NovelToon NovelToon

Cinta yang Kedua

Sempurna

Aku berjalan menuju halaman rumah-rumah yang sunyi. Aku terus berjalan, hingga kutemukan sebuah patung sepeda-sepedaan di tengah taman yang begitu luas dengan hamparan rumput hijau dan pepohonan yang teduh. Ada seorang gadis cantik berbaju merah muda mengintip dari balik rerimbunan daun. Aku pun berjalan mendekat untuk menghampirinya. Lantas, ia berhenti di salah satu sudut taman. Kami berpandang-pandangan sejenak sebelum aku tahu ia benar-benar hilang. Bolak-balik aku mencoba untuk mencarinya. Berbagai sudut taman aku sambangi. Setengah berlari aku mencoba mengejarnya, namun semuanya buyar. Sebelum aku benar-benar menemukannya, dering jam weker cukup mengejutkanku. Cahaya mentari pagi sudah menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamarku. Dan aroma roti bakar bercampur harumnya kopi hitam mulai menusuk-nusuk hidungku memaksa untuk segera bangun.

Sejenak ku pandangi keadaan di sekitar kamar yang aku tempati ini. Bersih dan begitu rapi, pikirku. Lalu aku pun beranjak dari ranjang empukku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku berjalan menuju meja makan yang sudah tersaji beberapa menu masakan di sana. Ku lihat, Gea sedang mencuci tangannya di wastafel di dekat meja dapur.

''Pagi sayang.'' ucapku memeluknya dari belakang dengan mesra. Ku cium jenjang lehernya yang begitu mulus dan bersih.

''Mas.. geli ah.'' jawabnya berkelit.

''Ayo mas kita sarapan dulu, aku sudah masak beberapa makanan kesukaan mas Daniel.'' ucapnya begitu manis dan manja.

''Sebelum kita sarapan yang itu, bagaimana kalau kita mencoba sarapan yang lain dulu? Kita coba dii dapur?'' godaku masih dengan posisi seperti tadi. Dengan tangan yang sudah melingkar mesra di perut rata milik Gea.

''Tapi mas, semalam kan sudah. Nanti mas terlambat kerjanya.'' jawabnya.

''Sebentar saja sayang. Pagi ini kan belum, sekali lagi ya sayang.'' rengek Daniel dengan tangan yang sudah berkelana ke setiap jengkal tubuh mulus Gea. Hingga kedua jemari tangannya kini telah berhasil mendarat sempurna pada dua buah benda kembar nan kenyal yang selalu menjadi candu untuknya.

''Mas..'' desahnya manja.

Segera ku tutup bibir kecil merah muda yang begitu aku sukai itu dengan sebuah kecupan hangat.

''Mmmuuuhhhh.''

''Mas, udah siang nanti lagi.'' kilahnya dengan suara yang terdengar berat.

''No, mas maunya sekarang sayang.'' ucap Daniel dengan mata yang begitu memohon.

Perlahan Daniel mulai mengecup lembut bibir ranum milik Gea. Kecupan lembut itu pun lama kelamaan berubah menjadi sebuah hisapan yang begitu menuntut.

''Mas..'' ucap Gea melenguh kuwalahan.

Suara lenguhan berubah menjadi *******. Dan di sudut dapur itu, kembali terjadi sebuah pergulatan dua anak manusia yang begitu terbakar oleh api gelora yang membara.

Setelah kembali membersihkan diri, kini mereka sudah duduk di sebuah meja makan minimalis dengan empat bangku yang mengelilinginya.

''Aku panasin dulu ya mas makanannya biar hangat.''

''Nggak usah sayang, ayo kita sarapan sekarang saja. Mas udah laper banget nih.'' ucap Daniel tak sabaran.

''Salah sendiri olah raga kok terus-terusan.'' ucap Gea dengan terkekeh.

''Habisnya kamu gemesin banget, rasanya pengen mas makan terus.'' ucap Daniel gemas.

''Sudah sudah.. ayo kita makan dulu.'' Gea mengambilkan secentong nasi dan beberapa lauk serta sayur pada piring Daniel.

''Selain enak di ranjang ternyata masakan kamu juga enak di lidah. Bikin mas makin cinta.'' ucap Daniel seraya mengunyah makanannya dengan begitu lahap.

