayah tidak pergi?" "Bagaimana aku bisa meninggalkanmu?"(Ayah)

"Ayah pergi duluan saja. Bau darah akan memancing serigala lainnya" "Terus kamu?"(Ayah)

"Ada sesuatu yang harus kulakukan" Aku mengayunkan pedangku membuang sisa darah yang ada disana dan berlari kedalam hutan.

Aku yakin ada orang yang dikejar serigala itu.

Masalahnya serigala yang mengejar orang itu tidak mungkin cuma satu.

Bahkan banyak bekas cakaran dan, bekas gosong? Apa orang itu melawan serigala dengan api?

Aku harus cepat. Aku berlari mengikuti jejak-jejak yang tersisa dan terkejut saat melihat serigala menerkam seseorang yang berjubah. TIDAK!!!!!

Tidak sampai!!! Tidak sempat!!! Andaikan aku memiliki Sword Force. Andaikan pedangku

"SIALANN... MATI!!!" Aku menusukkan pedangku kedepan meski tahu semuanya akan terlambat.

Dadaku sakit, apa ini rasa keputusasaan? Apa ini rasanya tidak berdaya? Tanganku juga panas dan terasa nyeri.

Tapi hal aneh terjadi gumpalan asap merah memenuhi pedangku dan langsung melesat dengan cepat kearah serigala itu.

Dalam sekejap serigala itu terbelah 2. Dadanya terpotong dari samping dan langsung membunuhnya.

SWORD FORCE!! aku bisa SWORD FORCE.

3 serigala disekitar langsung menatapku dan menggeram.

Aku tidak takut dengan kalian. MAJU SINI, pedangku diselimuti awan merah dan aku tahu kalau aku bisa dengan mudah membunuh semua serigala itu.

Salah satu serigala menerkam, aku mengayunkan pedangku keatas dan terkejut.

Serigala itu terbelah 2 dengan mudahnya.

Tubuhnya melewati tubuhku, dan darah serta organnya mengenaiku. Serigala yang lain menatapku dan langsung pergi kedalam hutan.

Aku mendekati orang itu "Kamu tidak apa-apa?" Sambil mengulurkan tangan

Dia menggapai tanganku dan tudungnya terbuka sedikit.

Menunjukkan kalau dia itu wanita. Wanita di hutan? Aku baru ingin bertanya tiba-tiba jantungku sakit.

Rasanya seperti terbakar, dan dipalu. Darah keluar dari mulutku membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh.

Kegelapan datang bersama dengan kesadaranku yang menghilang

**TO BE COUNTINUE...***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!