NovelToon NovelToon

Mamamu Menjadi Istriku

Penghianatan Cinta

Betapa sakit dan hancurnya hati ini. Melihat kekasihku bermesraan dengan pria lain di belakangku. Awalnya aku tidak percaya dengan yang dikatakan teman-temanku.

Karena rasa percaya diriku padanya, yang telah berjanji akan sampai jenjang pernikahan. Namun yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri, membuatku tersadar. Bukan hanya satu atau dua kali wanita itu membohongiku. Awalnya aku biasa saja melihat mereka jalan berdua. Namun ini tidak bisa ditolelir lagi.

"Sayang, aku tidak ada waktu. Karena aku sedang sibuk. Maafkan aku, yah."

Kubaca pesan singkat yang dikirim olehnya tadi sore. Sebenarnya aku mengajaknya makan malam dan ingin melamarnya malam ini juga. Tapi dia malah ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

"Kamu jangan ganggu aku dulu, deh. Plus, Sayang. Aku sudah katakan, aku ada pekerjaan mendadak hari ini. Besok saja kita makan malamnya, yah."

Satu lagi pesan yang ia tulis beberapa waktu lalu saat kucoba menelponnya. Aku ingin bicara baik-baik padanya. Ingin tahu pekerjaan apa yang harus dilakukannya lagi. Padahal teman sekantornya sudah pulang semua. Bahkan sudah kutanyai teman-temannya yang satu kantor dengannya. Hari ini adalah malam Minggu dan esoknya hari libur. Sebagai pasangan kekasih, ingin rasanya mengabadikan momen lamaran yang sempurna untuknya.

Aku buka ponselku kembali dan ku kirimkan sebuah pesan untuknya, "Kapan kamu selesainya? Aku akan menjemputmu malam ini. Meski telat, tidak apa. Aku akan menunggumu di depan kantor."

Mungkin aku hanya orang yang bodoh. Yang bisanya diperlakukan seperti ini oleh gadis yang kucintai. Janji setia hanyalah janji belaka. Hanya ucapan manis dari bibir seorang yang sedang jatuh cinta. Penghianatan cinta selalu menjadi masalah utama dalan hubungan. Selingkuh mungkin mudah tapi menjaga komitmen untuk setia itu sulit. Aku juga kerap tergoda oleh beberapa temanku yang bahkan lebih cantik darinya. Namun aku selalu menjaga komitmen kesetiaan. Tanpa tahu kekasihku berbuat lain di belakangku.

Aku juga sudah memeriksa kantor tempatnya bekerja. Saat ini sudah tidak ada lagi orang yang bekerja. Hanya ada petugas keamanan saja yang mendapat shift malam.

"Sampai kapan kamu berbohong padaku, Clarissa? Jelas-jelas aku melihatku berdua dengan dia. Tapi aku tidak berani berterus terang, aku mengikutimu."

Walau hanya melihat dari jauh, kulihat kemesraan mereka. Tidak seperti seorang teman biasa. Bahkan lebih dari yang seharusnya. Saat kulihat pria itu mencumbu Clarissa dengan ganasnya. Aku tidak menyangka mereka akan berbuat seperti itu.

"Aku sudah memasang mikrofon di dekat meja mereka. Apa kamu mau dengar?" Suara telepon dari salah satu temanku.

Sebuah pesan masuk dari seorang pemuda yang pekerjaannya penguntit. Yah, berkat pekerjaannya, apa salahnya membantu teman yang membutuhkan ini? Aku sudah memintanya melakukan investasi rahasia. Setelah mendengar kabar perselingkuhan kekasihku dengan pria lain.

"Kirimkan padaku. Aku ingin mendengar pembicaraan mereka." Akhirnya aku bisa mendengar apa yang mereka katakan di belakangku. Aku ingin tahu, apakah dia masih setia atau tidak. Meskipun sudah jelas dia seringkali bersama pria itu.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Laptop yang aku bawa adalah milik temanku yang biasa digunakan untuk investigasi. Tentunya ini sudah terhubung dengan mikrofon kecil yang baru saja dipasang olehnya.

"Ohh, jangan di sini, dong. Nanti ketahuan sama orang. Kita nginap di hotel saja malam ini," ucap Clarissa manja dan dengan suara mendesah.