Gea yang mendengar itu pun menjadi diam dan menaruh kembali sendok yang tadi ia pegang ke dalam piringnya. Seolah memahami situasi yang terjadi, Daniel segera meraih dan menggenggam erat tangan lentik nan mulus milik Gea.

''Bersabar sebentar lagi ya sayang, mas janji akan segera meresmikan hubungan kita.'' ucap Daniel begitu lembut.

...ΩΩΩ...

Sejenak ku pandangi layar komputer di depan meja kerjaku. Lalu ku bangkitkan semangat untuk meludes habis pekerjaan yang menumpuk di depan mata. Namun, hanya suara tak tik tak tik dari hasil cumbuan jari-jemari dengan keyboard yang tak menuai hasil. Semua kosong melompong. Rupanya sudah pukul 16.00 Wib. Waktu yang selalu aku nanti.

''Aaagh..'' lenguhku.

Aku pun menuju kamar mandi untuk mencuci muka sebelum memutuskan untuk pulang, barangkali dapat menghapus rasa yang belakangan ini selalu berkecamuk dalam pikiranku. Sejenak ku pandangi wajah di depan cermin yang mulai kusut karena seharian duduk dan hanya memandangi monitor komputer.

''Selamat sore pak Daniel.'' sapa Ana sekretarisku di kantor begitu aku melewati meja kerjanya.

''Sore, segera pulanglah. Dan selesaikan pekerjaanmu esok.'' jawabku melangkah pergi.

''Baik, pak.'' sayup-sayup ku dengar jawabannya dari arah belakang.

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah menuju sebuah mobil yang terparkir di lahan yang disediakan khusus bagi para petinggi perusahaan. Angin dingin yang menyambut menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku sedikit bergertak. Kebetulan musim dingin mulai menyapa. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku celana, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Segera aku masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin untuk melaju pulang.

Wangi aroma kopi hitam yang diseduh dengan air mendidih menyambutku ketika Gea membukakan pintu. Wangi yang kelak akan aku rindukan ketika aku telah menyelesaikan tugasku di kota ini dan kembali ke kota tempatku berasal. Tapi wajah ayu di hadapanku ini, akankah kurindui juga?

Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun selalu aku usahakan untuk menepisnya. Jangan, Daniel, segera hentikan! sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Riska, dia tengah menunggu kepulanganmu di sana.

''Sudah pulang, Mas?'' ucap Gea menyambut kepulanganku dengan senyum yang begitu mempesona.

"Iya." jawab Daniel singkat.

“Ini kopinya Mas, lekaslah diminum selagi masih hangat. Mas pasti capek seharian bekerja, kan?" ucap Gea menyodorkan segelas kopi hitam kesukaan Daniel.

"Hm." jawab Daniel seolah mengiyakan apa pun perkataan Gea.

"Air hangatnya juga sudah aku siapkan. Mandilah dulu mas, lalu kita makan malam bersama.”

''Terima kasih sayang.''

Makan malam kali ini begitu romantis. Seolah Gea telah mempersiapkan segalanya. Semangkuk tumis brokoli dan cumi pedas kesukaanku. Oh alangkah beruntungnya aku miliki wanita sepertinya. Yang dengan telaten dan begitu sabar merawat dan melayaniku di sini. Tapi, tiba-tiba pikiranku buyar. Kembali Riska hadir dalam benakku.

"Oh, ya, tadi pagi ada tukang pos yang menitipkan ini untuk Mas, mungkin dari isteri Mas. Bacalah nanti, sekarang habiskan dulu makananmu itu." ucap Gea dengan raut wajah yang tak terbaca.

Ku pandangi lagi sosok wanita di depanku ini. Alangkah sempurna setiap goresan wajahnya. Parasnya yang anggun, kulitnya yang bersih. Dan begitu elok kelakuannya. Visualnya benar-benar sempurna, mulus tanpa cacat yang begitu memanjakan mata. Siapapun yang memiliki wanita sepertinya pastilah akan merasa beruntung laki-laki itu.

Kehilangan

Aku ambil sepucuk surat berbalut kertas hijau tua yang Gea berikan tadi. Sejenak, aku pandangi kertas hijau tua itu. Baunya sama dan tentulah surat ini pasti dari orang yang sama pula. Perlahan aku buka kertas yang kini ada di genggamanku. Dengan hati-hati, seolah-olah takut merusak isi yang ada di dalamnya. Daniel membaca selembar surat itu dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

Teruntuk: Mas Daniel tersayang

Di manapun kamu berada

Bagaimana kabarmu di sana, Mas? Aku tau kau pasti baik-baik saja bukan. Aku tak akan menyuruhmu untuk lekas kembali pulang. Karna aku tau, keringat yang mengalir dalam setiap jerih payahmu itu selalu untukku. Aku selalu berdoa untuk keselamatanmu mas Daniel tersayang. Tenang saja Mas, uang bulanan yang engkau kirimkan untukku masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhanku di sini. Berhati-hatilah selalu, seperti aku yang selalu setia menunggumu, menunggu kepulanganmu, Mas.

Dari istrimu,

Riska.

Bertepatan dengan selesainya Daniel membaca surat tersebut, pintu kamarnya pun mulai terbuka.

Ceklek! Pintu kamar mulai terbuka perlahan. Buru-buru aku masukan ke dalam laci kertas hijau tua yang semula ku genggam. Gea muncul dari balik pintu dengan senyum yang begitu merekah yang selalu menghiasi wajah cantiknya.

"Kenapa, Mas? Tak usah risau, aku sudah paham akan semuanya. Jadi kamu tak perlu memikirkan perasaanku, sudah biasa." ucap Gea dengan raut wajah yang nampak biasa saja.

"Tidak ada apa-apa, sayang. Sini duduklah di sebelahku." ucap Daniel menepuk-nepuk sisi ranjangnya dan menyuruh Gea untuk berbaring di sampingnya.

''Kemarilah sayang..'' ucap Daniel. Gea pun segera berjalan dan menghampiri Daniel.

Perlahan Gea merebahkan tubuhnya di samping Daniel dan bersandar di bahunya.

“Mas.. engkau tentulah tau betapa aku sangat mencintaimu. Semua yang aku punya telah aku berikan untukmu." ucap Gea seraya membelai lembut dada bidang milik Daniel.

"Iya, sayang. Begitu pula denganku. Engkau adalah wanita terindah yang pernah aku miliki. Tiada selain dirimu di hati mas." Daniel mengecup lembut puncak kepala wanita di sampingnya.

"Tapi, Mas.."

"Sstt.. sudah jangan diteruskan lagi. Berbaringlah, engkau pasti lelah telah menyiapkan segalanya untukku. Tidurlah sayang.." ucap Daniel begitu lembut.

"Iya, mas." jawab Gea patuh.

Kulihat wanita di sampingku yang kini sudah mulai tertidur pulas. Perlahan aku belai wajah cantiknya dengan begitu hati-hati seolah takut untuk menodai parasnya yang begitu agung dan lembut. Ku kecup keningnya agar mimpi-mimpi indah selalu menghiasi tidurnya. Lentik bulu mata yang begitu anggun mulai tertutup bersama malam yang semakin mendera. Membelai lembut sayup-sayup jiwa yang seharian lelah bekerja.

''Mimpi indah ya sayang, bersabarlah sebentar lagi.'' ucap Daniel lirih.

Kemudian, aku nyalakan lampu tidur yang berada di samping ranjang. Kembali raut wajah Riska terbayang.

''****!'' ingatan Daniel kembali menerawang jauh menuju sudut kota di ujung sana. Sosok wanita cantik yang ia nikahi beberapa bulan lalu muncul jelas di kepalanya.

''Oh.. Tuhan, maafkan aku. Apa yang harus aku perbuat? Berat rasanya untuk meninggalkan Gea begitu saja. Namun, apa aku akan terus menjadi lelaki pecundang dengan menduakan Riska? Engkau tentulah tahu bahwa aku tidak sedikitpun mencintainya, Tuhan! Kesal, ya ia begitu kesal. Kesal dengan takdir begitu memuakkan.'' ucap Daniel dalam hati.

Setelah memastikan wanita yang ia cintai telah terbuai ke alam mimpi, Daniel pun merebahkan tubuhnya dengan memeluk begitu erat wanita di sampingnya. Tanpa ia sadari, Daniel pun ikut terlelap seiring dengan hangatnya nafas yang mulai mendengkur lembut di sisinya.