"Aku selalu terganggu sama pacarmu yang bodoh itu. Juga tidak tahan ketika kamu bersamanya. Jujur aku merasa cemburu saat kamu bersamanya." Pria itu tak lain dan tak bukan adalah teman Clarissa, Yulian Marcelo.

"Tenang saja, Yulian. Kan kamu tahu, orang pertama yang membuatku keenakan itu kamu. Dan si Devan tidak pernah aku kasih. Lagian dianya bego banget, deh. Masa orang secantik ini tidak mau nidurin. Ya, jadinya aku selingkuh, deh. Daripada gak kuat nahan diri."

Apa? Apa yang dia katakan barusan? Apakah benar yang aku dengar? Bagaimana bisa seperti itu? Kalian jahat. Kamu sudah memberikan kehormatanmu pada pria itu, kan? Mengapa kamu menjadi seperti ini?

Rasa kesalku semakin memuncak. Ingin rasanya kudatangi dan kuhajar pria itu. Jadi selama ini hubungan mereka sampai ke tahap itu? Denganku saja hanya sebatas pegangan tangan dan hanya sekedar hampir berciuman. Namun tidak terpikirkan untuk melakukan lebih jauh lagi.

"Aku kesal dengan pacarmu itu. Memang dia bukan laki-laki atau memang lemah? Heh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa melakukan malam pertama denganmu. Pasti dia akan kecewa, hahaha! Atau malah bersyukur karena aku sudah mendahuluinya."

Sudah cukup pria itu mengataiku seperti itu. Dia menghinaku sampai seperti seorang pscundang. Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam restoran dan akan memukuli pria tidak bermoral itu. Jika bisa, ingin ku kirim dia ke alam kubur untuk membuatku puas. Namun aku tidak bisa main fisik dengan perempuan. Meski ingin menyakiti hatinya.

"Apa yang kamu lakukan? Kau tidak bisa pergi ke sana, Devan. Lebih baik kamu ikhlaskan saja dia bersama orang lain." Sahabatku datang menegur dan menghentikan langkahku.

"Aku sangat kesal dengannya! Lepaskan aku, Eric! Aku ingin memukulnya sampai puas!" Kalau tidak dipegangi aku pun sebenarnya tidak berani menghadapi selingkuhan Clarissa.

Yulian memiliki badan besar dan bertato. Juga seorang yang belajar bela diri dengan gelar sabuk hitam. Tidak mungkin bagiku mengalahkan pria kurang ajar itu. Keputusan Eric untuk menahanku memang benar. Ini demi kebaikan wajah dan tubuhku ini.

"Sudahlah, Dev. Percuma juga kamu melakukan ini. Lagian dia lebih kuat darimu. Sekarang lihat dirimu, Devan. Badanmu yang kurus ini, mana bisa dibandingkan badan badas seperti Yulian."

"Aku tahu itu, Ric. Tapi aku ingin membalaskan dendamku pada mereka. Terutama pada Clarissa yang telah menghianati kesetiaanku. Aku tidak bisa terima itu, Ric."

"Sudahlah ... lebih baik kita pikirkan caranya membalas dendammu. Bagaimana kalau kita ngopi? Atau sekali-kali minum, deh. Kita pikirkan cara balas dendam yang gila!"

Entah dengan cara apa dia meyakinkanku. Tapi memang tubuhku saat ini sudah lemas. Dengan perut yang keroncongan akibat menahan lapar. Dari tadi sore sudah berniat untuk melamar Clarissa. Sehingga rela menahan lapar sampai masuk tempat lamaran. Ternyata ekspektasi tak sesuai kenyataan.

Pada akhirnya Eric mengajakku pergi dan untuk pertama kalinya aku minum. Mungkin ini hari tersial dalam hidupku. Mengapa orang yang paling aku cintai berselingkuh? Bahkan kurasa itu sudah lama terjadi. Hingga puas aku minum sampai mabuk. Kesadaranku telah hilang entah ke mana. Entah apa yang aku lakukan sampai keluar dari bar, aku berjalan sempoyongan.

"Huahaha! Kamu memang wanita jahat! Clarissa! Mengapa kamu menghianatiku? Kamu satu-satunya yang kucintai. Tapi bagaimana denganmu?"

Saat aku berjalan gelimpungan, kurasa aku melihat Clarissa. Namun terlihat lebih dewasa dan lebih berisi. Maksudku tubuhnya sangat menggoda pria kesepian ini.