Mentari pagi mulai memancarkan semburat rona keemasan, cerah pancaran cahayanya memberikan sumber kehidupan bagi siapa saja yang membutuhkan. Burung-burung pun bernyanyi untuk menyambut elegi pagi. Bunga-bunga pun ikut tersenyum melihat indahnya pagi. Ayam jago berkokok lebih keras. Langit nampak lebih berseri dari biasanya. Dedaunan beradu sapa seolah memberikan kabar gembira. Hiruk pikuk kota menceritakan kebahagiannya yang datang kembali karena semalam telah hilang di telan rembulan malam. Kini, alam pun serasa lebih bersahabat. Dunia kembali terang. Merpati akhirnya membawa tangkai zaitun simbol kedamaian hati.

Aku pun beranjak dari tempat tidur dan segera bergegas untuk membersihkan diri dari sisa-sisa yang melekat lengket semalam. Segera ku bawa kakiku untuk menapaki lantai dan berjalan menuju lantai bawah. Semua sarapan yang nampak begitu menggugah selera sudah tersaji di meja. Kemelut asap menyembul menghantarkan aroma masakan yang begitu lezat. Tak lupa secangkir kopi hitam dengan sedikit gula sudah siap di meja.

Aku pandangi seluruh ruangan. Namun tak kulihat sesosok wanita yang selalu menyapaku ketika aku bangun. Di mana Gea? Telah kucari wanita itu di setiap sudut rumah. Nafasku mulai terengah-engah. Keringat mulai bercucuran membasahi kulit ari. Sejenak aku sandarkan tubuhku di depan meja makan yang sesak dengan asap kopi yang berhembus.

''Gea! Dimana kamu sayang?'' teriak Daniel mulai resah.

Ia berlari kembali menuju kamarnya, dengan gerakan cepat ia membuka setiap sudut lemari yang tertata di sana.

''Syukurlah..'' ucapnya begitu lega dan mengelus dadanya.

Daniel merasa bersyukur bahwasannya semua baju dan perlengkapan milik Gea masih tertata rapi di sana.

Kemudian ia segera beranjak dari sana dan menuju roof top apartemennya. Dengan langkah kaki panjang, ia jajaki setiap anak tangga menuju lantai atas guna mencari keberadaan wanita yang ia puja.

''Gea!'' teriak Daniel berulang kali menyerukan nama wanitanya.

Namun nihil, tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Daniel menjadi sedikit frustasi dan tetesan keringat mulai membasahi bajunya yang sedikit berantakan dan terkena lelehan keringat.

Perlahan dari arah lantai bawah, terdengar suara tapak kaki yang berjalan dengan begitu santun. Dengan cepat Daniel pun menoleh ke arah sumber suara dan segera menghampirinya.

''Gea!'' teriak Daniel senang bukan kepalang. Pasalnya telah ia jumpai sosok wanita yang sedari ia cari ke sana kemari.

''Dari mana saja kamu?'' tanya Daniel meraih tangan pujaan hatinya.

''Mas Daniel kenapa sih? Kok keringetan gini?'' tanya Gea mengamati wajah tampan di hadapannya.

''Kamu bikin mas ketakutan sayang.'' jawab Daniel mulai bisa sedikit bernafas dengan lega.

''Memangnya kenapa sih mas?'' tanya Gea tak mengerti.

''Kenapa kamu keluar nggak bilang dulu sama mas? Mas jadi panik sayang.'' ucap Daniel dengan menyenderkan kepalanya di bahu Gea dengan begitu manja.

''Maaf mas, bukan maksud aku membuat mas jadi khawatir. Tadi aku udah coba untuk bangunin mas Daniel, tapi sepertinya mas Daniel tidurnya begitu pulas sekali. Mungkin mas Daniel lelah.'' ucap Gea lembut dan membalas pelukan lelaki tampan di hadapannya.

''Jangan pergi lagi.'' rengek Daniel begitu manja.

''Kamu lucu banget tau, mas.'' ucap Gea terkekeh.

Sebuah ironi

Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada menatap kedua mata orang yang kamu cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul di sana. Tak ada yang lebih memilukan dibandingkan dengan selalu mengalah dan menerima kenyataan bahwa tidak hanya aku yang menjadi miliknya.

Namun, hati kadang-kadang terlalu naif pada godaan yang bernama cinta. Tanpa bisa dicegah, tanpa tahu awalnya, dan tiba-tiba saja sudah berada dalam perangkap yang dinamakan cinta. Berusaha keluar untuk mencari jalan pulang. Bahkan menumpuk banyak alasan untuk berhenti memikirkannya. Berhenti menginginkannya. Namun sulit. Sangat sulit dan teramat sulit.

Bukan hanya sekedar mimpi, bukan pula emosi. Tapi ini benar-benar terjadi. Bahwa bukan hanya aku seorang yang ada di hatinya. Haruskah aku berlari tinggalkan mimpi-mimpi? Namun tak dapat aku hindari kenyataan ini. Hati dan jiwa bagaikan disayat-sayat sembilu yang selalu membelenggu. Sebuah ironi bukan? Sebuah ironi cinta yang menggelapkan kalbu.

Menjadi orang ke tiga? Oh tidak. Bukan akulah yang menjadi orang ketiga di sini.

Menyakitkan? Menyedihkan? Memalukan? Kerap dituduh berselingkuh dan merebut suami orang itu sungguh teramat menyedihkan. Aku dibenci, aku dicaci. Dan selalu harus mengalah setiap aku memiliki hasrat ingin memilikinya sendiri. Salah? Tidak, ini tidak sepenuhnya salah. Karena sejatinya cinta itu suci. Kenapa harus jatuh cinta? Mengapa harus mencinta? Dan mengapa harus begini?

Mungkin aku bisa terima dan mengalah meski hati harus kerap terluka. Karena aku telah dan terlalu mengenal hatimu lama. Namun, mana mungkin akan terus jalani cinta yang begitu rumit ini. Saatnya kembali, nurani bicara bahwa hakikatnya cinta tak akan ingkar dan tak akan terbagi. Haruskah aku mengalah? Tunggu! Tidak. Akulah yang pertama di sini, lantas mengapa hanya aku?

Benar aku telah kecewa, namun akan aku nikmati luka dan perih ini sendiri hingga nanti lelah menanti.

''Sayang, mas cariin kemana-mana tahunya kamu di sini.'' sapa Daniel ketika melihat Gea yang tengah terdiam dengan tatapan tak terbaca.

''Eh, mas. Iya kenapa?'' tanya Gea terhentak dari lamunannya.

''Kamu ngapain malam-malam begini sendirian? Mas dari tadi bingung nyari kamu kemana-mana.'' tanya Daniel kembali.

''Nggak ngapa-ngapain kok mas, cuma lagi pengen lihat bulan aja. Cantik ya?'' jawab Gea dengan pandangan masih tertuju pada bulan sabit yang bertengger di awan.

''Iya sangat cantik.'' ucap Daniel menatap paras ayu di sampingnya.

''Masuk, yuk. Udah malam dingin di luar.'' bujuk Daniel.

''Mas masuk duluan aja, aku masih pengen duduk di sini.'' jawab Gea. Bukannya melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, namun Daniel berjalan dan mendekat ke tempat Gea duduk.

''Lho kok nggak jadi masuk ke dalam mas?'' tanya Gea yang melihat Daniel kini telah duduk di bangku sebelahnya.

''Emm.. mas juga lagi pengen lihat bintang.'' jawab Daniel ketika berhasil menundukkan dirinya di bangku sebelah Gea.

''Melihat bintang? Bintangnya lagi sembunyi, mas. Nggak kelihatan tuh.'' jawab Gea sambil menerawang ke langit malam. Benar, malam ini bintang sepertinya sedang malas untuk menunjukkan dirinya dan lebih memilih untuk bersembunyi karena malu menunjukkan dirinya pada rembulan yang sedang bertengger dengan gagahnya.

''Yang di langit memang nggak ada, tapi yang di hadapan mas ada kok. Cantik banget malah, lebih cantik dan lebih bersinar dari bintang manapun.'' jawab Daniel mencoba merayu.

''Apaan sih mas, gombalannya basi banget deh.'' ucap Gea terkekeh.