***

Cantik Seperti Dia

Entah apa yang telah aku alami, sehingga membuatku bangun di tempat yang tidak ku ketahui. Yah, sekarang aku berada di suatu kamar mewah. Tentu ini bukan kamar tempatku biasanya tidur. Dan apa ini? Mengapa aku tidak memakai pakaian?

Kulihat sekeliling tidak ada seorangpun di sini. Apa mungkin aku diculik oleh wanita tua dan ingin dijadikan suami? Wah, ini tidak mungkin terjadi. Kecuali kalau wanita itu masih cantik dan menggoda, mungkin aku mau dengannya. Meski terpaut usia yang jauh.

"Ah, sial! Kenapa pikiranku jadi kacau begini?" Daripada memikirkan sesuatu yang tidak mungkin, ku putuskan untuk meninggalkan ruangan ini.

Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi denganku. Ah, pertanyaan yang sama seperti yang aku pikirkan sejak bangun tidur. Mungkin saja pikiranku tersesat setelah mengalami mimpi buruk ini. Atau sekarang aku sedang mengalami mimpi. Entah akan indah pada waktunya atau malah akan menghancurkan kehidupan mudaku.

"Kamu yang di sana, sudah bangun, kah? Kalau sudah, saya tunggu di luar." Suara seorang wanita yang terdengar seksi.

Buang jauh-jauh pikiran tak menentu ini. Mungkin dia orang yang ada dalam mimpiku semalam? Yah, aku samar-samar mengingat sesuatu. Seorang wanita cantik agak mirip dengan Clarissa. Namun usianya terlihat lebih dewasa dan tubuhnya itu, loh. Aduh, mengapa otakku berpikiran sesat begini?

Jam menunjukan pukul tujuh pagi. Aku biasanya memang suka bangun siangan. Apalagi kalau hari libur seperti sekarang ini. Lebih enak jika menikmati hari libur dengan tiduran di kamar tercinta. Memeluk guling dan membuat gambar pulau dengan air liur yang kian menetes tiada henti.

Kamar ini memang terkesan mewah dan kurasa tempat tidurnya cukup luas juga. Seperti kamar yang ditempati oleh mamaku. Yah, mamaku seorang janda dan belum memiliki suami lagi. Sejak kematian ayahku yang sudah lupa, berapa tahun. Mamaku tidak pernah dekat dengan pria atau om-om manapun. Meski sebenarnya yang aku inginkan adalah adik perempuan yang cantik dari wanita yang telah membuatku berada di dunia ini. Terjebak dalam badai kehidupan yang mengancam jiwa dan ragaku.

"Duh, kenapa ini otak sudah tidak beres, yah? Mau ngapain juga aku ini? Sempat-sempatnya aku kayak orang gila di rumah orang."

Aku hanya bisa berbicara seorang diri karena aku gila. Yah, aku seorang pemuda yang tergila-gila pada wanita cantik dan memiliki tubuh seksi. Meski sampai usiaku yang hampir seperempat abad, masih belum tidur dengan wanita atau gadis manapun.

Itu mungkin yang membuat Clarissa selingkuh dariku. Mungkin itu sebabnya dia memilih pria lain sebagai penyalur hasratnya. Sementara diriku? Hanyalah seonggok sampah kering tak bermakna.

Di dalam kamar juga memiliki kamar mandi yang besar. Ada wastafel dan ada juga beberapa barang-barang wanita yang tak bisa kusebut satu persatu. Yah, aku tidak tahu menahu soal barang-barang wanita itu. Seperti benda lonjong yang seukuran gagang cangkul. Tapi bentuknya aneh dan sepertinya aku berpikiran kotor lagi. Entah barang apa dan gunanya untuk apa, aku pun tidak tahu.

"Kamar mandinya bersih dan wangi. Huahhh, kalau lama-lama di sini pasti betah. Aku terjebak dalam dunia yang berbeda. Bangun di kamar seseorang yang tidak kukenal."

Selesai mencuci tangan, wajah dan lainnya, aku keluar kamar. Berjalan dengan mengendap-endap dan kulihat seorang wanita cantik dan tubuh yang sempurna lewat di depanku. Ku taksir usianya mungkin ada dua puluh tujuh ke atas. Paling tidak seumuran tiga puluh tahunan ke atas.

"Kamu sudah bangun? Maaf, saya bawa kamu ke rumahku karena semalam kamu mabuk. Sepertinya kamu juga habis putus cinta sama pacarmu. Tapi kamu jangan sedih begitu. Banyak gadis-gadis cantik yang pastinya mau denganmu."