Daniel pun ikut tersenyum melihat tawa yang menghiasi wajah cantik wanitanya. Semakin tersenyum semakin menambah kecantikan yang ia miliki. Dalam hatinya, ia kembali berjanji.

''Dengarlah wahai bintang hatiku, aku akan selalu menjagamu dengan hidup dan nyawaku. Dan teringat janjiku padamu, suatu hari pasti akan aku tepati. Tetaplah tersenyum karena itu bahagia untukku.'' ucap Daniel dalam hati.

''Mas Daniel!'' panggil Gea.

''Iya sayang.''

''Kenapa mas Daniel jadi ikutan ngelamun juga sih?'' tanya Gea.

''Enggak kok sayang, mas nggak ngelamun tapi mas lagi menikmati pemandangan indah di hadapan mas ini.''

''Dih, gombal lagi. Mas tuh nggak pantes nggombal gitu.'' jawab Gea terkekeh.

''Mas nggak gombal sayang, beneran. Cuma kamu yang paling terang dan bersinar.''

''Makasih lho ya, tapi aku nggak ada receh.'' jawab Gea terkekeh. Berusaha mengiyakan agar lelaki di hadapannya itu merasa senang.

''Oh iya, sayang. Minggu depan mas harus pulang ke Bandung. Hanya sebentar kok.'' ucap Daniel tak bersemangat.

Mendadak wajah ayu yang tersenyum di sampingnya itu pun berubah sendu. Ia juga sama merasa sedihnya sama seperti apa yang wanita itu rasakan, ia juga merasa sama marahnya seperti apa yang wanitanya itu alami.

''Iya mas.'' jawab Gea malas.

''Sayang, jangan marah. Mama minta mas untuk pulang ke Bandung. Mas janji nggak akan lama di sana. Setelah semua urusan beres, mas akan segera kembali lagi ke sini.'' bujuk Daniel.

''Hm.'' jawab Gea seraya menghembuskan napasnya kasar.

''Saat mas lagi nggak di sini nanti, kamu jangan nakal ya. Awas ya kalau kamu berani macam-macam.'' canda Daniel.

''Memangnya kenapa kalau aku sampai macem-macem? Lagian mas nggak lihat juga kan aku mau ngapain aja. Terus mas Daniel sendiri boleh macem-macem di sana?'' tanya Gea membalikkan pertanyaan.

''Ya ampun sayang, kamu tahu sendiri kan kalau mas itu nggak akan macam-macam. Mas itu cintanya cuma sama kamu. Sampai detik ini pun mas belum pernah sekalipun menyentuh Mariska. Jadi mana mungkin mas akan macam-macam di sana.'' jujur Daniel panjang lebar.

''Dosa mas! Mas tuh berdosa. Dia itu juga istri sah kamu. Harusnya kamu adil.'' ucap Gea dengan nada bicara yang cukup tenang.

''Sayang, mas mohon. Kita hanya akan berantem lagi kalau bahas masalah ini. Kita nikmati momen-momen yang ada dulu ya sebelum mas pergi.'' ucap Daniel mulai resah.

''Mas sendiri kan yang mulai?'' ucap Gea acuh. Gea pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

''Sayang, tunggu!'' kejar Daniel ikut masuk ke dalam rumahnya.

Ia pun segera meraih tubuh ramping itu dan membawa ke dalam pelukannya. Ia dekap tubuh wanitanya itu dari arah belakang, ia lingkarkan erat kedua tangannya pada perut wanitanya. Kemudian ia sandarkan kepalanya pada bahu milik Gea.

''Jangan marah ya, mas mohon untuk bersabar sedikit lagi.'' rayu Daniel dengan begitu manja.

Gea pun hanya terdiam. Ia biarkan lelaki itu bergelayut manja dalam dekapannya. Nyaman, pasti. Namun hatinya kembali tercubit tatkala mengingat bahwa lelaki yang kini tengah memeluknya dengan begitu erat itu sebentar lagi akan pergi meninggalkannya dan kembali pada perempuan lain yang kini pasti sedang bahagia menantikan kehadirannya.

Meratapi kisah bahwa bukan hanya aku saja yang menangis saat engkau terpisah jauh yang membuatku merasa seolah dan semakin terbunuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!