"Maaf, Kakak. Aku tidak ingat apa yang terjadi kemarin." Melihat parasnya yang cantik, siapa yang tidak gugup? Aku hanyalah lelaki biasa yang tak tahan akan godaan seperti itu.

"Kakak? Ah, mungkin kamu seumuran atau lebih tua beberapa tahun dengan anakku. Malah panggil kakak segala. Oh iya, siapa namamu? Kita makan bareng, yah," ajak wanita itu seraya tersenyum.

"I-iya, deh." Aku mengiyakan saja karena kebetulan perut ini sudah sangat lapar. Cacing-cacing pun terus berontak ingin mendapatkan bagiannya.

Dari kemarin siang adalah terakhir makan sesuatu. Malamnya bukannya makan malah diajak mabuk sampai lupa, jalan-jalan ke luar dan bertemu wanita yang saat ini di depanku.

"Anak muda sepertimu memang sedang masa-masanya. Sedang dalam usia keemasan jadi tidak heran kalau tertarik pada lawan jenis." Wanita itu masih menyunggingkan senyumnya. Tak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Namun tampak mencurigakan.

"Maaf, Kak. Kalau boleh tahu, semalam aku ngapain aja, yah? Maaf, kalau kiranya aku berbuat kurang ajar. Aku belum pernah mabuk sebelumnya."

"Its okay. Mungkin kamu baru mengalami putus cinta. Ah, biasalah anak muda sepertimu. Tapi maafkan saya juga. Malah kubawa adik ini ke rumahku. Tapi di jalan tidak ada orang lain. Dan kurasa kamu anak baik-baik. Jadi saya memutuskan sendiri."

Iya memang, aku orangnya baik-baik. Tidak banyak bertingkah dan tidak ada yang bisa mengalahkan ketampananku. Eits, kok malah mikirin kek gitu? Dasar pikiranku entah bagaimana, mengapa bisa oleng seperti ini.

Saat duduk di meja makan, tanpa malu-malu aku mengambil nasi dan lauk. Si kakak yang cantik itu sangat perhatian padaku. Sampai mengambilkan makan untukku. Sudah dimasakin saja sudah buatku senang dan bahagia dunia akhirat. Tapi malah ditambah dengan diberi makanan istimewa ku duduk di muka. Ku duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja. Eh, kenapa malah nyanyi? Saking terbawa suasana kayaknya.

"Hehh, tadi kamu belum jawab pertanyaanku. Namamu siapa, yah?" tanyanya penasaran. Wajahnya jika dilihat dari dekat, mirip dengan Clarissa. Walau wanita ini masih lebih cantik.

"Ehh, aku Devan. Aku mengucapkan terima kasih dan mohon maaf dengan apa yang terjadi. Maaf banget, jadi merepotkan, nih."

"Santai saja lah. Lebih baik kamu makan dan setelah itu bisa lanjut tidur. Saya tinggal hanya berdua dengan putriku Clarissa. Kalau kalian berjodoh, mungkin pernah bertemu di jalan. Atau kamu kenal dia? Semalam dia gak pulang, mungkin dibawa sama pacarnya."

Terlihat wajah wanita itu murung setelah membicarakan putrinya. Aku tidak tahu gadis seperti apa yang menjadi putrinya. Memang zaman sekarang sudah zamannya sudah akhir. Siapapun pacarnya, dia harus dihajar habis-habisan karena membawa seorang gadis pergi semalaman.

Tapi tunggu dulu. Clarissa? Bukankah Clarissa nama pacarku yang selingkuh itu? Tapi bisa saja itu nama yang sama. Hanya saja nama Clarissa yang ku kenal hanya seorang saja. Kemungkinan aku tidak mengenal anak wanita itu.

"Itu di tembok pinggir lemari sana ada photo Clarissa. Mungkin saja kamu kenal dan kasih tahu pacarnya agar tidak menbawa anak gadisku."

Degh!

Ternyata gadis yang bernama Clarissa itu orang yang sama. Perempuan yang telah menghianati kesetiaanku padanya. Orang yang telah mengambil hatiku lalu dihantam dengan sangat keras. Hati ini semakin remuk mendengarnya.

***

Tekad Sekuat Baja

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Melainkan sebuah pengajaran di kehidupan yang fana ini. Sebuah kehidupan di mana kita dihadapkan dengan suatu masalah. Biarkan aku berpikir untuk apa aku melakukan semua hal demi bisa mendapatkan hatinya.

Hati seorang pria bisa luluh dan hancur. Karena kata orang, hati ini bukan terbuang dari baja ataupun batu. Menjadi pemeran protagonis dalam kisahku sendiri memang tidak mudah. Kadang kita juga perlu menjadi seorang antagonis yang kuat. Yang bisa bertahan dari segala kemungkinan. Dengan segala kekuatan dan semangat yang kita miliki. Berusaha dengan giat dan tekun demi mencapai tujuan hidup yang baik.

Oke, isi ceramah pagi ini sudah selesai. Kembali kita berlanjut dalam kisahku yang penuh haru dan pilu. Ketika melihat foto besar di dinding. Menggantung dengan indah di cakrawala penglihatanku.

"Mama, aku pulang!" Sumber suara itu berasal dari seorang yang sudah pasti aku kenal. Yah, siapa lagi kalau bukan sang penghianat cinta? Dialah Clarissa Ranudipta.

Seorang yang masih berstatus gadis tapi bukan lagi perawan. Seperti sebuah lagu saja, yah. Tapi lagu pun berawal dari kisah nyata yang dikembangkan menjadi sebuah karya seni. Yang bahkan aku tidak tahu menahu soal itu.

"Eh ... Devan? Kamu ada di sini?" Terlihat wajah Clarissa seperti menyembunyikan sesuatu dariku. "ma, aku mandi dulu, yah. Muach." Setelah mencium wanita yang duduk di meja makan langsung pergi.

Aku tidak mengatakan apapun dan dia juga terlihat cuek dengan kehadiranku. Apakah dia memang tidak menyukaiku? Padahal dia sendiri yang telah berselingkuh dariku.

Sebenarnya bukan hanya satu kali dia terlibat asmara dengan pria lain. Namun aku selalu memaafkan dia. Tanpa ku tahu di belakangku, sudah melakukan hubungan suami-istri. Padahal statusnya adalah pacarku, yang bahkan tidak pernah melakukan gak itu.

Aku juga tidak tahu bagaimana hubungannya dengan para lelaki selingkuhannya dulu. Mungkinkah dia juga membiarkan tubuhnya dinikmati bersama dengan laki-laki lain? Sungguh malang nasibku jika itu benar-benar terjadi.

Bak nestapa menyelimut dusta. Menggagalkan asa, terpelanting oleh ketidakberdayaan. Sebagai laki-laki yang menerima konsekuensinya, aku sudah tidak ingin lagi menerkanya. Buang rasa itu jauh-jauh dari pikiranku.

"Devan, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulangi lagi. Sungguh, hanya ada kamu dalam hatiku. Ku mohon maafkanlah, oke?"

Teringat janji-janji yang diucapkan setelah ketahuan selingkuh. Itu beberapa bulan yang lalu, saat ku pergoki dia jalan bermesraan dengan Aldi, lelaki yang pernah menjadi teman sekolahnya. Juga ada beberapa orang yang lain. Ada juga Alex yang pernah terlihat saling bercumbu dengannya.

"Kamu kenal dengan Clarissa? Untung saja kamu temannya, kan?" tanya perempuan itu, menatap ke arahku.

Padahal Clarissa adalah pacarku satu-satunya. Tapi tidak tahu kalau dia punya pacar lain. Yah, aku cukup tahu dan sadar diri, hanya menjadi lelaki bodoh. Sangatlah bodoh.

"Iya. Aku kenal dia. Sudah sejak beberapa tahun yang lalu. Kami teman satu sekolah juga." Yah, aku memang sekolahnya terlambat. Karena kondisiku yang tidak bisa diceritakan pada siapapun, nuatanya aku sering tinggal kelas. Hingga akhirnya bisa satu tingkat dengannya.

"Berarti kamu masih muda banget, dong. Clarissa mungkin baru pulang dari rumah pacarnya. Aku sebagai ibu juga sudah melarangnya menginap di rumah pacarnya itu. Tapi yah, namanya anak muda jaman sekarang. Semoga saja pacarnya bisa menjaga dia. Hampir setiap malam dia menginap di rumah pacarnya."

Padahal akulah yang secara resmi menjadi pacar Clarissa. Dan aku tidak sekalipun mengajaknya menginap di rumah orang tuaku. Bahkan aku tidak pernah mengizinkan dia menginap. Aku juga tidak boleh datang ke rumah ini. Entah apa yang terjadi, sejak pacaran denganku, aku baru tahu rumahnya di sini. Ini pun karena ibunya yang membawaku ke sini.

"Ayo makan masakan tante. Atau kamu memanggilku bibi? Ah, aku tidak tahu kamu harus manggilnya apa. Cepatlah makan kalau begitu."

"Enggak, Kakak. Eh, aku panggil kakak saja, yah. Soalnya masih muda gini. Aku ragu, kau mamanya Clarissa. Soalnya masih muda banget," godaku pada wanita yang belum ku ketahui namanya.

"Aduh, jadi malu ini, anak muda sepertimu malah suka menggoda orang tua, hihihi. Kalau begitu, terserah kamu aja, deh. Kalau begitu, aku panggil 'Dek Devan' aja, yah."

"Mana ada tuanya? Umur kakak berapa, emangnya?" Aku yakin kalau wanita di depanku ini menikah muda. Kalau tidak, Clarissa bukan anak kandungnya. Atau bisa jadi itu anak dari suaminya.

"Hahaha! Cepat makannya. Setelah itu, kamu bisa tidur lagi. Itu kamar yang kamu tempati semalam itu kamarku dengan mantan suamiku. Bisalah, janda ditinggal pergi."

Wah, ternyata dia seorang janda yang cukup menarik. Maafkan aku karena memiliki niat buruk. Clarissa, mungkin aku bisa membalaskan dendamku padamu. Otak encerku sangat berguna di saat-saat seperti ini. Apalagi aku tipe orang yang pendendam dan suka dengan hal-hal baru.

Jangan kita aku hanya akan menjadi pemuda polos yang tidak tahu apa-apa. Jika tidak bisa menghancurkanmu, akan kuhancurkan dari keluargamu. Aku Devan Juliardi, akan menjadi pria sekuat baja. Membalaskan dendam dengan cara yang tidak biasa.

Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah ini sebelum Clarissa datang. Lagipula ku yakin, dia akan lama berada di kamar. Dia juga tidak mungkin tahu, aku melihatnya bersama selingkuhannya.

"Kakak. Makanannya enak banget, loh. Jadi pengin makan di sini setiap hari. Tapi–"

"Tapi apa? Bukankah kamu temannya Clarissa? Tapi kelihatannya kamu tidak terlalu akrap dengannya. Sudahlah, kamu bisa menemui kakak lain kali, hihihi."

Tawanya aja bikin aku kepincut. Apalagi jika dia aku jadikan media balas dendamku. Mungkin dengan ini, dapat membuatku senang.

"Hehehe, kalau begitu, kakak yang menjadi temanku saja, deh. Kita kenalan lagi, yuk. Perkenalkan, namaku Devan Juliardi. Dan siapa nama kakak cantik di hadapanku?" Aku mengulurkan tangan padanya. Ini adalah perkenalan resmiku sebelum ku mulai rencana licikku. Hahaha.

"Perkenalkan, namaku Kirana Raqilla. Usiaku saat ini tiga puluh delapan tahun. Salam kenal, adek ganteng kesayangan kakak." Senyumnya cukup mempesona. Membalas uluran tangannya yang lembut.

Sepertinya aku bisa mendapatkan kesempatan memulainya. Yah, apa yang ada di benakku saat ini adalah dengan mendekati wanita yang telah melahirkan Clarissa. Jika perlu, aku bisa menikahinya, bukan? Hahaha! Benar-benar rencana jahat telah terpatri dalam diriku.

"Hai, Kak Kirana. Mulai saat ini, kamu adalah temanku yang paling cantik di dunia." Sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.

"Aduh, kamu ini gimana? Tapi kakak suka berteman dengan anak sepertimu. Kapan-kapan kalau ada waktu, bisa jalan bareng dan disangka dapat berondong baru, hahaha!"

"Boleh juga, Kak. Lagian umur hanyalah angka. Tapi hari ini aku sudah ada janji dengan mamaku untuk mengantar ke pasar. Maklum, aku anak satu-satunya dalam keluarga. Dan laki-laki satu-satunya juga di rumah."

"Kalau begitu, titip salamku pada mamamu, yah. Kapan-kapan ajak ke sini, mungkin kita bisa jadi besan atau jadi mama mertua, ahihihi."

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!